“OBAT-OBAT ANTIKANKER”
DISUSUN OLEH :
FARMASI 18A
KELOMPOK 6
MAKASSAR
2020
A. DEFINISI KANKER
Kanker adalah pertumbuhan jaringan yang baru sebagai akibat dari
proliferasi (pertumbuhan berlebihan) sel abnormal secara terus menerus yang
memiliki kemampuan untuk menyerang dan merusak jaringan lainnya. (Parwata
Made Ika Adi, 2014)
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel
yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan
bilogis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung dijaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh (Setiawan
Dharma Satria, 2010)
Kanker ialah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan
mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi hemoistasis lainnya pada
organisme multiseluler. (Gunawan Sulitia Gen, dkk, 2016)
Istilah oncology (Bhs Yunani berarti tumor) adalah ilmu yang mempelajari
tumor atau neoplasma. Seorang oncologist Inggris mengatakan : ”Neoplasma
adalah masa jaringan yang tidak normal, pertumbuhan yang tak terkendali dan
tidak terkontrol.” Pada kanker terjadi perubahan genetik yang diturunkan kepada
sel-sel kanker turunannya. Perubahan pada gen ini menyebabkan terjadinya
proliferasi sel yang tak terkendali dan tak terkontrol ( Parwata Made Ika Adi,
2014)
D. Mekanisme Kanker
Tahap-tahap mekanisme kanker yaitu sebagai berikut :
1. Tahap inisiasi
Merupakan tahap pertama terjadinya karsiogenesis atau pembentukan
tumor (neoplasma). Hal ini terjadi karena adanya mutasi DNA, sehingga pada
saat replikasi, sifat ini diturunkan ke sel anakannya.
2. Tahap promosi
Sel yang memiliki DNA mutasi terjadi pengulangan siklus sel tanpa
hambatan dan secara kontinu. Diteruskan dengan proses metastasis yang
melibatkan interaksi kompleks yang menyebabkan angiogenesis.
3. Tahap angiogenesis
Proses pembentukan pembuluh darah baru di dalam tubuh. Dalam
mekanisme kanker, angiogenesis dapat menjadi patologi yang diawali dengan
pada saat pembentukan pembuluh darah baru, sel-sel disekitar akan
dihancurkan.
4. Tahap progresif
Pada tahap ini DNA yang termutasi akan mengaktivasi gen-gen
pertumbuhan yang mengakibatkan pertumbuhan sel yang tidak normal.
Metastasis kanker terjadi akibat sel kanker yang menyebar dan terjadi
pembentukan tumor di tempat baru yang jauh dari sel kanker utama. Berbeda
dengan kanker non-metastasis, kanker ini tidak menyebar ke jaringan lain
namun tetap di sel kanker utama. (Prata Fahreza Erdi).
F. Gejala-gejala kanker
Adapun gejala-gejala kanker, yaitu :
1. Perubahan pada kebiasaan buang air kecil dan besar.
2. Sakit tenggorok yang tidak sembuh-sembuh.
3. Pendarahan yang tidak biasa.
4. Benjolan pada dada atau tempat lain.
5. Gangguan pencernaan atau kesulitan menelan.
6. Perubahan pada kutil atau tahi lalat.
7. Batuk yang membandel atau serak. ( Parwata Made Ika Adi, 2014)
Jaringan tumor tumbuh cepat dari jaringan normal bukan karena waktu
siklus sel tumor memendek, melainkan karena tidak stabilnya genetika sel
tumor hingga regulasi siklus sel menjadi tak terkendali. Berbagai penelitian
atas tumor pada manusia menunjukkan sejumlah gen supresor tumor yang ikut
dlam regulasi silkus sel seperti p53, Rb1 dan CDKN2A dll mengalami mutsi
atau delesi, sedangkan sejumlah onkogen lain seperti CCNDI, CDC25B atau
KIP1, dll overaktif atau overekspresi. Perubahan tersebut menyebabkan siklus
sel tak terkendali, sel tumor berproliferasi cepat atau batas.
Dari segi kinetika siklus sel tumor, pertumbuhan tumor ditentukan oleh
terus membelahnya sel yang berada dalam siklus proferasi sel. Sel lain yang
berada di luar siklus proliferasi sel mencangkup sel dalam fase statis (G0), sel
berdiferensiasi dan menua, sel tak berdaya proliferasi. Jenis tumor berbeda
seringkali menunjukkan kinetika siklus sel berbeda pula. Hal ini dapat dilihat
dari beberapa parameter kinetika sel. Parameter Tersebut meliputi : fraksi
pertumbuhan (GF = growth fraction ; proporsi el berploferasi aktif dari total
massa sel), waktu penggandaan (DT = doubling time ; waktu yang diperlukan
volume tumorbertambah satu kali lipat), indeks pelabelan (LI = labeling index ;
proporsi sel fase S dengan inti terlabel oleh timidin-tritium 3H-TdR dari total
jumlah sel) dll. Pemeriksaan parameter ini dapat memahami kecepatan
pertumbuhan tumor dan kepekaannya terhadap obat.
Obat kemoterapi tertentu seperti golongan antimetabolite terhadap sel
dalam siklus proliferasi fase G1, S, G2, dan M lebih peka dibandingkan sel
dalam fase statis G0. Menurut perbedaan efek atas berbagai fase multiplikasi
sel, obat kemoterapi dapat dibagi menjadi dua golongan ; pertama adalah obat
non-spesifik terhadap siklus sel (CCNSA), dapat membunuh sel fase istirahat
maupun sel multiplikasi, yang lain adalah obat spesifik sel (CCSA) membunuh
sel multiplikasi lebih banyak dibanding sel statis, yang terakhir ini dapat dibagi
lagi menjadi spesifik fase tertentu dan non-spesifik fase tertentu.
Untuk membunuh lebih banyak sel kanker dalam fase siklus berbeda,
menurut teori kinetika sel, secara sering dipakai obat dengan mekanisme kerja
berbeda dalam kemoterapi kombinasi atau secara sekuensial memakai obat
obat yang tidak bergantung pada siklus sel dan obat yang bergantung pada
siklus sel (kemoterapi sekuensial). Juga dapat dipakai obat tertentu (VCR)
yang bekerja pada siklus tertentu (fase M), agar sebagian besar sel kanker
dihambat pada fase M, setelah sel kanker secara bersamaan masuk ke fase S
baru dipakai obat untuk fase siklus tersebut (missal, Ara-C) sehingga efek
mematikan tumor menjadi lebih besarm ini disebut sebagai kemoterapi
sinkronisasi. Selain itu, karena obat non spesifik siklus menunjukkan daya
sitoktoksik logaritmik terhadap se kanker mengikuti aturan kinetika orde
pertama, sering kali digunakan dosis tinggi satu kali mematikan sejumlah besar
sel kanker, sehingga memicu sel fase G0 memasuki sikus multiplikasi. Sel fase
G0 pada umumnya berbeda dalam fase statis yang tidak peka terhadap obat
kemoterapi, menjadi sumber residifnya tumor (Anwar Anita Deborah, dkk,
2013)
K. Tujuan Kemoterapi
Kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda, yaitu :
1. Kemoterapi kuratif
Terhadap tumor sensitive yang kurabel, missal leukemia limfositik akut,
limfoma maliga, kanker testes, karsinoma sel kecil paru, dapat dilakukan
kemoterapi kuratif. Kemoterapi kuratif ini harus memakai formula kemoterapi
kombinasi yang terdiri atas obat dengan mekanisme kerja berbeda, efek
toksik berbeda dan masing-masing efektif bila digunakan tersendiri, diberikan
dengan banyak siklus, untuk setiap obat dalam formula tersebut diupayakan
memakai dosis maksimum yang dapat ditoleransi tubuh, masa interval
sedapat mungkin diperpendek agar tercapai pembasmian ktotal sel kanker
dalam tubuh.
2. Kemoterapi adjuvant
Kemoterapi ini adalah kemoterapi yang dikerjakan setelah operasi radikal.
Pada dasarnya ini adalah bagian dari operasi kuratif. Karena banyak tumor
pada waktu pra-operasi sudah memiliki mikrometastasis di luar lingkup
operasi, maka setelah lesi primer dieksisi, tumor tersisa akan tumbuh
semakin pesat, kepekaan terhadap obat bertambah. Pada umumnya tumor
bila volume semakin kecil, ratio pertumbuhan semakin tinggi, terhadap
kemoterapi semakin peka. Bila tumor mulai diterapi semakin dini, semakin
sedikit muncul sel tahan obat. Oleh karena itu, terapi dini terhadap mikro-
metastasis akan menyebabkan efentivitas meningkat, kemungkinan
resistensi obat berkurang, peluang kesembuhan bertambah.
3. Kemoterapi neonadjuvan
Kemoterapi neoadjuvant adalah kemoterapi yang dilakukan sebelum
operasi atau radioterapi. Kanker terlokalisir tertentu hanya dengan operasi
atau radioterapi 2-3 siklus dapat mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan
darah, berguna bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi selanjutnya. Pada
waktu bersamaan dapat diamati respons tumor terhadap kemoterapi dan
secara dini menterapi lesi metastatic subklinis yang mungkin terdapat.
Krenakemoterapi adjuvant mungkin menghadapi resiko jika kemoterapi tidak
efektif peluang operasi akan lenyap, maka harus memakai regimen
kemoterapi dengan cukup bukti efektif untuk lesi stasium lanjut.
4. Kemoterapi paliatif
Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bukan sel kecil paru,
kanker hati, lambung, pancreas, kolon, dll. Hasil kemoterapi masih kurang
memuaskan. Untuk kanker seperti itu dalam stadium anjut kemoterapi masih
bersifat paiatif, hanya dapat berperan mengurangi gejala, memperpanjang
waktu survival. Dalam hal ini dokter harus mempertimbangan keuntungan
dan kerugian yang yang dibawa kemoterapi pada diri pasien, menghindari
kemoterapi yang terlalu kuat hingga kualitas hidup pasien menurun atau
memperparah perkembangan penyakitnya.
5. Kemoterapi investigative
Kemoterapi ini merupakan uji klinis dengn regimen kemoterapi baru atau
obat baru yang sedang diteliti. Untuk menemukan obat atau regimen baru
dengan efektifivitas tinggi toksisitas rendah, penelitian memang diperlukan.
Penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, rancangan pengujian yang baik,
metode observasi dan penilaian yang rinci, dan perlu secara ketat mengikuti
prinsip etika kedokteran. Kini sudah terdapat aturan baku kendali mutu,
disebut ‘’Good Clinical Practice’’ (GCP). (Anwar Anita Deborah, dkk, 2013)
3. Golongan Antibiotik
Aktinomisin D (Act-D), daunorubisin, adriamisin (ADR), epirubisin,
pirarubisin (THP), idarubisin, mitoksantron (novantron) dan obat lain
menyusup masuk ke pasangan basa di dekat rantai ganda DNA,
menimbulkan terpisahnya kedua rantai DNA, mengusik transkripsi DNA
dan produksi mRNA. Adriamisin liposom (Doxil) menggunakan teknologi
lipososm fosfolitipit 2 lapis dari selubung mikrosfer polietilen gliserol
(teknologi polimerisasi Stealth), menghindari bocornya obat dan
pengenalan oleh sistem imun, menjamin kadar adriamisin dalam plasma
rendah stabil dalam jangka panjang mengurangi kardiotoksisitas
meningkatkan efektifitas. Bleomisin secara langsung menimbulkan
fragmentasi rantai tunggal DNA mitomisin (MMC) dan DNA membentuk
ikatan silang keduanya berefek sama seperti alkilator.
5. Inhibitor Topoisomeras
Alkaloid dari Camptotheca acuminate, irinotecan dan topotekan
terutama berefek menghambat topoiso merase I, menghambat pertautan
kembali rantai setelah saling berpisah waktu replikasi DNA, sehingga rantai
ganda DNA terputus. Podofilotoksin seperti etoposide (VP-16) dan teniposit
(VM-26) berefek menghambat enzim topoisomerase II, juga menghambat
replikasi dan sintesis DNA.
6. Golongan Hormon
Hormon seperti estrogen, progesterone, testosterone, dll berikatan
dengan reseptor yang sesuai intrasel memacu pertumbuhan tumor tertentu
yang bergantung pada hormone seperti karsinoma mamae, karsinoma
prostat. Penyekat reseptor termasuk antiestrogen seperto tamoksifen,
toremifen, dll dan anti endrogen seperti flutamit masing-masing dapat
berikatan secara kompetitif dengan reseptor yang sesuai dalam sel tumor
digunakan untuk terapi karsinoma payudara dan karsinoma prostat. Zat
sejenis LH-RH, melalui stimulasi produksi FSH dan LH secara umpan balik
negative akhirnya menyebabkan gagal fungsi ovarium,, efeknya serupa
dengan kastrasi ovarium nonoperatif, secara klinis dapat digunakan untuk
terapi karsinoma mamae dan karsinoma prostat. Sediaan jenis ini terutama
adalah zoladex, dan Lupron. Selain itu, inhibitor aromatase
(aminoglutetimid, formestran, letrozol, arimidex, dll) terutama menghambat
aromatisasi cincin A testoteron menjadi estradiol, menghambat sintesis
hormon steroid korteks adrenal, dapat dipakai untuk terapi karsinoma
payudara pasca menopause.