NIM : P27242022012
Kelas : 3A FARMASI
1. Industri kosmetik PT. X akan melakukan pengembangan sediaan kosmetik bentuk sediaan
semi solild. Bagian R & D melakukan inovasi baru sediaan kosmetik dengan bahan baku yang
baru. Jelaskan bagaimana proses preformulasi yang perlu disiapkan sebelum membuat atau
memformulasi sediaan kosmetik tersebut?
- Mencari uraian fisik bahan yang akan digunakan, kestabilan bahan dan ukuran partikel
- Dengan cara determinasi sifat fisika kimia yang diperlukan dalam formulasi sediaan
yang stabil, efektif dan aman.
2. Kosmetik bahan alam kategori murni diolah berasal dari bahan alam berupa rempah atau
serbuk simplisia tanaman obat, misalkan pilis diolah dari serbuk simplisia tanaman obat.
Pengembangan fitofarmasetika diharapkan sediaan menjadi lebih stabil dan mendapatkan
dosis yang sesuai. Pilis tersebut dapat diformulasi sediaan fitofarmasetika dalam bentuk
krim. Jelaskan bagaimana kosmetika sediaan murni tersebut pilis tersebut akan
dikembangkan menjadi krim?
- Dilakukan ekstrasi pada sediaan pilis agar menghasilkan esktrak pilis, dengan
menggunakan pelarut etanol 70% dengan menggunakan metode maserasi.
Perbandingan bubuk dengan pelarut etanol-etanol sebanyak 75 bagian bahan ditutup
selama 5 hari dan dilakukan pengadukan setiap hari, kemudian disaring. Ampasnya
diremasserasi dengan perbandingan etanol sebanyak 25 bagian bahan selama 2 hari.
Ekstrak yang diperoleh dijadikan dalam 1 wadah dan dipekatkan di atas waterbath
hingga menjadi ekstrak kental. Krim ekstrak pilis tradisional Indonesia terdiri dari
ekstrak pilis 3 gram, paraffin liquidum 25 ml, asam stearat 14,5 gram, trietanolamin
1,5 ml, adeps lanae 3 gram, sodium benzoate 0,5 gram, aquadest add 100 ml (Yulianti,
2015). Fase air (sodium benzoate, trietanolamin, dan aquadest) dilarutkan waterbath.
pada Fase cawan minyak 1 diatas (paraffin liquidum, asam stearat, adeps lanae)
dilelehkan pada cawan 2 diatas waterbath. Campurkan fase minyak dan fase air
dengan menambah sedikit demi sedikit fase air ke dalam fase minyak dengan
pengadukan. Aduk hingga homogen dan membentuk basis krim. Tambahkan ekstrak
pilis tradisional Indonesia sedikit demi sedikit dengan pengadukan hingga homogen.
Diketahui ekstrak etanol buah harendong (Melastoma malabathricum L.) secara In vitro.
Penelitian ini dimulai dengan proses maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, kemudian
di evaporasi pada suhu 40-50oC dan menghasilkan 71,1 g ekstrak pekat dari 500 g sampel
dengan total rendemen sebesar 14,22%. Selanjutnya, ekstrak diuji aktivitas inhibitor enzim
tirosinase dan aktivitas antioksidannya. Pada percobaan aktivitas inhibitor enzim tirosinase
digunakan asam kojat sebagai kontrol positif dan digunakan dua substrat yaitu L-DOPA dan
LTyrosine. Nilai IC50 yang diperoleh dari ektrak etanol buah harendong pada substrat L-
DOPA yaitu 996,917 ppm dan pada substrat L-Tyrosin yaitu 192,157 ppm menunjukkan
bahwa aktivitas inhibitor enzim tyrosinase cukup kuat atau sedang pada substrat L-Tyrosine
dan sangat lemah pada substrat L-DOPA. Pada percobaan aktivitas antioksidan metode yang
digunakan adalah metode DPPH dan digunakan Vitamin C sebagai control positif. Nilai IC50
yang diperoleh sebesar 10,20 ppm yang menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah
harendong berpotensi sangat kuat sebagai aktivitas antioksidan.