Anda di halaman 1dari 12

DIARE

DEFINISI DIARE

– Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret) dan merupakan
gejala dari penyakit-penyait tertentu atau gangguan lain, seperti diuraikan dibawah ini
(Yun diarrea = mengalir melalui). (Tjay, Tan Hoan, 2015)
– Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau
200 ml/24 jam. (Santi, Irma. 2017)
– Definisi lain memakai kriteria fekuensi, yaitu buang air besar encer setiap 4-6 jam sekali
dapat/tanpa disertai lendir atau darah. (Santi, Irma. 2017)
– Diare adalah frekuensi pegelaran dan kekentalan feses yagn tidak normal. Sedangkan
menurut WHO diarre adaah buang air besar yang unak atau cair dengan freunesi 3 kali
atau lebih perhari (Arsurya, Yessi. 2017)
KLASIFIKASI DIARE
A. Rendle Short membuat klasifikasi berdasarkan pada ada atau tidak adanya
infeksi :
1. Gastroenteritis (diare dan muntah) diklasifikasi menjadi 2 golongan :
• Diare infeksi spesifik : tifus abdomen dan paratifus, disentri basil (Shigella),
Enterokolitis stafilokok.
• Diare non-spesifik : diare dietetik.
2. Klasifikasi lain diadakan berdasarkan organ yang terkena infeksi:
 Diare infeksi enteral atau diare karena infeksi saluran pencernaan yang terjadi di usus.
 Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi di luar usus (otitis media akut (OMA).
B. Ellis dan Mitchel membagi diare pada bayi dan anak secara luas Berdasarkan
lamanya diare :
 Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak. Umumnya
berlangsung kurang dari 7 hari. Diare karena infeksi usus dapat terjadi pada
setiap umur dan bila menyerang bayi umumnya disebut gastroenteritis infantil.
Akibat dari diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan
penyebab utama kematian bagi penderita diare.
 Diare kronik yang umumnya bersifat menahun, diantara diare akut dan kronik
disebut diare subakut (diare persisten). Diare kronik adalah diare hilang timbul,
atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif
terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. (Audlina, Maria
Ignasia Olga. 2017)
PENYEBAB DIARE

– Menurut teori klasik diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus sehingga
pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat
meninggalkan tubuh sebagai tinja.
– Disamping masalah resorpsi diare juga dapat diseababkan oleh perubahan pergerakan
(molarilitas) usus, atau kombinasi dari kedua-duanya. (Tjay, Tan Hoan. 2015)
– Diare eksudatif terjadi karena adanya inflamasi akut atau kronis, atau nekrosis mukosa
usus yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa, bahan kimia dan tumor, yang
akan berakibat adanya produksi cairan dan produk inflamasi, termasuk hilangnya
protein serum dan penurunan penyerapan cairan serta elektrolit. (Rachmawati, Fitri.
2016)
GEJALA DIARE
 Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat dan nafsu
makan bekurang
 Tinja makin encer, mengandung darah/lendir, warna tinja berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur empedu
 Anusnya lecet
 Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
 Muntah sebelum dan sesudah diare
 Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
 Dehidrasi (kekurangan cairan). Bila terjadi dehidrasi timbul rasa haus, clastisitas
(turgir san onus) kulit menurun, bibir dan mulut kerung, mata cowong, air mata
tidak keluar, tekanan darah rendah. (Pamungkas, Dani Cahya Stefanus. 2009)
PENATALAKSANAAN DIARE
A. Pengobatan Farmakologi
1. Obat Sintetik
a. Loperamid
Indikasi : Terapi simtomatik untuk diare non spesifik akut dan kronik (Bahaudin,
nasirah, dkk :2010)
Kontraindikasi : Kondisi dimana konstipasi harus dihindari. (Bahaudin, nasirah, dkk :2010)
Efek samping : Mual, muntah, pusing, mulut kering dan eksantem kulit (Tjay, Tan Hoan :
2015)
Dosis : Diare akut: awal 4 mg, kemudian 2 mg tiap diare. Dosis maksimal 16
mg/hari. Diare kronik: awal 4-8 mg/hari dalam dosis terbagi. Maksimum 16
mg/hari. (Bahaudin, nasirah, dkk :2010)
Efek Samping : Mulut kering, konstipasi, mual, muntah. (Bahaudin, nasirah, dkk :2010)
b. Bismut subsalisilat
 Indikasi : Mengatasi diare, mulas, dan sakit perut
 Dosis : Diare, mulas, mual, sakit perut : Dewasa dan anak-anak 12
tahun ke atas : 525 mg, tiap 30 menit atau 1 jam bila perlu. Jangan melebihi 4
kali inum 24 jam. Infeksi helicobacter pylori : Dewasa : 525 mg, dikombinasikan
dengan metronidazole dan tetracycline
 Dosis : Diare, mulas, mual, sakit perut : Dewasa dan anak-anak 12
tahun ke atas : 525 mg, tiap 30 menit atau 1 jam bila perlu. Jangan melebihi 4
kali minum dalam 24 jam. Infeksi helicobacter pylori : Dewasa : 525 mg,
dikombinasikan dengan metronidazole dan tetracycline, 4 kali sehari.
 Efek Samping : Mual dan muntah, Anoreksia nervosa, Diare atau sembelit,
Infeksi saluran pencernaan, BAB berdarah, Lemas, Sakit kepala, Penurunan
fungsi saraf
 Mekanisme Kerja : Dapat mengikat toksi yang diproduksi oleh bakteri
misalnya oleh E-Coli. (Taringan,dat, dkk. 2014)
c. Obat-obat kolinergik seperti atropine, dapat menghambat vagal tone dan
memperpanjang waktu transit saluran cerna
d. Ampisillin (Antibiotik)
– Bentuk sediaan : Serbuk injeksi (sebagai garam Na) 500 mg/vial Injeksi 250 mg,
500 mg, 1 g Tablet 500 mg, 1000 mg Kapsul 250 mg, 500 mg Sirup 125 mg/5 mL
[60 mL] Sirup Forte 250 mg/5 mL [60 mL]
– Indikasi : Mastoiditis; Infeksi ginekologik; septikemia; peritonitis;
endokarditis; meningitis; kolesistitis; osteomielitis yang disebabkan oleh kuman
yang sensitif. (Tambulan, taralan, dkk : 2012)
– Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap golongan penisilin. (Tambulan, taralan,
dkk : 2012)
– Dosis : IV: Neonatus : 25 – 50 mg/kgBB/dosis; usia 1 minggu : setiap
12 jam; usia 2 – 4 minggu : setiap 6 – 8 jam • Bayi dan anak Oral : 7,5 – 25
mg/kgBB/dosis setiap 6 jam • IV, IM : Infeksi biasa : 10 – 25 mg/kgBB/dosis
setiap 6 jam, infeksi berat: 50 mg/kgBB/dosis setiap 4 jam • Meningitis: injeksi
IV lambat, 150-200 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi. (Tambulan, taralan,
dkk : 2012)
– Efek Samping : Mual dan muntah, diare; ruam (hipersensitivitas atau reaksi
toksik bila serius, maka pengobatan dihentikan); reaksi hipersensitivitas
termasuk urtikaria, angioedema, anafilaksis, reaksi serum sickness, anemia
hemolitik, nefritis interstitial. Jarang : kolitis; neutropenia, trombositopenia,
gangguan koagulasi. (Tambulan, taralan, dkk : 2012)
B. Pengobatan Non-Farmakologi
1. Pengobatan Non Farmakologi
a. Obat Tradisional
1). Daun Jambu Biji
Adapun bahannya yaitu enam helai daun jambu biji. Cara pengobatan daun
di cuci bersih, ditumbuk sambal diberi satu cangkir air matang, dan diserkai.
Hasil serkaian diminum. Ramuan ini cukup untuk diminum dua kali sehari.
2). Pisang
Adapun bahannya yaitu pisang. Cara pengobatan yaitu buah pisang
dimakan langsung.
3) Kunyit
Adapun bahannya yaitu sari kunyit, sedikit air kapur sirih, dan beberapa
tetes sari pinang (yang terakhir ini boleh tidak dipakai. Cara pengobatan semua
bahan dicampur dan Pengobatan Non-Farmakologi
b. Cairan dan Elektrolit
Hal ini sangat penting untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Targetnya adalah
minum terutama air setidaknya 8-10 gelas sehari atau lebih dari 2 liter/sehari Minum
cairan dalam bentuk yang lain juga baik untuk menggantikan garam yang hilang dan
menyediakan tenaga/energi.
c. Pengaturan makanan
Jangan menunda/berhenti makan ketika diare. Teruskan pemberian makanan yang
dapat ditoleransi Anda. Hal ini memberikan tenaga sehingga tidak merasa lemas.
Selain itu, Hindari makanan atau minuman yang terlalu dingin/panas yang akan
mengiritasi saluran pencernaan
d. Pencegahan
Pencegahan untuk diare yaitu mencuci tangan, dan menggunakan teknik sterilisasi
yang mungkin dapat mencega terjadinya infeksi kuman. Menjaga makanan agar tetap
terjaga sanitas untuk menghindari kuman yang mungkin muncul.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai