(Gagal Ginjal Akut, Gagal Ginjal Kronik, Gagal Hati, Kanker Cair,
Kanker Padat )
S
atau penilaian yang sudah kita lakukan dari riwayat penyakit penderita seperti
misalnya ada masalah di pasien gagal riwayat keluarga,, alergi, penyakit
mendapatkan obat, dosis berlebih, interaksi penderita, pengobatan.
obat serta indikasi tanpa obat.
P
O
Assesment
Merupakan penentuan masalah atau
A Objective
Merupakan kumpulan data pasien dari
problem apa yang dialami oleh pasien atas pemeriksaan fisik penderita maupun
dasar informasi pada subjective dan objective pemeriksaan penunjang
penderita.
STUDI KASUS
“GAGAL JANTUNG AKUT”
Kasus
Bu Lady (58 tahun) datang ke rumah sakit dengan keluhan letih dan lemas.
Dia mengatakan bahwa dalam 3-4 hari terakhir, konsumsi airnya kurang.
Riwayat penyakit : Hipertensi, Penyakit Parkinson, hipotiroid.
Riwayat pengobatan : Carbidopa-Levodopa (Sinemet), Levothyroxine
(Synthroid), HCTZ.
Hasil Laboratorium
Glukosa 66 mg/ dl Chloride 110 mmol/ L
BUN 41 mg/ dl Co2 22 mmol/ L
Cr 1,5 mg/ dl Anion gap 10 mmol/ L
Sodium 142 mmol/ L Calcium 8,3 mg/ dl
Potassium 4,2 mmol/ L Sodium Urine Random 165 mmol/ L
Chloride 110 mmol/ L Cr Urine Random 80,8 mg/dl
Co2 22 mmol/ L
Subjektif
Bu Lady (58 tahun) datang ke rumah sakit dengan keluhan letih dan lemas. Dia
mengatakan bahwa dalam 3-4 hari terakhir, konsumsi airnya kurang.
Objektif
Glukosa 66mg/dl Sodium Urine Random 165 mmol/L
BUN 41 mg/dl Cr Urine Random 80,8 mg/dl
Cr 1,5 mg/ dl
Calcium 8,3 mg/ dl
Assesment
Gagal ginjal akut yang disertai hipertensi, penyakit
Parkinson dan hipotiroid.
Plan
a. Tolkapon 100 mg 3x1, dengan selang waktu 6 jam setiap dosis
b. Levothyroxin 25 mcg/ hari, diberikan pada saat perut kosong 1/2 –
1 jam sebelum makan.
c. Furosemid 40 mg pada pagi hari, dosis awal 1 tablet/ hari.
Pengobatan Non Farmakologi
• Penderita hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk memodifikasi gaya hidup,
termasuk penurunan berat badan jika berlebihan, mengurangi asupan natrium.
• Penderita yang didiagnosis hipertensi tahap 1 atau II sebaiknya di tempatkan
pada terapi modifikasi gaya hidup dan terapi obat secara bersamaan.
Pengobatan Farmakologi
• Diuretik → obat diuretik golongan tiazid karena golongan ini merupakan agen
diuretik yang paling kuat untuk merunkan tekanan darah.
• Angiotensin II di generasikan oleh jalur renin-angiotensisn (ACE) dan jalur
alternative yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases.
• Penghambat Saluran Kalsium (CCB) menyebabkan relaksasi jantung dan otot
polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitive terhadap tegangan
(voltage sensitive), sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke
dalam sel.
STUDI KASUS
GAGAL GINJAL KRONIK
Kasus
Pasien laki laki usia 58 tahun dating ke UGD dengan keluhan kaki
dan tangannya yang bengkak sejak 5 bulan SMRS. Pasien
mengatakan pada kelopak matanya juga mengalami pembengkakan
terutama pada pagi hari. Pasien juga mengatakan bahwa perutnya
pernah bengkak dan terasa berisi cairan sekitar 2 bulan yang lalu
dan merasa frekuensi berkemihnya menurun dibandingkan
sebelumnya, dari yang awalnya 5-6 kali sehari menjadi 2-3 kali
sehari dengan urine yang sedikit dan keruh.
Basophil 0% Eosinophil 0%
Limfosit 5 % Monosit 4%
• Nadi 96 x/menit
• Pernapasan 24 x/menit
• Suhu 36,60c.
Look:
• Ulkus (+)
• Pus (+),
• Perdarahan (-)
Feel:
• hangat (+),
• sensibilitas ↓
Assesment
Pasien didiagnosis mengalami gagal ginjal kronik stadium V5 berdasarkan hasil GFR
(3,71 ml/menit/1,73mm2 (<15 ml/ menit/1,73mm2) yang diduga karena diabetes
Nefropati dari Diabetes Melitus tipe 2 + Hipertensi grade I + Ulkus diabetikum.
Plan
• Terapi non farmakologi :
• Tirah baring
• Debridement luka
• Hemodialisa
Terapi farmakologi
• Infuse cairan intravena IVFD NaCl 0,9 % X TPM
• Captopril 2 x 12,5 mg
• Asam folat 2 x 1 mg
• Glimepiride 1 x 2 mg
• Hemodialisa
Pemilihan Terapi
• Terapi Farmakologi
Subyektif
Seorang perempuan berusia 18 tahun datang dengan keluhan demam sejak
2 hari, disertai mual, nyeri ulu hati dan penurunan nafsu makan. Tidak
ditemukan adanya perdarahan. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah
90/60 mmHg, denyut nadi 120x/menit, frekuensi nafas 21x/mnt dan suhu
ketiak 40OC. Pemeriksaan fisik lain tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan darah lengkap menunjukan trombositopenia (98.000)
leukopeni (2400), dan peningkatan enzim transaminase (AST 127 ALT 56).
Hasil pemeriksaan laboratorium antigen non structural-1(NS-1) positif.
Ditegakkan diagnosis demam dengue dengan gangguan fungsi hati terkait
dengue.
Objektif
• Selama perawatan sampai hari ke-3 kondisi pasien stabil, keluhan makin membaik,
tidak ada tanda perdarahan atau hemokonsentrasi.
• Pada perawatan hari ke-4 pasien cenderung mengamuk dan tidak kooperatif.
Terdapat muntah berwarna coklat kehitaman diserta buang air besar hitam. Kulit
dan mata pasien menjadi ikterik, dan pada pemeriksaan lab menunjukan Trombosit
18.000, Bilirubin total 2,8, albumin 2,6, enzim transaminase meningkat tajam (AST
11.257 dan ALT 3850). Marker hepatitis A, B dan C negative.
• Pada perawatan hari ke-7 keluhan sesak bertambah berat dan pasien mengalami
penurunan kesadaran lebih dalam. Selama pemantauan di ruangan, kondisi pasien
composmentis, tekanan darah rentang 110-130/70-80, frekuensi nadi dalam rentang
60-90 kali/menit, frekuensi napas 12-18 kali/menit dan tidak demam.
Assesment
Berdasarkan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium dan penunjang
lainnya, ditegakkan diagnosis gagal hati akut pada dengue dan diagnosis
pleuropneumonia.
Plan
Terapi yang diberikan n-asetilsistein untuk gagal hati akut dengan dosis NAC
100 mg/kg/hari, diberikan secara intravena,selama minimal 5 hari, kemudian di
titrasi perlahan sesuai perkembangan penyakitnya (Habaragamuwa BW &
Dissanayaka P, 2014).
Pemilihan Terapi
• Terapi Farmakologi
Pasien pada kasus ini mendapatkan terapi n-asetilsistein untuk gagal hati akut, selain terapi
suportif lain untuk komplikasi lain yang terjadi seperti tranfusi produk darah dan antibiotik
spektrum luas. NAC memiliki peran utama pada kasus gagal hati akut, terutama terkait keracunan
asetaminofen. Perannya berhubungan dengan kemampuannya untuk mengembalikan kadar
glutathione dari hepatosit dan sebagai penangkal radikal bebas. Pada kasus ini, digunakan dosis
NAC 100 mg/kg/hari, diberikan secara intravena,selama minimal 5 hari, kemudian di titrasi
perlahan sesuai perkembangan penyakitnya. Terapi menggunakan NAC saat ini masih menjadi
pilihan utama untuk kasus gagal hati akut pada demam dengue. N-asetil sistein (NAC) adalah suatu
zat yang memiliki fungsi untuk mengembalikan kadar glutation pada sel hepatosit. Glutation
berfungsi utama sebagai penangkal radikal bebas. NAC sudah terbukti sebagai drug of choice pada
kondisi hepatitis akibat intoksikasi asetaminofen.
Subjektif
Seorang perempuan bernama Ny. XYZ yang
berumur 35 tajun memiliki keluhan diaphoretoc,
lemah, mual dan muntah yang menetap, rigor,
nyeri mulut setelah kemoterapi, sakit tenggorokan,
kongesi nasal, radang gusi
Obyektif
TB = 168 cm; BB = 43 kg; BSA = 1,6
• Non Farmakologi
a) Radiasi.
d) Transplantasi sel induk serupa dengan transplantasi sumsum tulang kecuali sel
dikumpulkan dari sel-sel batang yang beredar dalam aliran darah (darah perifer)
e) Uji Klinis
f) Terapi suportif
• Terapi Farmakologis
❖ Kemoterapi.
Pasien mungkin akan menerima satu jenis obat atau kombinasi dari satu atau lebih obat-obatan. Obat ini
dapat dalam bentuk pil, atau mungkin disuntikkan langsung ke pembuluh darah. Perjalanan obat
melalui aliran darah untuk mencapai sel-sel kanker di seluruh tubuh. Hal ini membuat kemo berguna
untuk kanker seperti leukemia yang telah menyebar ke seluruh tubuh.
❖ Kinase Inhibitor
Bagi kebanyakan orang dengan CML (Chronic Myeloid Leukemia), obat imatinib mesylate (Gleevec)
adalah baris pertama dari terapi.Imatinib mesylate adalah jenis obat kanker yang disebut kinase
inhibitor. Obat ini secara khusus dikembangkan untuk menghambat protein BCR-ABL dan telah terbukti
efektif dalam mengobati tahap-tahap awal leukimia myelogenous kronis. Dua inhibitor kinase lainnya,
dasatinib (Sprycel) dan nilotinib (Tasigna), yang dapat membantu orang-orang yang tidak dapat
mengambil atau yang telah menjadi resisten terhadap imatinib.
Subjektif
Tn. HS (55 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan keluhan
sesak nafas. Pasien mengatakan sesak nafas memberat dan tidak teratasi sejak
1 minggu terakhir. Sesak nafas disertai dengan batuk sejak 6 bulan, batuk
disertai lender warna putih dan tidak berdarah. Pasien juga mengeluhkan
nyeri punggung yang hilang timbul tetapi berulang kali. Penurunan berat
badan yang drastic juga di akui pasien yaitu dari 65 kg turun menjadi 45 kg.
Pasien mengatakan telah merokok selama 10 tahun dengan jumlah 15 batang
per hari. Panas sumer-sumer hilang timbul sejak 1 minggu, panas turun
dengan obat penurun panas. Mual dan muntah tidak dialami penderita.
Penurunan nafsu makan yang disertai lemah badan sejak beberapa bulan
terakhir. Tidak ada keluhan gangguan buang air besar dan buang air kecil.
Jenis Pemeriksaan Hasil (Satuan)
Leukosit 21.800/mm3
Eritrosit 3.30 x 106 /µL
Hemoglobin 9,7 g/dL
Hemaktokrit 28,4%
Trombosit 415.000/mm3
Objektif MCH
MCHC
29,4 pg
34,1 g/dL
MCV 86,3 fL
GDS 62 mg/dL
SGOT 25 U/L
SGPT 12U/L
Ureum 46 mEq/L
Creatinin 1,1 mg/dL
Na 126 mEq/L
K 4 mEq/L
CI 95 mEq/L
Assesment
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium
dan penunjang lainnya, ditegakkan diagnosis kerja kanker paru kanan jenis
adenokarsinoma dalam kemoterapi, penumonia, anemia pada malignancy, dan
hiponatremia.
Plan
• Terapi yang diberikan O2 nasal kanul 2- 4 L/menit
• Pasien akan dilakukan transfusi darah packed red cell (PRC) sampai target Hb
≥10 g/dL.
Pemilihan terapi
• Terapi non farmakologi
Pasien harus menghentikan kebiasaan merokok, rutin berolahraga merupakan
aktivitas fisik yang bisa membantu daya tahan tubuh dan mencegah terjadi
komplikasi, makan makanan yang sehat, pasien juga dianjurkan untuk melakukan
Diet TKTP yaitu diet yang mengandung energi dan protein.
• Terapi Farmakologi
1. Penatalaksanaan pasien ini ialah pemberian terapi kemoterapi dengan
kombinasi regimen gemcitabine-cisplatin selama 12 siklus. Prognosis pasien ini
buruk karena sudah sampai pada stadium 4, namun dengan kemoterapi yang
sementara dijalani sampai saat ini selama 1 bulan, pasien akan merasakan
adanya perbaikan secara klinis.
2. Infus NaCl diberikan untuk meningkat kadar Natrium dalam darah pasien.
3. Terapi analgetik lain yang diberikan yaitu parasetamol 500 mg peroral tiap 8
jam dan N Acetylsistein 200 mg oral per 8 jam untuk menghentikan perasaan
nyeri dan batuk pasien.
4. Penggunaan ceftriaxone sudah tepat karena pasien mengaku demam dan di
duga muncul tanda-tanda infeksi
KESIMPULAN
Dengan metode SOAP Farmasis dapat mengetahui keluhan yang dirasakan oleh
pasien, riwayat penyakit pasien sebelumnya, dan dapat merekomendasikan
pengobatan jenis lain yang tepat kepada pasien. Serta merencanakan sebuah alur
pengobatan terhadap pasien agar pasien mendapatkan pengobatan yang optimal
sehingga pasien dapat membaik dan kualitas hidupnya meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
• Mustikaningtias Ika, Laksmi Maharani, Masita Wulandari. 2019 .Buku
Petunjuk Praktikum Farmakoterapi 2. Universitas Jendral
Soedirman:Purwokerto.
• Junita Joseph, dan Linda W. A. Rotty. Medical Scope Journal (MSJ).
2020. Diakses pada tanggal 25 Mei 2021.
• Kemenkes RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Paru. Komite
Penanggulangan Kanker Nasional tahun 2015.
• Anderson,Philip O, James E. Knoben, dan William G. Trootman. 2002.
Handbook of Clinical Data, Tent Edition. New York: McGraw-Hill
Medical Publishing Division.