Anda di halaman 1dari 32

STUDI KASUS

(Gagal Ginjal Akut, Gagal Ginjal Kronik, Gagal Hati, Kanker Cair,
Kanker Padat )

Eva Margaretta 20334717 Dianastri Dewi M 20334738


Fitria Diah Arum 20334728 Vira Anginuri 20334739
Ferina Mawarni 20334731 Indra Meyr Nababan 20334738
Ayu Nur Anisa 20334734 Dara Rahma Ayu 20334739
Sri Lestari 20334737 Febyrista Napitupulu 20334779
SOAP
Plan Subjective
Merupakan tindak lanjut dari assesment Merupakan data-data pasien yang diambil

S
atau penilaian yang sudah kita lakukan dari riwayat penyakit penderita seperti
misalnya ada masalah di pasien gagal riwayat keluarga,, alergi, penyakit
mendapatkan obat, dosis berlebih, interaksi penderita, pengobatan.
obat serta indikasi tanpa obat.

P
O
Assesment
Merupakan penentuan masalah atau
A Objective
Merupakan kumpulan data pasien dari
problem apa yang dialami oleh pasien atas pemeriksaan fisik penderita maupun
dasar informasi pada subjective dan objective pemeriksaan penunjang
penderita.
STUDI KASUS
“GAGAL JANTUNG AKUT”
Kasus
Bu Lady (58 tahun) datang ke rumah sakit dengan keluhan letih dan lemas.
Dia mengatakan bahwa dalam 3-4 hari terakhir, konsumsi airnya kurang.
Riwayat penyakit : Hipertensi, Penyakit Parkinson, hipotiroid.
Riwayat pengobatan : Carbidopa-Levodopa (Sinemet), Levothyroxine
(Synthroid), HCTZ.
Hasil Laboratorium
Glukosa 66 mg/ dl Chloride 110 mmol/ L
BUN 41 mg/ dl Co2 22 mmol/ L
Cr 1,5 mg/ dl Anion gap 10 mmol/ L
Sodium 142 mmol/ L Calcium 8,3 mg/ dl
Potassium 4,2 mmol/ L Sodium Urine Random 165 mmol/ L
Chloride 110 mmol/ L Cr Urine Random 80,8 mg/dl
Co2 22 mmol/ L
Subjektif
Bu Lady (58 tahun) datang ke rumah sakit dengan keluhan letih dan lemas. Dia
mengatakan bahwa dalam 3-4 hari terakhir, konsumsi airnya kurang.

Riwayat penyakit : Hipertensi, Penyakit Parkinson, hipotiroid.

Riwayat pengobatan : Carbidopa-Levodopa (Sinemet), Levothyroxine (Synthroid),


HCTZ.

Objektif
Glukosa 66mg/dl Sodium Urine Random 165 mmol/L
BUN 41 mg/dl Cr Urine Random 80,8 mg/dl
Cr 1,5 mg/ dl
Calcium 8,3 mg/ dl
Assesment
Gagal ginjal akut yang disertai hipertensi, penyakit
Parkinson dan hipotiroid.

Plan
a. Tolkapon 100 mg 3x1, dengan selang waktu 6 jam setiap dosis
b. Levothyroxin 25 mcg/ hari, diberikan pada saat perut kosong 1/2 –
1 jam sebelum makan.
c. Furosemid 40 mg pada pagi hari, dosis awal 1 tablet/ hari.
Pengobatan Non Farmakologi
• Penderita hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk memodifikasi gaya hidup,
termasuk penurunan berat badan jika berlebihan, mengurangi asupan natrium.
• Penderita yang didiagnosis hipertensi tahap 1 atau II sebaiknya di tempatkan
pada terapi modifikasi gaya hidup dan terapi obat secara bersamaan.

Pengobatan Farmakologi
• Diuretik → obat diuretik golongan tiazid karena golongan ini merupakan agen
diuretik yang paling kuat untuk merunkan tekanan darah.
• Angiotensin II di generasikan oleh jalur renin-angiotensisn (ACE) dan jalur
alternative yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases.
• Penghambat Saluran Kalsium (CCB) menyebabkan relaksasi jantung dan otot
polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitive terhadap tegangan
(voltage sensitive), sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke
dalam sel.
STUDI KASUS
GAGAL GINJAL KRONIK
Kasus
Pasien laki laki usia 58 tahun dating ke UGD dengan keluhan kaki
dan tangannya yang bengkak sejak 5 bulan SMRS. Pasien
mengatakan pada kelopak matanya juga mengalami pembengkakan
terutama pada pagi hari. Pasien juga mengatakan bahwa perutnya
pernah bengkak dan terasa berisi cairan sekitar 2 bulan yang lalu
dan merasa frekuensi berkemihnya menurun dibandingkan
sebelumnya, dari yang awalnya 5-6 kali sehari menjadi 2-3 kali
sehari dengan urine yang sedikit dan keruh.

Riwayat penyakit : Pasien menderita diabetes mellitus dan


berobat rutin selama lebih dari 10 tahun ke belakang dan hipertensi
yang baru diketahuinya 8 bulan yang lalu. Pasien merupakan
perokok aktif.
Hasil Laboratorium

Hb: 7,7 gr/dl, Ht: 22 % Leukosit : 5700/µl,

Basophil 0% Eosinophil 0%

Batang 0% Segmen 67%

Limfosit 5 % Monosit 4%

Trombosit: 286000/µl LED: 56 mm/jam


Subjektif
Kasus :
Pasien laki laki usia 58 tahun dating ke UGD dengan keluhan kaki
dan tangannya yang bengkak sejak 5 bulan SMRS. Pasien
mengatakan pada kelopak matanya juga mengalami
pembengkakan terutama pada pagi hari. Pasien juga mengatakan
bahwa perutnya pernah bengkak dan terasa berisi cairan sekitar 2
bulan yang lalu dan merasa frekuensi berkemihnya menurun
dibandingkan sebelumnya, dari yang awalnya 5-6 kali sehari
menjadi 2-3 kali sehari dengan urine yang sedikit dan keruh.

Riwayat penyakit : Pasien menderita diabetes mellitus dan


berobat rutin selama lebih dari 10 tahun ke belakang dan
hipertensi yang baru diketahuinya 8 bulan yang lalu. Pasien
merupakan perokok aktif.
Objektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
• Sakit sedang

• Kesadaran compos mentis

• Tekanan darah 150/90 mmhg

• Nadi 96 x/menit

• Pernapasan 24 x/menit

• Suhu 36,60c.

• Bmi: 20,7 kg/m2 (normoweight).

Pada pemeriksaan mata didapatkan :


• Konjungtiva anemis +/+
Pemeriksaan leher :
• Paru dan jantung tidak ditemukan adanya kelainan.

Dari inspeksi abdomen didapatkan :


• Perut cembung
• Auskultasi didapatkan bising usus + sebanyak 8x/menit
• Tidak ditemukan nyeri tekan pada seluruh regio abdomen serta tidak ditemukan
pembesaran hepar dan limpa
• Pada perkusi didapatkan shifting dullness +
• Pada pemeriksaan ekstremitas superior dan inferior didapatkan normotonus,
gerakan aktif dan edema pitting.

Pada pemeriksaan kimia darah didapatkan :


• GDS: 260 mg/dl
• Ureum: 242 mg/dl
• Creatinine: 15,97 mg/dl
Pada pemeriksaan status lokalis regio pedis dextra didapatkan:

Look:
• Ulkus (+)

• Jaringan nekrotik (+),

• Pus (+),

• Perdarahan (-)

Feel:
• hangat (+),

• pulsasi arteri dorsalis pedis (+),

• sensibilitas ↓
Assesment
Pasien didiagnosis mengalami gagal ginjal kronik stadium V5 berdasarkan hasil GFR
(3,71 ml/menit/1,73mm2 (<15 ml/ menit/1,73mm2) yang diduga karena diabetes
Nefropati dari Diabetes Melitus tipe 2 + Hipertensi grade I + Ulkus diabetikum.

Plan
• Terapi non farmakologi :

• Tirah baring

• Pembatasan cairan 1 liter per hari

• Pembatasan protein 0,9 g/kgbb per hari

• Diet rendah garam 2-3 gr per hari

• Debridement luka

• Tranfusi PRC 200 cc

• Hemodialisa
Terapi farmakologi
• Infuse cairan intravena IVFD NaCl 0,9 % X TPM

• Captopril 2 x 12,5 mg

• Furosemid Injeksi/ 8 Jam

• Asam folat 2 x 1 mg

• Glimepiride 1 x 2 mg

• Tranfusi PRC 200 cc

• Hemodialisa
Pemilihan Terapi

• Terapi Farmakologi

Pada pasien ini, diberikan obat ACE-inhibitor,untuk mengontrol tekanan darah.


berupa captopril. Dosis pemberian captopril, yaitu 12,5 mg yang diberikan 2 kali
perhari. Pasien ini memiliki CKD stage 5 disertai edema. Sehingga untuk kasus
mengurangi edema perifer diberikan furosemide inj/8 jam yang berfungsi untuk
mengurangi edema sebagai loop diuretik. Pada pasien ini kontrol kadar gula
darah dialkukan dengan pemberikan Glimepiride 1 x 2 mg yang merupakan
golongan sulfonylurea.
• Terapi non farmakologi

Pada pasien ini, dilakukan diet asupan protein sebanyak 0,9 g x 60 kg = 54


protein per harinya. Diet garam sebesar 2-3 g/hari Pembatasan cairan sebesar 1
L/hari pada pasien sebagai bagian dari tatalaksana terhadap gagal ginjal yang
dialaminya dan mengurangi cairan tubuh.
STUDI KASUS
GAGAL HATI

Subyektif
Seorang perempuan berusia 18 tahun datang dengan keluhan demam sejak
2 hari, disertai mual, nyeri ulu hati dan penurunan nafsu makan. Tidak
ditemukan adanya perdarahan. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah
90/60 mmHg, denyut nadi 120x/menit, frekuensi nafas 21x/mnt dan suhu
ketiak 40OC. Pemeriksaan fisik lain tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan darah lengkap menunjukan trombositopenia (98.000)
leukopeni (2400), dan peningkatan enzim transaminase (AST 127 ALT 56).
Hasil pemeriksaan laboratorium antigen non structural-1(NS-1) positif.
Ditegakkan diagnosis demam dengue dengan gangguan fungsi hati terkait
dengue.
Objektif
• Selama perawatan sampai hari ke-3 kondisi pasien stabil, keluhan makin membaik,
tidak ada tanda perdarahan atau hemokonsentrasi.

• Pada perawatan hari ke-4 pasien cenderung mengamuk dan tidak kooperatif.
Terdapat muntah berwarna coklat kehitaman diserta buang air besar hitam. Kulit
dan mata pasien menjadi ikterik, dan pada pemeriksaan lab menunjukan Trombosit
18.000, Bilirubin total 2,8, albumin 2,6, enzim transaminase meningkat tajam (AST
11.257 dan ALT 3850). Marker hepatitis A, B dan C negative.

• Pada hari ke 6 perawatan, pasien tampak sesak. Pemeriksaan Roentgen toraks


menunjukkan gambaran pneumonia dengan efusi pleura kanan. Hasil lab darah
menunjukan Hb 8,2 Leukosit 9600, trombosit 74000, AST 5661, ALT 2803, dan INR
1,6.

• Pada perawatan hari ke-7 keluhan sesak bertambah berat dan pasien mengalami
penurunan kesadaran lebih dalam. Selama pemantauan di ruangan, kondisi pasien
composmentis, tekanan darah rentang 110-130/70-80, frekuensi nadi dalam rentang
60-90 kali/menit, frekuensi napas 12-18 kali/menit dan tidak demam.
Assesment
Berdasarkan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium dan penunjang
lainnya, ditegakkan diagnosis gagal hati akut pada dengue dan diagnosis
pleuropneumonia.

Plan
Terapi yang diberikan n-asetilsistein untuk gagal hati akut dengan dosis NAC
100 mg/kg/hari, diberikan secara intravena,selama minimal 5 hari, kemudian di
titrasi perlahan sesuai perkembangan penyakitnya (Habaragamuwa BW &
Dissanayaka P, 2014).
Pemilihan Terapi
• Terapi Farmakologi

Pasien pada kasus ini mendapatkan terapi n-asetilsistein untuk gagal hati akut, selain terapi
suportif lain untuk komplikasi lain yang terjadi seperti tranfusi produk darah dan antibiotik
spektrum luas. NAC memiliki peran utama pada kasus gagal hati akut, terutama terkait keracunan
asetaminofen. Perannya berhubungan dengan kemampuannya untuk mengembalikan kadar
glutathione dari hepatosit dan sebagai penangkal radikal bebas. Pada kasus ini, digunakan dosis
NAC 100 mg/kg/hari, diberikan secara intravena,selama minimal 5 hari, kemudian di titrasi
perlahan sesuai perkembangan penyakitnya. Terapi menggunakan NAC saat ini masih menjadi
pilihan utama untuk kasus gagal hati akut pada demam dengue. N-asetil sistein (NAC) adalah suatu
zat yang memiliki fungsi untuk mengembalikan kadar glutation pada sel hepatosit. Glutation
berfungsi utama sebagai penangkal radikal bebas. NAC sudah terbukti sebagai drug of choice pada
kondisi hepatitis akibat intoksikasi asetaminofen.

• Terapi non farmakologi


1. Diet seimbang, bula bertambah parah dilakukan diet rendah protein.

2. Segera beristirahat bila merasa lelah


3. Menghindari minuman beralkohol
Studi Kasus
Kanker Cair

Subjektif
Seorang perempuan bernama Ny. XYZ yang
berumur 35 tajun memiliki keluhan diaphoretoc,
lemah, mual dan muntah yang menetap, rigor,
nyeri mulut setelah kemoterapi, sakit tenggorokan,
kongesi nasal, radang gusi
Obyektif
TB = 168 cm; BB = 43 kg; BSA = 1,6

Jenis Hasil Nilai normal keterangan


pemeriksaan pemeriksaan
keterangan
Na 138 mEq/L 135-144 mEq/L Normal
K 3,1 mEq/L 3,6-4,8 mEq/L Rendah
Cl 115 mEq/L 97-106 mEq/L Tinggi
HCO3 22 mE1/L 21-28 mEq/L Tinggi
BUN 9mg/dL 5-25 mg/dL Normal
Cr 1mg/dL 0,6-1,3 mg/dL Normal
Hct 21% 35%-45% Rendah
Hgb 8g/L 12-16 g/dL Rendah
Lkc 0,3 x 103/ mm3 3,2-10. 103 / mm3 Rendah
Plts 134 x 103 170-380. 103 / mm3 Rendah

Ca 8,0 mg/dL 8,8-10,4 mg/dL Rendah


PO4 2mg/dL 2,6-4,6 mg/dL Rendah
PT 10 detik 10-15 detik Rendah
INR 1,8 0,8-1.2 Rendah
Tekanan darah 110/56 mmHg 120/80 mmHg Rendah
Suhu 39,5℃ 36,5-37,5℃ Rendah
RR 20x/menit 12-18 x/menit Rendah
ASSESMENT

• Dari data pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan, pasien


didiagnosa menderita leukemia akut. Leukemia akut ditandai dengan suat
perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk.
Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan kematian dalam
hitungan minggu hingga hari.

• Pasien telah mendapat kemoterapi untuk penyakit yang dideritanya tetapi


memberikan efek samping yang kurang nyaman pada pasien.

• Pasien mengalami penurunan kondisi fisik, yaitu kurang energi dalam


beberapa minggu, sakit tenggorokan, kongesti nasal dan radang gusi.

• Pasien mengalami penurunan tekanan darah (hipotensi).


PLANNING
1. Memberikan obat kemoterapi untuk pasien leukemia akut, obat yang
dipilih harus disesuaikan dengan kondisi fisik pasien, sehingga
efek samping yang ditimbulkan tidak mengganggu aktivitas pasien.

2. Memulihkan keadaan fisik pasien yang lemah.

3. Melakukan terapi farmakologi dan non-farmakologi untuk pasien yang


didiagnosa leukemia akut.

4. Memberikan vitamin penambah darah untuk menormalkan tekanan


darah pasien yang menurun
PEMILIHAN TERAPI

• Non Farmakologi

a) Radiasi.

b) Transpalasi sumsum tulang

c) Transpalasi sel induk

d) Transplantasi sel induk serupa dengan transplantasi sumsum tulang kecuali sel
dikumpulkan dari sel-sel batang yang beredar dalam aliran darah (darah perifer)

e) Uji Klinis

f) Terapi suportif
• Terapi Farmakologis

❖ Kemoterapi.
Pasien mungkin akan menerima satu jenis obat atau kombinasi dari satu atau lebih obat-obatan. Obat ini
dapat dalam bentuk pil, atau mungkin disuntikkan langsung ke pembuluh darah. Perjalanan obat
melalui aliran darah untuk mencapai sel-sel kanker di seluruh tubuh. Hal ini membuat kemo berguna
untuk kanker seperti leukemia yang telah menyebar ke seluruh tubuh.

❖ Biological Terapi (Immunoterapi)


Terapi biologi menggunakan zat-zat yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap kanker.

❖ Kinase Inhibitor
Bagi kebanyakan orang dengan CML (Chronic Myeloid Leukemia), obat imatinib mesylate (Gleevec)
adalah baris pertama dari terapi.Imatinib mesylate adalah jenis obat kanker yang disebut kinase
inhibitor. Obat ini secara khusus dikembangkan untuk menghambat protein BCR-ABL dan telah terbukti
efektif dalam mengobati tahap-tahap awal leukimia myelogenous kronis. Dua inhibitor kinase lainnya,
dasatinib (Sprycel) dan nilotinib (Tasigna), yang dapat membantu orang-orang yang tidak dapat
mengambil atau yang telah menjadi resisten terhadap imatinib.

❖ Terapi Obat Lain


Arsenik trioksida dan semua-trans retinoic acid (ATRA) adalah obat anti kanker yang dokter dapat
gunakan sendiri atau dalam kombinasidengan kemoterapi untuk mengobati subtipe tertentu dari
AML (Acute MyeloidLeukemia) disebut promyelocytic leukemia. Obat ini menyebabkan sel-sel leukemia
dengan mutasi gen spesifik menjadi dewasa dan mati.
Studi Kasus
Kanker Padat (Kanker Paru-Paru)

Subjektif
Tn. HS (55 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan keluhan
sesak nafas. Pasien mengatakan sesak nafas memberat dan tidak teratasi sejak
1 minggu terakhir. Sesak nafas disertai dengan batuk sejak 6 bulan, batuk
disertai lender warna putih dan tidak berdarah. Pasien juga mengeluhkan
nyeri punggung yang hilang timbul tetapi berulang kali. Penurunan berat
badan yang drastic juga di akui pasien yaitu dari 65 kg turun menjadi 45 kg.
Pasien mengatakan telah merokok selama 10 tahun dengan jumlah 15 batang
per hari. Panas sumer-sumer hilang timbul sejak 1 minggu, panas turun
dengan obat penurun panas. Mual dan muntah tidak dialami penderita.
Penurunan nafsu makan yang disertai lemah badan sejak beberapa bulan
terakhir. Tidak ada keluhan gangguan buang air besar dan buang air kecil.
Jenis Pemeriksaan Hasil (Satuan)
Leukosit 21.800/mm3
Eritrosit 3.30 x 106 /µL
Hemoglobin 9,7 g/dL
Hemaktokrit 28,4%
Trombosit 415.000/mm3

Objektif MCH
MCHC
29,4 pg
34,1 g/dL
MCV 86,3 fL
GDS 62 mg/dL
SGOT 25 U/L
SGPT 12U/L
Ureum 46 mEq/L
Creatinin 1,1 mg/dL
Na 126 mEq/L
K 4 mEq/L
CI 95 mEq/L
Assesment
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium
dan penunjang lainnya, ditegakkan diagnosis kerja kanker paru kanan jenis
adenokarsinoma dalam kemoterapi, penumonia, anemia pada malignancy, dan
hiponatremia.

Plan
• Terapi yang diberikan O2 nasal kanul 2- 4 L/menit

• IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit

• Ceftriaksone 2 gram intravena tiap 24 jam

• Parasetamol 500 mg peroral tiap 8 jam

• Nasetil sistein 200 mg peroral tiap 8 jam

• Natrium Bikarbonat 500 mg peroral tiap 8 jam

• Pasien akan dilakukan transfusi darah packed red cell (PRC) sampai target Hb
≥10 g/dL.
Pemilihan terapi
• Terapi non farmakologi
Pasien harus menghentikan kebiasaan merokok, rutin berolahraga merupakan
aktivitas fisik yang bisa membantu daya tahan tubuh dan mencegah terjadi
komplikasi, makan makanan yang sehat, pasien juga dianjurkan untuk melakukan
Diet TKTP yaitu diet yang mengandung energi dan protein.

• Terapi Farmakologi
1. Penatalaksanaan pasien ini ialah pemberian terapi kemoterapi dengan
kombinasi regimen gemcitabine-cisplatin selama 12 siklus. Prognosis pasien ini
buruk karena sudah sampai pada stadium 4, namun dengan kemoterapi yang
sementara dijalani sampai saat ini selama 1 bulan, pasien akan merasakan
adanya perbaikan secara klinis.
2. Infus NaCl diberikan untuk meningkat kadar Natrium dalam darah pasien.
3. Terapi analgetik lain yang diberikan yaitu parasetamol 500 mg peroral tiap 8
jam dan N Acetylsistein 200 mg oral per 8 jam untuk menghentikan perasaan
nyeri dan batuk pasien.
4. Penggunaan ceftriaxone sudah tepat karena pasien mengaku demam dan di
duga muncul tanda-tanda infeksi
KESIMPULAN
Dengan metode SOAP Farmasis dapat mengetahui keluhan yang dirasakan oleh
pasien, riwayat penyakit pasien sebelumnya, dan dapat merekomendasikan
pengobatan jenis lain yang tepat kepada pasien. Serta merencanakan sebuah alur
pengobatan terhadap pasien agar pasien mendapatkan pengobatan yang optimal
sehingga pasien dapat membaik dan kualitas hidupnya meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
• Mustikaningtias Ika, Laksmi Maharani, Masita Wulandari. 2019 .Buku
Petunjuk Praktikum Farmakoterapi 2. Universitas Jendral
Soedirman:Purwokerto.
• Junita Joseph, dan Linda W. A. Rotty. Medical Scope Journal (MSJ).
2020. Diakses pada tanggal 25 Mei 2021.
• Kemenkes RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Paru. Komite
Penanggulangan Kanker Nasional tahun 2015.
• Anderson,Philip O, James E. Knoben, dan William G. Trootman. 2002.
Handbook of Clinical Data, Tent Edition. New York: McGraw-Hill
Medical Publishing Division.

Anda mungkin juga menyukai