SK BPOM 4211 Tahun 2004 Tentang Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam
Indonesia
Produk TR OHT dan FF
yang Sudah Terdaftar
Obat Herbal
Jamu TR Terstandar HT Fitofarmaka FF
(11.970 Produk) (100 Produk) (35 Produk)
Aspek dan
Sertifikasi
CPOTB
Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik
Definisi CPOTB
Dasar Hukum CPOTB
Dasar Hukum CPOTB
Penerapan CPOTB
Manfaat CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Aspek pada CPOTB
Evaluasi Pembelajaran
“ ”
1. Sebutkan dan Jelaskan Penggolongan Obat Tradisional?
2. Sebutkan dan Jelaskan Aspek dalam CPOTB?
3. Jelaskan aspek hygiene dan sanitasi dalam CPOTB meliputi apa saja?
4. Sebutkan dan jelaskan dokumen mutu dan prosedur mutu pada CPOTB?
Selamat Belajar
Tim Fitofarmasi
Tim Fitofarmasi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Per BPOM 26 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik Sektor Obat dan Makanan
Dokumen Pendaftaran
Akun Perusahaan
Pengajuan Sertifikasi
CPOTB
Registrasi Produk OT
SK
Tanda Tangan Elektronik
(TTE) Registrasi OT SK
Implementasi NIE
Dengan TTE
NIE 2D Barcode dan
Aplikasi BPOM Mobile
Perizinan
dan
Pendirian
Industri Obat Tradisional (IOT)
Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA)
Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT)
Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)
Perizinan OSS Online
Single Submission
Perka BPOM 5166 Tahun 2010 Tentang Pencantuman Informasi pada Penandaan OT.
Penandaan harus sesuai dengan persetujuan BPOM
Penggolongan OT
SK BPOM 4211 Tahun 2004 Tentang Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam
Indonesia
Persyaratan Mutu OT
SK (Cemaran Mikroba)
Tim Fitofarmasi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Disampaikan pada “Coaching Clinic Full Spectrum Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
1
Jakarta, 6 Desember 2019
SISTEM PENGAWASAN
OBAT TRADISIONAL & SUPLEMEN KESEHATAN
POKOK BAHASAN
SISTEM PENGAWASAN
OBAT TRADISIONAL &
SUPLEMEN KESEHATAN
DEFINISI
Obat Tradisional Suplemen Kesehatan
Bahan atau ramuan bahan Produk yang dimaksudkan
yang berupa bahan untuk melengkapi kebutuhan
tumbuhan, bahan hewan, zat gizi, memelihara,
bahan mineral, sediaan meningkatkan dan/atau
sarian (galenik) atau memperbaiki fungsi kesehatan,
campuran dari bahan mempunyai nilai gizi dan/atau
tersebut yang secara turun efek fisiologis, mengandung
temurun telah digunakan satu atau lebih bahan berupa
untuk pengobatan, dan vitamin, mineral, asam amino
dapat diterapkan sesuai dan/atau bahan lain bukan
dengan norma yang berlaku tumbuhan yang dapat
di masyarakat dikombinasi dengan tumbuhan
FITOFARMAKA
OBAT HERBAL
TERSTANDAR
JAMU
23 produk
69 produk Keamanan dan khasiat dibuktikan
Berasal dari jamu secara ilmiah melalui uji klinik
Keamanan dan khasiat dibuktikan secara Bahan baku & produk jadi terstandar
ilmiah melalui uji pra-klinik (toksisitas & Sertifikat CPOTB
farmakodinamik) Uji pra-klinik (toksisitas &
>11.000 produk Bahan baku & produk jadi terstandar farmakodinamik)
Bukti dukung berasal dari Sertifikat CPOTB Mutu produk
bukti empiris Mutu Produk
PRODUK
IKLAN
REGISTRASI
PRODUK & IKLAN
PRODUK DENGAN NIE
INDUSTRI
Ex.: POM TR. 123 456 789 DISTRIBUSI
Negative List OT
dan SK
PERIZINAN INDUSTRI
• PERMENKES No. 26 Tahun 2018 tentang Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik
• PERBPOM No. 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
Elektronik Sektor Obat dan Makanan
UJI TOKSISITAS
PERKABPOM No. 7 Tahun 2014 tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik secara In Vivo
UJI KLINIK
PERKABPOM No. 21 Tahun 2015 tentang Tata Laksana Persetujuan Uji Klinik
PENGAWASAN PEREDARAN
• PERBPOM No. 33 Tahun 2018 tentang Penerapan 2D Barcode dalam Pengawasan Obat dan Makanan
• PERBPOM No. 29 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Obat dan Makanan ke dalam Wilayah
Indonesia
• PERBPOM No. 30 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan ke dalam Wilayah Indonesia
• KEPKABPOM No.HK.04.1.23.08.15.3873 tahun 2015 tentang Pedoman Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Obat
Tradisional, Kosmetika, dan Suplemen Kesehatan
• PERKABPOM No. 5 Tahun 2016 tentang Penarikan dan Pemusnahan Obat Tradisional yang Tidak Memenuhi
Persyaratan
• KEPMENKES No. 386 Tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan,
Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-minuman
REGULASI OBAT TRADISIONAL & SUPLEMEN KESEHATAN
Obat Luar: sediaan cair (COL, losio, parem cair); sediaan semi
padat (salep, krim, gel); sediaan padat (parem padat, serbuk
obat luar, pilis, tapel, plester, supositoria untuk wasir, rajangan
obat luar)
Peraturan Badan POM No. 32 Tahun 2019 tentang Persyaratan Keamanan & Mutu OT
Kapsul Tablet/Kaplet
Dapat berisi: Dapat berisi:
a. ekstrak kering; a. ekstrak kering;
b. bahan cair; b. campuran ekstrak kental dengan bahan
c. campuran Ekstrak kental dengan pengering; dan/atau
bahan pengering; dan/atau c. serbuk Simplisia tertentu
d. serbuk Simplisia tertentu.
PENGKAJIAN
KETENTUAN PERALIHAN
Permohonan registrasi OT yang telah Izin edar OT yang telah ada sebelum
diajukan sebelum berlakunya berlakunya Peraturan Badan ini, tetap
Peraturan Badan ini, tetap diproses berlaku dan harus menyesuaikan
berdasarkan Perka BPOM No. 12 dengan Peraturan Badan ini paling
Tahun 2014 tentang Persyaratan lambat 12 (dua belas) bulan sejak
Mutu Obat Tradisional Peraturan Badan ini diundangkan
REGULASI BARU SUPLEMEN KESEHATAN
Peraturan ini merupakan revisi atas Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Nomor HK.00.05.23.3644 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok
Pengawasan Suplemen Makanan
I. Ketentuan Umum
V. Ketentuan Peralihan
Peraturan Badan POM No. 16 Tahun 2019 tentang
Pengawasan Suplemen Kesehatan
II Ketentuan Umum
Suplemen Kesehatan
produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi,
memelihara, meningkatkan dan/atau memperbaiki fungsi kesehatan,
mempunyai nilai gizi dan/atau efek fisiologis, mengandung satu atau lebih
bahan berupa vitamin, mineral, asam amino dan/atau bahan lain bukan
tumbuhan yang dapat dikombinasi dengan tumbuhan.
Pelaku Usaha
industri farmasi, industri obat tradisional, usaha kecil obat tradisional,
industri pangan, importir dan/atau badan usaha di bidang pemasaran
Suplemen Kesehatan pemilik atau pemegang izin edar
Peraturan Badan POM No. 16 Tahun 2019 tentang
Pengawasan Suplemen Kesehatan
2 Pembuatan
3 Kemasan
4 Penandaan
5 Iklan
1 Umum
Suplemen Kesehatan yang
diproduksi dan/atau
dimasukkan ke dalam
wilayah Indonesia untuk Suplemen Kesehatan harus memenuhi kriteria:
diedarkan wajib memiliki izin a. keamanan;
edar b. manfaat; dan
c. mutu
2 Pembuatan
Suplemen Kesehatan wajib dibuat dengan menggunakan bahan baku yang aman,
bermanfaat, dan bermutu sesuai dengan ketentuan Farmakope Indonesia, Farmakope
Herbal Indonesia, farmakope negara lain atau referensi ilmiah yang diakui
2 Pembuatan
Suplemen Kesehatan
dilarang dalam Industri pangan
Suplemen Kesehatan
bentuk sediaan hanya dapat membuat
dapat dibuat dalam
berupa: Suplemen Kesehatan
bentuk sediaan Suplemen Kesehatan
dalam bentuk sediaan
berupa tablet, pil, tidak ditujukan a. intravaginal; cairan oral, serbuk
kapsul, cairan oral, sebagai pangan
b. tetes mata; yang disajikan dalam
serbuk, granul, atau
c. parenteral; dan bentuk cair, dan/atau
gummy
gummy.
d. supositoria
Peraturan Badan POM No. 16 Tahun 2019 tentang
Pengawasan Suplemen Kesehatan
3 Kemasan
Kemasan Primer dan Kemasan Sekunder harus dibuat dari bahan
yang tidak mempengaruhi mutu Suplemen Kesehatan dan tidak
berbahaya bagi kesehatan
4 Penandaan
Pelaku Usaha dalam melakukan Penandaan Suplemen
Kesehatan wajib memuat informasi yang lengkap, objektif, dan
tidak menyesatkan
5 Iklan
• Suplemen Kesehatan dapat diiklankan jika Suplemen Kesehatan telah memiliki izin edar
dan telah memperoleh surat persetujuan Iklan dari Kepala Badan
• Pelaku Usaha wajib memuat informasi yang objektif, tidak berlebihan dan tidak
menyesatkan, serta lengkap pada Iklan
• Informasi dalam Iklan harus sesuai dengan klaim yang disetujui saat registrasi
IVI Sanksi
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Badan ini dikenai
sanksi administratif berupa:
a) pembatalan proses registrasi;
b) peringatan tertulis;
c) penarikan produk dari peredaran;
d) pemusnahan produk;
e) penghentian sementara kegiatan produksi dan importasi;
f) pencabutan izin edar;
g) penundaan dan penolakan pelayanan registrasi produk; dan/atau
h) larangan melakukan registrasi
PERATURAN BADAN POM NO. 17
TAHUN 2019 TENTANG
PERSYARATAN MUTU
SUPLEMEN KESEHATAN
Peraturan Badan POM No. 17 Tahun 2019 tentang
Persyaratan Mutu Suplemen Kesehatan
BAHAN
SUPLEMEN PRODUK
KESEHATAN JADI
BAHAN AKTIF
Dapat berasal dari bahan alam, harus berupa isolat, fraksi Memenuhi
dan ekstrak, yang diekstraksi dengan menggunakan persyaratan batas
pelarut berupa air, alkohol dan jenis pelarut lainnya residu sesuai
LAMPIRAN II
Peraturan Badan POM No. 17 Tahun 2019 tentang
Persyaratan Mutu Suplemen Kesehatan
Peraturan Badan POM No. 17 Tahun 2019 tentang
Persyaratan Mutu Suplemen Kesehatan
PRODUK JADI
PARAMETER UJI
- organoleptik;
- cemaran logam berat;
- kadar air;
- penentuan kadar alkohol;
- disintegrasi/waktu hancur;
- BJ dan pH;
- disolusi;
- identifikasi bahan aktif;
- keseragaman bobot;
- penetapan kadar bahan aktif
- cemaran mikroba;
Peraturan Badan POM No. 17 Tahun 2019 tentang
Persyaratan Mutu Suplemen Kesehatan
KADAR AIR:
DISOLUSI:
b. Penetapan kadar bahan aktif pada produk jadi suplemen kesehatan dilakukan sesuai dengan poin a
dengan metode yang baku atau hasil pengembangan metode sendiri yang sudah divalidasi
d. Bahan aktif lain pada produk suplemen kesehatan yang tidak diuji sesuai poin a, poin b dan poin c,
dapat dilakukan pemastian kadar tanpa melakukan pengujian (quantified by input).
Peraturan Badan POM No. 17 Tahun 2019 tentang
Persyaratan Mutu Suplemen Kesehatan
PENGKAJIAN
Dalam hal persyaratan mutu Suplemen Kesehatan belum diatur
dalam Peraturan Badan ini, Pelaku Usaha harus mengajukan
permohonan pengkajian
PERSETUJUAN
Ketentuan PENOLAKAN
peralihan
Penyesuaian terhadap ketentuan dalam Peraturan Badan ini paling lama 2 (dua)
tahun terhitung sejak Peraturan Badan ini diundangkan.
REGULASI OBAT TRADISIONAL
DAN SUPLEMEN KESEHATAN YANG
SEDANG DISUSUN
REGULASI YANG SEDANG DISUSUN
• Pegagan, gagan-gagan,
kaki kuda, pacul goèng,
pani goèng, antanan
gede, kos-tekosan
• Di Sleman : Reketek,
rekètèk, regèdèk (bunyi
yang timbul saat dicabut
dari ujung di atas tanah
Centella asiatica (L.) Urb. • Apakah nama di Sleman
dapat dianggap sebagai
pengetahuan empiris?
BATASAN WAKTU DISEBUT EMPIRIS
• Phaleria macrocarpa
• Dipopulerkan sebagai
bahan obat tradisional
anti kanker
• Muncul dan populer di
masyarakat hanya
mulai tahun 2000 an
• Demikian juga kulit
manggis
APAKAH PENGETAHUAN EMPIRIS HARUS
TERCATAT?
• Lontar
• Relief candi
• Tembang atau nyanyian
• Buku :
• Cabe puyang warisan Nenek Moyang, 1965, Sudarman Mardisiswoyo dan Harsono
Radjakmangunsudarso, Penerbit Prapanca Jakarta
• Serat Primbon Racikan Jampi Jawi, 1960, Soeroyo Tarusuwardjo, Kraton
Mangkunegaran
• Tumbuhan Berguna Indonesia, 1927, Heyne K., Terjemahan
• Badan Litbang Kehutanan, Jakarta 1987
• Kloppenburg, Obat Asli Indonesia, Daftar Obat Alam (ISFI/IAI Jateng), Jampi Puro
Pakualaman
APAKAH PENGETAHUAN EMPIRIS DAPAT
DISURVEI?
• RISTOJA 2016 : Riset Tanaman Obat dan Jamu dari Badan Litbangkes :
beberapa ramuan disebutkan untuk anti kanker; sejak kapan
masyarakat kita kenal dengan penyakit kanker?
• Survei ramuan dukun bayi di DIY dan Kedu Selatan (2014) : Jamu
walikan, Jamu sorogan, Jamu anton-anton muda, anton-anton tua
REALITAS DI LAPANGAN
• Sebagian besar Dokter hanya mau menggunakan obat tradisional
yang sudah memiliki evidence based sesuai pandangan medis
• Produk yang berdasarkan hasil uji klinis yang valid yang dapat
diterima
• Produk luar negeri banyak yang sudah memiliki data uji klinis
Badan POM sulit untuk menolak pendaftarannya
TAHAP PENGEMBANGAN JAMU
PENDEKATAN MEDIS REVERSE APPROACH/
KONVENSIONAL PEMBUKTIAN TERBALIK
• Pemilihan bahan tanaman • Pemilihan ramuan empiris
• Pembuatan ekstrak • Penyiapan sediaan tradisional:
• Pengujian praklinik rebusan, seduhan atau perasan
• Fraksinasi-uji praklinik • Observasi klinik
• Uji toksisitas • Uji klinik
• Standarisasi • Penentuan fraksi aktif
• Uji klinik • Penentuan isolat aktif
• Penentuan isolat aktif
SAINTIFIKASI JAMU
• Program Kemenkes untuk meningkatkan penggunaan jamu di
kalangan medis
• Membangun jejaring di kalangan dokter dan apoteker untuk
mengenal, mempelajari aspek terapi, melakukan penelitian dan
melakukan terapi dengan jamu
• Membuat evidence based jamu dan tanaman obat Indonesia
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
003/MENKES/PER/I/2010 Tentang Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian
Berbasis Pelayanan Kesehatan
Saintifikasi Jamu
• Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian
berbasis pelayanan Kesehatan
• Jamu adalah obat tradisional Indonesia.
• Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Tujuan saintifikasi jamu
a. Memberikan landasan ilmiah (evidence based ) penggunaan jamu
secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan.
b. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan
tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya
preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif melalui penggunaan
jamu.
c. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien dengan
penggunaan jamu.
d. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata
yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk
pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan.
Kriteria
Jamu harus memenuhi kriteria:
a. aman sesuai dengan persyaratan yang khusus untuk itu;
b. klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris yang ada; dan
c. memenuhi persyaratan mutu yang khusus untuk itu.
Fasilitas Pelayanan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk saintifikasi jamu
dapat diselenggarakan oleh Pemerintah atau Swasta.
a. Klinik pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional (B2P2TOOT) Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan.
b. Klinik Jamu.
c. Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T).
d. Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM)/Loka Kesehatan
Tradisional Masyarakat (LKTM).
e. Rumah Sakit yang ditetapkan.
MEMBANGUN EVIDENCE BASED JAMU
MELALUI PROGRAM SAINTIFIKASI JAMU
• Pendekatan melalui pembuktian terbalik
• Pengujian dilakukan terhadap formula empiris yang berasal dari buku
tradisional asli seperti Serat Primbon Jampi Jawi, Cabe Puyang
Warisan Nenek Moyang, Kloppenburg Versteegh
• Pengujian terhadap sediaan tradisional berupa rebusan
• Pengujian awal dilakukan dengan observasi klinik, kemudian
dilakukan uji klinik
• Penyusunan ramuan berdasarkan prinsip pendekatan holistik
MEMBANGUN EVIDENCE BASED JAMU ATAU
TANAMAN OBAT INDONESIA
• Banyak bahan obat dari luar negeri:
• R/ Ginkgo biloba ekstr. 40 mg sebagai ginkgo flavone glycoside 9,6 mg
Memacu daya ingat milyaran rupiah untuk impor
• R/ Silybi marianae Fructus, Cynarae Folium, Curcumae longae Rhiz
Untuk kelainan fungsi hati
• Apakah benar tidak ada bahan obat tradisional Indonesia yang
potensial untuk ditetapkan evidence based – nya?
• Centella, Curcuma, Andrographis, Orthosiphon Buat evidence
based sendiri
EVIDENCE BASED VALIDATED GRADING
RATIONALE
GRADE LEVEL OF EVIDENCE TINGKATAN EVIDENCE
A Strong Scientific Evidence Dasar pembuktian ilmiah
kuat
B Good Scientific Evidence Dasar pembuktian ilmiah
baik
C Unclear or Conflicting Dasar pembuktian ilmiah
Scientific Evidence tidak jelas atau kontradiksi
satu dengan yang lain
D Fair Negative Scientific Tidak terbukti adanya
Evidence dasar ilmiah
JAMU SAINTIFIK HASIL UJI KLINIK
• Penurun asam urat (daun kepel, daun tempuyung, kayu secang,
temulawak, kunyit, meniran)
• Penurun tekanan darah (seledri, pegagan, kumis kucing, temulawak,
kunyit, meniran)
• Pereda wasir (daun ungu, daun duduk, daun iler, temulawak, kunyit,
meniran)
• Pereda radang sendi (adas, kumis kucing, rumput bolong, temulawak,
kunyit, meniran)
• Penurun kolesterol (daun jati cina, daun jati belanda, daun tempuyung,
daun teh hijau, temulawak, kunyit, meniran)
• Pereda gangguan fungsi hati (Temulawak, kunyit, daun jombang)
• Pereda gangguan lambung (Jahe, daun sembung, jinten hitam, kunyit)
KELEMAHAN SAINTIFIKASI JAMU
• Bentuk sediaan berupa rebusan, tidak praktis, banyak pasien yang
menginginkan bentuk sediaan farmasetis (kapsul, sirup, produk
instan)
• Harus melalui tahap ekivalensi jika ingin diarahkan ke industrialisasi
• Banyak kalangan medis yang apriori karena kurangnya sosialisasi
A. STRONG SCIENTIFIC EVIDENCE
Memahami :
Efek Komplementer
Efek Sinergis
Kontra Indikasi
Hambatan Absorpsi
Efek
komplementer
Ketiga kandungan
memberikan sefek
yang sama sebagai
diuretik sehingga
memiliki efek
sinergisme
Efek sinergis
Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak bisa
dikonsumsi sembarangan => Tetap ada dosis yang harus dipatuhi,
seperti
halnya resep dokter.
Buah mahkota dewa, misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan
perbandingan 1 buah dalam 3 gelas air.
Daun mindi baru berkhasiat jika direbus sebanyak 7 lembar dalam
takaran air
tertentu
Tanaman obat/ramuan obat tradisional yang
berefek keras
(mempunyai efek samping berbahaya)
Jenis Organ yang
No Contoh Tanaman Obat
Dipengaruhi
1. Jantung Daun digitalis, daun oleander, daun senggunggu
Umbi gadung, biji saga, daun dan buah kecubung, daun gigil, biji jarak, daun
2. Susunan syaraf otonom
tuba
3. Susunan Syaraf Pusat Daun koka
4. Sistem Pencernaan Biji ceguk, daun widuri
5. Saluran Pernafasan Kulit buah jambu monyet
Sistem Reproduksi Jungrahap, jarong, daun maja, akar kelor, buah nanas
6.
Wanita (Abortivum) muda
- Penurun libido => biji kapas
7. Sistem Reproduksi Pria - Melemahkan spermatozoa
=> biji pare
Tanaman obat/ramuan obat tradisional yang
berefek keras
(mempunyai efek samping berbahaya)
Jenis Organ yang
No Contoh Tanaman Obat
Dipengaruhi
- Diuretik kuat => daun keji beling, meniran
8. Saluran Kencing
- Memacu batu ginjal => bayam, kubis, nenas
9. Hati/Liver Konfrei, arak, daun imba
Meningkatkan kadar
10. Melinjo, kacang-kacangan
asam urat darah
Menurunkan Jumlah Sel
11. Ochrosia spp. Vinca rosea (daun tapak dara)
Darah Putih
DRINGO
Acorus calamus