Anda di halaman 1dari 7

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SHAMPOO PADAT

ANTIKETOMBE DARI EKSTRAK JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia

Swingle)

Oleh:

OCHA NADIA PERTIWI

10060316028

FARMASETIKA

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2019/1441 H
NAMA : OCHA NADIA PERTIWI

NPM : 10060316028

KBK : Farmasetika

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SHAMPOO PADAT ANTIKETOMBE


DARI EKSTRAK JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle)

PENDAHULUAN

Pada zaman sekarang kebanyakan wanita islam sudah menggunakan hijab sebagai
penutup kepala sekaligus penutup aurat. Wanita biasanya terlihat kecantikannya dari mahkota
rambutnya. Dengan menggunakan hijab tidak menutup kemungkinan bagi seorang wanita tampil
lebih cantik dan anggun namun, permasalahan yang terjadi pada sebagian orang yang seharian
tidak melepas hijab selalu mengeluhkan rasa gatal dikepala karena tumbuhnya ketombe.

Ketombe merupakan masalah rambut yang seringkali terjadi pada masyarakat


menyebabkan seseorang merasa kurang percaya diri serta menghambat aktivitas. Selain itu,
ketombe dapat menyebabkan seseorang menjadi risih karena merasakan gatal yang berlebihan
apabila digaruk, kulit kepala akan lecet sampai berdarah serta rambut menjadi rontok dan
menimbulkan bau tidak sedap.

Rambut merupakan tambahan pada kulit kepala yang memberikan kehangatan,


perlindungan dan keindahan. Rambut juga terdapat diseluruh tubuh, kecuali telapak tangan,
telapak kaki dan bibir. Jenis-jenis kosmetik yang digunakan pada kulit kepala yaitu dalam bentuk
sediaan hair tonic, gel penumbuh rambut, vitamin rambut, pelembab rambut, masker rambut dan
sampo (Permenkes, 2010).

Ketombe adalah sel kulit yang terdapat di kepala mengelupas secara berlebihan saat
proses keratinisasi belum sempurna. Penyebab munculnya ketombe adalah terdapat jamur
Malassezia restricta dan M. globosa. Malassezia (sebelumnya merupakan Pityrosporum) adalah
ragi penyebab infeksi kulit dan kulit kepala sehingga menyebabkan gatal. Pada kondisi hangat
dan lembab serta kepadatan penduduk yang berlebihan dan kebersihan diri yang buruk sangat
ideal untuk pertumbuhan Malassezia. Ketombe terjadi secara eksklusif pada kulit kepala dengan
tingkat sebum yang tinggi (Potluri, et al., 2013).

Sediaan untuk mengatasi antiketombe bahan kimia dianggap belum cukup untuk
mengatasi masalah tersebut serta menimbulkan efek samping yang berbahaya. Alternatif untuk
mengatasi masalah ketombe menggunakan herbal karena aman dan tidak terdapat efek samping.
Salah satu bahan alam yang digunakan untuk antiketombe yaitu limbah kulit jeruk nipis yang
dibuat sedian sampo.

Kulit buah jeruk nipis juga memiliki peran penting bagi kesehatan. Kulit buah jeruk nipis
mengandung komponen yang sangat bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol. Kulit buah
jeruk nipis mengandung senyawa flavonoid yaitu naringin, hesperidin, naringenin, hesperitin,
rutin, nobiletin dan tangeretin. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa polifenol
yang dapat bekerja sebagai antioksidan (Astawan and Kasih, 2008), dan juga sebagai antibakteri
maupun antifungi dengan mendenaturasi protein dan merusak sel bakteri maunpun jamur
(Pelczar and Chan, 1988).

Sampo merupakan produk yang digunakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan
rambut. Sehingga pemilihan sampo yang tepat akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan
rambut. Rambut yang berketombe hingga kini masih merupakan gangguan yang dapat
menghambat kenyamanan beraktivitas. Dilaporkan bahwa hampir 60% orang bermasalah dengan
ketombe. Ketombe adalah suatu gangguan berupa pengelupasan kulit mati secara berlebihan di
kulit kepala, kadang disertai pula dengan pruritus (gatal-gatal) dan peradangan. Penyebab
ketombe dapat berupa sekresi kelenjar keringat yang berlebihan atau adanya peranan
mikroorganisme di kulit kepala yang menghasilkan suatu metabolit yang dapat menginduksi
terbentuknya ketombe di kulit kepala Mikroorganisme yang diduga sebagai penyebab utama
ketombe adalah Pityrosporum ovale (P.Ovale) atau Malassezia furfur. Jamur ini sebenarnya
merupakan flora normal di kulit kepala, namun pada kondisi rambut dengan kelenjar minyak
berlebih, jamur ini dapat tumbuh dengan subur (Ratnawulan, 2009).

Shampo banyak dijumpai dalam bentuk sediaan cair dengan kemasan botol plastik.
Semakin hari semakin banyak orang yang menggunakan shampoo dengan kemasan botol plastik
supaya lebih mudah untuk dibawa. Sehingga semakin banyak kemasan yang menggunakan
plastik lingkungan akan semakin tercemar karena plastik bahan yang sulit terurai dan
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurainya. Oleh karena itu peneliti membuat
sediaan shampoo padat dengan menggunakan kemasan non plastic agar mengurangi pencemaran
lingkungan.

Berdasarkan hal-hal diatas dapat ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana pembuatan shampoo padat dari kulit jeruk nipis sebagai antiketombe dengan
menentukan berbagai konsentrasi untuk mendapatkan formula terbaik.

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah dari kulit jeruk nipis yang memiliki
manfaat untuk penghilang ketombe dengan kemasan non plastic agar mengurangi pencemaran
lingkungan.

METODOLOGI

Penelitian ini mengenai formulasi dan evaluasi sediaan shampoo padat antiketombe dari
ekstrak jeruk nipis (citrus aurantifolia swingle). Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap
meliputi pengumpulan buah jeruk nipis, determinasi jeruk nipis, pembuatan simplisia jeruk nipis,
penapisan fitokimia simplisia dan ekstrak, penetapan parameter spesifik dan non-spesifik,
pembuatan ekstrak jeruk nipis, dan optimasi formula untuk menentukan formulasi sediaan
shampoo padat jeruk nipis yang berpotensi sebagai antiketombe. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Riset Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Islam Bandung.

Pengambilan jeruk nipis dilakukan dengan mengumpulkan jeruk nipis yang terdapat di
Pasar Induk Tradisional Caringin, Kota Bandung. Selanjutnya buah dideterminasi di
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran.

Identifikasi golongan metabolit sekunder dilakukan dengan cara mereaksikan reagen


kimia spesifik kepada beberapa golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalam
simplisia dan ekstrak buah jeruk nipis. Identifikasi golongan senyawa meliputi Alkaloid,
Flavonoid, Polifenolat, Tanin, Antrakuinon, Saponin, Monoterpen & Sesquiterpem, dan
Triterpenoid & Steroid.
Metode ekstraksi yang digunakan yaitu metode cara dingin dengan maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%, selanjutnya dimasukkan simplisia jeruk nipis kedalam rotary
evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.

Tabel 1. Formula Shampoo

Fungsi Konsentrasi (%)


No. Bahan
bahan
F1 F2 F3 F4 F5
1. Ekstrak Jeruk nipis Zat aktif 1 5 10 15 20
2. Sodium Lauryl Sulfat Sabun 10 10 10 10 10
Foam
3. Cocamide DEA 4 4 4 4 4
booster
Suspendi
4. CMC 3 3 3 3 3
ng agent
5. Propil paraben Pengawet 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Cooling
6. Menthol 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25
agent
7. Aquadest Pelarut Ad 100mL

Optimasi formula dilakukan untuk mengetahui formula shampoo mana yang paling baik
untuk antiketombe dilihat dari perbedaan konsentrasi ekstrak jeruk nipis. Kemudian formulasi
shampoo dievaluasi meliputi organoleptis, homogenitas, viskositas & rheologi, tinggi
sedimentasi, volume terpindahkan, berat jenis, dan volume sedimentasi. Kemudian dibuat
formulasi berdasarkan tabel 1.
Parameter Spesifik : Pengumpulan
Determinasi
- Organoleptis bahan
- Kadar sari larut air

- Kadar sari larut etanol

Parameter Non Spesifik :

- Susut pengeringan Simplisia


- Kadar air Jeruk nipis
- Kadar abu total
Penapisan Fitokimia :
- Kadar abu tidak larut asam Maserasi
etanol 96% - Alkaloid
- Bobot Jenis (ekstrak)
- Flavonoid
Ekstrak - Polifenolat

Jeruk nipis - Tanin

- Saponin

- Monoterpen & Sesquiterpen

Optimasi - Triterpenoid & Steroid


Formulasi terbaik
F1, F2, F3, F4, F5 - Antrakuinon

Evaluasi
Evaluasi
Dan
Karakteristik
DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M., Kasih, A.L., 2008, Khasiat Warna-warni Makanan, Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama, Hal 31.

Pelczar MJ and Chan ECS. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2 (Terjemahan). UI Press,


Jakarta.

Potluri, et al. 2013. Formulation and Evaluation of Herbal Anti-Dandruff Shampoo.


Indian Journal of Research in Pharmacy and Biotechnology. 1(6): 835-839

Ghaffar, F.A., Semmler, M. 2007. Efficacy of Neem Seed Extract Shampoo on Head Lice
of Naturally Infected Humans in Egypt. Parasitol Res. 100: 329-332

Ratnawulan, M., Dewi, R. dan Sri, A.2009, ‘ Pengembangan Ekstrak Etanol Kubis
(Brassica oleracea var. Capitata L. ) Asal Kabupaten Bandung Barat dalam Bentuk Sampo
Antiketombe terhadap Jamur Malassezia furfur’. Bandung: Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaran November.

Anda mungkin juga menyukai