Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH FITOKOSMETIK

“Tanaman Fitokosmetik”

Disusun oleh :

Indah Utami L 01016039

Resta Putri A 01016241

Siti Nurumsari 01016090

Upit Sarimanah 01016256

Yuli Rahayu 01016264

Semester : VI.D

YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL

SEKOLAH TINGGI FARMASI CIREBON


Jl. Perjuangan no. 7 Majasem Cirebon Telp. (0231) 455957

Tahun Ajaran 2019/202


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kerana berkat rahmat

dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini kami buat dengan mengambil judul “Tanaman Fitokosmetik ” yang

membahas semua tentang ilmu fitokosmetik yang ada pada saat ini yang berkembang ataupun

yang sudah ada sejak dulu kala.

Makalah ini bertujuan untuk memperluas wawasan kita tentang judul tersebut karena

menyangkut kehidupan makhluk hidup, selain itu juga makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas

mata kuliah Fitokosmetik yang telah diberikan dosen untuk kami.

Besar harapan kami agar para pembaca boleh mengambil perhatian untuk membaca

makalah ini sehingga materi yang ada didalamnya tidak hanya menjadi sebuah materi saja

melainkan menjadi jendela pengetahuan menuju masa depan yang cerah.

Disamping itu, kami juga mau memohon maaf bila anda mendapati ada kekurangan

dalam makalah ini dan terimakasih.

Cirebon, 15 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Fitokosmetik............................................................................................ 4


2.2 Zat Aktif dan Mekanisme Kerja Fitokosmetik ....................................................... 7
2.3 Skrining Zat Aktif ................................................................................................... 11
2.4 Metode Pengujian Fitokosmetik ............................................................................. 19
2.5 Aplikasi ................................................................................................................... 19
2.6 Contoh Sediaan (yang sudah dipublikasikan) ......................................................... 20

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 23


3.2 Saran ....................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kosmetik dari bahan alam baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, maupun
bahan lainnyatelah ada sejak 3500 tahun yang lalu. Penggunaan kosmetik dalam bentuk
sederhana dan dengan caratradisional, telah digunakan oleh manusia sejak dahulu. Seiring
berjalannya waktu, serta berkembangnya pengetahuan maka ditemukanlah sediaan kosmetik
yang lebih modern sepertisediaan yang berbentuk krim, yang merupakan campuran dari
beberapa komponen bahan yangdiformulasikan lebih stabil didalam industri farmasi
(Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetika adalah bahan-bahan yang digunakan untuk memberikan dampak kecantikan
dan kesehatan bagi tubuh. Kosmetika dikenal sejak berabad-abad yanglalu. Pada abad ke-19,
pemakaian kosmetika mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk
kesehatan (Tranggono, 2007). Istilah kosmetika sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu
Kosmetikos yang berartikeahlian dalam menghias(Tranggono, 2007). Bahan yang dipakai
dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang
terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami
tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan(Wasitaatmadja, 1997).
Menurut Wall dan Jellinek, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu.
Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian,yaitu selain untuk
kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik sertaindustrinya baru dimulai
secara besar-besaran pada abad ke-20 (Tranggono, 2007).
Sejak semula kosmetik merupakan salah satu segi ilmu pengobatan atau
ilmukesehatan, sehingga para pakar kosmetik dahulu adalah juga pakar kesehatan; seperti
paratabib, dukun, bahkan penasehat keluarga istana. Dalam perkembangannya kemudian,
terjadi pemisahan antara kosmetik dan obat, baik dalam hal jenis, efek, efek samping, dan
lainnya(Wasitaatmadja, 1997).
Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.220/MenKes/Per/X/1976 tanggal 6 september 1976 yang menyatakan bahwa
kosmetikaadalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan,
dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau

1
bagian badanmanusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya
tarik ataumengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada
bagianluar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain
untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya
tetapdalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati
ataumenyembuhkan suatu penyakit (Tranggono, 2007)
Dalam pembuatan makalah ini, kami mengambil sampel buah sirsak, katuk, kejibeling,
buah rambutan, dan buah nanas sebagai tanaman yang akan diketahui berdasarkan zat aktif
dan mekanisme, metode ekstraksi, isolasi senyawa serta aplikasinya.
Uraian di atas menjelaskan bahwa yang dimaksud kosmetik adalah suatu campuran
bahan yang digunakan pada tubuh bagian luar dengan berbagai cara untuk merawat dan
mempercantik diri sehingga dapat menambah daya tarik dan menambah rasa percaya diri
pemakaian dan tidak bersifat mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit tertentu.
Sekarang ini telah banyak produk kosmetik yang beredar di pasaran dengan berbagai macam
merek dan bentuk.
Tanaman fitokosmetik mengandung beberapa zat kimia yang diantaranya mengandung
antioksidan. Antioksidan adalah zat kimia yang dapat menghambat dan mencegah terjadinya
reaksi radikal bebas. Radikal bebas adalah spesies yang mengandung satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Radikal bebas adalah sangat reaktif dan tidak
stabil. Radikal bebas akan bereaksi dengan atom atau molekul netral di sekitarnya untuk
mencapai kestabilan. Radikal bebas diproduksi secara terus-menerus oleh tubuh manusia
sebagai akibat dari proses metabolisme. Radikal bebas yang terdapat dalam tubuh manusia
adalah hidroksil, anion superoksida, asam hipoklorat, oksigen tunggal, dan peroksil (Anonim,
2011).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik dari tanaman sirsak, katuk, kejibeling, rambutan, dan randu?
2. Apa saja zat aktif dan mekanisme kerjanya tanaman sirsak, katuk, kejibeling, rambutan,
dan nanas?
3. Jelaskan skrining zat aktif dari tanaman sirsak, katuk, kejibeling, rambutan, dan nanas!
4. Jelaskan metode pengujian dari tanaman sirsak, katuk, kejibeling, rambutan, dan nanas!

2
5. Aplikasikan dari tanaman sirsak, katuk, kejibeling, rambutan, dan nanas!
6. Sebutkan contoh sediaan yang sudah diedarkan
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui karakteristik tanaman sirsak, katuk, kejibeling, rambutan,
dan nanas.
2. Agar mahasiswa mengetahui zat aktif dan mekanisme kerja dari tanaman sirsak, katuk,
kejibeling, rambutan, dan nanas.
3. Agar mahasiswa mengetahui skrining zat aktif dari tanaman sirsak, katuk, kejibeling,
rambutan, dan nanas.
4. Agar mahasiswa mengetahui metode pengujian dari tanaman sirsak, katuk, kejibeling,
rambutan, dan nanas.
5. Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan sediaan obat
6. Agar mahasiswa mengetahui sediaan obat yang sudah dipasarkan dari tanaman sirsak,
katuk, kejibeling, rambutan, dan nanas.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanaman Fitokosmetik
2.1.1 Tanaman Sirsak ( Annona muricata L )

Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
2.1.2 Tanaman Katuk (Sauropus androgynous (L.) Merr. )

4
Klasifikasi Tanaman :
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Superdivisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Dikotil/berkeping dua)
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Euphor
Famili : Euphorbeaeceae
Genus : Sauropus
Spesies : Sauropus androgynous (L.) Merr.
2.1.3 Tanaman Kejibeling ( Strobilanthes crispus )

Klasifikasi Tanaman :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Strobilanthes
Spesies : Strobilanthes crispus (Anonimus, 2012)

5
2.1.4 Tanaman Rambutan (Naphelium lappaceum )

Klasifikasi Tanaman :
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Familia : Sapindaceae
Genus : Nephelium
Spesies : Nephelium lappaceum
Sinonim : Nephelium glabrum, Nephelium chryseum
2.1.5 Tanaman Nanas (Ananas Comosus (L) Mer)

Menurut Samadi (2014), tumbuhan nanas diklasifikasikan sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotelededonae
Ordo : Farinosae
Famili : Bromealiaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas Comosus (L) Mer
6
2.2 Zat Aktif dan Mekanisme Kerja Fitokosmetik
2.2.1 Tanaman Sirsak ( Annona muricata L )
Daun sirsak memiliki kandungan kimia berupa alkaloid, tannin, dan beberapa
kandungan lainnya yaitu :
a. Acetogenin
Acetogenin adalah kumpulan senyawa aktif yang memiliki aktivitas
sitotoksik di dalam tubuh dengan cara menghambat transport ATP (adenosina
trifosfat) atau energi yang dibutuhkan sel kanker untuk berkembang. Acetogenin
masuk dan menempel di reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding
mitokondria. Produksi energi di dalam sel kanker atau tumor pun akan berhenti
dan akhirnya sel kanker mati. Acetogenin juga menghambat oksidasi ubiquinone,
sebuah enzim yang khas pada membran plasma sel kanker.
b. Adriamycin
Manfaat daun sirsak sebagai obat anti kanker bekerja seperti obat
kemoterapi, yaitu adriamycin. Seperti dikutip dari The Gale Encyclopedia of
Cancer 2nd, adriamycin mengandung senyawa antikanker doxorubicin. Senyawa
ini mampu menghambat aktivitas pembelahan DNA pada sel kanker, sehingga sel
kanker sulit untuk tumbuh dan berkembang.Adriamycin juga dapat memberikan
perlindungan terhadap sistem imun serta menghindari infeksi mematikan pada
tubuh.
c. Antioksidan
Selain sebagai obat antikanker, daun sirsak juga bermanfaat melindungi
tubuh dari bahaya kesehatan lainnya.dr.Hardhi selaku Ketua Umum Perhimpunan
Dokter Herbal Medik Indonesia ( PDHMI) menyatakan sirsak kaya akan
kandungan antioksidan karena di dalamnya terkandung senyawa polifenol,
saponin, dan bioflavonoid. Antioksidan berguna untuk melindungi tubuh dari
bahaya radikal bebas dan bahaya penyakit yang mengintai tubuh setiap saat.
2.2.2 Tanaman Katuk ( Sauropus androgynous (L.) Merr. )
Senyawa yang efektif pada kandungan daun katuk meliputi karbohidrat,
protein, glikosida, saponin, tannin, flavonoid, sterois, dan alkaloid.

7
Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan, dimana flavonoid memiliki kemapuan
untuk merubah atau mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas
(Giorgio,2000). Contoh yakni uji aktifitas antioksidan senyawa flavonoid pada daun
katuk, hasil penelitian menunjukkan dengan penangkapan radikal bebas tersebut
mengakibatkan ikatan rangkap diazo pada DPPH berkurang sehingga terjadinya
penurunan absorbansi.Potensi flavonoid sebagai antioksidan yakni mengurangi
aktivasi radikal hidroksi, anion superoksida, danradikal peroksida lemak.
2.2.3 Tanaman Kejibeling ( Strobilanthes crispus )
Kejibeling mengandung zat-zat kimia antara lain: kalium, natrium, kalsium, asam
silikat, alkaloida, saponin, flavonoida, dan polilenoid.
a. Kalium
Kalium berfungsi melancarkan air seni serta menghancurkan batu dalam empedu,
ginjal dan kandung kemih.
b. Natrium
Natrium berfungsi meningkatkan cairan ekstraseluler yang menyebabkan
peningkatan volume darah.
c. Kalsium
Kalsium berfungsi membantu proses pembekuan darah, juga sebagai katalisator
berbagai proses biologi dalam tubuh dan mempertahankan fungsi membran sel.
d. Asam silikat berfungsi mengikat air, minyak, dan senyawa-senyawa non-polar
lainnya
2.2.4 Tanaman Rambutan (Naphelium lappaceum )
Menurut Winarno (1992), secara umum antioksidan dapat digolongkan dengan dua
cara yaitu:
1. Berdasarkan Mekanisme Kerja
a. Antioksidan primer adalah antioksidan yang bekerja dengan mencegah reaksi
berantai pembentukan radikal bebas dengan mengubahnya menjadi senyawa
yang tidak reaktif atau stabil. Antioksidan ini berperan sebagai donor hidrogen
atau dapat juga sebagai akseptor elektron. Contohnya adalah BHT (butylated
hidroxy toluene).
b. Antioksidan sekunder

8
adalah antioksidan yang bekerja dengan menghambat kerja peroksidan,
dengan mekanisme reaksi berupa penyerapan sinar uv,deaktivasi ion logam
yaitu dengan pembentukan senyawa komplek. Contohnya: etilendiamin
tetraasetat (EDTA), asam sitrat dan asam tartrat.
2. Berdasarkan sumbernya
a. Antioksidan sintetik adalah antioksidan alami yang telah diproduksi secara
sintetis untuk tujuan komersial. Antioksidan sintetik yang diijinkan
penggunaannya untuk makanan yaitu Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil
Hidroksi Toluen (BHT), Propil galat, Tert-Butil Hidoksi Quinon (TBHQ) dan
Tokoferol.
b. Antioksidan alamimerupakan antioksidan yang diperoleh dari bahan alam,
merupakan senyawa metabolit sekunder tumbuhan seperti senyawa golongan
alkaloid, fenolik, flavanoid (Mishra, dkk, 2007). Golongan flavonoid yang
memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin,
flavonol dan kalkon. Contoh: Epigalokatekin galat (EGCG) dalam ekstrak teh
hijau dan 6 gingerol dan 6-shogaol dalam Jahe (Zingiber officinale Roscoe).
2.2.5 Tanaman Nanas ( Ananas Comosus (L) Mer )
Menurut Murniati (2010), buah nanas mempunyai berbagai macam kandungan
gizi yaitu protein, lemak, karbohidrat, fosfor, kalori, zat besi, vitamin (A, B). Selain
itu terdapat juga kandungan magnesium, kalsium, natrium, vitamin (C, B2), kalium,
sukrosa (gula tebu). Kulit buah nanas mempunyai kandungan zat aktif diantaranya
adalah antosianin, vitamin C dan flavonoid (Angraeni dan Rahmawati, 2014). Selain
itu terdapat enzim bromelin dan tannin (caesarita, 2011).
a. Enzim Bromelin
Kulit nanas mengandung enzim bromelin sebanyak 0,050-0,0754 %
Murniati cit Ulya (2014). Bromelin dikenal secara kimia sejak tahun 1876 dan
mulai diperkenalkan sebagai bahan terapeutik saat ditemukan konsentrasinya
yang tinggi pada bonggol nanas tahun 1957.Bromelin, yang didapatkan dari
ekstrak mentah tanaman nanas (Ananas comosus. L), mengandung beberapa jenis
proteinase (Naritasari dkk, 2010). Enzim bromelin merupakan enzim proteolitik

9
yang memiliki kemampuan untuk mengkatalisis reaksi hidrolisis dari protein
(Kumaunang dan Kamu, 2011).
Enzim bromelin bisa digunakan sebagai efek antibakteri yang menekan
pertumbuhan bakteri secara bakteriosida maupun bakteriostatik.cara kerja
bromelin sebagai antiseptik yaitu dengan menurunkan tegangan permukaan
bakteri dengan menghidrolisis protein dari saliva dan glikoprotein menjadi
mediator bakteri untuk melekat dipermukaan gigi (Rakhmanda, 2008).
Bromelin juga memiliki efek anti inflamasi telah lama digunakan di
Central dan South America untuk meningkatkan penyembuhan luka, mengobati
pembengkakan dan mengurangi peradangan setelah operasi (Khosropanah dkk,
2012). Bromelin telah terbukti menunjukkan berbagai aktivitas fibrinolitik,
antiedematous, antitrombotik, dan kegiatan anti-inflamasi baik in vitro dan in
vivo.
Bromelin juga mempunyai sifat antiadhesi yang dapat mencegah bakteri
mengikuti reseptor glikoprotein spesifik yang salah satunya ada pada mukosa
usus.Oleh karena itu, bromelin dimungkinkan dapat mencegah menempelnya
bakteri, sehingga mengerahkan aksi antibakteri (Nc. Praveen dkk, 2014).
b. Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder
yang sering ditemukan di dalam jaringan tanaman, berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya telah dipercaya flavonoid yang merupakan salah satu senyawa
fenolik mempunyai sifat antioksidatif, mencegah kerusakan sel dan komponen
selularnya oleh radikal bebas reaktif (Redha, 2010).Flavonoid mempunyai fungsi
sebagai antijamur dan antibakteri.
Cara kerja flavonoid dengan denaturasi protein sel bakteri (Rakhmanda,
2008). Senyawa flavonoid mampu berperan secara langsung sebagai antibiotik
dengan menggangu fungsi organisme seperti bakteri atau virus (Subroto dan
Saputro, 2006).Flavonoid mengakibatkan transpor nutrisi yang menyebabkan
timbulnya efek toksik terhadap bakteri dan perubahan komponen organik
(Angraeni dan Rahmawati, 2014).

10
2.3 Skrining Zat Aktif
2.3.1 Tanaman Sirsak ( Annona muricata L )
Sampel yang dimbil dari tanaman sirsak yaitu bagian daun.
1. Alkaloid
Salah satu kandungan kimia yang bermanfaat bagi kesehatan yang terkandung
dalam daun sirsak adalah alkaloid. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi alkaloid pada daun sirsak.Penelitian ini bersifat deskriptif yang
dilakukan di laboratorium.Ekstraksi alkaloid dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%, ekstrak yang diperoleh diuapkan dengan alat
rotavapor kemudian diuapkan kembali di atas tangas air untuk mendapatkan ekstrak
kental.Selanjutnya ekstrak diuji dengan reaksi identifikasi alkaloid dan kromatografi
lapis tipis. Untuk identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis digunakan eluen
etil asetat : metanol : air dengan perbandingan 16 : 1 : 2 kemudian diidentifikasi
dengan sinar UV 254 nm dan penampak noda pereaksi, serta dihitung harga Rf. Hasil
ekstraksi berupa ekstrak etanol dilanjutkan dengan reaksi identifikasi menggunakan
pereaksi Bouchardat membentuk endapan coklat-hitam yang menandakan adanya
alkaloid. Identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis dengan pereaksi
Dragendorff menampakan bercak berwarna jingga yang menunjukan alkaloid positif.
Harga Rf yang didapat 0,76.
2. Tannin
Penelitian ini bertujuan :
 menentukan rasio kombinasi pelarut etanol 96%-air yang optimal untuk ekstraksi
tannin daun sirsak,
 menentukan waktu ekstraksi yang optimal untuk ekstraksi tannin daun sirsak,
 menentukan bahan fiksasi yang tepat agar dihasilkan ketahanan luntur warna yang
optimal untuk pewarna alami tannin daun sirsak, dan
 Menemukan zat pewarna alami dari daun sirsak yang dapat diaplikasikan sebagai
pewarna alami tekstil yang berkualitas dan ramah lingkungan.
Penelitian menggunakan Metode Eksperimen
Daun sirsak dikeringkan, dihaluskan, kemudian disokletasi pada suhu 80˚C (rasio
pelarut etanol : air = 1:1, 1:2, 1:4, waktu ekstraksi = 1, 2, 3 jam). Analisa kualitatif

11
tannin dengan metode FeCl 3.Analisis kuantitatif tannin dengan metode Folin-
ciocalteu. Proses pewarnaan kain meliputi mordanting , pewarnaan, fiksasi (dengan
tunjung, kapur, tawas). Uji ketahanan luntur warna dengan Laundrymeter dan
Crockmeter.
Hasil penelitian
 Rasio kombinasi pelarut etanol 96%-air yang optimal untuk ekstraksi tannin daun
sirsak adalah 1:1,
 Waktu ekstraksi optimal untuk ekstraksi tannin daun sirsak adalah 2 jam,
 Bahan fiksasi yang menghasilkan ketahanan luntur warna yang optimal untuk
pewarna alami daun sirsak adalah tawas, dan
 Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami tekstil dengan
ketahanan luntur warna yang baik serta ramah lingkungan.
3. Acetogenin
Persiapan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel daun tumbuhan
sirsak.Bahan kimia yang digunakan terdiri dari etanol 96%, etil asetat, aquadest, larva
udang (Artemia salina), Asam galat, HCl (p), Follin Ciocakteu, natrium karbonat,
kloroform, amoniak, asam sulfat 2 N, Pereaksi Dragendoff, besi klorida, dan air
keran.
Prosedur Percobaan
Proses penelitian dimulai dengan persiapan awal bahan berupa pencucian daun
sirsak, pengeringan daun sirsak, mengecilkan ukuran daun sirsak, dan
menyeragamkan ukuran daun sirsak.Proses selanjutnya adalah tahap analisa
kuantitatif yang dimulai dengan persiapan larutan standar untuk analisa kadar fenol
(Meyer, 1982). Sedangkan analisa kualitatif dilakukan dengan metode Brine Shrimp.
4. Adriamycin
Senyawa acetogenesis pada daun sirsak memiliki cara kerja serupa dengan salah
satu obat kemoterapi.Obat kemoterapi itu adalah adriamycin. Menurut Dr Aru
Wisaksono Sudoyo SpPD KHOM FACP FINASIM, ahli hematologi-onkologi di
Jakarta, adriamycin memang salah satu obat kemoterapi kanker. Seperti dikutip dalam
www.news-medical.net dan The Gale Encyclopedia of Cancer 2nd, adriamycin

12
popular lantaran efektif mengobati leukemia dan aneka kanker seperti paru-paru,
payudara dan tiroid.
Adriamycin (nama dagang) mengandung senyawa antikanker doxorubicin.
Senyawa itu mampu mengganggu aktivitas pembelahan DNA pada sel
kanker.Sehingga sel kanker sulit untuk tumbuh dan berkembang. Singkat kata tugas
adriamycin yang diberikan lewat penyuntikan atau infuse itu adalah membunuh sel
kanker.
5. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron
kepada radikal bebas, kemudian mengubahnya menjadi senyawa yang lebih stabil.
Daun sirsak (Annona muricata Linn) bermanfaat sebagai obat beberapa penyakit
degeneratif karena kandungan senyawa antioksidannya. Daun sirsak dikeringkan dan
dihaluskan kemudian dimaserasi dengan metanol dan dipartisi dengan air, etil asetat
dan n-heksana. Selanjutnya diuji fitokimia dan aktivitas antioksidan menggunakan
metode 1,1-Difenil-2-fikrilhidrazil (DPPH).
Hasil uji penapisan fitokimia daun sirsak pada berbagai fraksi yaitu pada ekstrak
metanol mengandung senyawa polifenol dan saponin; fraksi etil asetat mengandung
senyawa flavonoid, tanin, saponin, alkaloid dan polifenol; dan fraksi n-heksana
mengandung senyawa alkaloid. Adapun hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak
metanol daun sirsak pada fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana
menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 berturut-turut yaitu
6,2288 ppm, 6,1064 ppm dan 6,0066 ppm serta vitamin C sebagai standar yaitu
1,0878 ppm. Nilai IC50 pada berbagai fraksi tersebut menyatakan tingkatan aktivitas
antioksidan yang sangat kuat karena nilai IC50 < 50 ppm, namun aktivitas
antioksidan daun sirsak yang paling kuat terdapat pada fraksi n-heksana.
2.3.2 Tanaman Katuk ( Sauropus androgynous (L.) Merr. )
Sampel yang dimbil dari tanaman katuk yaitu bagian daun.
1. Uji Flavonoid
Ekstrak daun katuk dikocok kuat dengan kloroform lalu ditambah air suling
sampai terbentuk 2 lapisan. Filtrate pertama ditambah 2 tetes fecl3 1% menghasilkan
warna hitam, yang menunjukan adanya senyawa flavonoid. Kemudian ditambah 2

13
tetes NaOH 10%, akan menghasilkan warna hijau kebiruan menandakan adanya
senyawa flavonoid (Zuhra et al, 2018)Metode Pengujian: Metode Maserasi dan
Metode DPPH.
2.3.3 Tanaman Kejibeling ( Strobilanthes crispus )
Sampel yang dimbil dari tanaman kejibeling yaitu bagian daun.
1. Uji alkaloid
Sebanyak 0,1 g ekstrak metanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ekstrak metanol ini dilarutkan dengan 9 mL aquabidest dan 1 mL HCl 2N (9:1)
v/v. Larutan ini dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit lalu didinginkan.
Selanjutnya larutan disaring dan filtratnya diambil sebagai larutan uji.Sebanyak 1
mL larutan uji dipindahkan ke kaca arloji, kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi
Wagner.Hasil positif ditunjukkan oleh adanya endapan coklat hitam.Sebanyak 1
mL larutan uji dipindahkan ke kaca arloji, kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi
Mayer.Hasil positif ditunjukkan oleh adanya endapan putih atau kuning yang larut
dalam metanol.Sebanyak 1 mL larutan uji dipindahkan ke kaca arloji, kemudian
ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorf.Hasil positif ditunjukkan oleh adanya
endapan coklat kemerahan (jingga) (Anonim, 2000).
2. Uji saponin
Sebanyak 0,1 g ekstrak metanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ekstrak metanol ini dilarutkan dengan 10 mL aquabidest panas lalu
didinginkan.Selanjutnya larutan dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Hasil positif
ditunjukkan oleh terbentuknya buih setinggi 1-10 cm yang stabil selama 10
menit dan pada penambahan 1 tetes HCl 2N buih tidak hilang (Anonim, 2000).
3. Uji terpen dan steroid
Sebanyak 0,1 g ekstrak metanol dilarutkan dengan 10 mL eter. Ekstrak
eter ditambahkan 3 tetes pereaksi Liebermann-Burchard.Terbentuknya warna
biru-hijau menunjukkan adanya steroid dan warna ungu menunjukkan adanya
terpen (Anonim, 2000).
4. Uji tanin dan polifenol
Sebanyak 0,1 g ekstrak metanol dilarutkan dengan 5 mL aquabidest panas
sambil diaduk. Setelah dingin larutan disentrifugasi, bagian cairan dipisahkan lalu

14
ditetesi larutan NaCl 10% kemudian disaring dan filtratnya diambil sebagai
larutan uji.Sebanyak 1 mL larutan uji ditambahkan 3 tetes larutan gelatin
10%.Hasil positif ditunjukkan oleh adanya endapan putih.Sebanyak 1 mL larutan
uji ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 10%.Hasil positif ditunjukkan oleh
terbentuknya warna hijau violet.Sebanyak 1 mL larutan uji ditambahkan 3 tetes
larutan gelatin-NaCl 10%.Hasil positif ditunjukkan oleh adanya endapan putih
(Anonim, 2000).
5. Uji flavonoid
Sebanyak 0,1 g ekstrak metanol dilarutkan dengan 5 mL etanol 95%.
Sebanyak 2 mL larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ke
dalam tabung reaksi ditambahkan 0,5 g serbuk Zn dan 2 mL HCl 2N lalu
didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya ke dalam larutan ini ditambahkan 10 tetes
HCl pekat sambil dikocok secara perlahan lalu didiamkan selama 2-5 menit.Hasil
positif ditandai oleh terbentuknya warna merah terang.Sebanyak 2 mL larutan uji
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ke dalam tabung reaksi
ditambahkan 0,5 g serbuk Mg dan 2 mL HCl 2N lalu didiamkan selama 1 menit.
Selanjutnya ke dalam larutan ini ditambahkan 10 tetes HCl pekat sambil dikocok
secara perlahan lalu didiamkan selama 2-5 menit.Terbentuknya warna merah
jingga hingga merah ungu menunjukkan adanya flavonoid.Sedangkan jika warna
kuning jingga yang terbentuk menunjukkan adanya flavon, kalkon, dan auron
(Anonim, 2000).
2.3.4 Tanaman Rambutan (Naphelium lappaceum )
Sampel yang dimbil dari tanaman rambutan yaitu bagian kulit buah.
1. Alkaloid
Merupakan senyawa basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Biasanya
tak berwarna, seringkali bersifat optis aktif, dan kebanyakan berbentuk kristal
pada suhu kamar. Alkaloid dapat diidentifikasi dengan reagen Mayer yang akan
membentuk endapan putih, dan reagen Dragendorff yang akan membentuk
endapan merah bata.
2. Steroid

15
Merupakan senyawa yang mempunyai cincin siklopentano
perhidrofenantren. Sterol merupakan senyawa steroid yang paling banyak
ditemukan di alam. Identifikasi dapat dilakukan dengan uji Lieberman-Burchard
yang akan positif apabila memberikan warna hijau. Intensitas warna hijau sangat
bergantung pada banyaknya sterol yang ada. Warna hijau kebiruan sampai hijau
diperoleh apabila sterol dilarutkan dalam kloroform ditambahkan asam sulfat
pekat.
3. Triterpenoid
Adalah senyawa yang memiliki kerangka karbon dari enam satuan
isoprena dan secara biosintesis dirumuskan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu
skualena. Senyawa ini berstruktur siklik, kebanyakan berupa alkohol, aldehida
atau asam karbohidrat. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, sering
bertitik leleh tinggi dan bersifat optis aktif. Pada umumnya, triterpenoid sukar
dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. Diidentifikasi dengan uji
Lieberman-Burchard yang memberikan warna hijaubiru apabila positif.
4. Fenolik
Merupakan senyawa yang mempunyai cincin aromatik dengan satu atau
lebih gugus hidroksil. Senyawa fenolik yang tersebar luas dalam tumbuhan
cenderung larut dalam air karena kebanyakan lebih sering berkombinasi dengan
gula membentuk glikosida dan kebanyakan terdapat dalam vakuola sel. Flavonoid
merupakan senyawa yang paling banyak terdapat di alam, kemudian fenol
sederhana monosiklik, fenil propanoid, dan kuinon fenolik. Beberapa fenolik
dalam bentuk polifenolik dalam tumbuhan, seperti lignin, melanin, dan tanin.
Senyawa-senyawa tersebut biasanya terikat dengan protein, alkaloida, dan
terpenoid. Fenolik dapat didentifikasi dengan FeCl3 1% yang akan membentuk
senyawa kompleks yang berwarna biru atau biru ungu.
5. Flavonoid
Merupakan salah satu golongan fenolik alam terbesar yang terdapat
tumbuhan. Pada umumnya, flavonoid memiliki konfigurasi struktur C6-C3-C6,
yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat
atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid dapat diidentifikasi dengan

16
sedikit bubuk magnesium dan HCl pekat yang akan membentuk larutan berwarna
merah kuning atau jingga.
6. Saponin
Merupakan senyawa glikosida steroid, alkaloid steroid atau triterpena
yang ditemukan dalam tumbuhan. Sifatnya seperti sabun yang menimbulkan busa
apabila dikocok dalam air. Oleh karena itu saponin dapat diidentifikasi dengan
mengocoknya. Bila pada penambahan 1 tetes HCl pekat busa yang terjadi tidak
hilang selama 15 menit dan maka saponin dinyatakan positif.
2.3.5 Tanaman Nanas (Ananas Comosus (L) Mer )
Sampel yang dimbil dari tanaman nanas yaitu bagian kulit buah.
Skrining fitokimia meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloid, flavonoid,
glikosida (Depkes RI., 1979), saponin (Depkes RI., 1979; Farnsworth, 1966), tanin
dan triterpenoid/steroid (Farnsworth, 1966).
1. Pemeriksaan Alkaloid
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml
asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama
2menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk tesalkaloid.
Diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalamnya dimasukkan 0,5 ml filtrat. Pada
masing-masing tabung reaksi:
 ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer
 ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat
 ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff.

Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua dari tiga percobaan
diatas.
2. Pemeriksaan Flavonoid
Serbuk simplisia ditimbang 10 g, lalu ditambahkan 10 ml air panas,
didihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Ke dalam filtrate
ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil
alkohol. Dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna
merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.

17
3. Pemeriksaan Glikosida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 ml
campuran etanol 96%-air (7:3) dan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks selama 2
jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat, ditambahkan 25 ml air suling
dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit, lalu
disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran kloroform-isopropanol (3:2)
sebanyak 3 kali. Pada kumpulan sari ditambahkan natrium sulfat
anhidrat,disaring, dan diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50oC. Sisanya dilarutk
dengan 2 ml metanol. Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut:
 diuapkan 0,1 ml larutan percobaan diatas penangas air, pada sisa ditambahkan
pereaksi Liebermann-Bouchardat, terjadi warna biru atau hijau yang
menunjukkan adanya glikosida.
 dimasukkan 0,1 ml larutan percobaan dalam tabung reaksi, diuapkan di atas
penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi molish.
Ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat, terbentuk cincin berwarna ungu
pada batas cairan menunjukkan adanya ikatan gula.
 percobaan terhadap gula pereduksi yaitu sampel disari dengan cara merebus
dalam air, didinginkan dan disaring. Ditambahkan larutan fehling A dan
fehling B sama banyak kemudian dipanaskan, terbentuk endapan berwarna
merah bata menunjukkan adanya gula pereduksi.
4. Pemeriksaan Saponin
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan, kemudian dikocok
kuat-kuat selama 10 menit. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak
kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2
N menunjukkan adanya saponin.
5. Pemeriksaan Tanin
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g, dididihkan selama 3 menit
dalam air suling lalu didinginkan dan disaring. Pada filtrat ditambahkan 1-2 tetes
pereaksi besi (III) klorida 1% b/v. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau
kehitaman menunjukkan adanya tanin.

18
6. Pemeriksaan Steroid/triterpenoid
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g, dimaserasi dengan 20 ml n
heksan selama 2 jam, disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan pada
sisanya ditambahkan pereaksi asam sulfat pekat melalui dinding cawan.Apabila
terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru ungu atau biru hijau
menunjukkan adanya triterpenoid/steroid.
2.4 Metode Pengujian Fitokosmetik
2.4.1 Tanaman Sirsak ( Annona muricata L )
a. Metode 1,1-Difenil-2-fikrilhidrazil (DPPH)
b. Metode maserasi
2.4.2 Tanaman Katuk ( Sauropus androgynous (L.) Merr. )
a. Metode Maserasi
b. Metode DPPH
2.4.3 Tanaman Kejibeling ( Strobilanthes crispus )
a. Metode Ekstraksi Sampel
b. Metode DPPH
2.4.4 Tanaman Rambutan (Naphelium lappaceum )
a. Metode Ekstraksi Sampel
b. Metode DPPH
2.4.5 Tanaman Nanas ( Ananas Comosus (L) Mer )
a. Metode Ekstraksi Sampel
b. Metode DPPH
2.5 Aplikasi
2.5.1 Tanaman Sirsak ( Annona muricata L )
Dibuat sediaan farmasi dalam bentuk pestisida nabati dan dalam bentuk masker.
2.5.2 Tanaman Katuk ( Sauropus androgynous (L.) Merr. )
Dibuat sediaan farmasi dalam bentuk kapsul dan dalam bentuk shampoo.
2.5.3 Tanaman Kejibeling ( Strobilanthes crispus )
Dibuat sediaan farmasi dalam bentuk kapsul.
2.5.4 Tanaman Rambutan (Naphelium lappaceum )
Dibuat sediaan farmasi dalam bentuk kapsul.

19
2.5.5 Tanaman Nanas (Ananas Comosus (L) Mer )
Dibuat sediaan farmasi dalam bentuk masker.
2.6 Contoh sediaan (yang sudah dipublikasikan)
2.6.1 Tanaman Sirsak ( Annona muricata L )
a. Kapsul

b. Teh

c. Ekstrak d. Obat Tetes

20
2.6.2 Tanaman Katuk ( Sauropus androgynous (L.) Merr. )

2.6.3 Tanaman Kejibeling ( Strobilanthes crispus )


a. Kapsul

b. Teh

21
2.6.4 Tanaman Rambutan (Naphelium lappaceum )

2.6.5 Tanaman Nanas (Ananas Comosus (L) Mer )


a. Berbagai macam produk nanas d. Liptin Nanas

b. Masker Nanas e. Jamu Nanas

c. Minyak gosok nanas f. Sabun Mandi Nanas

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagianluar
badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain untuk
membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya
tetapdalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati
ataumenyembuhkan suatu penyakit (Tranggono, 2007)
Antioksidan adalah zat kimia yang dapat menghambat dan mencegah terjadinya reaksi
radikal bebas. Radikal bebas adalah spesies yang mengandung satu atau lebih elektron yang
tidak berpasangan pada orbital terluarnya.
Tanaman obat yang mengandung antioksidan sebenarnya banyak tetapi kami hanya
membahas tentang Tanaman Sirsak ( Annona muricata L ), Tanaman Katuk ( Sauropus
androgynous (L.) Merr. ) , Tanaman Kejibeling ( Strobilanthes crispus ), Tanaman
Rambutan ( Naphelium lappaceum ), dan Tanaman Nanas ( Ananas Comosus (L) Mer ).
Kami mengupas tentang klasifikasi tanaman, zat aktif beserta mekanisme kerjanya,
skrining zat aktif, metode pengujiannya, cara mengaplikasi tanamannya terhadap suatu
sediaan farmasi, dan sediaan farmasi yang sudah dipasarkan.
3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca agar setelah membaca materi yang kami tulis dapat
memahami, mengerti dan sekaligus menambah ilmu serta wawasannya. Selain itu kita juga
dapat mengenal tanaman yang sebelumnya tidak kita ketahui apa manfaatnya bagi kehidupan
sehari-hari. Sehingga kita dapat memanfaatkan ataupun membudidayakan tanaman tersebut
untuk dijadikan obat ataupun sesuatu yang lebih bermanfaat dan berharga.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Agroteknologi. 2017. Klasifikasi dan morfologi tanaman katuk. Tersedia pada:


https://agroteknologi.id. ( Diaksespada 12 April 2019 pukul 22:11)
2. Budi, utami, Agustus 2017, Ekstraksi tanin pada Daun Sirsak. Available online at
https://www.researchgate.net/publication/319204829_Ekstraksi_Tannin_dari_Daun_Sirsa
k_Annona_muricata_L_sebagai_Pewarna_Alami_Tekstil (Diakses pada 12 april 2019
pukul 21.30)
3. Dali Arniah, dkk. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Maserasi Daun Pecah Beling
(Strobilanthes crispus). Available online at http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/al-
kimia/article/download/3642/pdf
4. Holistik, Herbal Murah hati, Mei 2012. Daun sirsak bekerja seperti Adriamycin.
http://herbalmurahhati.blogspot.com/2012/05/daun-sirsak-bekerja-seperti-
adriamycin.html (Diakses pada 12 April 2019 pukul 22.07)
5. Raka, Galih Siwi. 2011. Mekanismekerja flavonoid. Tersediapada: https://elearning
.unsri.ac.id. (Diaksespada 12 April 2019 pukul 21:54)
6. Rudiyanto Arif. 2015. Keji Beling Strobilanthes crispus Bl. Available online at
https://biodiversitywarriors.org/m/isi-katalog.php?idk=3817 (Diakses pada tanggal 11
April 2019)
7. Sadeli Andrinson. 2016. UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE
DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) EKSTRAK BROMELAIN BUAH NANAS
(Ananas comosus (L.) Merr.) [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma. Available online at https://repository.usd.ac.id/6548/2/128114120_full.pdf
(Diakses pada tanggal 10 April 2019)
8. Surya Ningsih. 2010. Fitokosmetika. Available online at
https://www.academia.edu/34979781/Fitokosmetika (Diakses pada tanggal 15 April
2019)
9. Ubaidillah,Khasria, 2011. Uji Aktivitas Antioksidan Dan Profil Fitokimia Kulit
Rambutan Rapiah. Available online at
https://www.academia.edu/8510374/Makalah_Uji_Aktivitas_Antioksidan_dan_Profil_Fit
okimia_Kulit_Rambutan_Rapiah (Di Akses Pada 10 april 2019 pukul 19.33)

Anda mungkin juga menyukai