Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2022
I. Tujuan
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang terdapat
inti dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik
yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga. Flavonoid dalam tumbuhan umumnya terikat sebagai glikosida, baik
tergantung dari polaritasnya dan hal ini menentukan pelarut yang digunakan.
Polaritas dari flavonoid dipengaruhi oleh subsituen yang mengikat misalnya gula,
dibawah sinar ultraviolet. Pereaksi yang digunakan adalah ammonia dan basa yang
lain akan mempengaruhi gugus fenol yang bersifat asam dan memberikan warna
kuning.
singkong. Titik lebur 90oC dan mudah larut dalam air panas dengan hidrolisis asam
tidak larut air, dalam etanol (1:250), dalam etanol 70% (1:285), dalam etanol 30%
(1:3571), titik lebur >300oC (Anonim, 1983). Kuersetin dapat berefek sebagai
antiviral dan lain sebagainya, sehingga senyawa bioaktif kuersetin ini memberikan
harapan sebagai bahan baku obat yang sangat potensial untuk dikembangkan.
dapat disari dengan air panas dan dikristalkan dengan pendingin, sedangkan
aquadest
kertas saring
7. Pindahkan hasil filtrat ke dalam Erlenmeyer tutup dengan plastik, beri label
10. Kemudian saring kristal yang ada pada Erlenmeyer menggunakan kertas
saring yang sudah ditimbang. Jika kristal masih tersisah pada Erlenmeyer
13. Ambil sepucuk batang pengaduk kemudian masukkan kedalam tabung reaksi
14. Tambahkan pelarut metanol dan air sama banyaknya 1: 1 yaitu sebanyak 1ml
homogen
7. Larutan terbagi menjadi 2. Dimana bagian paling bawah adalah air dan yang
atas eter
10. Kemudian masukkan lagi eter kedalam corong pisah tambahkan 20 ml eter
11. Kemudian pelarut paling bawah (Air asam) dikeluarkan terlebih dahulu
12. Kemudian etter di keluarkan dengan disaring terlebih dahulu dimana pada
13. Mendapatkan 2 pelarut yaitu gelas 1 berisi eter dan gelas 2 berisi air
16. Uapkan lapisan air asam hasil hidrolisis pada cawan porselin di atas water
kertas saring kedalam chamber sebagai penanda bahwa asam asetat jenuh.
Asam asetat dikatakan jenuh apabila pelarut sudah meresap pada kertas
atas
6. Totolkan sari I,II,III dan baku glukosa sebanyak 3 totolan beri jarak antara
7. Masukkan plat yang berisi totolan kedalam chamber yang berisi elusi yang
sudah jenuh kemudian tutup. Tunggu hingga elusi membasahi hingga batas
atas plat.
9. Lalu plat di uapkan dengan uap ammonia, amati dibawah sinar UV 366
2. Siapkan elusi fase gerak BAW menggunakan n-butanol 8 ml, asam asetat 2
ml, air 10 ml
3. Masukkan elusi BAW kedalam corong pisah kocok hingga terjadi 2 lapisan.
kertas saring kedalam chamber sebagai penanda bahwa asam asetat jenuh.
Asam asetat dikatakan jenuh apabila pelarut sudah meresap pada kertas saring
hingga atas.
atas
7. Totolkan sari I,II,III dan baku rutin sebanyak 3 totolan beri jarak antara
8. Masukkan plat yang berisi totolan kedalam chamber yang berisi elusi yang
sudah jenuh kemudian tutup. Tunggu hingga elusi membasahi hingga batas
atas plat.
10. Lalu plat di uapkan dengan uap ammonia, amati dibawah sinar UV 366
V. Hasil Pengamatan
a. Analisi golongan flavonoid
Rendemen :
: x100%
: 0,48 %
Pereaksi
Kode bercak Rf Visual UV 366 nm
Sitoborat
1 0,75 Kuning Kuning Kuning
2 0,83 Kuning Kuning Kuning
3 0,80 Kuning Kuning Kuning
4 0,75 Kuning Kuning Kuning
VI. Pembahasan
A. Analisis Golongan Flavonoid
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui isolasi dan analisis
warna merah, kuning, atau jingga, pada lapisan amil alcohol. Warna jingga
sampai merah untuk flavon, merah sampai merah tua untuk flavanol, dan merah
uji Willstatter. Pada pengujian ini dilakukan penambahan HCL pada uji
berwarna merah atau jingga pada flavon, flavonol, dan flavanon (Marliana,
2005). Hasil identifikasi senyawa flavonoid dari ekstrak serbuk simplisia daun
singkong yang diuji menunjukkan warna lapis amil alkohol yang didapat
berwarna jingga, hal ini menunjukkan bahwa jenis flavonoid yang terkandung
pada ekstrak serbuk daun singkong merupakan jenis flavonoid dari golongan
flavon.
dengan metode ekstraksi panas yaitu dekokta. Dimana dekoktan merupakan refluk
sederhana dengan menggunakan suhu 90°C selama 30 menit dihitung saat air
mendidih. Metode ini dilakukan karena senyawa rutin memiliki titik lebur 195°C
dan memiliki sifat kelarutan mudah larut dalam air panas dan dingin (1:8).
dengan kristalnya. Kristal yang tertampung pada penyaring lalu dikeringkan dengan
menggunakan oven suhu 50°C untuk menghilangkan sisa-sisa pelarut yang terbawa
pada kristal. Selanjutnya lakukan penimbangan selisih rendemen dimana pada hasil
praktikum yang didapatkan 0,24 gram dengan persentase hasil rendemen yang
didapat dari 50 g serbuk simplisia daun singkong sebesar 0,48%. Setelah itu ambil
sedikit padatan dengan ujung spatel kecil, larutkan dalam 2 campuran methanol-air
dan aglikon. Ambil 0,1 gram padatan kristal rutin kemudian ditambahkan 5ml
methanol dan 10ml HCL 2N masukkan ke dalam tabung reaksi yang ujungnya
kurang lebih 1 jam atau sampai larutan menyusut menjadi setengahnya. Tuangkan
cairan hidrolisis yang telah dingin ke dalam corong pisah dan ditambahkan 20ml
eter, kocok 2-3 kali lalu diamkan hingga memisah. Pisahkan larutan eter dan air
pada beaker glass. Lakukan sebanyak 2 kali pada fase air. Pada fase larutan eter
disaring melalui kertas saring yang ditambahkan 1gram natrium sulfat anhidrat yang
berfungsi untuk mengikat sisa air yang ikut terbawa saat dilakukan pemisahan fase
larutan sehingga didapatkan sari larutan eter yang murni, kemudain fase larutan eter
diuapkan pada waterbath hingga kering selanjutnya ditambahkan 2ml methanol dan
masukkan pada vial (sari 2). Pada larutan air penguapan diatas waterbath hingga
didapatkan fase larutan air sebanyak 1ml dan masukkan pada vial (sari 3).
Rendemen dikatakan baik jika nilainya lebih dari 10% (Molyneux, 2004). Maka
rendemen yang didapatkan dinyatakan rendah karena salah satu faktor yang
untuk melihat tampilan fisik suatu sediaan yang meliputi bentuk, warna, rasa, dan
bau. Berdasarkan hasil yang didapat berbentuk kristal, berwarna hijau kekuningan,
berasa pahit, dan berbau khas hal ini sesuai dengan literatur (Sari, Meitisa., 2017).
Kemudian dilakukan identifikasi KLT dengan dua kondisi yaitu pada fase gerak
asam asetat 15% (KLT 1) dan fase gerak BAW dengan perbandingan 4:1:5 (KLT 2).
Pada analisis KLT 1 fase diam menggunakan selulosa, fase gerak asam asetat
15% sebanyak 8ml, cuplikannya adalah sari 1, 2, 3 dan larutan baku (glukosa), dan
deteteksi oleh sinar UV 366, uap ammonia, pereaksi sitoborat kemudian dipanaskan
Glukosa sebagai reduktor dan KMNO4 sebagai oksidator sehingga akan terjadi
reaksi redoks.
Pada analisis KLT 2 fase diam menggunakan selulosa, fase gerak BAW
sebanyak 8ml, cuplikannya adalah sari 1, 2, 3 dan larutan baku (rutin), dan deteteksi
oleh sinar UV 366, uap ammonia, pereaksi sitoborat kemudian dipanaskan 100°C
4= 0.75. Menurut (Rohman, 2009) nilai Rf yang baik adalah 0.2-0.8 maka nilai Rf
VII. Kesimpulan
flavon. Hasil kadar rendemen kristal rutin yang terkandung dalam 50g serbuk
simplisia daun singkong yaitu sebesar 0,48%. Hasil uji organoleptik rutin yang
didapat berbentuk kristal, berwarna hijau kekuningan, berasa pahit, dan berbau
pereaksi sehingga tidak terlihal noda bercak. Hasil uji KLT pada uji gerak
menggunakan BAW dengan baku rutin didapat nilai rf setara dengan rf baku sari I
yang berarti dapat disimpulkan bahwa didalam daun singkong positif mengandung
rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1983. The Merck Index, An Encyclopedia of Chemicals and Drug. Ninth
Edition. New Jersey: Merck and Co., Inc. p: 7936.
Farnsworth NR. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of
Pharmaceutical Sciences 55(3): 225-277.
Harbone JB. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganilisis Tumbuhan.
Kosasih dan Iwang S., penerjemah. Bandung: Penerbit ITB-Bandung.
Marliana, E., 2005. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Andong (Cordyline
fruticosa (L) A. Cheval). Jurnal Mulawarman Scientifie. 11(1), 71-82.
Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable Free Radical DPPH for Estimating
Antioxidant. Activity. Journal of Science Technology. 26, 211-219.
Rohman A. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sari, E. R., & Meitisa, M. (2017). Standarisasi mutu ekstrak daun singkong (Manihot
esculenta Crantz ). Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2(1), 13–20.
LAMPIRAN
n-butanol :4
asam asetat :1
air :5
Total : 10
n- butanol : 4 X 20 = 8 ml
10
1
Asam asetat : X 20 = 2 ml
10
Air : 5
X 20 = 10
10
Lampiran 2.
Hidrolisis rutin
Refluks sederhana 1 jam Penambahan eter
Penggojokan Pemisahan Saring sari eter