Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIKUM RESMI

ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN


PEMERIKSAAN ALKOHOL (ETANOL) METODE DESTILASI

Nama Anggota : 1. Silviana Laila Hidayati (1911304014)

2. Intan Fadhila Karomah (1911304015)

3. Putri Sabila Okta D. (1911304016)

4. Lidya Monalisa Putri A. (1911304017)

5. Denyfasius Gudipun (1911304018)

6. Ival Murdi Wicaksono (1911304019)

7. Nadia Nanda Safitri (1911304020)

8. Fatimah Azzahra (1911304021)

9. Inggrit Junita Burhannudin (1911304022)

10. Cyntia Rizkiana Pratiwi (1911304023)

11. Ika Guna Setya Ningsih (1911304024)

12. Muhammad Yusuf Rama K. (1911304025)

13. Rahmawati Laemul Lapagal (1911304026)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2020
PEMERIKSAAN ALKOHOL (ETANOL) METODE DESTILASI

A. TUJUAN
1. Mahasiwa mampu melakukan pemeriksaan alcohol (etanol) metode
destilasi.
2. Mahasiswa mampu mengetahui pemahaman terkait praktikum
pemeriksaan alcohol (etanol) metode destilasi.
B. DASAR TEORI
Minuman beralkohol menjadi salah satu masalah di Indonesia.
Permasalahannya adalah sering munculnya para produsen ilegal yang membuat
minuman dengan kadar alkohol lebih dari 55%. Minuman beralkohol menurut
peraturan presiden No 74 tahun 2013 didefinisikan sebagai suatu minuman yang
mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) yang diproses dari bahan
pertanian mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi (Presiden Republik
Indonesia, 2013). Sering terjadi fenomena di kalangan penikmat minuman
beralkohol yang mencampur atau mengoplos minuman beralkohol dengan
berbagai bahan kimia memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan
minuman beralkohol biasa (Logan, 2014).
Gerakan Nasional Anti Miras pada tahun 2011 hingga 2016 mencatat
jumlah korban meninggal dunia akibat minuman keras oplosan mencapai 18.000
orang. Berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium Forensik Cabang Semarang
yang mencakup wilayah Jawa Tengah dan DIY terdapat 35 kasus penyalahgunaan
minuman beralkohol khususnya pada minuman keras oplosan yang menyebabkan
kematian pada kasus tersebut ditemukan bahwa minuman keras oplosan yang
diedarkan mengandung etanol 18,16% dan metanol 0,01% (Julia, 2016).
Alkohol telah menimbulkan masalah mental, sosial, kriminalitas, dan
kesehatan masyarakat. Dalam konsumsi alcohol dikenal istilah harmful alcohol
use yang disebutkan sebagai penggunaan alkohol yang menimbulkan efek
merusak terhadap kesehatan. Efek tersebut dapat berupa efek fisik ( misalnya
hepatitis) atau efek mental (misalnya episeode depresi akibat konsumsi alkohol
berat). Beberapa factor yang telah teridentifikasi dapat mempengaruhi timbulnya
harmful alcohol use antara lain riwayat keluarga, factor psikologis, factor
kepribadian, komorbiditas psikiatrik, sters atau trauma, serta factor lingkungan
atau budaya (National Collaborating Centre for Mental Health dalam Adnyana
Putra , 2012,). Menurut PERMENKES RI No 86/1997, minuman beralkohol
dibedakan menjadi 3 golongan yaitu Golongan A dengan kadar alcohol 1-5%,
Golongan B dengan kadar alcohol 5-20%, dan Golongan C dengan kadar alcohol
20-55% (Mustapa et al, 2014).
Etanol atau etil alcohol C2H5OH, umumnya disebut dengan alcohol yang
merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, dan mudah terbakar
(Hermansyah dan Novia, 2014). Etanol sering digunakan dalam kehidupan sehari-
hari untuk berbagai keperluan, misalnya sebagai pelarut berbagai bahan kimia
seperti pelarut parfum, pelarut obat-obatan, maupun pengekstrak berbagai
senyawa polar dalam isolasi dan sintesis senyawa kimia. Kegunaan lainya seperti
sebagai bahan zat antiseptic, pembuatan minuman beralkohol, obat psikotik,
thermometer modern, hingga sebagai energy terbarukan (renewable energy) (Pijen
et al., 2006).
Angka kadar alcohol pada cairan menunjukan perbandingannya dengan
air. Alcohol bersifat mudah menguap karena rentang rantai karbon C1 sampai C5
mempunyai titik didih 0oc-50oC. Etanol tidak terlalu beracun karena tubuh dapat
menguraikannya dengan cepat. Pada kasus penyalahgunaan minuman beralkohol,
sampel yang diterima berupa urin, darah, organ dalam dan cairan oral serta
minuman alkohol (Suaniti et al., 2012). Minuman keras beralkohol atau oplosan
memiliki tingkat impuritis tinggi sehingga diperlukan suatu metode preparasi
untuk memisahkan impuritis tersebut. Metode preparasi penentuan etanol dan
metanol dapat menggunakan distilasi dan ekstraksi. Sudhaker & Jain (2016) telah
melakukan preparasi sampel pada urin dan darah dengan distilasi menggunakan
pelarut air dan penambahan asam tartrat sebagai agen deprotenasi.
Proses distilasi adalah proses pemisahan cairan dari campurannya
berdasarkan perbedaan titik didih atau kemampuan zat untuk menguap
(Muhammad dkk., 2011). Produk yang mudah menguap akan naik ke bagian atas
kolom distilasi dan dikondensasikan untuk menghasilkan overhead product
(distilat). Sedangkan produk yang tidak menguap akan dikeluarkan sebagai
bottom product (residu). Distilasi dilakukan dengan dua metode. Metode pertama
yaitu mendidihkan dan mengembunkan campuran tanpa adanya refluks. Metode
kedua yaitu mengembalikan sebagian kondensat ke labu distilasi sehingga terjadi
kontak dengan uap yang mengalir ke kondensor (McCabe, 1993). Proses distilasi
dapat digunakan untuk memisahkan berbagai kombinasi campuran, salah satunya
adalah campuran etanol-air (Zhang dkk., 2019; Alheshibri & Craig, 2019).
C. METODE
1. Alat
Alat - alat yang digunakan pada kegiatan praktikum kali ini antara
lain: kertas saring/tissue, tabung destilasi fraksinasi, lampu masak, lampu
spirtus, pipet volume 100 ml, labu ukur 100 ml, piknometer dengan
thermometer, neraca analitis dan batu didih.
2. Bahan
Reagen yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain:
Aquades, Indicator PP 1%, NaOH 10% dan Aquades bebas CO2, serta
sampel minuman beralkohol.
3. Cara Kerja
1. Cara Pembuatan Aquades bebas CO2 :
Panaskan aquades sampai mendidih pada suhu 100oC diatas
hotplate. Biarkan 10 menit pada suhu 100oC. Turunkan dari hotplate,
dinginkan dan tutup dengan aluminium foil atau kapas.
2. Pembuatan Larutan Kontrol
Larutan control yang digunakan sama dengan larutan sampel
karena minuman alcohol yang diukur kadarnya sudah diketahui
konsentrasinya.
3. Standarisasi Larutan NaOH dengan KHP
a. Pipet larutan KHP 0,1 N sebanyak 25 ml dan masukkan ke
dalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan indicator PP 1%
sebanyak 2 tetes.
b. Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna,
lakukan titrasi minimal duplo. Catat volume titrasi dn hitung
normalitas larutan NaOH.
c. Hitung konsentrasi NaOH.
4. Cara kerja pemeriksaan kadar alkohol
a. Alat destilasi fraksinasi dipasang (jika tidak tersedia, gunkan
seperangkat alat destilasi sederhana atau destilasi biasa).
b. Sampel disiapkan dan diencerkan dengan factor pengenceran
5,00 (pengenceran pertama) dengan cara memipet 20 ml
sampel, lalu diencerkan dalam labu 100 ml.
c. 100 ml sampel yang telah diencerkan dimasukan ke dalam labu
destilasi.
d. Akuades sebanyak 25 ml ditambahkan (pengenceran kedua
dengan factor pengenceran 1,25) dan 3 tetes indicator PP 1%
dan ditambahkan NaOH 10 sampai basa.
e. Destilasi dimulai dengan memanasi labu masak menggunakan
lampu spirtus atau mantel pemanas (destilasi pada suhu 70-
78oC). Suhu tidak boleh melebihi titik didih alcohol (etanol).
f. Destilat ditampung pada Erlenmeyer 250 ml.
g. Destilasi dihentikan apabila filtrate yang diperoleh pada
Erlenmeyer sudah memenuhi pignometer destilat. (untuk
mempercepat, gunakan pignometer terkecil dan pignometer
sebelumnya telah ditimbang beratnya).
h. Dibiarkan sampai suhu kamar 25-30oC.
i. Ditimbang pignometer kosong (A gram).
j. Pignometer diisi akuades bebas CO2 atur suhu dibawah 15oC
dengan dimasukan ke lemari pendingin kemudia ditutup
(sebagai control atau pembanding).
k. Setelah diketahui berat jenis alcohol, dilakukan perhitungan
untuk mengetahui kadar alcohol dalam sampel.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Perhitungan.
Gambar 0.1
Gambar 0.2
Gambar 0.3
Gambar 0.4
2. Pembahasan
Prinsip destilasi didasarkan atas perbedaan titik didih komponen
zatnya. Distilasi pada penetapan kadar alcohol harus dikerjakan secara
hati-hati karena untuk mengurangi kehilangan etanol pada saat proses
penguapan diperlukan ketelitian dan tidak boleh ada kebocoran pada alat.
Distilasi alcohol suhunya tidak boleh lebih dari 78oC karena pada suhu
lebih dari 78oC komponen zat yang menguap adalah air, sehingga uap
alcohol bercampur dengan uap air menjadikan destilat tidak murni.
Alcohol akan diukur berdasarkan BJ atau berat jenis dari destilat yang
dihasilkan. Pada pemeriksaan alcohol metode destilasi ini dibagi menjadi 2
macam destilasi, pertama yaitu destilasi sederhana dan yang kedua yaitu
destilasi fraksionasi, perbedaan kedua alat tersebut ialah terletak adanya
kolom fraksionasi atau kolom fraksionernya, destilasi fraksioner
menggunakan kolom fraksionasi atau titik didih suatu zat akan dibedakan
berdasarkan tingakatan dari kolom fraksionasinya dan mempunyai titik
didih yang saling berdekatan antar satu zat ke zat lain. Destilasi sederhana
hanya dapat membedakan 2 jenis titik didih saja (Titin, 2020).
Tujuan pemanasan pada pemeriksaan ini ialah untuk memisahkan
berdasarkan titik didih zatnya. Jika titik didih berdekatan misalnya pada
etanol dan methanol maka harus menggunakan distilasi fraksioner atau
distilasi bertingkat. Penggunaan mantel pemanas, suhu yang digunakan
tidak boleh terlalu tinggi dan tidak boleh terlalu rendah, karena
destilasinya akan terlalu lama dan dapat menimbulkan kerak pada labu
destilasi. Praktikum ini menggunakan sampel yang diencerkan dahulu
menggunakan aquades, karena pemeriksaan akan memisahkan berdasarkan
titik didih suatu zat, jadi titik didih air harus dibedakan dengan titik didih
sampel. Setelah itu ditambahkan dengan indicator PP 1% sebanyak 3 etets
kemudian dilanjutkan dengan penambahan NaOH 10% sampai basa yang
berfungsi untuk saat zat mendidih supaya mengurangi percikan dan zat
tidak begitu reaktif. Destilasi dihentikan apabila filtrate yang diperoleh
pada Erlenmeyer sudah dapat memenuhi pignometer destilat (Titin, 2020).
Menunggu destilat tertampung dilakukan penimbangan pignometer
kosong, yang sebelumnya telah dibersihkan dengan alcohol lalu
dikeringkan, tujuan pembersihan pignometer tersebut adalah untuk
pembersihan agar zat-zat pengotor yang ada dalam pignometer dapat
dihilangkan karena akan mempengaruhi bobot dari pignometer.
Akuades yang digunakan diusahakan bebas dari CO2 karena adanya
CO2 dalam aquades akan menyebabkan NaOH bereaksi dengan gas
NaOH sehingga akan membentuk garam karbonat. Bila NaOH dititrasi
dengan asam maka garam tersebut akan turut bereaksi dan menganggu
penetapan kadar (Kusuma, 2011) (Titin, 2020).
Destilat (etanol) murni yang diperoleh diukur suhu menggunakan
termometer dan beratnya menggunakan piknometer. Sebagai
pembandingnya diukur pula berat akuades menggunakan piknometer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis suatu zat adalah
Temperatur, Massa zat, Volume zat, dan Kekentalan/viskositas. Suhu
rata-rata destilat yang diperoleh setelah od estilasi adalah 30oC, oleh
karena itu suhu dituo or unkan menjadi 10C-20oC. Setelah suhu turun
om enjadi sekitar 15oC etanol segera dimasukkan ke dalam piknometer
dan ditimbang beratnya, kemudian diukur pula suhu akhir destilat.
Penimbangan harus dilakukan secara cepat untuk menghindari proses
penguapan karena suhu etanol mudah sekali naik. Suhu akhir destilat
dan berat jenis hasil pengukuran dikonversikan menggunakan tabel
berat jenis dan kadar etanol (S. Primadevi & Dian, 2016).
E. KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan yang sudah dibahas dapat
disimpulkan bahwa pemeriksaan alcohol (etanol) metode destilasi adalah
memisahkan suatu zat atau senyawa cari suatu campuran yang memiliki
perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam campuran tersebut, senyawa
dengan titik didih terendah akan menguap terlebih dahulu. Bahan yang
ditetapkan kadarnya adalah etanol yang terkandung dalam sampel,
penetapan kadar etanol dalam sampel ditetapkan melalui perhitungan
bobot jenis. Diketahui hasil dari penetapan kadar etanol dalam sampel 1 “
black jack” adalah 7, 808% dan dalam sampel 2 “tuak” adalah 10,924%.
Dengan adanya perhitungan ini maka sampel 1 “black jack” dan sampel 2
“tuak” masuk dalam minuman beralkohol tipe B (sesuai dengan nilai
rujukan pada panduan).
F. DAFTAR PUSTAKA

Adnyana Putra , 2012. Pengaruh Akohol Terhadap kesehatan Semnas F MIPA


Undiksha 2012.

Alheshibri, M., & Craig, V. S. J. (2019) Generation of Nanoparticles Upon


Mixing Ethanol and Water; Nanobubbles or Not?, Journal of Colloid and
Interface Science, 542, 136-143.

Hermasyah dan Novia. 2014. Penentuan Kadar Etanol Hasil Fermentasi


Secara Enzimatis. Jurnal Molekul. Vol. 9 (2). Hal: 121-127.

Julia, S.R. 2016. Efek Minuman Keras Oplosan terhadap Perubahan


Histopatologi Lambung Tikus Wistar Jantan. Skripsi. Jember: Fakultas
Kedokteran Universitas Jember.

Ida Bagus PPutu Natha Kusuma. 2011. Penetapan Kadar Etanol. Skripsi
Jurusan Farmasi. F MIPA. Universitas Udayana.

Logan, B.K. 2014. Alcohol Content of Beer and Malt Beverages Alcohol
Content of Beer and Malt Beverages: Forensic Considerations.

McCabe, W. L. (1993). Unit Operations of Chemichal Engineering 5th


edition. New York: McGraw Hill Book Company.

Muhammad, D. R. A., Darmadji, P., & Pranoto, Y. (2011) Pengaruh Suhu


Distilasi dan Tingkat Kondensor terhadap Sifat Sensoris Distilat Asap Cair,
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, IV(2), 104-112.

Mustapa, A.F., Waslaluddin, dan Aminudin, A. 2014. Sistem Pendeteksi


Kadar Alkohol Berbasis Mikrokontroller pada Minuman Beralkohol dengan
Tampilan LCD. JoF. Vol. 2 (1).
Presiden Republik Indonesia. (2013). Peraturan Presiden Republik Indonesia
No. 74 tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman
Beralkohol.

Pejin, D.J., Vucuroviic, V.M., Popov, S.D., Dodic, J.M., and, Dodic S.N.,
2006, Production of ethanol from Kantata Wheat Variety, APTEFF, 37. Hal:
1-192.

Suaniti, N., I. Asih, & N. Astuti. 2012. Deteksi Etanol Setelah Konsumsi Arak
dalam Urin dengan Gas Chromatograhy. Jurnal Kimia, 6(2): 123-126.

Sudhaker, S. & R. Jain. 2016. Effect of Using Propanol as Internal Standard


on Quantitative Determination of Ethanol in Different Biological Matrices by
Head Space-Gas Chromatography-Flame Ionization Detector. Madridge
Journal of Analytical Sciences and Instrumentation, 1(1): 1-3.

Susan Primadevi dan Dian Kresnadipayana. 2016. “Penetapan Kadar Etanol


pada Minuman Beralkohol Berbagai Merk Melalui Pengukuran Berat Jenis”.
Jurnal BIOMEDIKA. Vol. 9 (1). Hal : 71-74.

Titin Aryani. 2020. Penetapan kadar alcohol (etanol) metode destilasi. F Ilmu
Kesehatan. Unisa. Yogyakarta.

Zhang, W., Xu, Z., Yang, X. (2019) Molecular Simulation of Penetration


Separation for Ethanol/Water Mixtures Using Two-dimensional Nanoweb
Graphynes, Chinese Journal of hemical Engineering, 27(2), 286292.
G. LAMPIRAN
1. Silviana Laila Hidayati

Gambar 0.5
Gambar 0.6
Gambar 0.7
Gambar 0.8
2. Intan Nur Fadhila

Gambar 0.9
Gambar 1.0
gambar 1.2
Gambar 1.3
3. Putri Sabila Okta Damayanti

Gambar 1.4
Gambar 1.5

Gambar 1.6
4. Lidya Monalisa Putri Anggraini

Gambar 1.7
Gambar 1.8
Gambar 1.9
5. Denifasius Laro Budipun

Gambar 2.0
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
6. Ival Murdi Wicaksono

Gambar 2.4
Gambar 2.5
7. Nadia Nanda Safitri

Gambar 2.6
Gambar 2.9
8. Fatimah Azzahra

Gambar 3.0
Gambar 3.1
Gambar 3.2
9. INggrit Junita Burhanudin

Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
10. Cyntia Rizkiana P.

Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 3.9
Gambar 4.0
11. Ika Guna Setya Ningsih

Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
12. Muhammad Yusuf Rama Kusuma

Gambar 4.4
Gambar 4.5
13. Rahmawati Laemu Lapagal

Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9

Anda mungkin juga menyukai