Anda di halaman 1dari 10

Artikel Riset Jurnal Kefarmasian Indonesia

Optimasi Formula Krim Ekstrak Daun Katuk...(Febia Arien Lestari, dkk)


DOI: 10.22435/jki.v10i2.2496 Vol.10 No.2-Agustus 2020:110-119
p-ISSN: 2085-675X
e-ISSN: 2354-8770

Optimasi Formula Krim Ekstrak Daun Katuk (Sauropus Androgynus)


Variasi Konsentrasi Asam Stearat, Trietanolamin, dan Gliserin

Cream Formula Optimization of Extract Katuk Leave (Sauropus Androgynus) Variation


in Stearic Acid, Triethanolamine, and Glycerin Concentration

Febia Arien Lestari*, Wahida Hajrin, Nisa Isneni Hanifa

Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia


*Email: febiaarien@gmail.com

Diterima: 2 Desember 2019 Direvisi: 12 Februari 2020 Disetujui: 15 Juni 2020

Abstrak
Tanaman katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) mengandung senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid
dan polifenol yang dapat berpotensi sebagai antioksidan. Antioksidan diketahui dapat berperan sebagai
fotoprotektor sehingga dapat diformulasi menjadi sediaan krim tabir surya. Pemilihan basis krim sangat penting
karena basis tidak hanya sebagai pembawa bahan aktif saja, namun juga dapat mempengaruhi sifat fisik dan
efektivitas sediaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi formula optimum basis krim
dan evaluasi sediaan krim ekstrak daun katuk dengan variasi konsentrasi asam stearat, TEA, dan gliserin.
Optimasi formula dilakukan melalui pendekatan metode Simplex Lattice Design dengan jumlah formula
sebanyak 13. Hasil evaluasi uji sifat fisik basis krim diolah dengan perangkat lunak Design Expert. Hasil
penelitian ini diperoleh formula optimum dengan konsentrasi asam stearat, gliserin, dan TEA secara berturut-
turut sebesar 13,16%, 12%, dan 3,84%. Hasil evaluasi krim ekstrak daun katuk dengan formula optimum
diperoleh daya sebar 4,89 cm, daya lekat 0,56 detik, dan pH 6,1. Hasil uji akseptabilitas menunjukkan bahwa
sediaan krim ekstrak daun katuk dapat diterima dengan sangat baik oleh konsumen.
Kata kunci: Daun katuk; Krim; Simplex Lattice Design; Design Expert

Abstract
Sauropus androgynus (L.) Merr.) contain secondary metabolite compounds: flavonoids and polyphenols which
has bioactivity as antioxidants. Antioxidants act as photoprotector, so it can be formulated into sun protection
product. The selection of cream base is very important due to it’s not only as vehicle of active ingredients but
also affecting cream’s physical properties and effectiveness. This study aims to determine the composition of the
optimum base formula and evaluation formula cream of extract katuk leaves with variations concentration of
stearic acid, TEA, and glycerin. Formula optimization was conducted through the Simplex Lattice Design
methode with 13 formulas. The results of evaluation were processed with Design Expert software. The optimum
formula was respectively at 13.16% stearic acid, 12% glycerin, and 3.84% TEA. The optimum formula cream
evaluation was spreadability in 4.89 cm, 0.56 s stickiness power, and pH 6,1. Acceptability test results showed
that the cream could accepted by society very well.
Keyword: Katuk leave; Cream; Simplex Lattice Design; Design Expert

110
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2020;10(2):110-119

PENDAHULUAN Sediaan tabir surya yang biasa terdapat


di pasaran adalah dalam bentuk lotion dan
Tanaman katuk (Sauropus androgynus)
krim. Pada penelitian ini dibuat sediaan
merupakan salah satu tanaman yang
krim karena sediaan ini dapat mudah
memiliki senyawa metabolit sekunder
menyebar di atas permukaan kulit sehingga
dengan berbagai potensi.1 Secara
lebih nyaman untuk kebutuhan kosmetik.9
tradisional, daun katuk sering dijadikan
Krim merupakan sediaan semisolid yang
obat untuk mengobati luka, memperlancar
mengandung satu atau lebih bahan aktif
ASI, meredakan gangguan saluran kencing,
yang terdispersi dalam basis yang sesuai.10
diabetes, dan demam.2 Potensi daun katuk
Basis ini tidak hanya sebagai pembawa
tersebut juga didukung oleh penelitian
bahan aktif saja, namun juga dapat
tentang aktivitas farmakologi sebagai
mempengaruhi efektivitas dari sediaan,11
antibakteri, antiinflamasi, antianemia, dan
sehingga perlu dilakukan optimasi formula
meningkatkan produksi ASI.3
basis krim.
Hasil analisis skrining fitokimia
Optimasi formula dapat dilakukan
Nurdianti dan Lilis menyatakan bahwa
dengan studi optimasi Simplex Lattice
ekstrak etanol 96% daun katuk
Design untuk memudahkan dalam
mengandung senyawa flavonoid, polifenol,
merancang, menyusun, dan interpretasi
tannin, steroid, kuinon, monoterpenoid dan
data secara matematis.12 Dalam penelitian
seskuiterpenoid.4 Penelitian yang dilakukan
ini akan dilakukan optimasi formula basis
Diah menyatakan bahwa ekstrak etanol
krim ekstrak daun katuk dengan variasi
daun katuk memiliki daya antioksidan
konsentrasi asam stearat, TEA, dan gliserin
dengan nilai IC50 terhadap DPPH sebesar
melalui pendekatan metode Simplex Lattice
42,667 ppm.5 Menurut Nurdianti dan Lilis
Design.
formulasi krim ekstrak daun katuk dengan
konsentrasi 3% juga memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat kuat dengan nilai METODE
IC50 sebesar 55,85 ppm.4 Adapun senyawa Alat dan bahan penelitian
yang berperan sebagai antioksidan dalam Peralatan yang digunakan dalam
daun katuk adalah kuersetin dan penelitian ini adalah timbangan analitik
kaempferol.1 (Ohaus), mortar dan stamper, hot plate
Berdasarkan hasil penelitian yang telah (Labnet), pH meter (Hanna Instruments),
dilakukan sebelumnya tentang tingginya kaca objek, beban 80 g dan 100 g,
aktivitas antioksidan dari daun katuk, maka stopwatch, rotary evaporator (Hahn Shin)
daun katuk berpotensi sebagai tabir surya. dan program perangkat lunak Design
Kosmetik tabir surya dapat dibuat dari Expert® versi 10.0.1 sebagai pengolah
bahan sintetis seperti titanium oksida, zink data. Bahan yang digunakan dalam
oksida, dan PABA (Para Amino Benzoic penelitian ini adalah daun katuk yang
Acid). Akan tetapi, bahan-bahan ini dapat berasal dari daerah Lingsar Lombok Barat,
menimbulkan reaksi alergi atau sensitivitas petroleum eter (Bratachem), n-heksan
pada kulit.6 Salah satu alternatif untuk (Bratachem), etanol (Brataco, 96%),
mengganti bahan-bahan tersebut adalah aquades, trietanolamin (Merck), gliserin
dengan memanfaatkan senyawa dari bahan (Brataco), asam stearat (Merck), setil
alam yaitu senyawa fenolik. Senyawa ini alkohol (Ecogreen oleochemical), metil
dapat berperan sebagai antioksidan dengan paraben (Brataco), dan oleum citrii.
cara memutus reaksi inisiasi radikal bebas
oleh transfer atom hidrogen atau transfer Prosedur kerja
elektron membentuk radikal fenoksil.7 Ekstraksi dan evaluasi ekstrak
Senyawa fenolik mampu mencegah efek Serbuk kering daun katuk direndam
yang merugikan akibat radiasi UV pada menggunakan petroleum eter (1:7,5)
kulit karena aktivitas antioksidannya selama 1 hari untuk menghilangkan
sebagai fotoprotektif.8

111
Optimasi Formula Krim Ekstrak Daun Katuk...(Febia Arien Lestari, dkk)

klorofil. Ampas yang diperoleh kemudian dengan suhu 70ᵒC. Fase minyak
dimaserasi menggunakan etanol 96% dimasukkan ke dalam mortar panas dan
(1:7,5) selama 1 hari dengan remaserasi ditambahkan fase air kemudian digerus
sebanyak 2 kali.4,13 Filtrat yang diperoleh sampai terbentuk massa krim. Basis krim
dikumpulkan dalam satu wadah dan yang telah dibuat dievaluasi daya sebar,
diuapkan pelarutnya menggunakan rotary daya lekat, dan pH. Hasil evaluasi diolah
evaporator dengan suhu 40-50ᵒC.14 menggunakan Design Expert.
Ekstrak kental yang diperoleh dilakukan
evaluasi berupa identitas dan organoleptis Formulasi dan evaluasi sediaan krim
ekstrak. ekstrak daun katuk
Krim ekstrak daun katuk dibuat
Deklorofilasi berdasarkan formula basis yang optimum.
Proses deklorofilasi mengikuti metode Konsentrasi ekstrak daun katuk sebesar 3%
Pebriana dkk yang dimodifikasi. Ekstrak ditambahkan ke dalam formula basis krim
kental daun katuk dilarutkan dengan etanol yang optimum. Sediaan krim ekstrak daun
96% (1:10) kemudian diekstraksi cair-cair katuk dilakukan evaluasi berupa uji
menggunakan n-heksan.15 Kedua fase organoleptis, daya sebar, daya lekat, dan
dipisahkan. Fase etanol diuapkan sehingga pH.
diperoleh ekstrak kental untuk digunakan Pengujian organoleptis dilakukan
dalam formulasi krim. dengan mengamati warna secara visual,
konsistensi, dan bau krim. Pengujian pH
Skrining fitokimia dilakukan menggunakan pH meter.
Skrining fitokimia ekstrak dilakukan Pengujian daya sebar dilakukan dengan
menggunakan uji tabung yang terdiri dari meletakkan krim diatas kaca. Kaca lainnya
uji alkaloid,16 flavonoid,17 saponin,18 tanin, yang telah diketahui beratnya kemudian
dan polifenol.19 diletakkan tepat di atasnya dan dibiarkan
selama 1 menit. Diameter yang dibentuk
Formulasi dan optimasi basis krim oleh sediaan krim diukur menggunakan
Sebanyak 13 formula dibuat penggaris. Selanjutnya diberi beban 100 g
berdasarkan hasil pengolahan data Design selama 1 menit dan diukur kembali
Expert sebagaimana tertera pada tabel 1. diameter yang terbentuk.20
Asam stearat, TEA, dan setil alkohol (fase Pengujian daya lekat dilakukan
minyak) dilebur di atas penangas air pada dengan mengoleskan krim di atas kaca
suhu 70ᵒC. Gliserin dan metil paraben objek yang sudah diketahui luasnya.
(fase air) dilarutkan dalam air panas

Tabel 1. Rancangan optimasi formula basis

Faktor Bahan tambahan lain


Run
Asam stearat (%) Gliserin (%) TEA (%) Bahan Konsentrasi(%)
1 15 12 2 Setil alkohol 0,5
2 12,5 14 2,5 Metil paraben 0,1
3 13,5 12 3,5 Oleum citrii Secukupnya
4 12,5 12,5 4 Aquades sampai 50
5 13 13 3
6 13,5 13,5 2
7 14 12,5 2,5
8 12 15 2
9 15 12 2
10 12 12 5
11 12 13,5 3,5
12 12 12 5
13 12 15 2

112
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2020;10(2):110-119

Kaca objek yang lain diletakkan pada krim tertinggi ditunjukkan pada area berwarna
tersebut kemudian ditekan dengan beban 1 merah. Respon yang semakin rendah
kg selama 5 menit. Kaca objek tersebut ditunjukkan dengan area berwarna kuning,
dipasang pada alat uji kemudian diberi diikuti area berwarna hijau dan area
beban seberat 80 g dan dicatat waktu berwarna biru dengan respon yang paling
hingga kedua gelas objek terpisah.20 rendah. Pada contour plot dapat terlihat
pula bahwa ketiga respon dipengaruhi
Uji akseptabilitas krim ekstrak daun katuk oleh komponen asam stearat, gliserin, dan
Uji akseptabilitas dilakukan terhadap TEA.
20 orang responden dengan menggunakan Tabel 2. Hasil evaluasi respon daya sebar,
angket. Pengujian dilakukan dengan daya lekat dan pH
meminta tanggapan responden setelah Respon
menggunakan krim ekstrak daun katuk. Run Daya sebar Daya lekat
pH
Tanggapan yang diminta berupa warna, (cm) (detik)
aroma, tekstur, kemudahan dicuci, dan 1 3,25 2,82 7,6
2 4,525 0,34 7,6
kesan lengket.21 Penarikan kesimpulan 3 4,475 1 7,6
akseptabilitas dilihat dari persentase nilai 4 5,325 0,27 7,7
yang diperoleh dengan rumus sebagai 5 4,275 0,79 7,6
berikut. 6 3,2 2,09 7,6
7 4 0,86 7,6
8 3,975 0,79 7,5
9 3,975 2,79 7,6
N = Nilai yang dicari 10 8,725 0,82 7,7
11 4,125 0,53 7,7
Sp = Rata-rata total skor 12 8,3 0,92 7,6
Sm = Skor maksimum 13 3,875 1,91 7,5

Nilai persentase yang diperoleh selanjutnya Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan
dikatakan memiliki nilai akseptabilitas: data dengan software Design Expert®
a. Sangat baik, jika persentase ≥80% versi 10.0.1, dapat diketahui persamaan
b. Baik, jika persentase 60-80% SLD untuk masing-masing respon (Tabel
c. Cukup baik, jika persentase 40- 60% 3). Hasil persamaan menunjukkan
d. Kurang baik, jika persentase 20- 40% pengaruh masing-masing komponen
e. Tidak baik, jika persentase ≤20% faktor maupun interaksinya terhadap nilai
daya sebar, daya lekat, dan pH. Tanda
positif (+) pada persamaan menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
bahwa komponen asam stearat, gliserin,
Optimasi dan verifikasi formula basis dan TEA meningkatkan nilai daya sebar,
krim daya lekat, dan pH. Begitu pula
Optimasi formula basis krim dilakukan sebaliknya, tanda negatif (-) pada
dengan membuat 13 basis krim berdasarkan persamaan menunjukkan bahwa
rancangan formula dengan variasi asam komponen yang ada dapat menurunkan
stearat, gliserin, dan TEA. Basis krim yang nilai daya sebar, daya lekat dan pH.
telah dibuat dievaluasi sifat fisiknya, Respon komponen TEA
meliputi: daya sebar, daya lekat, dan pH memberikan pengaruh paling besar
(Tabel 2). Ketiga sifat fisik tersebut terhadap daya sebar (Tabel 3), sejalan
dijadikan parameter respon untuk dengan penelitian Gyawali dkk dimana
memperoleh formula optimum. TEA dapat menurunkan konsistensi krim
Berdasarkan nilai respon yang sehingga krim menjadi lebih encer dan
dihasilkan oleh masing-masing run formula menyebabkan daya sebar meningkat.22
maka diperoleh contour plot pada masing-
masing respon (Gambar 1). Respon

113
Optimasi Formula Krim Ekstrak Daun Katuk...(Febia Arien Lestari, dkk)

Design-Expert® Software A: Asam Stearat


Design-Expert® Software A: Asam Stearat
Component Coding: Actual 15 Component Coding: Actual 15
2 Daya lekat (detik) 2
Daya sebar (cm)
Design Points Design Points
2.82 2.5
8.725

3.2 0.27

X1 = A: Asam Stearat 2
X1 = A: Asam Stearat
X2 = B: Gliserin X2 = B: Gliserin
X3 = C: TEA X3 = C: TEA

1.5

2 12 2 0.5 12
1
4

7
8
2 2
2 2
15 12 5
15 12 5
B: Gliserin C: TEA
B: Gliserin C: TEA
Daya sebar (cm) Daya lekat (detik)

(a) (b)
Design-Expert® Software A: Asam Stearat
Component Coding: Actual 15
pH 2
Design Points
7.7

7.5
7.6
X1 = A: Asam Stearat
X2 = B: Gliserin
X3 = C: TEA

2 12

7.6

7.65

7.55
7.7
2 2
15 12 5
B: Gliserin C: TEA
pH

(c)

Gambar 1. Contour plot parameter (a) daya sebar, (b) daya lekat, (c) pH
Tabel 3. Persamaan SLD masing-masing respon untuk formula basis krim
Respon Persamaan SLD
Daya sebar Y = 3,63(A)+4,02(B)+8,44(C)-1,62(A)(B)-6,69(A)(C)-8,25(B)(C)+26,29(A)(B)(C)
Daya lekat Y = 2,75(A)+1,31(B)+0,89(C)-0,56(A)(B)-3,57(A)(C)-2,43(B)(C)-16,18(A)(B)(C)
pH Y = 7,60(A)+7,50(B)+7,66(C)+0,18(A)(B)-0,072(A)(C)+0,53(B)(C)-0,96(A)(B)(C)
Keterangan: Y= respon; A = konsentrasi asam stearat; B= konsentrasi gliserin; C= konsentrasi TEA
Pada respon daya lekat, asam stearat Verifikasi formula optimum ini dilakukan
memberikan pengaruh paling besar. Asam untuk mengetahui adanya perbedaan
stearat dapat meningkatkan konsistensi bermakna antara respon yang diprediksi
krim dan membuat krim tampak lebih oleh software dengan respon yang
kaku, sehingga daya lekat krim dihasilkan pada percobaan. Analisis
meningkat.22,23 Pada respon pH, TEA perbedaan dilakukan menggunakan
memberikan pengaruh paling besar karena analisis statistik One sample t-test (Tabel
mengandung gugus basa yang membuat 4)
pH sediaan menjadi lebih tinggi seperti
dilaporkan pada penelitian sebelumnya.24 Tabel 4. Hasil One Sample t-test formula
Berdasarkan hasil analisis data, prediksi dibandingkan formula
komposisi formula optimum yang optimum percobaan
diperoleh dari software Design Expert® Respon Prediksi Percobaan p-value
versi 10.0.1 adalah 13,16% asam stearat,
12% gliserin, dan 3,84% TEA dengan Daya sebar (cm) 5,000 5,69 ± 0,45 0,056a
desirability sebesar 0,720. Adapun prediksi Daya lekat
0,762 0,66 ± 0,18 0,336a
(detik)
respon daya sebar sebesar 5 cm, respon
pH 7,617 7,60 ± 0,08 0,705a
daya lekat sebesar 0,762 detik, dan respon
pH sebesar 7,617. Keterangan: a= analisis One sample t-test (p>0,05)
Hasil optimasi formula prediksi
software selanjutnya dilakukan verifikasi.

114
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2020;10(2):110-119

Hasil analisis statistik menunjukkan proses deklorofilasi lebih efektif dilakukan


formula optimum hasil percobaan setelah ekstraksi dibandingkan sebelum
menghasilkan respon tidak berbeda ekstraksi. Deklorofilasi yang dilakukan
signifikan dengan prediksi software yang sebelum ekstraksi memerlukan jumlah
ditunjukkan dengan p-value >0,05. Hasil pelarut yang lebih banyak sehingga tidak
verifikasi ini memastikan bahwa optimasi ekonomis. Selain itu, dibutuhkan waktu
dengan software dapat diterima. deklorofilasi yang lebih lama karena
klorofil yang ingin dihilangkan masih
Ekstraksi dan skrining fitokimia ekstrak berada dalam sel simplisia.
Esktrak yang digunakan dalam Berbeda dengan deklorofilasi setelah
penelitian ini adalah ekstrak daun katuk. ekstraksi, jumlah pelarut yang digunakan
Secara organoleptis ekstrak daun katuk tentunya lebih sedikit sehingga lebih
berwarna hijau kecoklatan, berbau khas ekonomis. Waktu yang diperlukan untuk
serta pahit. Ekstrak daun katuk diperoleh proses deklorofilasi juga lebih cepat
dari proses maserasi serbuk daun katuk dibandingkan deklorofilasi sebelum
kering menggunakan pelarut petroleum eter ekstraksi karena klorofil sudah berada
untuk menghilangkan klorofil daun.26 diluar sel simplisia sehingga lebih mudah
Ampas yang diperoleh kemudian dilakukan dipisahkan dengan ekstraksi cair-cair.
maserasi kembali dengan menggunakan Skrining fitokimia pada ekstrak daun katuk
pelarut etanol 96%. Dari hasil tersebut dilakukan baik setelah maupun sebelum
diperoleh rendemen ekstrak sebesar deklorofilasi (Tabel 5).
21,58%.
Setelah ekstrak daun katuk Tabel 5. Hasil skrining fitokimia ekstrak
diformulasikan ke dalam bentuk sediaan daun katuk
krim, diperoleh krim yang secara Hasil pengujian
organoleptis kurang menarik sehingga akan Pengujian Sebelum Setelah
berdampak pada nilai akseptabilitas dari deklorofilasi deklorofilasi
Saponin - -
sediaan krim. Hal tersebut disebabkan
Flavonoid + +
proses penghilangan klorofil di awal proses Tannin dan
ekstraksi belum optimal karena daya + +
Polifenol
penetrasi petroleum eter ke dalam sel Alkaloid - -
simplisia rendah sehingga diperlukan
petroleum eter dengan jumlah lebih banyak Hasil skrining fitokimia pada ekstrak
untuk mengoptimalkan proses deklorofilasi. sebelum deklorofilasi maupun setelah
Oleh sebab itu, untuk mendapatkan sediaan deklorofilasi menunjukkan adanya
krim ekstrak daun katuk yang acceptable kandungan flavonoid, tanin, dan polifenol.
maka dilakukan deklorofilasi kembali pada Sedangkan senyawa metabolit sekunder
ekstrak kental yang diperoleh. saponin dan alkaloid menunjukkan hasil
Klorofil merupakan senyawa yang yang negatif. Hasil negatif pada alkaloid,
bersifat non polar, sehingga untuk menarik dapat disebabkan karena alkaloid tertarik
klorofil diperlukan ekstraksi menggunakan pada saat ekstraksi dengan petroleum eter.26
pelarut yang juga bersifat non polar. Salah Hasil skrining fitokimia ekstrak daun katuk
satu pelarut pengekstraksi yang dapat sesuai dengan hasil skrining fitokimia pada
digunakan adalah n-heksan. Penelitian penelitian sebelumnya dimana ekstrak
Pebriana dkk menunjukkan bahwa n- etanol 96% daun katuk mengandung
heksan dapat menurunkan kadar klorofil polifenol, tanin, dan flavonoid dan tidak
pada ekstrak daun kenikir, mengkudu, dan mengandung alkaloid dan saponin.27
mangga.15
Berdasarkan dua metode deklorofilasi
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa

115
Optimasi Formula Krim Ekstrak Daun Katuk...(Febia Arien Lestari, dkk)

Formulasi dan evaluasi krim ekstrak ketika diaplikasikan pada permukaan kulit.
daun katuk Semakin lama daya lekat krim, maka
Konsentrasi ekstrak daun katuk yang semakin lama juga penetrasi zat aktif ke
digunakan yaitu 3% berdasarkan Nurdianti dalam kulit sehingga terapi menjadi lebih
dan Lilis yang menyatakan bahwa optimal.30 Hasil pengukuran menunjukkan
konsentrasi tersebut memberikan aktivitas bahwa daya lekat krim ekstrak daun katuk
antioksidan sangat kuat dengan IC50 adalah sebesar 0,56 detik. Hasil tersebut
sebesar 55,85 ppm.4 Dilakukan evaluasi menunjukkan bahwa sediaan krim ekstrak
sediaan terhadap formula krim ekstrak daun daun katuk memiliki daya lekat rendah,
katuk yang meliputi: uji organoleptis, daya sehingga dibutuhkan pengulangan
31
sebar, daya lekat, pH, dan akseptabilitas. pengaplikasian krim. diharapkan dengan
Uji organoleptis meliputi pengamatan bau, daya lekat yang rendah akan menambah
warna, dan konsistensi sediaan (Tabel 6). nilai akseptabilitas dari sediaan krim karena
lebih nyaman diaplikasikan pada kulit.31
Tabel 6. Hasil uji organoleptis sediaan krim Evaluasi pH dilakukan untuk
ekstrak daun katuk mengevaluasi keamanan krim yang
Parameter Hasil dihasilkan sehubungan dengan iritasi kulit.
Bau lemon dengan sedikit aroma Nilai pH untuk sediaan krim ekstrak daun
Bau
khas ekstrak daun katuk katuk ini adalah sebesar 6,1. Menurut
Warna Hijau kekuningan Safitri dkk pH sediaan harus berada pada
Konsistensi Kental
rentang 6,0-7,0 untuk mencegah terjadinya
Evaluasi daya sebar (Tabel 7) bertujuan iritasi kulit.32 pH sediaan krim ekstrak daun
untuk mengetahui daya menyebar krim saat katuk berada pada rentang yang tidak
dioleskan pada kulit dengan mengukur luas mengiritasi kulit.
area penyebaran krim.28 Kemampuan daya Evaluasi terakhir yang dilakukan pada
sebar dilihat dari diameter yang terbentuk sediaan krim ekstrak daun katuk ini adalah
setelah pemberian beban 100 g pada uji akseptabilitas. Uji ini dilakukan untuk
sediaan krim. Menurut Garg dkk daya sebar mengetahui seberapa besar sediaan krim
untuk sediaan semisolid dibagi menjadi ekstrak daun katuk yang dibuat dapat
dua, yaitu semistiff dan semifluid. Pada diterima (acceptable) oleh konsumen. Uji
semistiff syarat daya sebar yang ditetapkan akseptabilitas ini meliputi: penilaian warna,
adalah 3-5 cm, sedangkan untuk semifluid aroma, kesan lengket, tekstur, dan
adalah 5-7 cm.29 kemudahan dicuci dengan air.
Sebanyak 20 responden diminta untuk
Tabel 7. Hasil evaluasi daya sebar, daya menilai krim ekstrak daun katuk dengan
lekat,dan pH krim ekstrak daun katuk skala penilaian 1-5 (Gambar 2).
Berdasarkan persentase nilai akseptabilitas
Evaluasi Hasil
Parameter organoleptis warna, aroma,
Daya sebar 4,89 ± 0,33 cm
Daya lekat 0,56 ± 0,14 detik tekstur, dan kesan lengket dapat diterima
pH 6,1 ± 0,08 dengan baik oleh konsumen.
Nilai akseptabilitas dari parameter
Hasil evaluasi daya sebar diperoleh kemudahan dicuci dapat diterima dengan
daya sebar krim ekstrak daun katuk sebesar sangat baik oleh responden. Hal ini
4,89 cm. Sediaan krim ekstrak daun katuk disebabkan karena krim yang dibuat
memenuhi persyaratan daya sebar sediaan merupakan krim tipe M/A sehingga krim
semisolid untuk semistiff. Semistiff adalah mudah dicuci dengan air.33
sediaan semisolid yang memiliki viskositas
yang tinggi.29
Evaluasi daya lekat (Tabel 7) bertujuan
untuk mengetahui waktu sediaan melekat

116
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2020;10(2):110-119

dengan p-value >0,05. Hal ini disebabkan


juga oleh pH ekstrak etanol daun katuk
yang cukup rendah yaitu 5,4 sementara
untuk daya sebar dan daya lekat tidak
terdapat pengaruh oleh adanya penambahan
ekstrak.

KESIMPULAN
Formula basis krim optimum
berdasarkan metode Simplex Lattice Design
diperoleh variasi komposisi asam stearat,
Gambar 2. Hasil uji akseptabilitas gliserin, dan TEA secara berturut-turut
krim ekstrak daun katuk sebesar 13,16%, 12%, dan 3,84%. Hasil
evaluasi krim ekstrak daun katuk diperoleh
Dari kelima parameter uji daya sebar 4,89 cm, daya lekat 0,56 detik,
akseptabilitas, parameter aroma memiliki dan pH 6,1.
nilai akseptabilitas paling rendah, yaitu
sebanyak 73% responden dapat menerima
aroma sediaan. Hal ini disebabkan karena UCAPAN TERIMA KASIH
pada sediaan krim, masih terdapat sedikit Ucapan terimakasih penulis sampaikan
aroma dari ekstrak daun katuk. Nilai kepada seluruh civitas akademika Program
akseptabilitas secara keseluruhan Studi Farmasi Universitas Mataram yang
menunjukkan sediaan krim ekstrak daun telah membantu dalam penelitian ini.
katuk dapat diterima dengan sangat baik
oleh konsumen dengan nilai akseptabilitas
sebesar 80,08%. DAFTAR RUJUKAN
1. Hidayat R, Safitri RAA, Umar TP,
Tabel 8. Hasil One sample t-test basis krim Maretzka A. The efficacy of sauropus
dengan krim ekstrak daun katuk androgynus leaves extract to improve
Krim
cognitive function in wistar rats induced
Respon
Basis
ekstrak p-value alzheimer’s. Bioscientia Medicina.
krim 2018;2(3):35–44.
daun katuk
Daya sebar 2. Bunawan H, Bunawan SN, Baharum SN,
5,000 4,89 ± 0,33 0,541a Noor NM. Sauropus androgynus (L.) Merr.
(cm)
Daya lekat
0,762 0,56 ± 0,14 0,060a
induced bronchiolitis obliterans: from
(detik) botanical studies to toxicology. Evidence-
pH 7,617 6,1 ± 0,08 0,000b Based Complementary and Alternative
Keterangan: a= analisis One sample t-test (p>0,05), Medicine. 2015 Aug;2015(714158):1–7.
b= analisis One sample t-test (p<0,05) 3. Majid TS, Muchtaridi. Aktivitas
farmakologi ekstrak daun katuk (Sauropus
Hasil evaluasi sediaan krim ekstrak androgynus (L.) Merr). Farmaka.
daun katuk (daya sebar, daya lekat, dan pH) 2018;16(2):398–405.
ini dianalisis secara statistik menggunakan 4. Nurdianti L, Tuslinah L. Uji efektivitas
One sample t-test. Analisis secara statistik antioksidan krim ekstrak etanol daun katuk
ini dilakukan untuk mengetahui adanya (Sauropus androgynus ( L ) Merr) terhadap
perbedaan sifat fisik antara basis krim DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil).
optimum hasil pengolahan software dengan Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada.
2017;17(1):87–96.
krim ekstrak daun katuk.
5. Diah FN. Formulasi krim ekstrak daun
Hasil analisis (Tabel 8) menunjukkan katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.)
terdapat pengaruh penambahan ekstrak sebagai antioksidan dengan variasi
terhadap nilai pH sediaan yang ditunjukkan emulgator anionik dan nonionik [skripsi].

117
Optimasi Formula Krim Ekstrak Daun Katuk...(Febia Arien Lestari, dkk)

Surakarta: Universitas Setia Budi; 2017. Jurnal Farmasi Udayana. 2014;3(1):83–6.


6. Lees M. Skin care: beyond the basics. 4th 17. Shanmugam S, Kumar TS, Selvam KP.
ed. New York: Cengage Learning; 2012. Laboratory handbook on biochemistry. 2nd
7. Yuslianti ER. Pengantar radikal bebas dan ed. Delhi: PHI Learning Private Limited;
antioksidan. Yogyakarta: Dee publish; 2019.
2018. 18. Arief D, Sangi M, Kamu V. Skrining
8. Ebrahimzadeh MA, Enayatifard R, Khalili fitokimia dan uji toksisitas ekstrak biji aren
M, Ghaffarloo M, Saeedi M, Charati JY. (Arenga pinnata MERR.). Jurnal MIPA.
Correlation between Sun Protection Factor 2017;6(2):12–5.
and Antioxidant Activity, Phenol, and 19. Darmawijaya IP. Skrining fitokimia ekstrak
Flavonoid Contents of some Medicinal etanol daun pancasona (Tinospora
Plants. Iranian Journal of Pharmaceutical coriaceae Beumee.). Virgin: Jurnal Ilmiah
Research. 2014;13(3):1041–7. Kesehatan dan Sains. 2015;1(1):69–75.
9. Baki G, Alexander KS. Introduction to 20. Azkiya Z, Ariyani H, Nugraha TS. Evaluasi
cosmetic formulation and technology. New sifat fisik krim ekstrak jahe merah
Jersey: John Wiley & Sons; 2015. (Zingiber officinale Rosc. var. rubrum)
10. Ma JKH, Hadjiza BW. Basic physical sebagai anti nyeri. Journal of Current
pharmacy. Burlinton: Jones & Bartlett Pharmaceutica Sciences. 2017;1(1):12–8.
Learning; 2013. 21. Astuti D, Husni P, Hartono K. Formulasi
11. Jankowski A, Dyja R, Sarecka-Hujar B. dan uji stabilitas fisik sediaan gel antiseptik
Dermal and transdermal delivery of active tangan minyak atsiri bunga lavender
substances from semisolid bases. Indian (Lavandula angustifolia Miller). Farmaka.
Journal of Pharmaceutical Sciences. 2017;15(1):176–84.
2017;79(4):488–500. 22. Gyawali R, Paudel N, Shrestha S, Silwal A.
12. Florentia S. Optimasi formula tablet hisap Formulation and evaluation of antibacterial
ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria and antioxidant polyherbal lotion. Journal
macrocarpa [Scheff.] Boerl.) menggunakan of Institute of Science and Technology.
campuran pengisi laktosa-sorbitol dengan 2016;21(1):148–56.
metode Simplex Lattice Design [skripsi]. 23. Saryanti D, Setiawan I, Safitri RA.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Optimasi formula sediaan krim M/A dari
Surakarta; 2013. ekstrak kulit pisang kepok (Musa
13. Roosdiana A, Yudandi SA, Erika A. The acuminata L.). Jurnal Riset Kefarmasian
potency of ethanolic extract of Sauropus Indonesia. 2019;1(3):225–37.
androgynus (L.) Merr leaves as therapeutic 24. Ng E. Optimasi krim sarang burung walet
herbal of rats (Rattus norvegicus) peptic putih (Aerodramus fuciphagus) tipe M/A
ulcer model induced by aspirin. dengan variasi emulgator sebagai pencerah
International Conference on Chemistry and kulit menggunakan simplex lattice design
Material Science. 2017 Nov; Bristol, [skripsi]. Pontianak: Universitas
England: IOP publishing ltd; 2018. p.1-5 Tanjungpura; 2013.
14. Hasimun P, Aligita W, Nopitasari I. Anti- 25. Bosca F, Ticona JC, Giménez A, Flores N,
anemic and analgesic activity of Sauropus Chuqui R, Barge A, et al. Chlorophylls:
androgynous L Merr on female mice from evanta by product to natural
model. International Journal of porphyrin source. Journal of Universities
Pharmaceutical and Phytopharmacological and International Development
Research. 2018;8(1):98–102. Cooperation. 2017;1:35–42.
15. Pebriana RB, Lukitaningsih E. 26. Aniszweski T. Alkaloid: Chemistry,
Deklorofilasi ekstrak metanolik daun biology, ecology, and applications. 2nd ed.
kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), daun Oxford: Elsevier; 2015.
mengkudu (Morinda citrifolia), dan daun 27. Desnita R, Luliana S, Anastasia DS,
mangga (Mangifera indica L.) dengan Yuswar MA. Antiinflammatory Activity
teknik elektrokoagulasi. Traditional patch ethanol extract of leaf katuk
Medicine Journal. 2017;22(3):190–8. (Sauropus androgynus L. Merr). Jurnal
16. Susanti N, Budiman I, Warditiani N. Ilmu Kefarmasian Indonesia.
Skrining fitokimia ekstrak etanol 90% daun 2018;16(1):1–5.
katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.). 28. Dina A, Pramono S, Sugihartini N.

118
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2020;10(2):110-119

Optimasi komposisi emulgator dalam 31. Elcistia R, Zulkarnain AK. Optimasi


formulasi krim fraksi etil asetat ekstrak formula sediaan krim o/w kombinasi
kulit batang nangka (Artocarpus oksibenzon dan titanium dioksida serta uji
heterophyllus Lamk). Jurnal Ilmu aktivitas tabir suryanya secara in vivo.
Kefarmasian Indonesia. 2017;15(2):134–9. Majalah Farmaseutik. 2018;14(2):63–78.
29. Garg A, Aggarwal D, Garg S, Singla A. 32. Safitri NA, Puspita OE, Yurina V.
Spreading of semisolid formulations an Optimasi formula sediaan krim ekstrak
update. Pharmaceutical Technology. stroberi (Fragaria x ananassa) sebagai
2002;26(9):84–105. krim antipenuaan. Majalah Kesehatan
30. Putranti W, Dewi NA, Widiyastuti L. Fakultas Kedokteran Universitas Braijaya.
Standardization of extract and 2014;1(4):235–46.
characterization of emulgel formula of 33. Allen L, Ansel H. Ansel’s : Pharmaceutical
lengkuas (Alpina galangan (L.) Wild) dosage forms and drug delivery systems.
rhizome extract. Jurnal Farmasi Sains dan 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams
Komunitas. 2018;15(2):81–91. & Wilkins; 2014.

119

Anda mungkin juga menyukai