Anda di halaman 1dari 35

Sediaan Supositoria

Created by : JUMASNI ADNAN, S.Farm., M.Si.,Apt.


Suppo adalah sediaan berbentuk solida, dimaksudkan
untuk pemberian obat melalui rektum, vagina atau
uretra, dan meleleh, melunak atau melarut dalam
tubuh.

Supositoria rektal :
Berbentuk menyerupai torpedo
Bobot umumnya mendekati 2 g, dengan panjang sekitar 1-1.5 inchi
Untuk anak2, bobot umumnya 1 g
Supositoria vagina (ovula)

 Disebut juga pesari


 Tersedia berbagai bentuk, contohnya globular, dengan bobot
rata2 3.5 g
 Basis pada umumnya dipilih basis larut air, seperti PEG atau
gelatin tergliserinasi
 Beberapa ovula merupakan tablet kempa dan disebut “insert”

Supositoria uretral (bougies)

 Berdiameter 5 mm dan panjang 50 mm untuk wanita dan 125 mm


untuk pria
 Bobot kurang lebih 2 g untuk wanita dan 4 g untuk pria
Supositoria ditujukan:
1. Faktor pasien

 Untuk bayi atau anak-anak


 Untuk pasien yang tidak dapat menggunakan sediaan oral
 Jika sediaan parenteral tidak sesuia digunakan

2. Faktor obat

Untuk penggunaan baik sistemik (berbagai macam obat misalnya anti


muntah, anti asma, analgesik, hormon, dll) ,maupun lokal (untuk
pengobatan ambeien, gatal2, infeksi)

Untuk tujuan pelepasan zat aktif yang diperlama, misalnya formulasi


supositoria mengandung alkaloid morfin untuk pengobatan nyeri kronis
Hal mendasar yang perlu dipertimbangkan sebelum formulasi supositoria

1. Efek yang diinginkan: sistemik atau lokal


Efek lokal
untuk pengobatan ambeien, anestesi lokal, antiseptik, antibiotik, antijamur

Efek sistemik
analgesik, anti asma, anti muntah, dan lain-lain

2. Rute pemberian: rektal, vagina, uretra


3. Pelepasan zat aktif dari sediaan: cepat, lambat, atau diperlama
Supositroria yang tidak melepaskan zat aktifnya dalam 6 jam adalah tidak
boleh digunakan (formulasi tidak sesuai)
Faktor yang mempengaruhi pelepasan zat aktif dari sediaan supositoria
 Adanya air
 Viskositas
 Kekerasan supositoria
 Kerapatan (density)
 Volume kontraksi
 Ketidaktersatukannya zat aktif dengan komponen dalam formula
 Kecepatan pelepasan obat
 Farmakokinetik dan ketersediaan hayati
Sifat-sifat fisikokimia yang perlu dipertimbangkan

1.Adanya air
Adanya air atau penggunaan air untuk membantu distribusi zat aktif
dalam sediaan supo pada umumnya dihindari dalam pembuatan supo. Air
dapat mempercepat proses oksidasi lemak, meningkatkan kecepatan
penguraian zat aktif banyak obat dan komponen lain dalam supo,
mempermudah bakteri/jamur tumbuh. Di samping itu, air akan menguap
sehingga menyebabkan kristalisasi dari zat aktif

2. Higroskopisitas
Supositoria mengandung gliserin dan PEG bersifat higroskopis.
Kecepatan perubahan lembab bergantung pada panjang rantai molekul,
temperatur dan kelembaban lingkungan. PEG dengan BM > 4000
cenderung kurang higroskopis dibandingkan PEG BM rendah.
3. Viskositas

Viskositas merupakan hal penting dalam pembuatan supositoria, karena


viskositas berpengaruh terhadap kecepatan pelepasan obat. Jika
viskositas basis rendah, perlu ditambahkan pensuspensi agar zat aktif
terdispersi merata sampai supo benar-benar memadat. Jika viskositas
di dalam cairan tubuh tinggi, pelepasan zat aktif akan diperlambat
karena menurunannya difusi zat aktif melalui basis.
Cara meningkatkan viskositas adalah melalui peningkatan rantai asam
lemak dari basis lemak, misalnya penambahan C-16 dan C-18 dari mono
dan di-gliserida. Penambahan aluminium – monostearat (2%), setil-,
stearil- dan miristil-alkohol (5%) akan meningkatkan viskositas basis
lemak.
4. Kerapuhan

Supositoria yang rapuh dapat menyulitkan penanganan, pengemasan


dan penggunaan. Supositoria menggunakan basis oleum cacao pada
umumnya tidak rapuh, kecuali jika persentasi zat padat (zat aktif
tidak larut lemak) tinggi (>30%).
Basis lemak sintetis dengan konsentrasi stearat tinggi atau derajat
hidrogenasinya tinggi biasanya lebih rapuh.
Kerapuhan dari basis2 tersebut kemungkinan juga disebabkan oleh
proses pendinginan yang tiba-tiba atau pendinginan dalam freezer.
Masalah ini bisa diatasi dengan:
- mengusahakan suhu cetakan hampir mendekati suhu lelehan.
- Menambahkan sejumlah kecil (< 2%) tween 80, tween 85, asam lemak
monogliserida, castor oil, gliserin, atau PEG.
5. Kerapatan
Kerapatan dari bahan yang dimasukkan ke dalam formula
supositoria dapat mempengaruhi bobot akhir supo. Masalah
ini dapat diatasi dengan penetapan bilangan pengganti.
Kerapatan serbuk tidak larut adalah penting karena jika
kerapatan terlalu besar akan menyebabkan bahan yang
tersuspensi akan mengendap menghasilkan penampakan yang
kurang baik dan bagian ini menjadi lebih rapuh dibandingkan
bagian yang lain.

6. Kontraksi volume
Basis, eksipien dan zat aktif pada umumnya menempati ruang
lebih sempit pada suhu rendah dibandingkan pada suhu
tinggi. Jika lelehan panas supositoria dituang ke dalam
cetakan akan cenderung berkurang pada saat pendinginan.
Hal ini menyebabkan pengeluaran supo dari cetakan menjadi
mudah. Tapi juga menyebabkan pembentukan kantong pada
bagian bawah atau ujung terbuka.
Adanya semacam kantung sangat tidak diharapkan dalam
sediaan supositoria. Hal ini dapat diatasi dengan membiarkan
lelehan mendekati suhu kongealing (pemadatan) sesaat
sebelum lelehan dituang ke dalam cetakan. Untuk
mengkompensasi adanya kontraksi volume ini, lelehan yang
dituang ke dalam cetakan dilebihkan, yang setelah memadat
sempurna, kelebihan ini diratakan menggunakan pisau.
1.Zat aktif
2.Basis
3.Bahan tambahan lain
1. Apabila digunakan melalui oral akan:
 Mengiritasi saluran cerna
 Mengalami first-pass metabolism setelah pemberian
oral
 Merangsang rasa mual dan muntah
2. Dosis berkisar 1.5 – 2 kali dari dosis oral
3. Dapat berdifusi pasif
4. Mempunyai koefisien partisi yang besar
5. Kelarutan dalam basis sebaiknya mendekati jenuh
Beberapa zat aktif yang dapat diformulasikan ke sediaan supo

 Analgesik (non-narkotik)
 Anti piretk
 Antibiotik, anti jamur
 Anti kanker (kanker rektal)
 Anti ulcer (rebamipid)
 Anti konvulsan
 Non-steroid anti inflamasi
 Hipnotik-sedatif
 Teofilin dan turunannya
 Kortikosteroid
 Hormon (progesteron)
Persyaratan basis untuk sediaan supositoria

 Tersatukan (compatible)dengan komponen lain terutama dgn. zat aktif


 Stabil, baik pada proses pembuatan maupun pada penyimpanan
 Mempunyai titik leleh yang sesuai dengan suhu tubuh atau melunak atau
melarut dalam suhu
 Menghasilkan tekstur dan konsistensi yang baik (aspek estetika)
 Nontoksik dan tidak mengiritasi jaringan
 Tidak mempunyai kristal metastabil
 Mempunyai nilai asam < 0.2, saponifikasi 200-245, nilai iodin < 7
 Dapat dimetabolisme oleh tubuh

Basis dengan titik leleh tinggi diperlukan untuk memformulasi zat


aktif yang mempunyai titik leleh lebih rendah dari TL basis, misalnya
kampora, kloral hidrat, menthol, fenol, timol, dan minyak atsiri.

Basis dengan titik leleh rendah dapat digunakan pada formulasi zat
aktif yang mempunyai titik leleh tinggi atau jika sejumlah banyak
padatan ditambahkan dalam formula
Basis larut lemak
Oleum cacao

- melunak pada suhu 30oC dan meleleh pada suhu 34oC


- merupakan dari trigliserida cair yang dijerapkan pada
kristalin trigliserida padat
- oleum cacao mengandung asam lemak jenuh (asam stearat dan
asam palmitat) dan asam lemak tak jenuh (asam oleat)
- ada 4 bentuk: , β, β’, dan  dengan TL masing2; 22, 34, 35, dan
18oC
- bentuk β adalah bentuk yang paling stabil dan digunakan untuk
formulasi supositoria.
- kloral hidrat dapat menurunkan TL ol.cacao
- pelepasan supositoria dengan basis ol.cacao dari cetakannya akan
lebih baik jika cetakan yang digunakan: bersih, kering dan
ol.cacao tidak dilelehkan pada suhu di atas TL nya
Basis lemak tumbuhan terhidrogenasi
Fattibase

 Disusun oleh senyawa trigliserida dari minyak palm, dan minyak


kelapa.
 Stabilitas bagus
 Tidak bersifat mengiritasi
 Tidak memerlukan kondisi penyimpanan khusus
 Memberikan kemudahan saat dikeluarkan dari cetakan sehingga
tidak memerlukan pelumasan cetakan
 TL leleh antara 35oC dan 37oC, dengan bobot jenis o,89 (37oC)

Basis witepsol
 Basis supositoria berwarna agak putih dan hampir tidak berasa
 Witepsol H 15 mempunyai rentang TL dan karakteristik pelepasan
yang sama dengan ol.cacao.
 Memadat dengan cepat dalam cetakan tidak memerlukan lubrikasi
karena supositoria dapat mengkerut (contract) dengan baik.
 Witepsol dengan TL tinggi dapat dikombinasikan dengan witepsol TL
rendah, menghasilkan TL antara 34 – 44oC.
Basis larut air
Penggunaan basis larut air dapat menimbulkan masalah iritasi
karena basis ini mengabsorpsi air untuk proses pelarutannya,
sehingga dapat berakibat dehidrasi dari mukosa rektal.
Akan tetapi basis larut air ini banyak digunakan karena dapat
melepaskan obat melalui pelarutan dan penyatuan dengan cairan
tubuh.

PEG
Merupakan basis larut air yang paling banyak digunakan
Mempunyai keuntungan karena variasi bobot molekulnya
sehingga dapat dilakukan kombinasi PEG BM tinggi dan BM
rendah untuk menghasilkan supo dengan TL tertentu,
mengatasi karakteristik merugikan terlalu banyak padatan
atau cairan yang harus diformulasikan ke sediaan supo.
Beberapa keterbatasan penggunaan PEG sebagai basis supo
Zat aktif seperti garam2 perak, asam tanat, aminopirin, quinin, ihtamol,
aspirin, benzokain, iodoklorhidroksiquin, dan sulfonamid tidak tersatukan
dengan PEG.

Senyawa seperti Na barbiturat, asam salisilat, dan kampor akan


merekristal dari basis PEG. Konsentrasi tinggi asam salisilat akan
melunakkan PEG. Aspirin akan membentuk kompleks dengan PEG.
PEG dapat mengakibatkan iritasi pada sebagian pasien

Supo yang dibuat dengan basis PEG sebaiknya tidak disimpan dalam wadah
polisiren karena PEG akan memberikan reaksi yang merugikan dengan bahan
ini.
Sediaan supo berbasis PEG sebaiknya disimpan dalam wadah gelas
Polybase

Basis supositoria berwarna putih, terdiri dari campuran homogen PEG


dan tween 80
Merupakan basis larut air yang stabil pada suhu kamar, dengan bj
1.177 (25oC) dengan BM rata-rata 3440
Tidak memerlukan lubrikasi saat dicetak

Basis gliserin
Supositoria berbasis gelatin tergliserinasi merupakan campuran 70%
gliserin, 20% gelatin, dan 10% air.
Dikemas dalam wadah tertutup rapat karena basis ini bersifat
higroskopis.
Basis ini tidak direkomendasikan untuk supositoria rektal karena
dapat memberikan efek osmotik dan reflek defekasi

Basis gliserin yang mengandung 91% gliserin, Na stearat (9%)


ditujukan untuk sediaan ovula.
Mekanisme pelepasan zat aktif dari basis suppo/ovula

 Difusi melalui lelehan basis, untuk basis lemak

 Difusi melalui pelarutan basis, untuk basis larut air

Cairan rektum adalah polar


 Peningkat disolusi zat aktif
 Peningkat absorpsi zat aktif (Na.laurat, taurin)
Ada beberapa cara:
1.Cetak tangan
2.Cetak kempa (cold compression)
3.Cetak tuang (fusion)

Cold compression atau cetak kempa


Cara ini sesuai untuk basis yang dapat dibentuk supositoria dengan
menggunakan tekanan.
Cara ini sangat sesuai untuk zat aktif yang tidak tahan panas.
Beberapa basis yang dapat digunakan dengan cara cold compression adalah
campuran PEG 1450 -heksametriol-1,2,6 6% dan 12% polietilen oksida 4000
Cara cetak tuang (fusion)
Melibatkan proses pelelehan basis dan kemudian zat aktif atau zat
tambahan lain dimasukkan ke dalam lelehan tsb.

Mengkalibrasi cetakan (pembuatan blanko) untuk proses pembuatan cara


cetak kempa atau cetak tuang

1. Siapkan cetakan supo dengan kondisi kering dan bersih.


2. Buat lelehan basis supo cukup untuk 6-12 supo
3. Tuang lelehan, dinginkan dan rapikan
4. Keluarkan supo dari cetakan dan timbang
5. Hitung bobot rata-rata supo
6. Gunakan bobot rata-rata supo ini sebagai nilai kalibrasi untuk
suatu cetakan tertentu
1. Penyiapan cetakan
Cetakan harus BERSIH dan KERING, sehingga tidak perlu lubrikasi
Ada kalanya lubrikasi mutlak diperlukan, bila demikian:
- Untuk basis larut air, digunakan minyak mineral (parafin cair)
- Untuk basis larut lemak, digunakan gliserin atau PEG 400
Penggunaan lubrikan harus sesedikit mungkin sampai semua bagian cetakan
tertutup lapisan tipis lubrikan
Jumlah lubrikan yang berlebihan menyebabkan deformasi supo. Sebaliknya,
lubrikan yang kurang menyebabkan kesulitan pengeluaran supo dari cetakan

2. Penyiapan basis
Suhu pelelehan basis harus diperhatikan:
Ol.cacao: 34 – 35C, lebih dari suhu ini menyebabkan pembentukan bentuk
 yang tidak stabil, dengan TL yang lebih rendah sehingga sulit ditangani
dan lengket pada cetakan
PEG merupakan basis yang sangat stabil pada suhu tinggi. Pelelehan
biasanya pada suhu 60C.
3. Penyiapan zat aktif
Zat aktif sebaiknya digerus menjadi ukuran yang homogen, halus serta
dapat menjamin distribusi yang merata dalam basis
Maksimum zat aktif/zat tambahan lain yang diperbolehkan dimasukkan
ke dalam basis adalah 30%. Lebih dari 30% menyebabkan kerapuhan
supo.

4. Pencampuran dan penuangan


Zat aktif dapat langsung dicampurkan ke dalam lelehan basis, atau
dibasahkan dulu sebelum dimasukkan
Waktu pencampuran harus diperhatikan sampai diperoleh distribusi zat
aktif yang homogen. Pencampuran yang terlalu lama dapat menyebabkan
penguraian zat aktif atau basis.
Campuran dalam lelehan kemudian dituang pada suhu kamar sampai
cetakan terpenuhi dengan sempurna agar tidak terjadi lapisan2 dalam
supo. Cetakan dingin sebaiknya tidak digunakan karena menyebabkan
fraktur. Hindarkan gelembung udara terjerat ke dalam lelehan

5. Pendinginan dan penyempurnaan proses (finishing)

Lelehan dibiarkan dalam suhu kamar 15-30 min diikuti dengan


pendinginan tambahan di lemari es selama 30 min.
Dosis replacement

Jika dosis zat aktif yang digunakan < 100 mg (untuk bobot supo 2 g), maka
volume yang ditempati oleh serbuk tidak berubah secara bermakna
sehingga tidak perlu dipertimbangkan.
Jika bobot supo yang akan dibuat < 2 g maka volume serbuk harus
diperhitungkan.
Faktor kerapatan (densitas) dari basis dan serbuk harus diketahui.
Ada 2 metoda perhitungan:
1. Berdasarkan faktor penggantian dosis (dosage replacement factor)

f = 100 (E – G) + 1
G.X

E : bobot supositoria dengan 100% basis


G : bobot supo dengan x% zat aktif

Ol.cacao dianggap sebagai 1


Persamaan faktor penggantian dosis (bilangan pengganti) dapat
digunakan baik untuk menghitung bilangan pengganti maupun bobot
supo.

Contoh
Supositoria mengandung 100 mg fenobarbital, menggunakan
ol.cacao sebagai basis.
Bobot supo mengandung 100% ol.cacao = 2 g
Berapa bobot supo mengandung 100 mg fenobarbital?

Jawab
Karena mengandung 100 mg fenobarbital dalam sekitar 2 g, maka %
fenobarbil dalam sediaan supo adalah (100/2000) x 100% = 5%
Bilangan pengganti fenobarbital, f = 0.81 (tabel)
Rumus
Rumus: f = [100 (E – G) + 1]/G.X
0.81 = [100 (2 – G) + 1]/G.5
G = 2.019 g
2. Penetapan faktor densitas – metoda Paddock – bilangan pengganti
PENETAPAN BILANGAN PENGGANTI

Bilangan pengganti adalah bilangan yang menyatakan jumlah basis


yang digantikan oleh zat aktif, dikarenakan perbedaan bj antara zat aktif dan
basis
Cara penetapan bilangan pengganti
A. Suppo basis
1. Buat basis suppo dan tuang ke dalam cetakan
2. Biarkan suppo basis di suhu kamar sampai memadat sempurna
3. Sempurnakan pemadatan pada suhu dingin (4 oC) selama 30 menit
4. Keluarkan suppo basis dari cetakan dan timbang, misalnya 2 gram

B. Suppo dengan 10% zat aktif


1. Buat lelehan basis suppo (90%)
2. Timbang 10% zat aktif dan masukkan ke dalam lelehan basis suppo
yang sudah turun suhunya sampai nilai terterntu bergantung stabilitas zat
aktif
3. Aduk sampai zat aktif terdispersi rata dalam basis
4. Tuang ke dalam campuran dan biarkan memadat seperti pada prosedur A
5. Keluarkan suppo dan timbang, misalnya 2.2 gram
Contoh

1. Bobot suppo mengandung 100% basis = 2 gram


2. Bobot suppo mengandung 10% zat aktif = 2.2 gram
3. Jadi bobot zat aktif dalam suppo = 0.1 x 2.2 = 0.22 gram
4. Bobot basis dalam suppo mengandung zat aktif 10% = 2.2 – 0.22
= 1.98

Bobot basis yang digantikan oleh zat aktif


0.22 gram zat aktif = 2 – 1.98 gram basis
= 0.02 gram basis

1 gram zat aktif = 0.02/0.22 gram basis


= 0.09 gram basis

Bilangan pengganti zat aktif = 0.09

Anda mungkin juga menyukai