PENDAHULUAN
II.1. Antalgin
Antalgin merupakan salah satu obat golongan NSAID atau Non-
Steroidal Anti Inflammatory Drugs yang merupakan suatu derivat pirazolon
yang larut dalam air (Hoan Tjay, 2002 ). Antalgin memiliki rumus kimia
Cl3H16N3NaO4S.H2O dan mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak
lebih dari 101,0%, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Berbentuk
hablur putih atau putih kekuningan (Depkes RI, 1995).
Antalgin merupakan obat analgetik-antipiretik dan anti inflamasi.
Analgesik adalah obat untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara
meningkatkan nilai ambang nyeri di sistem saraf pusat tanpa menekan
kesadaran, sedangkan antipiretik merupakan obat yang menurunkan suhu
tubuh yang tinggi. Jadi, obat analgetik antipiretik adalah obat yang
mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi,
sedangkan antiinflamasi adalah obat untuk mengatasi pembengkakan
(Anief, 1995).
Menurut Anief (1995), umumnya cara kerja analgetik-antipiretik
dengan menghambat sintesa neurotransmitter tertentu yang dapat
menimbulkan rasa nyeri dan demam. Dengan blokade sintesa
neurotransmitter tersebut , maka otak tidak lagi mendapatkan “sinyal”
nyeri, sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.
II.2. Siproheptadin
Siproheptadin mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih
dari 100,5% C21H21N.HCl dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian siproheptadin HCl yaitu serbuk hablur, putih sampai agak
kuning, tidak berbau atau praktis tidak berbau. Kelarutan siproheptadin
yaitu sukar larut dalam air (Anonim, 1995).
Siproheptadin HCl digunakan sebagai antihistamin. Obat ini
memiliki indikasi sebagai hay fever, urtikaria, migren. Obat ini memiliki
efek samping mual, muntah, anemia hemolitik, leucopenia. Dosis yang
diberikan yaitu 4 mg 3-4 kali sehari, rentang dosis 4-20 mg sehari
maksimal 32 mg sehari, untuk anak dibawah 2 tahun tidak dianjurkan,
anak 2-6 tahun 2 mg 2-3 kali sehari maksimal 12 mg sehari, anak 7-14
tahun 4 mg 2-3 kali sehari maksimal 16 mg sehari (Anonim, 2000).
Siproheptadin merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi
reaksi aleergi seperti pilek alergi dan gatal-gatal. Obat ini selain berefek
sebagai anti alergi, obat ini juga berefek sebagai antiserotonin. Efek ini
menyebabkan meningkatnya nafsu makan. Makan yang banyak tanpa
diimbangi oleh olahraga mengakibatkan banyak lemak yang tertimbun.
Lemak yang tertimbun itulah yang mengakibatkan berat badan menjadi
naik.
II.3. Jamu
II.3.1. Definisi Jamu
Definis jamu atau obat tradisional berdasarkan Undang-Undang
Kesehatan RI no 23 tahun 1992 adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun,
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengelaman.
Menurut Hermanto (2007), jamu bisa manfaatkan untuk obat luar
dan obat dalam yang harus diminum. Obat luar bisa di oles, digosok,
direndam atau ditempel. Image jamu biasanya bau yang tidak enak dan
rasanya pahit. Khasiat jamu dipercaya sejak jaman dahulu. Selanjutnya
seiring dengan berjalannya waktu, negara Indonesia dijajah Belanda,
sehingga masuklah budaya barat yang memperkenalkan obat medis yang
praktis, kecil, tidak berbau dan tinggal ditelan.
Pembuatannya jamu sendiri menggunakan bermacam-macam
tumbuhan yang diambil langsung dari alam berupa bagian dari tumbuhan
seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit batang dan buah.efek
samping jamu relatif kecil dibandingkan obat medis. Namun tidak mudah
meyakinkan kalangan medis untuk meresepkan jamu yang belum
dilakukan penelitian ilmiah atau uji klinis (Hermanto,2007).
Sesuai dengan Keputusan Kepala badan POM
no.HK.00.05.41.1384 tahun 2005, obat tradisional dilarang menggunakan:
1. Bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat.
2. Narkotika atau psikotropika.
3. Hewan atau tumbuhan yang dilindungi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
II.3.2. Jenis Jamu atau Obat Tradisional
Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan POM RI No.00.05.4.2411
tahun 2004, berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan
dan tingkat pembuktian khasiat. Obat Bahan Alam Indonesia
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Jamu
Merupakan obat tradisional warisan nenek moyang. Dipasaran,
bisa dijumpai dalam bentuk herbal kering siap seduh atau siap rebus,
juga dalam bentuk segar rebusan sebagaimana dijajakan para penjual
jamu gendong (Yuliarti, 2008).
Beberapa contoh jamu gendong menurut Lewi (2008):
a. Jamu beras kencur
Jamu beras kencur dipercaya dapat menghilangkan pegal-pegal
pada tubuh. Selain itu, jamur beras kencur dapat merangsang nafsu
makan, sehingga selera makan meningkat dan tubuh menjadi lebih sehat.
Bahan yang digunakan yaitu beras dan kecur.Jamu kunir asam.
b. Jamu kunir asam
Digunakan untuk menyegarkan atau dapat membuat tubuhmenjadi
dingin. Manfaat lain untuk menghindarkan dari panas dalam atau sariawan
serta membuat perut menjadi dingin. Bahan yang digunakan yaitu kunyit,
gula.
c. Jamu Pahitan
Jamu pahitan dimanfaatkan untuk gatal-gatal dan kecing manis.
Manfaat lainnya untuk menghilangkan bau badan, menurunkan kolesterol,
perut kembung atau sebah, jerawat, pegal dan pusing. Bahan yang
digunakan sambiloto.
d. Jamu kudu laos
Khasiat jamu kudu laos adalah untuk menurunkan tekanan darah.
Selain itu, untuk melancarkan peredaran darah, menghangatkan badan,
membuat perut terasa nyaman, menambahkan nafsu makan,
melancarkan haid. Bahan yang digunakan yaitu mengkudu masak
ditambah rimpang laos dan biasanya ditambahkan buah asam masak.
2. Obat Herbal Terstandar
Sedikit berbeda dengan jamu, herbal terstandar umumnya sudah
mengalami pemprosesan, misalnya berupa ekstrak atau kapsul. Herbal
yang sudah diekstrak tersebut sudah diteliti khasiat dan keamanannya
melalui uji pra klinis (terhadap hewan) dilaboratorium. Disebut herbal
terstandar, karena dalam proses pengujiannya telah diterapkan standar
kandungan bahan, proses pembuatan ekstrak, higenitas, serta uji
toksisitas untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan racun dalam
herbal (Yuliarti,2008).
3. Fitofarmaka
Merupakan jamu dengan kasta tertingggi karena khasiat,
keamanan serta standar proses pembuatan dan bahannya telah diuji
secara klinis, jamu berstatus sebagai fitofarmaka juga dijual diapotek dan
sering diresepkan oleh dokter (Yuliarti,2008).
Menurut Hermanto (2007), di Indonesia hingga saat ini baru ada 5
produk fitofarmaka, yaitu:
a. Nodiar
Merupakan fitofarmaka anti-diare dengan bahan baku daun jambu biji
(Psidium guajava) dan Curcuma domestica.
b. Rheumaneer.
Merupakan fitofarmaka anti rematik dengan bahan baku Curcuma
xanthorrhiza.
c. Stimuno
Merupakan fitofarmaka untuk meningkatkan kekebalan tubuh dengan
bahan baku meniran (Phyllanthus niruri).
d. X-gra
Merupakan aprodisiak dengan bahan baku linzhi (Ganoderma
lucidum), pasak bumi (Eurycoma) dan ginseng.
II.3.3 Syarat Pembuatan Jamu/Obat Tradisional
Terhadap jamu/obat tradisional, pemerintah belum mengeluarkan
persyaratan yang mantap, namun dalam pembinaan jamu, pemerintah
telah mengeluarkan beberapa petunjuk yakni sebagai berikut (Santoso,
2006) :
1. Kadar air tidak lebih dari 10%. Ini untuk mencegah berkembang
biaknya bakteri, kapang dan khamir (ragi).
2. Jumlah kapang dan khamir tidak lebih dari 10.000 (sepuluh ribu).
3. Jumlah bakteri nonpatogen tidak lebih dari 1.000.000 (1 juta).
4. Bebas dari bakteri patogen seperti Salmonella.
5. Jamu yang berbentuk pil atau tablet, daya hancur tidak lebih dari 15
menit (menurut Farmakope Indonesia). Toleransi sampai 45 menit.
6. Tidak boleh tercemar atau diselundupi bahan kimia berkhasiat. Selain
itu, pembuatan jamu tradisional juga memerlukan bahan
tambahanberupa pengawet yang tidak lebih dari 0,1 %
Pengawet yang diperbolehkan (Depkes R.I, 1994) :
1. Metil p - hidroksi benzoat (Nipagin)
2. Propil p - hidroksi benzoat (Nipasol
3. Asam sorbat atau garamnya
4. Garam natrium benzoat dalam suasana asam
5. Pengawet lain yang disetujui.
II.3.4 Manfaat Dan Bahaya Jamu
1. Manfaat Jamu
Adapun manfaat dari jamu, yaitu (Yuliarti, 2008):
a) Menjaga kebugaran tubuh
Berbagai jenis memiliki fungsi untuk menjaga kebugaran tubuh
termasuk menjaga vitalitas, menghilangkan rasa tidak enak di badan yang
mengganggu kebugaran tubuh misalkan lemah, letih, lesu.
b) Menjaga kecantikan
Selain menjaga kebugaran, beberapa jenis jamu juga berfungsi
menjaga dan meningkatkan kecantikan. Beberapa hal yang termasuk di
sini di antaranya menyuburkan rambut, melembutkan kulit, memutihkan
kulit, menghilangkan bau badan serta bau mulut dan lain sebagainya.
c) Mencegah penyakit
Beberapa jenis jamu berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh
sehingga dapat mencegah gangguan-gangguan kesehatan ringan
misalnya influenza, mabuk perjalanan, dan mencegah cacat pada janin.
d) Mengobati penyakit
Manfaat jamu yang paling dikenal di masyarakat adalah untuk
mengobati penyakit. Berbagai jenis jamu mulai dipercaya untuk mengobat
berbagai jenis penyakit misalnya asam urat, asma, batu ginjal, bronkitis,
demam berdarah, diabetes militus, desentri, eksem, hipertensi, influenza,
kanker, gangguan kolesterol, lepra, lever, luka, malaria, peradangan,
rematik, TBC, tifus, tumor dan usus buntu.
2. Bahaya Jamu
a. Herbal Berbahaya
Sebagian besar orang berpendapat bahwa yang alami lebih aman
dan kecil sekali efek sampingnya karena sifat herbal yang kontruksif
terhadap tubuh. Namun, harus tetap dipahami bahwa yang alami bisa saja
tidak aman bila cara pemanfaatannya salah. Selain itu ada beberapa
bahan alam yang menyebabkan efek negatif seperti (Hermanto , 2007):
1. Aristolochia sp. Yang menyebabkan gagal ginjal stadium lanjut.
2. Produk Kava-kava (Piper metysticum) merupakan herbal sedatif yang
bersifat hepatotoksik (meracuni hati), biasanya digunakan untuk
menenangkan diri.
3. Ephedra bisa menyebabkan serangan jantung dan stroke. Produk
ephedra digunakan untuk menurunkan berat badan, bisa
menyebabkan tekanan darah meningkat, detak jantung menjadi tidak
teratur, rasa gelisah, sakit kepala, dan susah tidur.
4. Batang pohon kina (Cinchonae cortex) dan daun artimisia (Artemesiae
folium) yang dapat menyebabkan resistensi Plasmodium falciparum
dan Plasmodium vivax terhadap obat anti malaria.
b. Mengandung Bahan Kimia Obat
Beberapa jenis jamu dinilai berbahaya karena didalamnya
terkandung bahan kimia obat (BKO). Menurut temuan Badan POM, obat
tradisional yang sering dicemari BKO umumnya adalah obat tardisional
yang digunakan pada penyakit-penyakit tertentu seperti tabel berikut ini
(Yuliarti, 2008):
Tabel 2.1 Jamu yang Mengandung Bahan Kimia Obat
Kegunaan Obat Tradisional BKO yang sering Ditambahkan
(Yuliarti. 2008)
II.3.5 Pedoman Untuk Mengkonsumsi Jamu Tradisional
Sebagai pedoman bagi masyarakat yang ingin membeli atau
mengkonsumsi obat tradisional, Pemerintah telah menetapkan Permenkes
RI no 246/Menkes/Per/V/1990 tentang izin usaha industri obat tradisional
dan pendaftaran obat tradisional yaitu :
Pada pembungkus, wadah atau etiket dan brosur Obat Tradisional
Indonesia harus dicantumkan kata “JAMU” yang terletak dalam lingkaran
dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri;
Kata "JAMU" harus jelas dan mudah dibaca, dan ukuran huruf
sekurangkurangaya tinggi 5 (lima) milimeter dan tebal 1/2 (setengah)
millimeter dicetak dengan warna hitam di atas warna putih atau warna lain
yang menyolok.
Pada pembungkus, wadah atau etiket dan brosur Obat Tradisional
Lisensi harus dicantumkan lambang daun yang terletak dalam lingkaran
dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri.
Lambang daun harus jelas dengan ukuran sekurang-kurangnya
lebar 10 (sepuluh) milimeter dan tinggi 10 (sepuluh) milimeter, warna
hitam di atas dasar putih atau warna lain yang menyolok dengan bentuk
dan rupa. Penandaan yang tercantum pada pembungkus, wadah, atiket
dan atau brosur harus berisi informasi tentang :
a. Nama obat tradisional atau nama dagang
b. Komposisi
c. Bobot, isi atau jumlah obat tiap wadah
d. Dosis pemakaian;
e. Khasiat atau kegunaan
f. Kontra indikasi (bila ada)
g. Kedaluwarsa
h. Nomor pendaftaran
i. Nomor kode produksi; k.Nama industri atau alamat sekurang-
kurangaya nama kota dan kata “INDONESIA"
j. Untuk Obat Tradisional Lisensi harus dicantumkan juga nama dan
alamat industri pemberi lisensi (Depkes R.I, 1990)
II. 4 Uraian Bahan
1 Asam Asetat (FI ed V. 2014; hal. 136)
.
Nama Resmi : ACETIC ACID
Nama Lain : Asam Asetat
RM / BM : CH3COOH / 60,05
Pemerian : Cairan; jernih tidak berwana; bau khas,
menusuk;rasa yang tajam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol
dan dengan gliserol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2 Aquadest (FI ed III. 1979; Hal. 96)
.
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling ; aquadest
RM / BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berbau; tidak mempunyai
rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3 Chloroform (FI ed III. 1979; hal. 151)
Nama Resmi : Chloroform
Nama Lain : Kloroform
RM / BM : CHCl3 /119,38 g/mol
Pemerian : cairan, mudah menguap; tidak berwarna;
bau khas; rasa manis dan membakar.
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 200 bagian air;
mudah larut dalam etanol mutlak, dalam eter,
dalam sebagian besar pelarut organik, dalam
minyak atsiri dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca,
terlindung dari cahaya
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
IV.1.1 Tabel Pengamatan Keseragaman Bobot Sediaan Kapsul Jamu
Gemuk Badan
Hermanto dan Subroto, 2007. Pilih Jamu dan Herbal tanpa Efek Samping,
Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Pelarutan sampel
Penyaringan larutan sampel