PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada
dasarnya
farmasi
merupakan
system
pengetahuan
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Pengertian Suppositoria
Suppositoria adalah bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan
cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan
melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik.
Suppositoria umumnya dimasukkan melalui rektum, vagina, kadang-kadang
melalui saluran urin dan jarang melalui telinga dan hidung (Ansel,2008).
Suppositoria adalah sediaan sediaan padat, melunak, melumer, dan
larut pada suhu tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan ke dalam
rektum, berbentuk sesuai dengan maksud penggunaannya, umumnya
berbentuk torpedo (Formularium Nasional, 1979). Bentuk dan ukuran
suppositoria harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah
dimasukkan
kedalam
pencetakan
(penanganan,
pendinginan)
dan
1. Sediaan ini dibuat suppositoria karena zat aktif yaitu suppositoria ini
bekerja secara sistemik untuk mengobati dan mencegah beberapa
penyakit infeksi (Melyanto, 2008).
2. Sediaan ini mengandung tiga zat aktif yaitu sulfanilamide, aminacrin
HCl dan allantoin. Sulfanilamide ini merupakan golongan anti bakteri
yang berfungsi mengatasi infeksi saluran kemih dan vagina. Obat ini
dikombinasikan dengan aminacrin HCl karena merupakan antimikroba
yang efektif dan memiliki efek samping yang minimal. Aminacrin HCl
juga memiliki aktivitas bakteristik luas mencangkup gram positif dan
negatif. Obat ini juga dikombinasikan dengan allantoin, karena
allantoin ini membantu proses penyembuhan jaringan yang telah
terinfeksi (Tjay, 2007).
3. Sediaan ini dibuat dalam bentuk ovula yang dimasukkan kedalam tubuh
melalui vagina karena obat ini tergolong obat antibacterial yang
bertujuan untuk mengatasi infeksi saluran kemih dan vagina (Gunawan,
2007).
4. Mekanisme kerja sulfanilamide yaitu sulfanilamide bekerja secara
kompetisi dengan PABA (paraamino benzoate acid). PABA diperlukan
untuk bersintesis koenzim asam dihidropteroatdalam bakteri/protozoa,
sehingga melindungi sintetis asam folat dan pembentukan karbonnya
yang membawa kofaktor. Banyak jenis bakteri membutuhkan asam
folat untuk membangun asam intinya DNA dan RNA secara kimiawi.
Struktur sulfanilamide memiliki struktur yang mirip dengan struktur
PABA sehingga, bakteri salah menggunakan sulfa sebagai bahan untuk
mensintetis asam folatnya dan RNA/DNA tidak terbentuk lagi dan
pertumbuhan bakteri terhenti (Tjay, 2007).
5. Diantara zat antiinfeksi dalam perdagangan didapat sediaan untuk
vagina yaitu kandidisin, nifuraksin (antifungi), 9-aminoakridin,
nitrofurazon
dan
sulfanilamide
(antibakteri)
dan
furozalidan
II.4
Uraian Bahan
1. Sulfanilamida (FI III, )
Nama Resmi
Nama Lain
RM/BM
Rumus Struktur
: Sulfanilamidum
: Sulfanilamida, P-aminobenzensulfonamida
: C6H8N2O2/172,21
:
Pemerian
Kelarutan
Kestabilan
Inkompatibilitas
Penyimpanan
matahari
Nama Resmi
Nama Lain
RM/BM
Rumus struktur
: Aminacrin hydrochlorida
: Acridin-9-amino hydrochloride, Monacrin
: C13H11C1N2/23069289
:
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Inkompabilitas
disarankan
: Oksidator kuat, basa kuat, asam anhidrat metil-
Penyimpanan
DM
Konsentrasi
selulosa
: Dalam wdah tertutp rapat, sejuk kering
:: 0,001-1%, konsentrasi yang digunakan 0,1%
3. Allantoin
(Chemical
Nama Resmi
Nama Lain
Book)
:
:
Allantoin
Allantoin,
Pemerian
Kelarutan
: Serbuk putih
: Larut dalam 190 ml air, larut dalam alkohol 500
Inkompatibilitas
Stabilitas
Penyimpanan
Kegunaan
DM
Konsentrasu
4. Gliserin
(Excipient,
Nama Resmi
: Glyserin
1%
283)
Nama Lain
RM/BM
: C3H8O3/92,09
Rumus Struktur
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Inkompabilitas
Penyimpanan
Kegunaan
: sebagai basis
DM
:-
Konsentrasi
: 70%
Nama Resmi
Nama Lain
: Gelatin
: Byco, Gelatina, Instrogel, Kolatin
RM/BM
Rumus Struktur
: C76H124O29/20.000-200.000
:
Pemerian
Kelarutan
Inkompatibilitas
Stabilitas
oksidasi kuat
: Gelatin kering stabil diudara, gelatin cair juga
stabil untuk waktu yang lama jika disimpan
dalam kondisi dingin dan dapat disterilkan
Penyimpanan
Kegunaan
Konsentrasi
kedap udara
: Sebagai basis
: 20%
Nama Resmi
Nama Lain
RM/BM
Rumus struktur
: Aqua Destilata
: Air suling, Aquadest
: H2O/18,02
:
H
H
O
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
Range
Nama Resmi
Polysorbatum
Nama Lain
RM/BM
Rumus struktur
Pemerian
80
Kelarutan
Kestabilan
Inkompabilitas
Penyimpanan
Kegunaan
DM
Konsentrasi
:
:
:
:
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat yang digunakan
1. Alu
2. Batang pengaduk
3. Cawan porselin
4. Gelas kimia
5. Gelas ukur
6. Kaca arloji
7. Lap halus
8. Lap kasar
9. Lumpang
10. Neraca analitik
11. Pipet tetes
12. Sendok tanduk
13. Sudip
14. Waterbath
III.1.2 Bahan yang digunakan
1. Alkohol 70%
2. Aluminium foil
3. Allantoin
4. Aminakrin HCL
5. Aquades
6. Brosur
7. Etiket
8. Gelatin
9. Gliserin
10. Kertas perkamen
11. Propilenglikol
12. Metil paraben
13. Sulfanilamida
14. Tween 80
III.2
Cara Kerja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1
Hasil Pengamatan
Suppositoria
Suppo-Sulfamall
Bentuk
Ovula
Suppositoria
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
IV.2
Hasil Pengamatan
Warna
Bau
Putih
Khas
gliserin
gelatin
Pembahasan
Pada praktikum ini akan dibuat suatu sediaan padat yaitu
suppositoria, dimana suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai
bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, yang
umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh (Dirjen POM,
1995).
Bentuk suppositoria yang kami rancang adalah bentuk suppositoria
vagina, dengan tiga zat aktif sulfanilamida, aminakrin HCL dan allantoin
yang diindikasikan untuk inveksi vagina dan exocermis seperti monilasis
dan trikomonal vaginitis yang disebabkan oleh baktiri T. Vaginalis .
menurut Ansel (1989), suppositoria vagina dimaksudkan untuk efek lokal
digunakan terutama sebagai antiseptik pada hygine wanita dan sebagai zat
khusus untuk memerangi dan menyerang penyebab penyakit (bakteri
patogen).
Dalam rancangan formula suppositoria vagina ini menggunakan
basis Gliserin-gelatin. Gliserin-gelatin paling sering digunakan dalam
pembuatan suppositoria vagina karena diharapkan efek setempat yang
cukup lama dari unsur obatnya. Basis gliserin-gelatin lebih lambat
melunak dan bercampur dengan cairan tubuh daripada oleum cacao serta
waktu pelepasan bahan obatnya lebih lama. Untuk pembuatan suppositoria
vagina, lazimnya paling banyak digunakan basis kombinasi yang terdiri
dari polietilen glikol dari macam-macam berat molekul (Ansel, 1989).
Pada basis ini ditambahkan surfaktan nonionik yaitu tween 80 dan
bahan pengawet yaitu metil paraben, diamana aktivitas antimikroba metil
paraben dan paraben lainnya jauh berkurang dengan adanya surfaktan
nonionik seperti tween 80 sebagai hasil dari misel. Namun propilen glikol
10% telah terbukti mempotensi aktivitas antimikroba paraben dengan
adanya surfaktan nonionik. Serta dapat mencegah infeksi antara metil
paraben dan polisorbata (Rowe, 2009).
Untuk membuat sediaan suppositoria vagina, langkah awal yang
dilakukan adalah membuat basis terlebih dahulu. Pertama-tama disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian alat dibersihkan
menggunakan alkohol 70% dengan tujuan untuk menghilangkan lemak
dan kotoran yang menempel pada alat (Dirjen POM, 1979). Ditimbang
gliserin 22,309 gram, gelatin 6,374 gram dan air 3,187 gram, metil paraben
0,09 gram dan propilen glikol 5 gram. Selanjutnya dipanaskan campuran
gliserin, gelatin, metil paraben dan propilen glikol pada water bath dengan
suhu 50 0C. Langkah kedua adalah membuat sediaan suppositoria vagina.
Pertama ditimbang sulfanilamida 10,5 gram, aminakrin HCL 0,14 gram,
allantoin 1,4 gram dan tween 80 1 gram. Dimasukkan sulfanilamida 10,5
gram kedalam lumpang dan digerus. Lalu ditambahkan aminakrin HCl
0,14 gram dan allantoin 1,4 gram dan digerus hingga homogen. Setelah
homogen ditambahkan tween 80 1 gram dengan tujuan untuk menambah
kelarutan dari sulfanilamida dan diaduk hingga homogen. Setelah
campuran homogen dimasukkan campuran zat aktif ke dalam wadah dan
dituang basis yang telah dibuat ke dalam wadah yang berisi zat aktif dan
dilebur menggunakan water bath hingga homogen. Selanjutnya diamkan
beberapa saat hingga suppositoria vagina siap dicetak. Dalam pembuatan
suppositoria vagina ini menggunakan metode dengan tangan dimana
metode dengan pembuatan tangan merupakan metode suppositoria yang
paling tua dan sederhana. Massa suppositoria yang telah dilebur kemudian
digulung menjadi bola-bola vaginal sesuai berat yang dikehendaki
(Lachman,
2012).
Selanjutnya
dibungkus
bola-bola
vagina
tadi
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
suppositoria vagina dengan zat aktif sulfanilamida, aminakrin HCl dan
allantoin menggunakan basis gliserin-gelatin yang merupakan basis larut air
karena ketiga zat aktif larut air dan ditujukan untuk tujuan lokal. Dalam
pembuatan suppositoria vagina ini digunakan metode yang paling sederhana
yaitu metode tangan.
V.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum, praktikan diharapkan bisa mengetahui
bagaimana cara menggunakan alat yang baik dan benar, agar dapat
meminimalisir berbagai kesalahan yang mungkin saja terjadi pada saat
praktikum berlangsung.