Reviewer 1
Nama : Sitti Masyithah Amaluddin
Nim : O1A117180
Definisi Toksisitas
1. Menurut Jurnal Ilmu Kefarmasian (Hidayat dkk.,2017).
Uji toksisitas subkronis oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik
yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yang diberikan
secara oral pada hewan uji selama sebagian umur hewan, tetapi tidak lebih dari
10% seluruh umur hewan. Prinsip dari uji toksisitas subkronis oral adalah sediaan
uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan setiap hari pada beberapa kelompok
hewan uji selama 90 hari, akan lebih baik apabila ditambahkan kelompok satelit
untuk melihat adanya efek tertunda atau efek yang bersifat reversible.
2. Menurut Jurnal Penelitian Pangan (Setiasih dkk.,2016)
Uji toksisitas merupakan salah satu pengujian yang dilakukan untuk menilai
keamanan suatu senyawa kimia baik senyawa itu sendiri maupun senyawa
tersebut berada dalam bahan-bahan lainnya seperti bahan pangan. Toksisitas
didefenisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai
bahan terhadap makhluk hidup dan sistem biologi lainnya. Mekanisme kerja yang
mendasari efek toksik biasanya dapat diketahui lewat berbagai perubahan tingkat
subseluler. Bagian yang potensial dipengaruhi toksikan adalah nukleulus,
mitokondria, lisozom, reticulum endoplasma, struktur subseluler lainnya dan
membrane plasma.
3. Menurut Global Medical Health Communication (Rahcmawati dkk.,2018) .
Uji toksisitas subkronik dilakukan terhadap produk herbal yang diberikan dalam
dosis yang berulang selama kurang dari 6 bulan. Pengujian ini bertujuan
mengetahui dosis yang tidak menimbulkan efek toksik (no observed adverse
effect level/NOAEL), untuk mendeteksi efek toksik zat tersebut setelah pemberian
secara berulang, serta mempelajari efek kumulatif dan efek reversibilitas.
Kesimpulan
1. Menurut Jurnal Ilmu Kefarmasian (Hidayat dkk.,2017).
Uji toksisitas subkronis pemberian kombinasi ekstrak etanol kedelai Detam 1 dan
ekstrak etanol jati belanda adalah aman dan tidak toksik terhadap hematologi
darah tikus Wistar setelah diberi perlakuan selama 90 hari, dilanjutkan
pengamatan 30 hari berikutnya (satelit) untuk kelompok yang tidak diberi
perlakuan dan perlakuan dosis tinggi.
2. Menurut Jurnal Penelitian Pangan (Setiasih dkk.,2016).
Pencucian ozonasi 1,9 ppm selama 5 menit pada KBDM berdasarkan nilai LD
tidak mengganggu kesehatan hewan uji sehingga aman untuk dikonsumsi
manusia. Sedangkan berdasarkan hasil uji toksisitas subkronis pencucian ozonasi
tersebut dapat menimbulkan degenerasi ringan pada hati dan ginjal tetapi
degenerasi tersebut bersifat reversible (mampu kembali ke kekeadaan semula).
3. Menurut Global Medical Health Communication (Rahcmawati dkk.,2018).
Pemberian ekstrak A. flava dosis 250, 500, dan 750 mg/kgBB pada tikus selama
28 hari tidak menyebabkan kerusakan sel-sel hepar dan ginjal melalui penentuan
SGOT, SGPT, dan pengamatan histopatologi.
Reviewer 2
Nama : Wa Ode Sinta Hasrawati
Nim : O1A117193
a. Definisi uji toksisitas subkronik
1. (Menurut Jurnal Sains Farmasi & Klinis (Wahyuni dkk., 2017).
Uji toksisitas subkronik adalah uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan
dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama 1 sampai 3 bulan.
Prinsip uji toksisitas subkronik adalah zat uji dalam beberapa tingkat dosis
diberikan setiap hari, pada beberapa kelompok hewan uji, satu
dosis/perkelompok, selama 28 hari sampai 10% dari seluruh umur hewan (90
hari). Pada akhir percobaan, hewan yang masih hidup dipuasakan kurang
lebih 18 jam (bila pemberian zat uji dioral) dan dibedah, dilakukan pengujian
hematologi, biokimia darah, profil urin, uji perilaku dan histologi. Tujuannya:
Memperoleh informasi tentang efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji
toksisitas akut
Memperoleh infoemasi adanya efek toksi setelah pemaparan zat kimia secara
berulang dalam jangka waktu tertentu
Memperoleh informasi dosis yang tidak menimbulkan efek toksik
Mempelajari adanya efek kumulatif dan efek reversibilitas.
b. Metode penelitian
1. (Menurut Jurnal Sains Farmasi & Klinis (Wahyuni dkk., 2017).
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih jantan yang berumur
2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram sebanyak 28 ekor untuk tiap
kelompoknya, dan belum pernah mengalami perlakuan terhadap obat. Hewan
percobaan dibagi dalam 4 kelompok yang terdiri dari 3 kelompok uji dan 1
kelompok kontrol. Sebelum digunakan, semua mencit diaklimatisasi selama 7
hari untuk membiasakan hewan berada pada lingkungan percobaan. Makanan
dan minuman diberikan secukupnya. Mencit yang digunakan adalah mencit
yang sehat dan tidak mengalami perubahan berat badan lebih dari 10% dan
secara visual menunjukkan perilaku yang normal.
2. Menurut Jurnal Majalah Farmasi Indonesia (Prasetyawati, 2004)
Hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan Rattus norvegicus, galur Wistar
3-4 bulan berat badan 180-250 gramHewan uji dibagi menjadi 4 kelompok (5
ekor/kelompok) dimasukkan ke dalam kandang dilakukan pemejanan setiap
pagi selama 30 hari. Masing-masing hewan dari tiap kelompok dipejani
dengan infusa daun N. indicum per oral. Kelompok I sebagai kontrol diberi
aquades 3 ml/200 gBB, kelompok II dipejani dengan infusa 5% (750 mg
serbuk daun kering)/kgBB, kelompok III dipejani dengan infusa 10% (1500
mg/kgBB), sedangkan kelompok IV dipejani dengan infusa 20% (3000
mg/kgBB).
3. Menurut The 2nd University Research Coloquium (Haryoto dkk., 2015).
Percobaan dilakukan menggunakan 20 tikus putih jantan dengan galur wistar.
Hewan coba diaklimatisasi dalam laboratorium hewan selama 1 minggu
sebelum percobaan dengan kondisi laboratorium yang bersih. Tikus diberi
makanan dan minuman seperti saat perlakuan selama masa aklimatisasi.
Selama penelitian, dilakukan penimbangan dan pengukuran untuk asupan
makanan dan minuman yang diberikan. Selain asupan makan dan minum
dilihat juga perkembangan kenaikan berat badan yang terjadi selama
perlakuan dengan cara melakukan penimbangan setiap minggu. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh ekstrak etanol daun Sala
terhadap kenaikan berat badan tikus. Pembagian kelompok hewan coba terdiri
dari satu kelompok kontrol (CMC- Na) dan tiga kelompok yang diberi
perlakuan dengan tingkat dosis berbeda. Perlakuan dilakukan setiap hari
selama 90 hari.
c. Hasil dan Pembahasan
1. (Menurut Jurnal Sains Farmasi & Klinis (Wahyuni dkk., 2017).
Pada uji toksisitas subkronis diamati beberapa parameter seperti kadar SGPT,
kadar kreatinin serum, rasio berat hati dan ginjal. Untuk hasil SGPT
didapatkan hasil pengolahaan statistik hasil yang didapat dari perhitungan
kadar SGPT bahwa aktivitas SGPT dipengaruhi secara bermakna oleh dosis
juga dipengaruhi secara bermakna oleh lama waktu pemberian. Namun
interaksi antar dosis dan lama pemberian tidak mempengaruhi kadar SGPT
secara bermakna. Pada penelitian ini nilai kreatinin serum yang diberi ekstrak
menunjukan aktifitas rata rata kreatinin serum yang lebih tinggi dibandingkan
dengan aktifitas rata rata kreatinin serum kontrol. Dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi dosis yang diberikan kepada hewan uji, maka akan
meningkatkan kadar kreatinin serum pada hewan uji.
2. Menurut Jurnal Majalah Farmasi Indonesia (Prasetyawati., 2004)
Parameter yang diamati adalah gejala toksik, data berat untuk mengetahui
kondisi patologi dan kondisi hematologi hewan uji. Pengamatan gejala toksik
terhadap masing-masing hewan uji dilakukan setiap hari selama 30 hari,
selama 3 jam sesudah pemejanan ekstrak air daun N. indicum. Dari hasil
penelitian dilihat bahwa gejala-gejala toksik pada hewan uji tidak nampak
sama sekali, hal ini memberi indikasi tidak adanya efek toksik. Secara
kualitatif tidak ada perbedaan gejala antara kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan, baik dosis I, II serta dosis III artinya pemberian infusa
dengan ketiga peringkat dosis tidak menyebabkan timbulnya efek toksik
selama 3 jam pengamatan. Pada hasil data berat badan hewan uji didapatkan
purata kenaikan berat badan (PKPB)/hari (tabel II) dan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Sedanghakan pada hasil pemeriksaan hematologi tikus uji
menunjukan pemberian infusa daun N. indicum dosis 750 mg/kgBB (5%),
1500 mg/kgBB (10%) dan 3000 mg/kgBB (20%) per oral selama 30 hari tidak
memberikan efek toksik atas sistem hematologi tikus putih jantan galur wistar
Nama : Jumarni
Nim : O1A117026