Supositoria rektal :
Berbentuk menyerupai torpedo
Bobot umumnya mendekati 2 g, dengan panjang sekitar 1-1.5 inchi
Untuk anak2, bobot umumnya 1 g
Supositoria vagina (ovula)
2. Faktor obat
Efek sistemik
analgesik, anti asma, anti muntah, dan lain-lain
1.Adanya air
Adanya air atau penggunaan air untuk membantu distribusi zat aktif
dalam sediaan supo pada umumnya dihindari dalam pembuatan supo. Air
dapat mempercepat proses oksidasi lemak, meningkatkan kecepatan
penguraian zat aktif banyak obat dan komponen lain dalam supo,
mempermudah bakteri/jamur tumbuh. Di samping itu, air akan menguap
sehingga menyebabkan kristalisasi dari zat aktif
2. Higroskopisitas
Supositoria mengandung gliserin dan PEG bersifat higroskopis.
Kecepatan perubahan lembab bergantung pada panjang rantai molekul,
temperatur dan kelembaban lingkungan. PEG dengan BM > 4000
cenderung kurang higroskopis dibandingkan PEG BM rendah.
3. Viskositas
6. Kontraksi volume
Basis, eksipien dan zat aktif pada umumnya menempati ruang
lebih sempit pada suhu rendah dibandingkan pada suhu
tinggi. Jika lelehan panas supositoria dituang ke dalam
cetakan akan cenderung berkurang pada saat pendinginan.
Hal ini menyebabkan pengeluaran supo dari cetakan menjadi
mudah. Tapi juga menyebabkan pembentukan kantong pada
bagian bawah atau ujung terbuka.
Adanya semacam kantung sangat tidak diharapkan dalam
sediaan supositoria. Hal ini dapat diatasi dengan membiarkan
lelehan mendekati suhu kongealing (pemadatan) sesaat
sebelum lelehan dituang ke dalam cetakan. Untuk
mengkompensasi adanya kontraksi volume ini, lelehan yang
dituang ke dalam cetakan dilebihkan, yang setelah memadat
sempurna, kelebihan ini diratakan menggunakan pisau.
1.Zat aktif
2.Basis
3.Bahan tambahan lain
1. Apabila digunakan melalui oral akan:
Mengiritasi saluran cerna
Mengalami first-pass metabolism setelah pemberian
oral
Merangsang rasa mual dan muntah
2. Dosis berkisar 1.5 – 2 kali dari dosis oral
3. Dapat berdifusi pasif
4. Mempunyai koefisien partisi yang besar
5. Kelarutan dalam basis sebaiknya mendekati jenuh
Beberapa zat aktif yang dapat diformulasikan ke sediaan supo
Analgesik (non-narkotik)
Anti piretk
Antibiotik, anti jamur
Anti kanker (kanker rektal)
Anti ulcer (rebamipid)
Anti konvulsan
Non-steroid anti inflamasi
Hipnotik-sedatif
Teofilin dan turunannya
Kortikosteroid
Hormon (progesteron)
Persyaratan basis untuk sediaan supositoria
Basis dengan titik leleh rendah dapat digunakan pada formulasi zat
aktif yang mempunyai titik leleh tinggi atau jika sejumlah banyak
padatan ditambahkan dalam formula
Basis larut lemak
Oleum cacao
Basis witepsol
Basis supositoria berwarna agak putih dan hampir tidak berasa
Witepsol H 15 mempunyai rentang TL dan karakteristik pelepasan
yang sama dengan ol.cacao.
Memadat dengan cepat dalam cetakan tidak memerlukan lubrikasi
karena supositoria dapat mengkerut (contract) dengan baik.
Witepsol dengan TL tinggi dapat dikombinasikan dengan witepsol TL
rendah, menghasilkan TL antara 34 – 44oC.
Basis larut air
Penggunaan basis larut air dapat menimbulkan masalah iritasi
karena basis ini mengabsorpsi air untuk proses pelarutannya,
sehingga dapat berakibat dehidrasi dari mukosa rektal.
Akan tetapi basis larut air ini banyak digunakan karena dapat
melepaskan obat melalui pelarutan dan penyatuan dengan cairan
tubuh.
PEG
Merupakan basis larut air yang paling banyak digunakan
Mempunyai keuntungan karena variasi bobot molekulnya
sehingga dapat dilakukan kombinasi PEG BM tinggi dan BM
rendah untuk menghasilkan supo dengan TL tertentu,
mengatasi karakteristik merugikan terlalu banyak padatan
atau cairan yang harus diformulasikan ke sediaan supo.
Beberapa keterbatasan penggunaan PEG sebagai basis supo
Zat aktif seperti garam2 perak, asam tanat, aminopirin, quinin, ihtamol,
aspirin, benzokain, iodoklorhidroksiquin, dan sulfonamid tidak tersatukan
dengan PEG.
Supo yang dibuat dengan basis PEG sebaiknya tidak disimpan dalam wadah
polisiren karena PEG akan memberikan reaksi yang merugikan dengan bahan
ini.
Sediaan supo berbasis PEG sebaiknya disimpan dalam wadah gelas
Polybase
Basis gliserin
Supositoria berbasis gelatin tergliserinasi merupakan campuran 70%
gliserin, 20% gelatin, dan 10% air.
Dikemas dalam wadah tertutup rapat karena basis ini bersifat
higroskopis.
Basis ini tidak direkomendasikan untuk supositoria rektal karena
dapat memberikan efek osmotik dan reflek defekasi
2. Penyiapan basis
Suhu pelelehan basis harus diperhatikan:
Ol.cacao: 34 – 35C, lebih dari suhu ini menyebabkan pembentukan bentuk
yang tidak stabil, dengan TL yang lebih rendah sehingga sulit ditangani
dan lengket pada cetakan
PEG merupakan basis yang sangat stabil pada suhu tinggi. Pelelehan
biasanya pada suhu 60C.
3. Penyiapan zat aktif
Zat aktif sebaiknya digerus menjadi ukuran yang homogen, halus serta
dapat menjamin distribusi yang merata dalam basis
Maksimum zat aktif/zat tambahan lain yang diperbolehkan dimasukkan
ke dalam basis adalah 30%. Lebih dari 30% menyebabkan kerapuhan
supo.
Jika dosis zat aktif yang digunakan < 100 mg (untuk bobot supo 2 g), maka
volume yang ditempati oleh serbuk tidak berubah secara bermakna
sehingga tidak perlu dipertimbangkan.
Jika bobot supo yang akan dibuat < 2 g maka volume serbuk harus
diperhitungkan.
Faktor kerapatan (densitas) dari basis dan serbuk harus diketahui.
Ada 2 metoda perhitungan:
1. Berdasarkan faktor penggantian dosis (dosage replacement factor)
f = 100 (E – G) + 1
G.X
Contoh
Supositoria mengandung 100 mg fenobarbital, menggunakan
ol.cacao sebagai basis.
Bobot supo mengandung 100% ol.cacao = 2 g
Berapa bobot supo mengandung 100 mg fenobarbital?
Jawab
Karena mengandung 100 mg fenobarbital dalam sekitar 2 g, maka %
fenobarbil dalam sediaan supo adalah (100/2000) x 100% = 5%
Bilangan pengganti fenobarbital, f = 0.81 (tabel)
Rumus
Rumus: f = [100 (E – G) + 1]/G.X
0.81 = [100 (2 – G) + 1]/G.5
G = 2.019 g
2. Penetapan faktor densitas – metoda Paddock – bilangan pengganti
PENETAPAN BILANGAN PENGGANTI