Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kafein (C8H10O2N4. H2O) dapat ditemukan dalam kopi, teh, coklat, dan pada beberapa tanaman.Kafein
juga terkandung pada kebanyakan minuman cola.Kafein pertama ditemukan pada kopi pada tahun 1820.Tahun
1838 dinyatakan bahwa tein, yang terkandung pada teh, indentik dengan kafein.Kafein dapat meningkatkan
tekanan darah, menstimulasi sistem syaraf pusat, membentuk urin, dan menstimulasi kerja jantung dan
hati.Kafein sering digunakanuntuk mengobati migrain karena dapat menyempitkan pembuluh darah yang melebar
sehingga mengurangi rasa sakit.Kafein juga dapat meningkatkan pengaruh dari analgesik seperti yang
terkandung dalam aspirin, dan juga dapat menyembuhkan serangan asma dengan memperlebar jalur bronkus.
Kafein diproduksi secara komersial sebagai hasil samping pembuatan kopi bebas kafein.
Dalam makalah ini, kami akan mengulas tentang mekanisme purifikasi kafein pada teh, berdasarkan
beberapa percobaan yang telah dilakukan oleh berbagai kelompok studi maupun individu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan purifikasi?
2. Apa saja metode purifikasi?
3. Bagaimana cara melakukan purifikasi kafein pada teh?
4. Berapa kadar kafein dalam teh?
5. Berapa titik leleh kristal kafein?
6. Bagaimana cara membuktikan bahwa percobaan telah benar-benar menghasilkan kafein?
2

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Purifikasi
Berdasarkan asal katanya, purifikasi berarti penyucian atau pembersihan. Sedangkan proses purifikasi
berarti metode untuk mendapatkan komponen bahan alam murni bebas dari komponen kimia lain yang tidak
dibutuhkan.

Ada beberapa macam metode pemisahan yaitu:

1. Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat
berpori (penyaring). Dasar pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat
terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori
saringan dan meneruskan pelarut.
2. Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan menguapkan zat padat tanpa melalui fasa cair
terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal. Bahan-bahan yang menggunakan
metode ini adalah bahan yang mudah menyublim, seperti kamfer dan iod.
3. Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan.
Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku.Kristalisasi ada dua
cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan (Anief, 1988).
4. Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair yang terkotori
oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda. Dasar pemisahan adalah titik didih
yang berbeda.
5. Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan campuran dalam pelarut yang sesuai.
Dasar metode pemisahan ini adalah kelarutan bahan dalam pelarut tertentu (David D, 1997)
6. Adsorbsi merupakan metode pemisahan untuk membersihkan suatu bahan dari pengotornya dengan cara
penarikan bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan bahan pengadsorbsi.
Penggunaan metode ini dipakai untuk memurnikan air dari kotoran renik atau mikroorganisme, memutihkan
gula yang berwarna coklat karena terdapat kotoran.
7. Kromatografi adalah cara pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan pelarut pada suatu
lapisan zat tertentu. Dasar pemisahan metode ini adalah kelarutan dalam pelarut tertentu, daya absorbsi oleh
bahan penyerap, dan volatilitas (daya penguapan). Contoh proses kromatografi sederhana adalah
kromatografi kertas untuk memisahkan tinta.(Mohd Martin S, 2003) Khromatografi, seperti alat proses lain
yang melibatkan perpindahan massa, mengubah komposisi campuran umpan tanpa melibatkan proses
kimia.

Dalam proses purifikasi kafein pada teh biasanya digunakan metode ekstraksi dan kemudian dilakukan
pemurnian lebih lanjut.
3

2.2 Ekstraksi
2.2.1 Definisi dan penggolongan ekstraksi
Ekstraksi didefinisikan suatu proses pemisahan substansi dari campurannya dengan
menggunakan suatu pelarut yang sesuai,  dimana satu atau lebih senyawa dipisahkan dari satu fasa ke fasa
lain berdasarkan prinsip kelarutan. Jenis ekstraksi dapat dibedakan berdasarkan:
1. Bentuk campuran yang diekstraksi, ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Ekstraksi padat-cair
Proses ini paling banyak ditemui ketika mengisolir substansi yang diperlukan yang
terkandung didalam bahan dari alam. Sifat-sifat alam tersebut merupakan faktor yang berperan sangat
penting terhadap berlangsungnya proses ekstraksi. Proses ini umumnya diterapkan untuk mengisolasi
zat dari jaringan tumbuhan, jamur, rumput laut, mamalia dan sebagainya yang telah dikeringkan. Seperti
ekstraksi alkaloid dari daun, aroma parfum dari bunga, ekstraksi ini dipengaruhi oleh ukuran  partikel zat
padat dan kontak dengan pelarut. Proses ekstraksi berkesinambungan dilakukan dengan menggunakan
pelarut panas yang sering digunakan yaitu pengekstraksi soxhlet
b. Ekstraksi cair-cair
Dalam ekstraksi cair-cair, senyawa yang diinginkan dipisahkan dari materi awal yang tak
bereaksi, atau dari produk sampingan yang tak diinginkan dalam campuran reaksi, yaitu dengan
mengisolasi suatu senyawa yang semula berada dalam suatu pelarut dengan cara menambahkan
pelarut yang  baru, yang tidak bercampur dengan pelarut semula. Senyawa yang akan diisolasi
memiliki kelarutan yang lebih baik pada pelarut yang baru, dibandingkan pelarut sebelumnya.
Ekstraksi cair-cair ini adalah suatu proses yang berdasarkan pada distribusi dari zat terlarut
dalam dua macam pelarut yang satu sama lainnya tidak saling larut(biasanya yang dipakai adalah
pelarut organic dan air). Zat terlarut tersebut akan terbagi kedalam dua macam pelarut tersebut sampai
dicapai suatu keadaan yang seimbang.
Senyawa-senyawa organik biasanya lebih larut dalam pelarut organik daripada dalam air,
sehingga dapat diekstraksi dari pelarut air. Apabila ada elektrolit seperti NaCl ditambahkan kedalam
pelarut air, maka kelarutan senyawa organikakan berkurang, sehingga hal ini membantu ektraksi
senyawa organik dengan pelarut organik.
Prosesnya dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, tergantung pada sifat bahan yang akan
dipindahkan, yaitu:
 Ekstraksi campuran organik dengan air. Ekstraksi air dapat dipakai untuk memindahkan /
menghapuskan materi yang sangat polar sebagai garam an-organik, asam atau basa kuat dengan
berat molekular ringan, materi polar sebagai alkohol, asam karboksilat, dan amino. Banyak
campuran organik yang mengandung kurang dari lima karbon merupakan air yang dapat larut.
4

Ekstraksi air juga dapat dipakai setelah ektraksi campuran dengan asam ether maupun basa untuk
memastikan bahwa semua asam atau basa sudah dipindahkan(dihilangkan).
 Ekstraksi campuran organik dengan asam lemah (biasanya dengan 5% atau 10% asam
Hidrokhlorik). Ekstraksi asam dimaksudkan untuk menghilangkan ketidakmurnian dasar, terutama
yang berperan sebagai amino organik. Basa ini diubah menjadi garam kasionik yang sesuai, dengan
memakai asam dalam ekstraksi. Jika amino merupakan salah satu reaktan, atau jika piridin atau
amino lainnya adalah pelarut, ekstraksinya bisa dimanfaatkan untuk menghilangkan kelebihan amino
yang terdapat di akhir reaksi.

NH2 +HCl RNH3 + Cl - (garam yang terlarut dalam air)

Asam kationik biasanya bisa larut dalam larutan akuatik, dan bisa diekstraksikan dari materi
organik.Ekstraksi air dapat dipakai secara cepat mengikuti ekstraksi asamnya untuk memastikan
bahwa semua asam sudah hilang dari materi organiknya.
 Ekstraksi campuran organik dengan basa lemah (biasanya digunakan Sodium bikarbonat 5%,
meskipun ekstraksi dengan Sodium hidroksida lemah juga bisa digunakan). Ekstraksi basa ini
dimaksudkan untuk mengubah ketidakmurnian asam, misalnya asam organik menjadi asam amino
yang sesuai. Untuk mempersiapkan ester, ekstraksi Sodium bikarbonat bisa dipakai untuk
menghilangkan kelebihan asam karboksilat yang ada.

RCOOH + NaHCO3 RCOO-Na+ + H2O+CO2

Fenol dapat muncul dalam suatu campuran reaksi sebagai materi tidak murni, dan bisa dihilangkan

dengan ekstraksi.Karena fenol 105 kali lebih tidak asam dibandingkan asam karboksilat(meskipun
fenol masih termasuk asam), ekstraksi basa bisa digunakan untuk memisahkan asam dari asam
karboksilat melalui seleksi basa secara cermat.Jika sodium bikarbonat dipakai sebagai basa dan
asam karbosilat diektraksikan menjadi basa akuatik, berbeda dengan fenol.Fenol tidak cukup asam
untuk diprotonasikan hingga tingkat yang cukup berarti dengan basa lemah, bikarbonat.Disisi lain,
ekstraksi dengan sodium hidroksida mengektraksikan asam karboksilat dan fenol menjadi larutan
dasar akuatik, karena ion hidroksida adalah basa yang cukup kuat untuk mendeprotonasikan fenol.
Campuran asam, basa, dan campuran netral dengan mudah dipisahkan melalui teknik
ekstraksi.Materiyang sudah diekstraksi bisa diperoleh lagi cara menetralisir reagen ekstraksi. Jika
materi asam sudah diektraksi dengan basa akuatik, materi tersebut bisa diperoleh lagi dengan
mengasamkan ekstraknya sampai larutan menjadi asam untuk membirukan litmus materi basa ke
ekstrak tersebut.Zat ini kemudian dapat dipindahkan dari larutan akuatik yang dinetralkan melalui
ekstraksi dengan pelarut organik seperti ether.Menguapkan ekstrak ether menghasilkan campuran
yang terpisah.
5

2. Bentuk prosesnya, ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:


a. Ekstraksi berkesinambungan(contoh: ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan alat soxhlet)
b. Ekstraksi bertahap(contoh:ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan corong pisah)
3. Penggunaan panas/ kalor selama proses berlangsung
a. Tanpa pemanasan, yaitu:
 Maserasi
Proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan
atau pengadukan pada suhu kamar. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,
tiraks dan lilin. Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak
keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa
tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam
sel .Keuntungannya peralatan yang digunakan sederhana.Sedangkan kerugiannya waktu yang
diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak,
dan tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin,
tiraks dan lilin.
 Perkolasi
Estraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) dan umumnya
dilakukan pada suhu kamar. Proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang
sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator, agar zat berkhasiat tertarik seluruhnya.
Biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Serbuk
simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.
Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, sehingga cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerakan kebawah
disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya
kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya
berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya
gesekan.Keuntungannya adalahtidak terjadi kejenuhan dan pengaliran meningkatkan difusi (dengan
dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel).Sedangkan kerugiannya
6

adalah cairan penyari lebih banyak, resiko cemaran mikroba untuk penyari air lebih besar karena
dilakukan secara terbuka.
b. Dengan pemanasan, yaitu menggunakan soxhlet, reflux
Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat
khusus sehingga terjadi ektraksi kontiniu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan
adanyapendingin balik.
Kerugian pemakaian cara ini adlah temperatur cairan ditabung agak berbeda dengan titik
didik pelarutnya, sehingga ekstraksi berlangsung pada suhu yang tidak tinggi sehingga ekstraksi
berlangsung relatif lambat, terutama jika daya larutnya naik mengikuti kenaikan temperatur.
2.2.2 Kesempurnaan Suatu Ekstraksi
Kesempurnaan suatu ekstraksi terwujud karena beberapa faktor, diantaranya :
 Koefisien Distribusi
Bila suatu larutan (larutan A dalam pelarut I) dikocok dengan pelarut kedua (pelarut 2) yang tak
dapatbercampur,larutan itu menyebar diantara kedua fase zat cair. Bila dua fase tersebut terpisah lagi
menjadi dua lapisan pelarut yang berbeda,maka suatu keadaan setimbang akan tercapai sehingga
rasio konsentrasi larutan dalam tiap lapisan memiliki angka konstan (konstanta). Konstanta ini disebut

C2
koefisien distribusi (atau koefisien partisi) K kemudian dirumuskan dengan: K=
C1
Dimana: C1 dan C2 adalah konsentrasi larutan A dalam pelarut 1 dan 2 masimg-masing, pada saat

keadaan setimbang dan satuannya adalah gram per liter.


Hubungan ini tidak tergantung oleh konsentrasi total dan jumlah sebenarnyadari kedua pelarut yang
dicampur. Koefisien distribusi memiliki harga konstan untuk masing-masing larutan yang dimaksud
dan tergantung pada sifat pelarut yang digunakan dalam tiap-tiap kasus. Larutan menyebar diantara
kedua pelarut sehingga aktifitas kimianya (konsentrasi efektifnya) sama ditiap fase.
 Jumlah/Banyaknya Ekstraksi
Dalam mengekstrasikan suatu zat terlarut dari larutan, selalu lebih baik untuk menggunakan beberapa
bagian kecil.Pelarut kedua daripada membuat ekstrasi tunggal dengan jumlah yang besar.
2.2.3 Alat yang digunakan dalam ekstraksi
Alat yang biasanya digunakan dalam ekstraksi adalah:
A. Corong pisah. Yaitu suatu alat yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan
komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda
yang tak campur. Prinsip Kerjanya yaitu dengan memisahkan zat/senyawa tertentu dalam sampel
berdasarkan kelarutan dalam pelarut tertentu yang memiliki perbedaan fase.
7

Cara pemakaian corong pisah yang benar adalah sebagai berikut :

 Isi cerobong pemisah dengan bantuan cincin besi yang diikatkan pada tempat cincin.
 Selanjutnya tutup kunci kran. Tuangkan larutan dan pelarut ekstraksi ke bagian atas corong
tersebut.
 Corong pisah dikocok secara perlahan-lahan dengan cara memegang bagian leher
atasnya,kenudian berhenti. Corong pisah diangkat dengan dua tangan dan dipegang
 Pengocokan berulang tersebut akanmeningkatkan tekanan uap diantara dua lapisan larutan dan
tekanan ini dapat melepaskan penahan corong pisahnya. Untuk mengeluarkan tekanan ini,
cerobong dikeluarkan dengan cara memegangnya terbalik (pegang penahannya dengan aman)
dan perlahan-lahan buka krannya. Biasanya keluarnya uap ini terdengar. Goyangan dan
pengeluaran tersebut terus dibiarkan sampai bunyinya tak terdengar lagi.
8

 Corong diletakkan dalam cincin dan penahan bagian atasnya segera dipindahkan. Dua pelarut
yang tidak bisa bercampur ini terpisah menjadi dua lapisan. Setelah beberapa waktu, dilakukan
pemisahan satu sama lainnya dengan cara mengeluarkan lapisan bawah melalui kunci kran.
 Sisa lapisan atas dipindahkan dengan cara menuangkannya dari bagian terbuka di atas. Untuk
mengurangi kontaminasi kedua lapisan itu, lapisan bawah harus selalu dipindahkan dari dasar
corong pemisah, dan lapisan atas dari puncak corong.
Yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi lapisan organik dan akuatik adalah densitas atau
massa jenis dua pelarut yang akan dipisahkan. Misalnya dalam ekstraksi larutan akuatik, pelarut
ekstraksi bisa lebih ringan dari pada air (seperti dengan benzene), atau lebih berat (seperti dengan
chloroform). Lapisan ether atau benzena mengapung diatas air, sedangkan lapisan khloroform
tenggelam di dalam air. Jika suatu pelarut melarutkan sejumlah besar materi, densitasnya akan
bertambah dan memungkinkan untuk tidak memilliki densitas relatif yang semula diperkirakan.
Jika terdapat keraguan, sedikit tetesan tiap lapisan harus diuji dengan cara menambahkannya
pada tabung uji kecil berisi sedikit air. Lapisan yang tak dapat bercampur dengan air itu dapat
diidentifikasikan secara mudah melalui cara ini. Tabel densitas pelarut ekstraksi yang sudah lazim
digunakan sebagai berikut:

Solvent Density(g/ ml)


B. Soxhlet. Ligroin 0.67-0.69
Nama-nama Diethyl ether 0.713 instrumen dan fungsinya :
1. Kondensor : Benzene 0.879 berfungsi sebagai pendingin dan
juga untuk Water 1.000 mempercepat proses pengembunan
Saturated Nacl 1.198
2. Timbal : berfungsi sebagai wadah untuk
Methylene chloride 1.335
sampel yang ingin diambil zatnya
Chloroform 1.498
3. Pipa F : Sulfuric acid 1.84 berfungsi sebagai jalannya uap,
bagi pelarut yang menguap dari proses
penguapan
4. Sifon : berfungsi sebagai perhitungan siklus. Bila larutan pada sifon penuh kemudian jatuh ke
labu alas bulat, maka hal ini dinamakan 1 siklus
5. Labu alas bulat : berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya
6. Hot plate : berfungsi sebagai pemanas larutan
Prinsip kerja alat ekstraksi soxhlet adalah sebagai berikut:
9

1. Bahan yang akan diekstraksi(berupa padatan) dimasukkan kedalam kertas berpori(terbuat dari
kertas filter yang kuat), kemudian diletakkan dalam tabung A.
2. Alat ini dipasangkan kedalam alas bundar C, yang telah berisi batu didih
3. Kondensor D diletakkan seperti pada gambar, Dungsi kondensor D adalah mengkondensasi
uap pelarut yang melewati tabung E.
4. Uap pelarut yang terkondensasi akan turun mengisi ke tabung A
5. Bila pelarut mencapai puncak tabung F (siphons), iaakan turun menuju labu bundar C yang
merupakan zat hasil ekstraksi dari tabung A.
6. Proses berlangsung terus-menerus sampai ekstraksi selesai
Suatu pelarut dikatakan sesuai sebagai pelarut pengekstraksi bila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :

1. Tidak larut dalam larutan substansi yang diekstrak


2. Dapat membentuk sistem pelarut yang memungkinkan substansi mempunyai rasio distribusi yang
besar
3. Mudah dipisahkan dari substansi yang diekstraksi
4. Tidak memungkinkan terjadi reaksi kimia yang tidak diinginkan dengan substansi yang diekstraksi

2.3 Pemurnian
2.3.1 Pemurnian zat padat : teknik rekristalisasi
10

Campuran organik padat bila dipisahkan dengan reaksi organik jarang bisa murni,
biasanya hasilnya tercampur dengan sedikit campuran lain(kotoran) yang didapatkan bersama dengan
produk yang kita inginkan. Pemurnian campuran kristalin tidak murni biasanya dipengaruhi oleh
kristalisasi dari pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat dengan cara mengkristalisasi kembali dari
campuran pelarut. Pemurnian zat padat dengan kristalisasi didasarkan atas perbedaan daya larutnya
dalam suatu pelarutatau campuran pelarut. Pada prinsipnya, rekristalisasi meliputi:
1. Melarutkan zat tidak murni dalam pelarut yang sesuai, tepat, atau mendekati titik didihnya
2. Menyaring larutan panas dari partikel materi dan debu yang tidak dapat larut
3. Membiarkan larutan panas menjadi dingin sehingga zat terlarutnya mengkristal keluar
4. Memisahkan Kristal dari larutan supernatant(cairan asalnya)
Hasil zat padatnya, setelah kering diuji kemurniannya(biasanya dengan cara mengetahui
titik leburnya, menggunakan metode spektroskopik, atau kromatografi), dan jika masih kotor, kristalisasi
diulangi dengan pelarut baru. Proses ini diulang-ulang sampai cairan murni diperoleh, misal sampai titik
leburnya tidak berubah.

Ciri-ciri utama pelarut yang diperlukan untuk rekristalisasi adalah sebagai berikut:
1. Daya pelarutnya tinggi untuk zat yang dimurnikan pada suhu tinggi dan daya pelarutnya rendah
pada suhu laboratorium atau dibawahnya.
2. Harus melarutkan kotoran dengan segera atau hanya untuk sedikit kotoran
3. Harus menghasilkan Kristal dengan bentuk bagus dari campuran yang dimurnikan
4. Harus bisa mudah terpisah dari Kristal campuran yag dimurnikan, artinya titik didihnya relatif tinggi
5. Pelarut yang dipaki tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat yang dimurnikan
11

6. Jika dua atau lebih pelarut sama-sama cocok untuk rekristalisasi, pilihan akhirnya tergantung pada
faktor seperti mudahnya pemakaian, daya nyala, dan harganya
Dalam tahapan rekristalisasi, pemisahan dari pelarutnya dilakukan filtrasi larutan panas.
Cara menyaring(fltrasi) larutan panas adalah sebagi berikut:
1. Larutan panas atau mendidih harus segera disaring sebelum dingindengan kertas saring
penyuling yang ditopang didalam corong.
2. Corong harus dihangatkan dengan kompor uap atau listrik sebelum filtrasi dimulai agar uap pelarut
yang hangat menjaga suhu larutan selama filtrasi dan mencegah kristal terlalu cepat keluar(Kristal
premature) di filter atau di leher corong
3. Jika zat padatnya memisah keluar difilter, harus dirontokkan lagi kedalam botol pertama,
dilarutkan dan disaring lagi. Larutan yang tersaring ditutup dengan gelas waktu, kemudian
disisihkan hingga dingin.
4. Jika ingin kristalnya besar, zat padat yang dipisahkan dari larutan tersaring itu harus dilarutkan lagi
dengan cara menghangatkannya(penekanan aliran harus dipakai untuk pelarut yang mudah
menyala); botol diselubungi handuk atau kain dan didinginkan perlahan-lahan.
5. Jika ingin kristalnya kecil, Larutan jenuh panas harus digerakkan kuat-kuat dan cepat didinginkan
dalam satu bak air dingin atau es. Kristal besar tidak harus lebih murni daripada Kristal kecil;
biasanya zat yang sangat tidak murni paling baik dimurnikan dengan rekristalisasi lambat agar
menghasilkan Kristal besar, disusul dengan rekristalisai cepat untuk mempeoleh Kristal kecil.
Hasil kasar reaksi organik mungkin mengandung kotoran berwarna. Saat rekristalisasi,
kotoran ini bisa larut dalam pelarut mendidih dan sebagian diserap kristal saat kristal ini terpisah ketika
larutan didinginkan, sehingga hasilnya menjadi berwarna. Kadang-kadang larutan ini agak keruh akibat
adanya unsur kecil yang bersifat damar atau suspense yang sangat halus dari kotoran tak larut, yang
tidak selalu dapat dihilangkan dengan filtrasi sederhana. Kotoran ini bisa dihilangkan dengan cara
mendidihkan zat dalam larutan,dengan arang kecil penghilang warna selama 5-10 menit, kemudian
menyaringnya saat masih panas seperti telah dijelaskan. Arang ini menyerap kotoran berwarna dan
menghalangi damar, unsure terbagi secara halus, dan penyaringan itu biasanya terbebas dari warna
yang berlebihan sehingga mengeluarkan kristal murni. Proses penghilangan warna ini terjadi umumnya
secara cepat dalam larutan berair, tapi bisa dilakukan dalam hampir semua pelarut organik, proses ini
paling kurang efektif dilakukan dalam pelarut hidrokarbon. Perlu ditekankan bahwa pendidihan dalam
pelarut dengan karbon penghilang warna tidak selalu merupakan metode penghilangan warna terefektif.
Bila hanya efektif sebagian, biasanya larutan dingin zat itu (lebih baik dalam pelarut organik semacam
methanol) dialirkan melalui sedikit karbon penghilang warna yang ditaruh di atas segulung kain wool
dalam leher corong-ini merupakan prosedur khromotografi yang efektif.
12

Pemakaian bahan penghilang warna yang terlalu banyak harus dihindari, karena ia
juga bisa menyerap sebagian campuran yang sedang dimurnikan. Jumlah pasti yang ditambahkan akan
tergantung pada banyaknya kotoran, biasanya 1-2% berat zat padat setengah jadi. Jika jumlah ini tidak
cukup,proses ini harus diulangi dengan 1-2 % lagi arang baru. Kadang-kadang satu arang kecil melewati
kertas saring berbutir rapat, penambahan inisebelum filtrasi dengan sarana bantu penyaring (pulp kertas
saring atau celite) akan menjernihkan hasil saringan. Perhatikan bahwa arang tidak boleh ditambahkan
ke larutan yang terlalu panas karena bisa berbusa dan lebih mendidihkan. Merk arang dipasaran yang
bagus adalah norit (dari kayu betula),Daroo,dan Nuchar.
Kadang-kadang selama rekristalisasi, terjadi pemisahan fase kedua cairan (biasanya
dikenal sebagai minyak), dan bukannya zat padat kristalin yang diharapkan.Minyak ini seringkali
membekukan, meskipun waktu sudah lama berlalu sebelum rekristalisasi terjadi. Kristal hasilnya
barangkali akan mengandung sebagian cairan asal, sehingga kemurniannya tidak akan tinggi.
Pemisahan minyak ini harus dihindari dengan cara mengencerkan larutan, tetapi cara ini akan
menyebabkan kerugian besar. Mungkin yang terbaik adalah kembali memanaskan campuran sampai
larutannya jernih,dan segera mendinginkannya, begitu minyak mulai memisah, campuran diguncang
keras-keras agar minyak terdispersi dengan baik dalam larutan. Bisa jadi Kristal akan terpisah lalu akan
tumbuh dalam larutan yang banyak dan bukannya dalam kolam minyak, sehungga kandungan cairan
asalnya banyak berkurang. Bila seluruh minyak sudah hilang,guncangan bisa dihentikan dan Kristal
dibiarkan mengumpul. Sesekali tambahkan sedikit campuran kasar (setengah jadi)sebagai “benih”
larutan agar memudahkan kristalisasi perintis (awal).
Kadang-kadang zat sulit membentuk larutan sangat jenuh dari pemisahan Kristal pertama,
penyebabnya adalah adanya tir kecil atau zat lengket yang berperan seperti koloid pelindung.Berikut ini
metode yang harus dicoba agar merangsang kristalisasi perintis (awal).
1. Menggores bagian dalam wadah dengan batang kaca. Upaya ini untuk memecahkan (merontokkan)
Partikel kaca kecil-kecil sebagai nuclei (tempat tumbuhnya ) Kristal, atau memperkasar
permukaannya, sehingga mempercepat munculnya Kristal diatas permukaan itu.
2. Menyuntik (membenihi) larutan dengan sedikit bahan padat atau dengan kristal isomorfos dengan
cara ini seringkali terjadi dan terus berlanjut sampai terjadi keadaan setimbang(equilibrium). Kristal
benih ini bisa didapatkan dengan mendinginkan film cairan yang sangat tipis sampai suhunya
rendah. Beberapa tetes larutan ditempatkan dalam tabung atau piala percobaan dan
menyebarkannya kedalam film tipis dengan cara memutar container. Selanjutnya didinginkan dalam
campuran es dan garam atau cairan pendingin lain yang sesuai. Secara lebih baik, yang menghindari
perlunya menggores permukaan berturut-turut untuk menghilangkan lristal benih dan Kristal yang
ada meleleh jika campuran kotoran atau karena titik leburnya rendah, adalah
13

melembabkan(membasahi) bandul kaca kecil dengan larutan sangat jenuh, meletakkannya dalam
tabung percobaan, mendinginkannya dalam dalam campuran pendingin, sehingga membentuk
Kristal diatasa permukaan bandul. Bandul bisa digulirkan ke luar tabung ketong penadah yang
mengandung banyak larutan. Kristal benih terkadang bisa terbentuk bila sedikit tetes larutan ditaruh
diatas gelas kaca dan pelan-pelan pelarut dibiarkan menguap bersamaan dengan saat film digosok
dengan batang kaca.
3. Mendinginkan larutan dalam campuran pendingin(es dan garam, es dan kalsium klorida, atau aseton
dan karbondioksida padat). Harus diingat bahwa kecepatan pembentukan Kristal berkebalikan
dengan suhunya; pendinginan hingga suhunya sangat rendah bisa menyebabkan massanya sangat
lengket sehingga sangat menghambat kristalisasi. Dalam hal ini campuran harus dibiarkan hangat
secara perlahan sehingga ada kesempatan membentuk kristal jika melewati daerah suhu optimum
untuk pembentukan kristal. Sedikit saja kristal terbentuk, besar kemungkinan ukuran akan bertambah
bila suhu campuran dijaga agar agak lebih tinggi.
4. Menambahkan sedikit gumpalan karbondioksida padat
5. Jika semua metode ini gagal, larutan harus dibiarkan dalam peti es(atau lemari pendingin) beberapa
waktu.
6. Hasil reaksi kimia yang sudah dipisahkan dengan ekstraksi pelarut dan selanjutnya menghilangkan
pelarut, serta secara normal menjadi kristalin.
Cara mengeringkan Kristal dari pelarutnya tergantung dari zat yang akan dikeringkan, ada
beberapa cara yaitu:
1. Kristal dianginkan-anginkan sampai tinggal bekas sisa pelarut(biasanya diketahui dari bau dan
penmpilannya) untuk zat-zat yang titik leburnya rendah.
2. Kristal dikeringkan dalam oven listrik yang disesuaikan. Kerugian metode ini adalah hasil Kristal
menjadi tercampur dengan serabut kertas filter
3. Dikeringkan dengan lampu pengering(temperature 40-50°C)
4. Dengan eksikator untuk zat padat dengan titik lebur rendah dalam waktu yang cukup lama untuk
menyerap pelarut.
2.3.2 Pemurnian zat padat: teknik sublimasi
Pemurnian dengan teknik sublimasi adalah alternatif rekristalisasi. Keberasilan metode ini
tergantung campuran yang bertekanan uap tinggi pada suhu dibawah titik leburnya, sehingga tingkat
penguapannya cepat dan uap bisa terkondensasi kembali ke zat padat diatas permukaan dingin. Kotoran
bertekanan uap berbeda dengan campuran yang dimurnikan sehingga bisa dihilangkan dengan
menyublim dulu atau dibiarkan dalam residu. Hasil sublimat akan lebih baik lagi jika tekanannya
dikurangi. Rendahnya suhu ini mengurangi kemungkinan terjadinya degradasi termal. Bahan-bahan
14

denga tekanan uap rendah pada titik leburnya hanya dapat disublim dengan tekanan rendah(10 -3-10-6
mmHg).

Alat sederhana untuk sublimasi pada tekanan udara, antar lain adalah:
1. Sebuah pinggan porselin yang ditutupi kertas filter yang sudah diberi beberapa lubang
2. Corong kaca yang disumbat dengan kapas diujung batangnya dan ditopang diatas pinggan porselin
3. Kapas basah yang diletakkan didinding corong kaca.

Teknik sublimasi sederhana ini adalah sebagai berikut:


1. Pinggan dipanaskan perlahan-lahan uap dari campuran murni melewati lubang dan berkondensasi
dipermukaan dinding dalam corong.
2. Panas diatur sedemikian sehingga corong tidak lebih dari antara dingin dan panas

2.3.3 Pemurnian zat cair : Destilasi

Destilasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk memisahkan suatu substansi dari
campurannya, atau memisahkan suatu substansi yang lain yang relative tidak mudah menguap.
Proses destilasi terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Mengubah substansi dalam bentuk uapnya
2. Memindahkan uapnya yang telah terbentuk
15

3. Mengkondensasikan uap yang terbentuk menjadi cairannya kembali


Mendidih dan menguap memiliki pengertian yang berbeda.Menguap terjadi hanya pada
permukaan cairan dan dapat terjadi pada setiap temperature. Sedangkan mendidih dapat terjadi disetiap
bagian dari cairan pada temperatur dimana tekanan uap cairan ditempat tersebut sama dengan tekanan
udara diatas permukaan cairan ditambah dengan tekanan cairan yang ada diatasnya. Temperatur ini
kemudian dinamakan titik didih dari cairan tersebut.
Temperatur pada bagian cairan yang letaknya jauh dari permukaan akan menunjukkan harga
yang lebih tinggi dari titik didih cairan tersebut, kelebihan panas ini timbul karena adnya tekanan dari
cairan yang ada diatas bagian tersebut. Cairan yang mempunyai temperature yang lebih tinggi dari titik
didihnya dikatakan cairan yang mengalami superheating.Adanya perbedaan tekanan dan temperatur
yang besar di antara bagian-bagian dari cairan dapat menimbulkan suatu percikan yang kuat/ suatu
ledakan.Peristiwa ini disebut bumping.
Terjadinya bumping bisa dihindari dengan beberapa cara, yaitu:
1. Penambahan batu didih (pecahan poselin, Teflon, pipa kapiler)
2. Pengadukan
3. Pemanasan yang merata (memanaskan dengan suatu penangas)
4. Mengisi labu tidak lebih dai 2/3 nya

Pada suatu proses destilasi, penunjukan titik didih yang tetap menandakan bahwa destilat
mempunyai komposisi yang tetap. Harus diingat bahwa penunjukkan titik didih yang tetap tidak berarti
bahwa destilat yang diperoleh adalah murni, tetapi campuran murni yang tetap.
Dalam proses destilasi, uap yang telah terjadi perlu diangkat untuk mencapai pipa samping.
Untuk keperluan ini dibutuhkan tenaga berupa panas.Jumlah panas yang diperlukan untuk melawan
16

tekanan udara luar, tinggi cairan, dan mengangkat uap untuk dapat mencapai pipa samping adalah
besar. Oleh karena itu cairan akan selalu mempunyai temperature yang lebih tinggi dari titik didihnya.
Dalam proses destilasi, saat cairan mengalami superheating, uap yang telah mencapai pipa samping
dengan suatu sistem pendingin akan dikondensasikan menjadi cairan kembali.
Destilasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Destilasi sederhana(simple distillation)
Destilasi ini dilakukan untuk memisahkan substansi dari campurannya yang mempunyai perbedaan
titik didih lebih besar dari 50°C atau jumlah kotoran/ komponen lainnya relative kecil.
Alat untuk kepentingan destilasi sederhana dipilih berdasarkan atas titk didih, jumlah cairan, sifat
khusus cairan. Bila cairan yang didestilasi mengandung sedikit kotoran maka mula-mula akan
didapatkan destilat yang mengandung kotoran dengan titik didih rendah(low boiling fraction),
Temperatur akan terus naik sampai suatu saat dicapai temperature yang relative konstan(bervariasi
2-3°C), dalam hal ini didapatkan destilat utama(principal fraction). Akhirnya temperature akan naik
lagi dan didapatkan destilat yang dikotori oleh kotoran yang memiliki titik didih lebih tinggi(high
boiling fraction).
2. Destiasi fraksi(fractional distillation)
Destilasi Fraksi adalah pemisahan komponen organik yang memiliki perbedaan titik didih yang tidak
terlalu besar. Destilasi fraksi dapat mempunyai 2 arti, yaitu:
1. Pengulangan berkali-kali destilasi sederhana untuk mendapatkan destilat yang relative murni
2. Destilasi yang menggunakan kolom fraksi
3. Destilasi uap(steam distillation)
Destilasi uap air adalah suatu metode destilasi yang bertujuan untuk memisahkan suatu substansi
dari campurannya dengan pertolongan uap air. Agar substansi dapat dipisahkan dari campurannya
dengan destilasi uap air, perlu dipenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
1. Substansi tersebut tidak atau hamper tidak larut dalam air(tidak homogen)
2. Tidak mengalami peruraian kontak dengan air panas
3. Mempunyai tekanan uap yangrelatif tinggi pada 100°C(minimal 5 mmHg)
4. Destilasi denganpenurunan tekanan(distillation under diminished pressure. Vacuum distillation)
Zat yang akan didestilasi(dimurnikan) terlebih dahulu harus dikeringkan dari air. Untuk itu
diperlukan zat anorganik yang sesuai sebagai pengering.Zat pengering ini dapat digolongkan dua
macam yaitu:
1. Menghisap air secara reversible
Dasarnya pembentukan hidrat dari garam anhydrous. Contohnya:
a. MgSO4 anhidrous +H2O MgSO4.7H2O
17

b. CaCl2 anhidrous +H2O CaCl2.6H2O

2. Menghisap air secara irreversible


Prinsip dasarnya adalah terjadi reaksi kimia
Contohnya:
Na + H2O NaOH +H2

H2SO4 pekat +H2O H2SO4 encer

Jika zat-zat pengering ini dibiarkan di udara terbuka, akan menjadi tidak stabil. Zat-zat tersebut
akan menjadi basah karena peristiwa higroskopis, efflorescent, dan deliquescent. Contoh zat-zat
tersebut adalah:
1. Higroskopis: CaO; H2SO4 pekat

2. Efflorescent: Na2SO4.10H2O

3. Deliquescent: CaCl2; NaOH

Cara pemilihan zat pengering adalah sebagai berikut:


1. Tidak bereaksi dengan zat organik
2. Kapasitas mengeringkan besar
3. Tidak larut dalam cairan organik dan mudah dipisahkan
4. Tidak bersifat sebagai katalis
5. Murah dan mudah didapatkan
Cara mengeringkannya adalah sebagai berikut:
1. Bila masih terdapat banyak air, pisahkan air setajam mungkin dengan menggunakan corong
pisah
2. Masukkan pengering dalam jumlah secukupnya supaya didapatkan butiran-butiran zat
pengering yang tidak larut dalam air
3. Bila zat pengering masih hancur dan terjadi dua lapisan zat organik dan pengering yang telah
hancur, maka dipisahkan dulu lapisan tersebut, baru ditambah lagi pengering yang baru.
4. Setelah beberapa saat (15-30menit), zat pengering dipisahkan dengan cara disaring dengan
kertas saring yang dilipat-lipat(fluted filter paper). Besarnya kertas saring harus disesuaikan
dengan jumlah cairan yang akan disaring. Untuk pengering-pengering yang sifatnya
ireversibel, untuk destilasi tidak perlu dipisahkan dari zat organiknya)
Penentuan kemurnian suatu senyawa organik hasil dari pemisahan dalam suatu campuran
dapat ditentukan melalui identifikasi sifat-sifat fisikanya, yaitu melalui:
1. Titik lebur
18

Yaitu titik leleh suatu zat dimana suatu fase padat berada dalam kesetimbangan dengan fase
cairnya. Ada dua macam alat pengujian titik lebur, yaitu:
a. Tabung atau pipa thuele
b. Alat pemanas listrik
2. Titik didih
Yaitu temperature dimana tekanan uap cairan adalah sama dengan tekanan luar
3. Indeks bias
Yaitu perbandingan kecepatan cahaya didalam vakum dengan kecepatan cahaya didalam suatu
zat.
Alat yang dipakai untuk menentukan indeks bias disebut refraktometer. Semakin dekat nilai
sampel literature, semakin murni sampel tersebut.
4. Massa jenis
19

2.4 Isolasi dan PemurnianKafein


2.4.1 Kafein
Kafein yang akan diekstraksi tergolong dalam senyawa alkaloid. Alkaloid adalah senyawa yang bersifat
alkali dan sebagian besar berasal dari tanaman.Bahkan dalam jumlah yang kecil, alkaloid menghasilkan efek
fisiologis yang nyata pada manusia.Alkaloid juga mengandung atom nitrogen yang secara struktur memiliki
hubungan dengan atom nitrogen pada ammonia.

Daun teh mengandung beberapa zat kimia yang dapat digolongkan menjadi empat. Keempat golongan
itu adalah : substansi fenol (katekin, flanavol), bukan fenol (karbohidrat, pektin, alkaloid, protein, asam amino,
klorofil, asam organik), senyawa aromatis, dan enzim. Secara rincinya kandungan tersebut sebagai berikut.
Zat yang tidak larut dalam air :
Protein                                                      16%
Lemak                                                     8%
Klorofil dan pigmen lain                          1,5%
Pektin                                                       4%
Pati                                                           0.5%
Serat kasar, selulosa, lignin, dll               22  %
                                         Jumlah:           52  %
Zat yang larut dalam air:
Polifenol yang dapat difermentasi           20 %
Polifenol lain                                            10 %
Kafein (theine)                                           4 %
Gula dan getah                                          3 %
Asam amino                                               7 %
Mineral                                                       4 %
                                         Jumlah:            48 %  (Nazaruddin, 1993).
20

Dalam teh kering terdapat kira-kira 3% caffeine.Bahan inilah yang menimbulkan rasa nikmat dari air teh.
Pada dasarnyakadar caffeine tidak sama di masing-masing bagian dari tanaman. Daun yang termuda misalnya
mengandung caffeine yang terbanyak, yaitu 3-4%, daun kelima dan keenam 1½%, sedang dalam tangkai hanya
terdapat 0,5% caffeine. Dalam bulu daun peko terdapat 2% caffeine (Adisewojo,1964).
2.4.2 Bahan-bahan yang digunakan

1. Teh
 Sifat fisis dari teh: titik didih 80°C, mudah larut dalam pelarut organik, mempunyai sifat non eksplosit,
kadar karbon rendah, mengandung caffeine
 Sifat Kimia dari teh: reaktifitasnya rendah, dapat dipisahkan dari komponennya dengan metode
ekstraksi, mudah larut dalam air terutama air panas.
 Kegunaan teh: sebagai zat anti oksidasi dan bersifat merangsang saraf otak, sebagai bahan baku
minuman penyegar dan untuk menyerap kolesterol
2. Ethanol
 Sifat Fisis ethanol: titik didih 78,3°C, berbobot molekul rendah larut dalam air, mudah terbakar,
bersifat polar karena mengandung gugus OH, tidak berwarna ( Jernih)
 Sifat Kimia ethanol: mudah terbakar
 Kegunaan ethanol:mengikat kafein dalam teh
3. Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH merupakan zat padat higroskopis, berwarna putih mudah larut dalam air dan griserol, merupakan
elektrolit dan basa kuat. NaOH digunakan dalam proses penjernihan/ penghilangan warna pada Kristal
kafein
4. Asam Sulfat ( H2SO4)
 Merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan.
 Fungsi H2SO4 dalam pembuatan kafein dari teh adalah untuk mengisolasi kafein dari teh.
 Sifat Fisis H2SO4 :memiliki aroma khas yaitu belerang, bersifat korosif dan bersifat hidrokofis,
berbentuk cair dan berat jenis 1,84 25 /ML , titik didih 240℃ titik leleh 10 ℃.
 Sifat Kimia H2SO4: merupakan asam kuat
5. Magnesium Oksida (MgO)
 Sifat Fisis Magnesium Oksida (MgO): berwarna putih , bersifat keras dan tahan api , titik leleh 2800
℃.
 Sifat Kimia Magnesium Oksida (MgO): pijar bila dicampur dengan larutan magnesium klorida, akan
membentuk bubur bersifat plastic, bersifat basa lemah disebabkan gaya tarik ion-ion oksidanya
terhadap proton-proton molekul air.
6. Chlorofrom (CHCl3)
21

 Sifat Fisis Chlorofrom (CHCl3): suatu zat cair yangmanis baunya dan mudah menguap, mempunyai
titik didih 61 ℃. Jika uap Chlorofrom dihisap maka bersifat membius.
 Sifat Kimia Chlorofrom (CHCl3): merupakan pelarut organik yang dapat melarutkan Lipid, tidak larut
dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol atau eter
 Kegunaan Chlorofrom (CHCl3) : Chlorofrom banyak digunakan sebagai obat bius dan sebagai pelarut
organik

2.4.3 Proses ekstraksi dan pemurnian kafein


A. Proses ekstraksi dengan soxhlet
1. Kafein dalam 25g daun teh akan diekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan alat soxhlet dan
pelarutnya 100ml ethanol(95%) sebanyak 100ml dan berlangsung selama 1 jam.
2. Kemudian ekstrak yang didapatkan dicampurkan dengan MgO sebanyak 13g dan dipanaskan kembali
sampai tersisa padatannya saja.
3. Ekstraksi kembali secara bertahap yaitu empat kali dengan menggunakan air panas 50ml
4. Kemudian saring kembali dengan menggunakan kertas saring
5. Dilakukan penambahan 12ml H2SO4 10% kedalam filtrate dan diuapkan kembali sampai dengan menjadi

1/3 bagiannya
6. Hasilnya akan diekstraksi kembali secara bertahap sebanyak 4 kali dengan 15ml chloroform
7. Hasil ekstrak organik yang dihasilkan masih berwarna kekuningan, sehingga dilakukan penambahan
NaOH dan air kembali
8. Diuapkan kembali dan kemudian dilakukan rekristalisasi dengan teknik sublimasidengan menggunakan
alat sublimasi yang terbuat dari erlenmeyer vakum yang disertai aspirator vakum dan dilengkapi dengan
kondensor yang dialiri air suling.
B. Proses ekstraksi dengan cara sederhana
Dalam beberapa percobaan, proses ekstraksi kafein pada teh dilakukan tanpa menggunakan
soxhlet. Prosedurnya adalah sebagai berikut :

1. Menimbang daun teh kering 7,5 gram yang sudah di tumbuk kering
2. Memasukkan daun teh kering ke dalam gelas beker.
3. Menambahkan 75 ml air serta menambahkan 5 gr CaCO3 kemudian mendidihkannya.
4. Menyaring larutan dengan kertas saring.
5. Memisahkan filtrat dari padatannya lalu di panaskan sampai sisa filtrat 1/3 volume.
6. Mendinginkan filtrat sampai suhu kamar dengan desikator.
7. Memasukkan larutan dalam separator funnel dan menambahkan 15 ml kloroform dan mengocoknya.
8.  Memisahkan larutan bawah dan atas pada separator funnel dalam gelas beker.
9.  Menambahkan 5 ml kloroform pada larutan atas yang ada di separator funnel lalu mengocoknya.
10. Memasukkan lapisan bawah pada gelas beker yang sama.
11.    Mengevaporasi sampai kering.
22

12.    Menutup gelas beker dengan kertas saring


13.    Menimbang crude kafein.
Ekstraksi kafein dari daun teh bertujuan untuk mengetahui pengaruh air dan kloroform sebagai
pelarut terhadap kafein dalam teh dan mengetahui kadar kafein dalam teh. Pada percobaan, penambahan
CaCO3 agar membantu mendesak  kafein dalam daun teh sehingga larut dalam air dan mengikat bahan-
bahan yang terkandung dalam teh. 
Pemanasan bertujuan agar mempercepat reaksi pemisahan antara kafein dengan daun teh. Dalam
proses pemanasan, CaCO3 membentuk endapan berwarna putih didasar gelas beker. Endapan berasal dari
zat-zat lain selain kafein dalam teh yang diikat CaCO3.Pemanasan ini juga bertujuan menguraikan
CaCO3 menjadi kapur tohor dan karbon dioksida.Penyaringan larutan bertujuan untuk memisahkan filtrat
kafein dengan endapan.Filtrat kafein yang telah dipisahkan harus dipanaskan lagi agar menguapkan
kandungan air dalam filtrat, sehingga konsentrasi kafein semakin pekat dan kandungan bahan-bahan lainnya
hilang.Kafein tidak ikut menguap pada saat pemanasan karena titik didih kafein yang tinggi yaitu
326ºC.Pemanasan ini yang menyebabkan volume larutan tinggal   volumenya.  Sisa larutan inilah yang
dimasukan dalam separator funnel. Menuang larutan ke dalam separator funnel saat larutan berada pada
suhu kamar, karena jika terlalu dingin, larutan akan mengendap yang disebabkan oleh berat molekul kafein
yang besar dan tekanannya juga besar.
Penambahan kloroform dalam separator funnel bertujuan untuk mengikat kafein dari larutan agar
kafein benar-benar terpisah dari zat-zat lain dalam larutan. Kafein terikat dengan kloroform karena kloroform
adalah zat non polar yang dapat terikat oleh zat non polar yaitu kafein sendiri.Pada saat penambahan
kloroform, menggunakan hukum distribusi Nersnt.Kloroform menjadi solute yang mendistribusikan diri
diantara kafein dan zat pelarut teh. Pengocokan separator funnel yang berisi larutan dan kloroform agar
kloroform dapat terdistribusi dengan cepat dan keduanya tercampur sempurna. Dibukanya kran pada saat
pengocokan agar mengeluarkan gas didalamnya, karena jika tidak dikeluarkan dapat memberikan tekanan
pada tutup separator funnel dan dapat menyebabkan tutup terbuka sendirinya.
 Larutan yang telah dikocok dalam separator funnel  terbagi menjadi 3 lapisan. Lapisan atas
berwarna cokelat tua yang mengandung zat sisa, lapisan tengah berwarna coklat muda adalah kafein yang
masih bercampur dengan zat sisa sedangkan lapisan bawah yang berwarna bening adalah larutan kafein.
Terbentuknya 3 lapisan ini disebakan massa jenis. Semakin kecil massa jenis maka akan berada di lapisan
paling atas. Larutan kafein dikeluarkan ke dalam gelas beker agar kafein terpisah dari zat-zat lainnya.Larutan
atas ditambah kloroform agar kafein yang masih tertinggal di nlarutan dapat terpisah secara
sempurna.Sehingga, kafein terikat dengan kloroform dan dapat dikeluarkan ke gelas beker.
Kafein yang telah dipisahkan, dievaporasi agar menguapkan kloroform yang masih terdapat pada
kafein.Kloroform menguap saat evaporasi karena sifat kloroform yang mudah menguap.Evaporasi
menyisakan crude kafein. 

Padabeberapa percobaan dihasilkan kristal kafein yang berbeda dengan literatur dimana pada
umumnya teh mengandung 2-4% kafein. Galat antara hasil percobaan dan literatur dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya saat penambahan diklorometana corong pisah dikocok terlalu pelan sehingga
kontak antara kafein dan diklorometana kurang, akibatnya hanya sedikit kefein yang terlarut dalam
23

diklorometana. Penyebab lain adalah mungkin teh yang digunakan sebagai sampel telah mengalami proses
dekafeinasi, yaitu proses pengurangan senyawa kafein dari benda yang memuatnya (dalam hal ini adalah teh).

Dari kristal kafeinjuga dapat ditentukan titik leleh kafein, yaitu 234-236°C.Galat yang mungkin timbul
dapat dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya mungkin larutan hasil ekstraksi tidak murni 100% kafein-
diklorometana sehingga hasil destilasi yang diperoleh tidak murni 100% kristal kafein.Atau dapat juga
disebabkan kesalahan praktikan saat melakukan uji titik leleh, mengingat metodenya menggunakan pipa kapiler
sehingga perlu ketelitian tinggi untuk mengamati sekaligus membaca skala suhunya.
Untuk membuktikan bahwa kristal yang diperoleh adalah kristal kafein maka dilakukan uji alkaloid. Uji ini
dilakukan dengan melarutkan kristal dalam air kemudian ditetesi pereaksi Meyer dan Dragendorff. Dari hasil
percobaan didapatkan:
 larutan kristal + Degendorff menghasilkan warna jingga
 larutan kristal + Meyer menghasilkan warna kuning.
Hasil ini menunjukkan kristal tersebut mengandung senyawa alkaloid yang artinya kristal tersebut benar
merupakan kristal kafein. 
24

BAB III
KESIMPULAN

1.  Purifikasi adalah metode untuk mendapatkan komponen bahan alam murni bebas dari komponen kimia lain
yang tidak dibutuhkan.
2. Metode purifikasi diantaranya adalah filtrasi, sublimasi, kristalisasi, destilasi, ekstraksi, adsorbsi, dan
kromatografi.
3. Purifikasi kafein pada teh dapat dilakukan dengan cara sederhana maupun dengan soxhlet. Dimana metode
yang digunakan adalah ekstraksi berulang-ulang kemudian rekristalisasi dengan cara penyubliman.
4. Kadar kafein pada teh adalah 2-4%. Namun dalam beberapa percobaan terkadang didapatkan kadar yang
berbeda.
5. Titik leleh kristal kafein adalah 234-236°C dan dapat terjadi perbedaan yang sangat tipis saat percobaan.
6. Untuk membuktikan bahwa percobaan telah benar-benar menghasilkan kafein, maka harus dilakukan tes uji
alkoloid.
25

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Posto, D., Johnson, C., Miller, M.1992. Experiments and Techniques in Organic Chemistry. New Jersey. Prentice Hall,
Inc. Halaman 56-59, 399-404.
Solomons, T.W. Graham., Fryhle, Craig B. 2011. Organic Chemistry Tenth Edition. New Jersey. John Wiley & Sons,
Inc. Halaman 972-973.
http://en.wikipedia.org/wiki/Caffeine (23 Oktober 2012, pukul 22.31 WIB)
http://www.artikelkimia.info/search/pemurnian+koloid/feed/rss2/ (23 Oktober 2012, pukul 21.00 WIB).
www.sciencestuff.com/msds/C1410.html (23 Oktober 2012, pukul 19.10 WIB).
Penuntun praktikum farmakognosi II jurusan farmasi poltekkes kemenkes palembang
http://fateisnotafake.wordpress.com/2009/09/07/pemisahan-senyawa-organik-ekstraksi-isolasi-kafein-dari-teh-dan-uji-
alkaloid/
http://fidya-gomeh.blogspot.com/2009/05/ekstraksi-isolasi-kafein.html?zx=9cb9036f8e51bb6f
http://www.docstoc.com/docs/32398446/ISOLASI-DAN-IDENTIFIKASI-TUMBUHAN-KAYU-MANIS
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=159
https://fateisnotafake.wordpress.com/2009/09/07/pemisahan-senyawa-organik-ekstraksi-isolasi-kafein-dari-teh-dan-
uji-alkaloid/
https://shofipunya.wordpress.com/2011/12/08/isolasi-dan-purifikasi-senyawa-kafein-dari-teh-hitam-camellia-sinensis/
http://susichemist.blogspot.co.id/2014/02/ekstraksi-kafein.html
http://bioenergywoman.blogspot.co.id/2011/05/metode-isolasi-atau-pemurnian-dan.html
http://essential-atsiri.blogspot.co.id/2009/05/proses-ekstraksi-dan-pemurnian-minyak_14.html
http://wahyusisilia.blogspot.co.id/2015/10/laporan-ekstraksi-kafein-dari-daun-teh.html
http://arfan-syam.blogspot.co.id/2011/01/laporan-praktikum-kimia-organik.html
http://ilmu-kimia-kimia.blogspot.co.id/2010/06/isolasi-kafein-dari-kopi.html
https://www.academia.edu/8938862/MAKALAH_PRAKTIKUM_KIMIA_ORGANIK_II_ISOLASI_KAFEIN
http://widimaterial.blogspot.co.id/2015/03/laporan-praktikum-kimia-organik_97.html
http://ariefrvi.blogspot.co.id/2012/09/laporan-percobaan-5-ektraksi-kafein.html
https://bisakimia.com/2013/12/10/pemisahan-dengan-corong-pisah/
https://www.academia.edu/13697918/Laporan_Isolasi_Kafein_dati_Teh

Anda mungkin juga menyukai