Anda di halaman 1dari 4

1.

Gambar di bawah ini menunjukkan suatu proses komunikasi yang


efektif. Buatlah contoh komunikasi antara seorang apoteker dengan
pasien dengan menggunakan tahapan proses komunikasi tersebut! *
Jawaban:
Seorang ibu datang ke apotek dengan terbatuk-batuk dan ibu tersebut melihat ke sekeliling
kebingungan.
Apoteker : Selamat siang bu, ada yang bisa saya bantu?
Pasien : Siang mbak, saya ingin membeli obat batuk.
Apoteker : Perkenalkan, saya Stefanie apoteker di apotik ini. Saya akan membantu ibu untuk
memilih obat batuk yang ibu perlukan. Apakah obat batuk ini untuk ibu sendiri?
Pasien : iya mbak untuk saya sendiri.
Apoteker : Selain batuk, keluhan apa saja yang ibu rasakan?
Pasien : tidak ada lagi mbak. Hanya batuk saja.
Apoteker : apakah batuk yang ibu rasakan batuk kering atau batuk berdahak bu?
Pasien : batuk berdahak mbak.
Apoteker : sudah berapa lama ibu menderita batuk?
Pasien : sudah dua hari mbak.
Apoteker : tindakan apa saja yang ibu lakukan? apakah ibu sudah pernah ke dokter
sebelumnya untuk mengobati batuk berdahak ibu?
Pasien : saya hanya meminum air hangat dan saya belum ke dokter mbak
Apoteker : apakah ibu sudah pernah menggunakan obat untuk mengobati batuk ibu?
Pasien : saya biasanya menggunakan obh nelco mbak. Tapi saya jadi mengantuk dan susah
untuk bekerja mbak. Jadi kalau ada tolong pilihkan obat batuk yang tidak
menyebabkan kantuk yah mbak.
Apoteker : Baik bu. Apakah ibu ada keluhan alergi bu?
Pasien : tidak ada
Apoteker : apakah ibu ingin obat batuk yang tablet atau sirup bu?
Pasien : tablet saja mbak biar lebih praktis.
Apoteker : baiklah ibu, saya akan memberikan pilihan, ini ada ambroxol tablet dan molapect
tablet bu.
Pasien : bedanya apa?
Apoteker : kandungan dan khasiatnya sama bu, tapi harganya berbeda, epexol tablet Rp
10.400 dan ambroxol tablet Rp 2000.
Pasien : saya pilih ambroxol tablet saja.
Apoteker : Baik bu, obat ini diminum 3x sehari 1 tablet. Setelah makan dan diminum
dengan air putih. Obat ini hanya diminum jika ibu batuk. Jadi, jika ibu sudah
tidak batuk lagi dihentikan yah bu. Jika batuk ibu dalam 3 hari kedepan belum
sembuh, maka ibu harus ke dokter ya bu. Apakah sudah jelas bu?
Pasien : sudah jelas mbak.
Apoteker : maaf bu, boleh diulang cara penggunaan obatnya?
Pasien : obat ini diminum 3x sehari 1 tablet sesudah makan. jika tidak batuk lagi obat
jangan diminum lagi.
Apoteker : benar bu. Selain minum obat, ibu juga harus menjaga pola makan. Selama
masih batuk, ibu sementara jangan memakan makanan yang digoreng-goreng
dan berminyak ya bu.
Pasien : iya mbak. Kalau begitu saya beli ambroxol tabletnya 1 strip yah mbak.
Apoteker : baik bu, totalnya 2000 ya bu. Semoga ibu lekas sembuh. Terima kasih atas
kunjungannya ke apotek kami.

2. Pada saat melakukan komunikasi dengan pasien, seorang apoteker


harus memperhatikan aspek verbal dan non-verbal dari komunikasi.
Sebutkan dan jelaskan apa saja yang menjadi faktor non-verbal dari
komunikasi? *
Jawaban:
Komunikasi nonverbal dapat dipengaruhi oleh banyak factor diantaranya: latar belakang
budaya, latar belakang sosial ekonomi, pendidikan, gender, usia, dan juga kecenderungan pribadi.
Artinya tidak semua orang dalam budaya tertentu melakukan tindakan non verbal yang sama. Latar
belakang social budaya seperti Budaya dan logat bicara seseorang yang memang tegas dan keras
sehingga terkesan marah-marah bagi orang dengan latar belakang budaya yang berbeda terkesan
sedang memarahi orang yang sedang diajak bicara. Latar belakang social ekonomi seperti pakaian
dapat digunakan untuk menampilkan status ekonomi, pendidikan, status sosial, dll. Pendidikan
seperti seseorang memiliki pandangan pribadi terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Dimana
persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi. Gender seperti wanita dan laki-laki
mempunyai gaya komunikasi yang berbeda. Kecenderungan pribadi seperti bagaimana kita
bertingkah laku ketika sedang berada di rumah akan berbeda dengan tindakan yang kita lakukan
ketika sedang berada di tempat umum.
Ada beberapa kemampuan nonverbal yang sangat membantu keberhasilan konseling antara
apoteker dan pasien, yaitu: Senyum dan wajah yang bersahabat, apoteker harus menunjukan
perasaan yang bahagia saat akan melakukan konseling, karena ekspresi wajah apoteker akan
mempengaruhi suasana hati pasien. Kontak mata, kontak mata langsung boleh terjadi 50% sampai
75% selama sesi konseling. Gerakan tubuh, harus dilakukan seefektif mungkin. Jika terlalu
berlebihan kadang akan mempengaruhi mood pasien. Sentuhan pada pasien juga kadang
dibutuhkan untuk membuatnya merasa tenang. Jarak antara apoteker dan pasien, jarak yang terlalu
jauh membuat komunikasi menjadi tidak efektif, begitu juga dengan jarak yang terlalu dekat. Jarak
kerja selama konseling yang aman adalah antara 45-120 cm. Sehinggga posisi dan jarak duduk
antara apoteker dan pasien diatur agar pasien merasa nyaman. Intonasi Suara, selama komunikasi
berlangsung intonasi suara apoteker harus diperhatikan. Suara yang terlalu pelan atau keras
membuat komunikasi menjadi tidak efektif. Begitu juga dengan penekanan-penekanan kalimat
yang dilakukan. Penampilan apoteker yang bersih dan rapih membuat pasien merasa lebih nyaman.

3. Seorang Healthcare professional diharuskan memiliki keterampilan


konseling terhadap pasien. Terdapat 3 (tiga) karakteristik dasar yang
harus dimiliki oleh seorang konselor yaitu empathy, genuineness dan
unconditional positive regard, jelaskan ketiga karakteristik tersebut
beserta contoh perilakunya *
Jawaban:
1. Empati
Empati dalam konseling merupakan hal yang sangat penting. Mengingat proses konseling
merupakan sebuah bantuan melalui interaksi. Empati adalah seseorang masuk kedalam diri orang
lain dan menjadi orang lain agar merasakan dan menghayati orang lain. Sikap empati sangat
diperlukan sehingga kita mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang
dirasakan dan dipikirkan oleh klien. Dengan empati kita dapat memberikan alternatif pemecahan
masalah bagi klien, karena meskipun kita turut merasakan permasalahan yang dirasakan
klien,tapi kita tidak larut ke dalam masalah tersebut sehingga kita dapat memikirkan masalah
yang dihadapi oleh klien secara objektif. Salah satu masalah yang sering muncul adalah
kurangnya rasa empati dalam berkomunikasi yang bisa menyebabkan kesalahpahaman interaksi
komunikasi sehingga tidak ada manfaat yang dihasilkan dari proses konseling tersebut.
Contohnya: ketika sedang dilakukannya konseling, pasien terlihat sedih dikarenakan anak satu-
satunya meninggal dunia dikarenakan penyakit TBC. Maka sebagai apoteker yang sedang
melakukan konseling, kita dapat menunjukkan rasa empati dengan menghibur pasien tersebut,
sperti mengatakan semoga anak ibu ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi Tuhan.

2. Unconditional positive regard


unconditional positive regard adalah respect yang adil atau tanpa syarat. Sikap penghargaan
tanpa tuntutan atau syarat yang ditunjukkan konselor pada klien, betapapun negatif perilaku atau
sifat klien, yang kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah. Konselor harus
menerima apa adanya klien dengan sikap yang positive, apabila klien melakukan kesalahan
konselor dapat memberikan nasihat yang baik tanpa menyakiti hati atau perasaan klien.
Contohnya: konselor tidak membedaka orang berdasarkan kekayaan, kepintaran, kecantikan dll.
Seperti: konselor tidak membedakan pasien yang menengah keatas dengan menengah kebawah,
kasih sayang orang tua yang tidak membeda-bedakan kepada anak-anaknya.

3. Genuineness
Genuineness adalah orang yang merasa nyaman dengan dirinya sendiri sehingga dapat
menjadi dirinya sendiri dalam setiap interaksi. Genuineness juga dapat disebut keaslian yang
merupakan kemampuan konselor manyatakan dirinya secara bebas dan mendalam tanpa pura-pura,
tidak bermain peran, dan tidak mempertahankan diri. Ini berarti mereka tidak perlu berubah ketika
bersama dengan orang lain yang berbeda. Konselor yang demikian selalu tampak keaslian
pribadinya, sehingga tidak ada pertentangan antara apa yang ia katakan dan apa yang ia lakukan.
Tingkah lakunya sederhana dan wajar. Contohnya: seseorang yang berkepribadian baik diangkat
oleh direktur perusahaannya menjadi manager. Staff tersebut setelah diangkat menjadi manager
tetap bersikap sederhana dan wajar. Staff tersebut tetap menghargai orang yang lebih senior dan
mempunyai pengalaman yang lebih daripada dirinya. Staff tersebut tidak berpikir bahwa dia orang
yang jauh lebih baik atau lebih mulia daripada sebelumnya, sehingga dia patut dihormati. Sehingga
staff tersebut tetap menjadi dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai