Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN MATERI

SEDIAAN PARENTERAL

DOSEN : Desy Siska Anastasi, M.Sc., Apt

KELOMPOK 9
ANGGOTA :

1. Siti Syabriyantini

(I21112038)

2. Umy Kalsum

(I21112039)

3. Triana Putri Nurmalasari

(I21112040)

4. Ratissa Eka N.

(I21112041)

5. Febrieko R. Tampubolon

(I21112042)

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PRODI FARMASI
2015

FORM PENILAIAN

PEMICU
1. Tantangan dalam sediaan injeksi (parenteral) yaitu :
a. Tantangan umum
Relatif hanya sedikit eksipien yang dapat diterima dalam formulasi dan dapat
digunakan untuk sediaan injeksi.
Pada proses sediaan nonparenteral, karena potensi toksik dari serbuk obat yang
diolah, maka proses disiapkan sedemikian rupa untuk melindungi personal yang
melakukan operasi.
Kebanyakan sediaan injeksi diberikan oleh profesional.
b. Pertimbangan keamanan
Ditinjau dari sifat komponen formulasi produk.
Ditinjau dari efek anatomi/fisiologi dari sediaan selama dan sesudah penyuntikan.
c. Tantangan mikroba dan kontaminasi lain
Kontaminasi mikroba dapat menyebabkan kerusakan produk, membahayakan
kesehatan konsumen, perubahan estetika dan kehilangan efikasi sediaan. Kontaminasi
mikroba dapat berasal dari bahan baku dan eksipien. Mikroba dapat memasuki sediaan
selama proses manufaktur (dari peralatan, operator, udara dan material pengemasan),
selama penyimpanan dan penggunaan.
Sediaan injeksi harus bebas dari kontaminasi pirogen dan endotoksin yang
dalam jumlah cukup dapat menyebabkan bahaya pada pasien. Pirogen terdiri dari
lipopolisakarida yang bereaksi dengan hipotalamus dapat menyebabkan kenaikan suhu
tubuh. Sediaan injeksi jika disuntikkan dalam bentuk larutan harus bebas dari partikel
partikulat. Adanya partikel partikulat dapat menimbulkan 3 konotasi, yaitu :
Tingkat kualitas produk yang selanjutnya dapat merefleksikan kualitas manufaktur.
Tingkat kualitas menurut persepsi kastomer (pasien, dokter, perawat, BPOM)
Implikais klinik tentang bahaya dari partikel partikulat.
d. Tantangan stabilitas
Sediaan injeksi bermasalah dalam hal stabilitas seperti stabilitas kimia, fisika dan
mikrobiologi.
Stabilitas kimia melibatkan 2 alur degragasi yaitu hidrolitik dan oksidatif. Namun,
ada juga alur yang relatif kurang dominan yaitu terdiri dari rasemisasi, fotolisis, dan
tipe reaksi kimia yang terjaid pada molekul besar (seperti protein, polimer, dan
sebagainya).
Masalah stabilitas fisika dikenal secara luas pada sediaan injeksi protein karena
protein cenderung membentuk self aggregate yang selanjutnya akan mengendap.
Masalah mikrobiologi akan meningkat sejalan dengan stabilitas penyimpanan yang
terkait dengan sistem kontener tertututp yan seharusnya mampu menjaga sterilisasi
produk, sistem pengawetan antimikroba dan potensi terjadinya ketidaksterilan dari
produk yang dimanufaktur secara teknologi aseptik.
e. Tantangan kelarutan (solubilitas)
Sediaan injeksi umumnya menunjukkan kelarutan yang kurang baik. Berbagai cara
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat, yaitu :
Pembentukan garam (dapat meningkatkan kelarutan sampai ~ 1000 kali)
Pengaturan pH
Penggunaan kosolven (~ peningkatan kelarutan sampai 1000 kali)

f.

g.

h.

Penggunaan surfaktan 0,1-0,5% dan polioksietilen polioksipropilen eter (0,05%0,25%)


Penggunaan agen pengompleks, misal Beta siklodekstrin dan PVP
Formulasi dalam bentuk mikroemulsi, liposom, formulasi misel campuran (mixed
micelle, garam empedu + fosfolipid).
Tantangan kemasan
Kemasan yang luas digunakan adalah vial gelas dengan penutup karet. Selain
itu dapat digunakan ampul disegel (tertutup), namun penggunaannya sudah agak
menurun karena tipis sehingga dapat berisiko pecah dan partikel partikulat secara tidak
sengaja dapat memasuki ampul saat penutupan dengan cara peleburan.
Sistem pengemasan yang lain meliputi alat suntik dari kaca dan plastik, botol
gelas, katrige gelas dan kantong plastik. Penutup karet yang digunakan untuk penutup
kemasan sediaan parenteral harus kompatibel dengan formulasi injeksi (dapat
mengadopsi dan sorpsi komponen formulasi seperti bahan aktif obat, pengawet dan
sebagainya).
Tantangan manufakturing
Tantangan manufakturing paling utama dalam preparasi sediaan steril adalah apabila
bahan aktif (sediaan) tidak dapat disterilisasi secara terminal yang meliputi
pencapaian, penjagaan dan penjaminan sterilitas produk.
Tantang manufakturing meliputi :
Meminimalkan pembentukan partikel partikulat selama proses
Menjaga stabilitas produk terutama produk protein selama pemprosesan.
Persyaratan pengolahan khusus untuk pemprosesan serbuk steril, sistem dispersi
(misal suspensi atau emulsi) dan formulais lanjut seperti mikrosfer, liposom dan
peralatan kedokteran (steril)
Pengembangan, kontol dan validasi siklus freeze drying (liofilisasi)
Operasi pemilihan dan pelabelan untuk menjamni bahwa tidak akan ada produk cacat
Penanganan yang benar terhadap produk jadi sebelum diloloskan dan didistribusikan.
Tantangan pemberian injeksi
Potensi kecelakaan dan ketidaknyamanan pada pemberian obat suntik (rasa nyeri dan
iritasi jaringan).

2. Rute pemberian sediaan parenteral

a. Rute intradermal atau intrakutan


Obat disuntikkan pada lapisan superfisial kulit.
Volume larutan yang disuntikkan hanya 0,1 ml untuk sekali pakai, cara ini untuk
dicadangkan untuk pengujian diagnostika dan dalam jumlah terbatas untuk vaksin.

b.

c.

d.

e.

f.
g.
h.
i.
j.
k.

Absorbsi melalui rute ini lambat, menyebabkan hasil kerja onset obat lambat
Rute subkutan (SC)
Injeksi volume kecil dilakukan pada jaringan longgar dibawah kulit, biasanya
pada permukaan terluar dari lengan dan paha.
Respon obat dari obat yang diberikan dengan cara ini lebih cepat daripada respons
obat yang diberikan secara intradermal
Rute intramuskular
Injeksi pada pemberian obat secara intramuskular dapat dilakukan pada massa
otot.
Lokasi yang biasa digunakan adalah otot deltoid (segitiga) pada lengan bagian
atas, dimana disuntikkan sebanyak 2 ml larutan obat,volume lebih besar,
maksimal 5 ml, dapat di injeksikan ke dalam otot gluteal medial dari setiap
penonjolan ( buttock).
Absorbsi melalui rute intramuskular berlangsung lebih cepat daripada rute
subkutan, dapat di tunda atau diperlama dengan cara pemberian obat dalam
bentuk suspensi steril, baik dalam pembawa air maupun minyak.
Rute intravena
Larutan bervolume besar atau kecil dapat diberikan kedalam vena untuk
mendapatkan efek lebih cepat. Hasilnya dapat diperkirakan, tetapi pemberian
melalui rute ini potensial berbahaya karena tidak dapt mundur begitu obat sudah
diberikan.
Larutan obat yang mengiritasi dapat diberikan menurut rute ini karena terjadi
pengenceran secara cepat oleh darah dan cairan intravena dapat diberikan sebagai
pengencer. Metode pemberian ini tidak terbatas pada volume dan jumlah serta
lokasi vena, menyebabkan cara ini mudah dilakukan.
Rute intraarteri
Rute ini tidak sering digunakan.
Injeksi obat pada terminal arteri merupakan sasaran yang dapat merupakan suatu
organ.
Sifat dari obat dan fisiologi dari sistem sirkulasi mensyaratkan penyuntikan
intravena, dimana obat dikumpulkan dan diencerkan ke seluruh sistem darah dan
tidak langsung menuju organ atau jaringan dimana efek akan terlokalisasi dan
tidak digeneralisasi
Alasan lazim untuk memanfaatkan rute intraarteri adalah untuk memasukkan
material radio poak (bahan kontras untuk tujuan diagnostik) ex. Arteriogram
Beberapa obat neoplastik seperti metoktrexat diberikan memalui rute ini.
Kemungkinan terjadi spasmus arteri yang selanjutnya dapat diikuti oleh gangren
merupakan bagian (resiko) dari penyuntikan dengan ini
Rute intrakardiak (Kedalam bilik jantung)
Rute intraartikular ( Persendian)
Hipodermoklisis (Injeksi volume besar larutan kedalam jaringan subkutan)
Intraspinal (Kolon spinal)
Intrasinovial ( Kedaerah cairan persendian)
Intratekal ( Kedalam cairan spinal obat parenteral yang diberikan dalam bentuk
larutan). Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada

cairan serebrospinal. Digunakan untuk infeksi ssp seperti meningitis,


juga untuk anestesi spinal. Intratekal umumnya diinjeksikan secara
langsung pada lumbar spinal atau ventrikel sehingga sediaan dapat
berpenetrasi masuk ke dalam daerah yang berkenaan langsung
pada SSP.
3. Keuntungan dan kerugikan sediaan parenteral
a. Keuntungan
Respon-fisiologi segera dapat dicapai jika diperlukan, yang sering merupakan
pertimbangan utama dalam kondisi klinik tertentu seperi cardiac arrest, asma dan
syok.
Terapi parenteral diperlukan untuk obat yang tidak efektif secara oral atau akan
dirusak oleh sekresi saluran cerna ex insulin, hormon lain dan antibiotika
Pengobatan untuk pasien yang tidak kooperatif atau tidak sadar harus diberikan
melaui injeksi
Dokter dapat mengontrol obat (pengobatan) krn pasien kembali untuk melanjutkan
pengobatan.
Untuk efek lokal ( Dokter gigi dan anestesiologi)
Perpanjangan kerja obat diperlukan seperti steroid yang disuntikkan secara
intraartikular dan penisilin yang diberikan dengan cara intramuskular dalam
Menjadi koreksi gangguan serius kesetimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh
Makanan dapat diganti dengan pemberian nutrisi secara total melalui parenteral
b. Kerugian
Sediaan harus diberikan oleh personal terlatih (dokter, mantri, perawat dan bidan)
Membutuhkan waktu lebih lama
Mengikuti ketentuan/prosedur aseptik, dan rasa nyeri tidak dapat dihindari
Sulit untuk membalikkan atau mengurangi efek fisiologinya
Karena persyaratan manufaktur dan pengemasan, sediaan parenteral lebih mahal
harganya
4. Bentuk sediaan parenteral serta karakteristik khusus dan persyratan sediaan parenteral
Bentuk sediaan parenteral
a. Sediaan parenteral volume kecil (Svp)
Bentuk sediaan ini terdiri dari ampul 1 ml, 2 ml, 3 ml, 5 ml dan 20 ml serta vial 2
ml, 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan 30 ml.
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang
memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ampul adalah wadah
takaran tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam
satu kali pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat
dari gelas tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat
dari bahan gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini sangat
berkembang pesat sebagai ampul minum untuk pemakaian peroralia (Voigt, 1995).

Bentuk sediaan ampul

Bentuk sediaan vial

Vial merupakan kemasan obat yang terbuat dari kaca atau plastik dengan
tutup karet. Terdapat logam pada bagian atas untuk melindungi tutup karet. Vial
berisi obat yang berbentuk cair atau obat kering. Jika obat tidak stabil dalam
kondisi cair maka akan dikemas dalam bentuk kering seperti dalam bentuk serbuk
kering. Label pada vial biasanya menunjukkan jumlah pelarut yang digunakan
untuk melarutkan serbuk tersebut sehingga memudahkan dalam hitungan dosis
pemberian obat. Berbeda dengan ampul, vial merupakan sistem tertutup sehingga
diperlukan menyuntikkan udara ke dalam vial untuk memudahkan dalam
mengaspirasi jumlah obat yang dibutuhkan.
b. Sediaan parenteral volume besar (Lvp)
Kontener (kemasan) yang berisi larutan injeksi dengan volume 100 ml atau lebih
biasanya untuk intravena
Terdiri dari larutan elektrolit ( NaCl, KCl) dan nonelektrolit ( Dekstrosa dan
manitol)
Larutan intravena untuk penggunaan khusus yg biasa digunakan diantaranya
larutan dialisis peritonial, larutan antikoagulan sitrat-dekstrosa, cairan irigasi
glisin dan metronidazol dalam injeksi dekstrosa dan lain-lain. Larutan parenteral
volume besar, biasanya tersedia dalam kontener dengan volume 500 ml atau
1000 ml.
c. Sediaan parenteral berbentuk serbuk untuk direkonstitusi
Sediaan ini dapat didefenisikan sebagai produk kering, melarut atau tidak melarut
(bentuk suspensi), untuk dikombinasikan dengan suatu pelarut atau pembawa
sebelum digunakan. Biasanya tersedia didalam vial, contohnya injeksi penisilin,
ampicillin, amoxsisilin, streptomisin.
Karakteristik khusus dan persyaratan sediaan parenteral
a. Aman secara toksikologi
b. Steril, bebas dari kontaminasi mikroorganisme, baik bentuk vegetatif, spora,
patogen maupun nonpatogen
c. Bebas dari kontaminasi pirogenik (Endotoksin)
d. Bebas dari partikel partikulat asing
e. Stabil secara kimia, fisika dan mikrobiologi
f. Kompatibel jika dicampur dengan sediaan parenteral lain yang akan diberikan
secara intravena

g. Isotonis

PERTANYAAN
1. Manakah yang lebih stabil, apakah molekul besar atau molekul kecil?
Jawab: Molekul besar lebih stabil karena energi bebas yang dimiliki oleh molekul besar
lebih kecil dan sedangkan energi bebas yang dimiliki molekul kecil lebih besar. Karena
ketika molekul memiliki energi bebas lebih besar, maka energi akan lebih memilih untuk
dilepaskan daripada disimpan dalam ikatan.
2. Apa pengertian liposom ?
Jawab:
Liposom merupakan gelembung kecil
(vesikel), terbuat dari bahan yang sama sebagai
membran sel yang terbuat dari fosfolipid. Fosfolipid
merupakan senyawa yang ampifilik dan mempunyai
struktur dasar gliserol, terdiri dari bagian kepala
yang polar (gugus fosfat) dan bagian hidrofobik
(satu atau dua molekul asam lemak). Senyawa ini
bermuatan netral sampai sedikit negatif. Contoh
fosfolipid yang banyak digunakaan adalah
Fosfatidil kolin. Karena terbuat dari bahan alami
membran yang terbentuk menyerupai lipid
membran sel dan bersifat biokompatibel (biodegradasi, nontoksik, dan tidak memicu
respon imun).
3. Apa pengertian pirogen ?
Jawab: Pirogen terdiri dari lipopolisakarida yang akan bereaksi dengan hipotalamus dan
menyebabkan kenaikan suhu tubuh.
4. Berap pH serum darah ?
Jawab: pH darah berkisar antara 7,35-7,44
5. Sebutkan evaluasi sediaan parenteral!
Jawab:
Pemeriksaan warna
Perubahan warna umumnya terjadi pada sediaan parenteral yang disimpan pada
suhutinggi (lebih dari 40C), karena suhu tinggidapat mempercepat terjadinya
penguraian. Pencegahan umumnya denganmenghilangkan oksigen di atas
permukaanlarutan atau penambahan komplekson
Pemeriksaan bau
Pemeriksaan kemungkinan terjadinya bauharus dilakukan secara periodik,
terutamalarutan yang mengandung sulfur atauantioksidan.

Pemeriksaan kekeruhan
Alat yang dipakai adalah Tyndall, karena larutan dapat menyerap atau
memantulkansinar. Idealnya larutan parenteral dapatmelewatkan 92 97% pada
waktu dibuatdan tidak turun menjadi 70% setelah 3 5tahun. Ada penyebab
terjadinya kekeruhan sediaanparenteral, yaitu: benda asing, terjadinyaendapan, dan
pertumbuhan mikroorganisme.
Pemeriksaan wadah
Evaluasi wadah (gelas, plastik, atau tutup karet) dilakukan secara periodik untuk
mengetahuipengaruhnya terhadap zat aktif
Pemeriksaan benda asing
Sediaan parenteral tidak boleh mengandung benda asing dengan diameter lebih
dari10m.
Pemeriksaan pH
Perubahan pH dalam sediaan parenteral dapat menjadi indikasi bahwa telah
terjadipenguraian obat atau telah terjadi interaksiantara obat dengan wadah (gelas,
plastik,atau tutup karet).
Pemeriksaan pengawet
Pada sediaan yang disimpan pada 5oC dan 25oC dievaluasi efektivitas pengawet
apakah masih efektif atau sudah berkurang
Pemeriksaan toksisitas
Lakukan uji LD50 atau LD0 pada sediaan parenteral selama penyimpanan.
Pemeriksaan kadar
Evaluasi dilakukan dengan bantuan alat, seperti HPLC, spektrometri
massa,spektrofotometer sinar X, sinar UV, sinar tampak, inframerah.Dosis yang ada
tidak boleh kurang dari 90% dari yang tertera dalam label
Pemeriksaan kandungan pirogen
Potensi/Kadar
Penentuan kadar dilakukan dengan pektoskopi UV, HPLC,
Spektroskopi IR.
Toksisistas
Lakukan uji LD 50 atau LD 0 pada sediaan parenteral selama
penyimpanan.
6. Bagaimana prinsip kerja metode freeze drying?
Jawab:
Freeze drying merupakan suatu alat pengeringan yang termasuk kedalam
Conduction Dryer/ Indirect Dryer karena proses perpindahan terjadi secara tidak
langsung yaitu antara bahan yang akan dikeringkan (bahan basah) dan media pemanas
terdapat dinding pembatas sehingga air dalam bahan basah / lembab yang menguap
tidak terbawa bersama media pemanas. Prinsip kerja alat ini adalah merubah fase
padat/es/freeze menjadi fase gas (uap).

yang

7.

Tahapan-tahapan
terjadi pada alat freeze
drying :
Pembekuan
Vacuum
Panas
Kondensasi

Apa yang dimaksud


hipotonis dan hipertonis?
Jawab: hipertonis adalah
terjadi apabila sel
darah
merah
terdapat di dalam plasma hipertonis (lebih pekat daripada sitoplasma
sel) maka akan melepaskan air ke dalam plasma dan menjadi berkerut.
Sel darah merah yang berkerut disebut krenasi. Memiliki
osmolalitasnya lebih besar dari plasma. Sedangkan hipotonis adalah
terjadi bila cairan disekeliling sel lebih rendah tekanan osmotiknya dan
air cenderung melewati membran, masuk ke dalam sel. Air yang
masuk sel menyebabkan pembengkakan dan kemudian pecah,
keadaan ini disebut sel darah merah mengalami hemolisa. Memiliki
osmolalitasnya lebih rendah dari plasma.

8. Bagaimana mengatasi zat aktif yang mudah teroksidasi?


Jawab: menggunakan botol gelap dan menggunakan antioksidan. Contoh antioksidan
adalah BHT (larut dalam fase minyak).
9. Jika zat aktif praktis tidak larut dalam air, maka sediaan dibuat ....
Jawab: dengan bantuan penambahan kosolven dan surfaktan
10. Jika sediaan mudah terhidrolisis , maka sediaan dibuat dalam bentuk....
Jawab: sediaan akan dibuat dalam bentuk rekonstitusi
11. Bagaimana cara meningkatkan kelarutan?
Jawab: 1. Pembentukan garam
2. pengaturan pH
3. penggunaan kosolven
4. penggunaan surfaktan
5. agen pengomplek
6. formulasi dalam bentuk mikroemulsi,liposom,formulasi misel
12. Mengapa insulin tidak diberikan dalam bentuk oral tetapi diberikan dalam bentuk
parenteral? Dan rute apakah yang cocok untuk sediaan insulin?
Jawab: insulin tidak diberikan secara oral karena insulin dapat rusak oleh enzim
pencernaan yaitu enzim protase. Rute sediaan yang cocok adalah rute intravena

13. Jika suatu obat mengandung hormon adrenalin,maka sediaan diberi dalam rute....
Jawab: rute intravena
14. Kapan surfaktan akan menurunkan tegangan dan kapan terbentuknya misel?
Jawab: terbentuk misel ketika konsentrasinya melebihi nilai CMC (KMK). Apabila
kurang dari nilai CMC akan menurunkan tegangan permukaan.
15. Berapa syarat volume untuk masing-masing pemberian rute sediaan parenteral?
Jawab: 1. intradermal: 0,1 ml
2. intramuskular: 2 ml-5 ml
3. intravena: volume besar dan volume kecil
4. subkutan: 0,5 1 ml
5. intraarteri: jarang digunakan
16. Apakah nanopartikel dapat dibuat dalam bentuk injeksi?Jelaskan alasannya!
Jawab:
17. Sebutkan syarat pelarut (cosolvent) surfaktan!
Jawab:

Anda mungkin juga menyukai