Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 17 No. 1, bulan Maret tahun 2020 online: jfi.setiabudi.ac.

id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Krim Ekstrak Daun Jati (Tectona
grandis L.) Sebagai Pewarna Rambut

Formulation and Physical Stability Test of Cream Containing Teak Leaf


(Tectona grandis L.) Extract As Hair Dye Agent
Arif Budiman1, Azhara Regita Vegy Miranda2, Arini Syarifah*
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuhwaluh, Dukuhwaluh, Kembaran, Purwokerto 53182, Indonesia
*email: arinisyarifah@ump.ac.id

(Tanggal diterima : 16-02-2020, Tanggal disetujui : 27-04-2020)

INTISARI
Para-Phenylenediamine (PPD) merupakan pewarna rambut sintetis yang banyak digunakan
pada produk pewarna rambut tetapi merupakan sensitizer yang sangat kuat dapat menyebabkan
reaksi kontak alergi yang parah. Oleh karena itu, dilakukan pengembangan formulasi pewarna
rambut dengan bahan aktif yang diperoleh dari daun jati. Daun jati mengandung antosianin yang
berperan sebagai zat pewarna.
Daun jati diekstraksi menggunakan metode ultrasound assisted extraction dengan pelarut
etanol 70% dan frekuensi 40 kHz selama 30 menit. Hasil ekstraksi kemudian diuapkan menggunakan
rotary evaporator. Formulasi pewarna rambut dibuat menggunakan ekstrak daun jati dengan
konsentrasi 10 (F1); 12,5 (F2); dan 15% (F3). Evaluasi fisik sediaan krim meliputi uji organoleptik,
homogenitas, pH, viskositas dan daya sebar. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan metode cycling test.
Krim pewarna rambut ekstrak daun jati memberikan warna coklat kemerahan terhadap
rambut. Hasil homogenitas menunjukan semua formula homogen. pH masing-masing formula
adalah 6,297 ± 0,118 (F1), 6,770 ± 0,010 (F2) dan 5,917 ± 0,045 (F3). Hasil viskositas masing-masing
formula adalah 11.400 ± 268,514 (F1), 11.463 ± 501,232 (F2) dan 11.687 ± 283,078 cPs (F3). Uji
daya sebar menunjukan hasil 5,326 ± 0,303 (F1), 5,072 ± 0,760 (F2), dan 5,050 ± 0,092 cm (F3). Hasil
uji stabilitas fisik berdasarkan nilai viskositas, pH dan daya sebar menunjukan F3 merupakan
formula yang paling stabil.
Kata kunci: Daun jati; krim; pewarna rambut; stabilitas fisik

ABSTRACT
Para-Phenylenediamine is a synthetic hair dye that is widely used in hair dye products and
has very strong sensitizer that can cause severe allergic reactions. Solution of this problem are the
development of hair dye formulations with active ingredients obtained from teak leaves. Teak leaves
contains anthocyanin which acts as a coloring agent.
Teak leaves were extracted using the ultrasound assisted extraction method with ethanol
70% with a frequency in 40 kHz for 30 minutes then evaporated using a rotary evaporator.
Formulation of hair dye using concentration extract : 10 (F1); 12.5 (F2); and 15% (F3). Physical
evaluation of cream hair dye are organoleptic, homogeneity, pH, viscosity and diffusion test. Stability
test using cycling test method.
Teak leaf extract cream gives a reddish brown color to the hair. Homogeneity test show all
formulas are homogeneous. pH test result of each formula was 6.297 ± 0.118 (F1), 6.770 ± 0.010
(F2) and 5.917 ± 0.045 (F3). The viscosity value of each formula was 11,400 ± 268,514 (F1), 11,463
± 501,232 (F2) and 11,687 ± 283,078 cPs (F3). Spreadability test showed long spreadability of each
formula was 5.326 ± 0.303 (F1), 5,072 ± 0.760 (F2), and 5,050 ± 0.092 cm (F3). The stability test
results show that F3 is the most stable formula.
Keyword : Teak leaf; cream; hair dye; physical Stability

52
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 17 No. 1, bulan Maret tahun 2020 online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

1. PENDAHULUAN
Pewarna rambut adalah sediaan kosmetik yang digunakan dalam tata rias
rambut baik untuk mengembalikan warna asalnya/menutupi atau untuk membuat
warna lain (Badan POM, 2008). Salah satu bahan kimia untuk pewarna rambut
adalah Para-Phenylenediamine (PPD) (1). PPD merupakan pewarna rambut yang
banyak digunakan sebesar 70% dari semua produk pewarna rambut. Namun, PPD
menjadi sensitizer yang sangat kuat, dengan kemampuan untuk menyebabkan
reaksi kontak alergi yang parah (2). The North American Contact Dermatitis
Research Group melaporkan tingkat prevalensi alergi PPD pasien pada uji Patch Test
sebesar 5 % pada tahun 2005 – 2006 dan meningkat menjadi sebesar 5,5% pada
tahun 2009 – 2010 (1). Di Indonesia, dalam surat edaran BPOM Nomor.
HK.05.02.1.42.09.16.1563 tahun 2016 disebutkan turunan PPD yaitu 2-
Methoxymethyl-p-Phenylenediamine dan 2-Methoxymethyl-p-Phenylenediamine
sulfate termasuk dalam bahan yang dilarang dalam kosmetika. Zat kimia sebagai
pewarna sintetis lainnya yaitu Rhodamin B. Pewarna rhodamin B secara
topikal/luar tubuh, bisa menyebabkan iritasi kulit, risiko kanker dan dalam
konsentrasi tinggi bisa menyebabkan kerusakan hati (3).
Pemakaian zat warna alami dalam sediaan kosmetika sebagai suatu solusi
sangat dibutuhkan karena efek sampingnya yang relatif kecil. Salah satu tanaman
yang dikenal memiliki zat warna alami adalah daun jati. Daun jati mangandung
pigmen alami antosianin yaitu zat sianidin yang cukup tinggi sehingga dapat
memberikan warna merah pada preparat (4;5). Pemberian ekstrak daun jati dosis
2000 dan 5000 mg/kg BB tidak memberikan efek toksik pada organ hati, ginjal, usus
halus, jantung, lambung, limpa, dan paru. Daun jati selama ini hanya digunakan
untuk pewarna dalam pengolahan makanan gudeg dan telur merah, pewarna kain
kapas, indikator alternatif titrasi asam-basa (6;7;8). Hasil penelitian oleh Arofiani
(9) menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96% daun jati menghasilkan warna cokelat
pada rambut dengan konsentrasi 10%. Semakin besar konsentrasi ekstrak pucuk
daun jati, maka warna rambut yang dihasilkan semakin gelap.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan membuat sediaan pewarna rambut
dari ekstrak tanaman daun jati dalam sediaan krim. Ekstrak daun jati
diformulasikan dalam bentuk krim karena belum ada penelitian krim pewarna
rambut ekstrak daun jati. Selain itu pemilihan krim dikarenakan krim lebih
menunjukkan keunggulan yaitu dari aspek kelembutan, kelunakan, dan
kenyamanan, serta lebih stabil jika dibandingkan dengan bentuk sediaan lain seperti
sediaan cair& gel (10).
2. METODE PENELITIAN
2.1 ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan untuk ekstraksi adalah ultrasonic bath (Branson),
rotary evaporator (IKA RV 10), blender ayakan nomor mesh 40 dan kertas saring.
Alat yang digunakan untuk formulasi adalah pipet tetes, pipet volume,
corong, alat gelas mortir, stamper, pH meter (Ohaus) dan viskometer (Brookfield),
Bahan yang digunakan untuk ekstraksi adalah daun jati dan etanol 70%, Bahan yang
digunakan formulasi adalah karbomer, natrium lauril sulfat, cocamide DEA, natrium

53
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 17 No. 1, bulan Maret tahun 2020 online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

sulfit, EDTA, ammonia, TEA, akuades, setil alkohol, asam stearat, hidrogen
peroksida, pereaksi AlCl3, ammonia solution, n-butanol, silica gel GF254 dan asam
asetat glacial.

Tabel 1. Komposisi Formula Sediaan Krim Ekstrak Daun Jati Dengan Berbagai Perbandingan
Konsentrasi Ekstrak
Nama Bahan Jumlah % (b/b)
F1 F2 F3 KN
Ekstrak daun jati 2 2,5 3 -
Karbomer 0,3 0,3 0,3 0,3
Natrium sulfit 0,06 0,06 0,06 0,06
EDTA 0,04 0,04 0,04 0,04
Ammonia 1,8 1,8 1,8 1,8
Hidrogen peroksida 4 4 4 4
Air suling 9,1 8,6 8,1 11,1
Natrium lauril sulfat 0,3 0,3 0,3 0,3
Cocamide DEA 0,5 0,5 0,5 0,5
Setil alkohol 1 1 1 1
Asam stearat 0,4 0,4 0,4 0,4
TEA 0,5 0,5 0,5 0,5

2.2 CARA KERJA


Proses Ekstraksi
Determinasi Tanaman
Dilakukan determinasi tanaman untuk menetapkan kebenaran sampel yang
digunakan dalam penelitian. Determinasi dilakukan di Laboratorium Lingkungan,
Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman.
Pengolahan Simplisia
Daun jati segar sebanyak 1 kg dicuci bersih dengan air mengalir dan
ditiriskan. Kemudian dikeringkan dengan sinar matahari. Simplisia kering
dihaluskan dengan blender dan diayak menggunakan ayakan berukuran 40 mesh
dan diperoleh simplisia halus.
Ekstraksi
300 gram daun jati yang telah kering dan halus ditambahkan pelarut etanol
70% dengan perbandingan rasio bahan pelarut 1:5 kemudian diekstraksi dengan
metode ultrasound assisted extraction (UAE). Pelarut etanol yang sudah
ditambahkan daun jati ditempatkan pada ultrasonic bath dengan menggunakan
frekuensi 40 kHz selama 30 menit. Hasil ekstraksi disaring dan filtratnya diuapkan
dengan rotary evaporator dengan suhu 40°C dan kecepatan 100 rpm hingga
diperoleh ekstrak etanolik daun jati (11).
Identifikasi Ekstrak
Identifikasi ekstrak dilakukakn dengan menggunakan metode Kromatografi
Lapis Tipis (KLT). Ekstrak daun jati sebanyak 0,5 g dicampur dengan 5 ml etanol
70%. Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF254 dan fase gerak campuran
n-butanol : asam asetat : air (4:1:5). Kemudian memasukan silika gel GF254 ke
dalam oven suhu 110°C selama 10 menit. 3µl sample ditotolkan pada lempeng KLT.

54
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 17 No. 1, bulan Maret tahun 2020 online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

Elusi dengan fase gerak yang sudah dijenuhkan selama 15 menit dengan jarak
rambat 8,5 cm. Keringkan lempeng tersebut diudara 10 menit. Amati dengan sinar
biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm. Selanjutnya diuapkan dengan amonia.
Panaskan pada suhu 110°C selama 10 menit. Amati lagi dengan sinar biasa dan
dengan sinar ultraviolet 366 nm. Dengan perlakuan yang sama seperti cara kerja di
atas dilakukan juga penyemprotan dengan pereaksi AlCl3 (12).
Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Daun Jati
Karbomer ditambah air secukupnya, ditambahkan TEA kemudian diaduk
sampai homogen (larutan 1). Natrium lauril sulfat, cocamide DEA, natrium sulfit,
EDTA dipanaskan pada suhu 85°C sampai larut, kemudian diaduk sampai homogen
(larutan 2). Larutan 1 dan larutan 2 dicampur kemudian ditambah ekstrak kental
daun jati dan ammonia sampai homogen (larutan 3). Setil alkohol dan asam stearat
dipanaskan sampai larut, ditambahkan hidrogen peroksida, lalu campur dengan
larutan 3, diaduk sampai homogen. Rancangan formula terdapat pada tabel 1.
Uji Sifat Fisik Krim Ekstrak Daun Jati
Uji Organoleptis
Pengamatan organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau terhadap sediaan
pewarna rambut.
Uji Homogenitas
Krim pada masing-masing formula diambil 1 gram dan dioleskan pada plat
kaca, diraba dan digosokkan. Massa krim harus menunjukan susunan homogen
yaitu tidak terasa adanya bahan padat pada kaca (13).
Uji Daya Sebar
Krim ditimbang 1 gram kemudian diletakkan diatas plat kaca dan biarkan
satu menit. Diameter sebar krim diukur dan ditambahkan 50 gram beban, diamkan
selama satu menit lalu di ukur diameter sebarnya, replikasi dilakukan sebanyak 3
kali (14).
Uji pH
Sebanyak 0,5 gram krim diencerkan dengan 10 ml aquadest. pH meter
dikalibrasi dengan menggunakan buffer pH 4 dan pH 7. Kemudian elektroda
dicelupkan dalam larutan sampel. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai
konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (15).
Uji Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer
Brookfield untuk mengetahu tingkat kekentalan dari sediaan. Prosedurnya yaitu
dengan memasang spindle No.4 pada alat kemudian dicelupkan kedalam sediaan
sampai batas tertentu dan atur kecepatan 50 rpm Pada suhu (25°C). Tiap masing-
masing pengukuran dibaca skalanya ketika jarum merah telah stabil nilai vikositas
diperoleh dari hasil perkalian dial reading dengan faktor koreksi khusus pada
masing-masing kecepatan spindle (3).
Uji Stabilitas Metode Cycling Test
Uji ini dilakukan dengan cara menyimpan sediaan krim dimasukkan ke
dalam refrigerator pada suhu 4°C selama 24 jam, kemudian dimasukkan ke dalam
oven pada suhu 40°C selama 24 jam sehingga terjadi 1 siklus. Pemeriksaan cycling

55
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 17 No. 1, bulan Maret tahun 2020 online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

test dilakukan sebanyak 6 siklus (16). Pengamatan hasil cycling test adalah
parameter organoleptik, homogenitas, pH, viskositas dan daya sebar disetiap
siklusnya.
Pengujian Pewarnaan terhadap Rambut
Sejumlah rambut yang telah dipucatkan dipotong 10 cm. Kemudian dicuci
dengan sampo dan dikeringkan. Sediaan krim ekstrak daun jati dioleskan secara
merata lalu didiamkan selama 90 menit. Rambut dicuci dengan sampo dan
dikeringkan kembali. Pengamatan dilakukan secara subjektif dan objektif dengan
diamati warna yang terbentuk (10). Pengamatan subjektif dilakukan identifikasi
warna oleh peneliti dan pengamatan objektif dengan menggunakan alat colour
reader CR – 10.
Analisis Hasil
Analisis hasil dilakukan secara deskriptif untuk pengamatan organoleptis
dan homogenitas. Hasil pengukuran pH, viskositas, daya sebar, daya lekat serta uji
stabilitas cycling test dilakukan uji normalitas data. Jika data terdistribusi normal
selanjutnya dilakukan uji anova satu arah untuk pengukuran pH, viskositas, daya
sebar dan daya lekat. Untuk cycling test , jika data terdistribusi normal dilakukan uji
anova dua arah.Kemudian dilanjutkan dengan Post hoc Test Tukey untuk
mengetahui perbedaan tersebut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. 1. Proses Ekstraksi
Determinasi Tanaman
Determinasi bertujuan untuk mengetahui atau memastikan kebenaran
identitas tanaman yang akan diteliti, untuk menghindari kesalahan dalam
pengumpulan bahan penelitian. Hasil dari determinasi tersebut menyatakan bahan
tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benar-benar tanaman
daun jati dari familia Lamiaceae spesies Tectona grandis, L .
Ekstraksi Daun Jati
Salah satu senyawa flavonoid yang terdapat di ekstrak daun jati yang dapat
memunculkan warna adalah antosianin. Antosianin terletak di intra seluler di dalam
vakuola sehingga untuk memudahkan penetrasi dan difusi antosianin ke dalam
pelarut dibutuhkan energi yang besar seperti energi pada gelembung kavitasi untuk
dapat memecah dinding sel simplisia (17). Oleh karena itu untuk mendapatkan
antosisanin maka menggunakan ekstraksi UAE yaitu memanfaatkan gelombang
ultrasonik yang ditransmisikan melalui pelarut untuk menyebabkan kavitasi mikro
pada sekeliling bahan yang akan diekstraksi sehingga terjadi pemanasan akhirnya
melepaskan senyawa ekstrak.

Gambar 1. Bercak setelah disemprot AlCl3 (kiri) dan setelah diuapkan ammonia (kanan)

56
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 17 No. 1, bulan Maret tahun 2020 online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

Efek mekanik yang ditimbulkan adalah memecah dinding sel tanaman


sekaligus meningkatkan transfer massa sehingga senyawa fitokimia yang
terkandung di dalam tanaman lebih banyak berdifusi kedalam pelarut (18).
Berdasarkan penelitian Sholihah (17), ekstraksi ultrasonik dapat meningkatkan
rendemen esktrak sebesar 1,02 – 2,66% dan meningkatkan kadar antosianin total
sebesar 23-88% dibandingkan dengan ekstraksi maserasi. Ekstrak kental yang
didapat yaitu sebanyak 59,09 gram dengan persentase rendemen sebanyak 19,69%.
Identifikasi Ekstrak
Hasil identifikasi dengan menggunakan metode KLT memberikan hasil
adanya bercak warna kuning dan biru (setelah disemprot dengan AlCl3) pada
gambar 1 dan pada gambar 2 memberikan warna biru menyala (setelah diberi uap
Amonia) di bawah lampu UV 366 nm. Hal tersebut menandakan adanya senyawa
flavonoid golongan antosianin (19).

3. 2. Formulasi & Pengujian Sifat Fisik Krim Ekstrak Daun Jati


Krim pewarna rambut yang diformulasikan tersaji dalam tabel 2 dan gambar
3. Hasil pengujian homogenitas sediaan krim ekstrak daun jati konsentrasi 10 ; 12,5
; dan 15% tidak ditemukan adanya gumpalan atau bahan padat pada plat kaca,
sehingga sediaan krim pewarna rambut ekstrak daun jati yang dibuat telah
tercampur secara homogen dan memiliki tekstur yang rata dan hasil pengukuran pH
pada tabel 2 menunjukkan bahwa pH pewarna rambut sesuai dengan kriteria pH
kulit kepala yaitu 5,0 – 9,0.
Data viskositas pada tabel 3 diuji statistik menggunakan One-Way Anova
dengan taraf kepercayaan 95%. Diperoleh hasil statistik yaitu nilai p > 0,05 (0,430)
artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif, FI, FII dan FIII.
Berdasarkan hasil viskositas dan daya sebar yang diperoleh (Tabel 3), dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun jati yang digunakan
dalam sediaan, semakin meningkat viskositas sediaan krim pewarna rambut.
Viskositas yang tinggi juga meningkatkan daya sebar dari krim pewarna rambut
(20). Pada formula 3 merupakan formula yang memiliki viskositas dan daya sebar
yang tinggi.

A B C
. . .

Gambar 2. Hasil Formulasi Krim Ekstrak Daun Jati Dengan


Konsentrasi 10% (A), 12,5% (B) dan 15% (C)

57
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 17 No. 1, bulan Maret tahun 2020 online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

Tabel 2. Hasil Pengamatan Organoleptis Krim Ekstrak Daun Jati


Formula Bentuk Warna Bau
KN Semi Padat Putih Khas
FI Semi Padat Cokelat Khas
F II Semi Padat Cokelat Muda Khas
F III Semi Padat Cokelat Pekat Khas

Tabel 3. Hasil Pengujian Sifat Fisik Krim Ekstrak Daun Jati


Formula Rata-Rata Hasil Pengujian ± SD (n=3)
pH rata-rata Viskositas (cPs) Daya Sebar (cm)
KN 5,257 ± 0,146 10.967 ± 810,082 5,011 ± 0,140
FI 6,297 ± 0,118 11.400 ± 268,514 5,326 ± 0,303
F II 6,770 ± 0,010 11.463 ± 501,232 5,072 ± 0,760
F III 5,917 ± 0,045 11.687 ± 283,078 5,050 ± 0,092
Keterangan :
KN : krim pewarna rambut tanpa daun ekstrak jati.
F I : krim pewarna rambut ekstrak daun jati dengan konsentrasi 10%
F II : krim pewarna rambut ekstrak daun jati dengan konsentrasi 12,5%
F III : krim pewarna rambut ekstrak daun jati dengan konsentrasi 15%

3. 3. Uji Stabilitas Metode Cycling Test


Pengamatan organoleptis menunjukkan bahwa bentuk dan bau dari ke tiga
formula setelah cycling test selama 6 siklus mengalami perubahan dimana warna
sediaan ketiga formula mengalami perubahan dari pekat menjadi lebih pucat.
Perubahan warna sediaan tersebut dikarenakan pada suhu tinggi, antosianin
mengalami perubahan struktur/ dekomposisi dengan 2 tahap yaitu pertama terjadi
hidrolisis ikatan glikosidik antosianin yang menghasilkan aglikon yang tidak stabil,
kemudian cincin aglikon terbuka membentuk gugus karbinol dan kalkon yang tidak
berwarna sehingga stabilitas warna antosianin menurun dan terjadinya pemucatan
warna (21; 22). Selain itu faktor suhu tinggi pada pemanasan menyebabkan
stabilitas warna antosianin rendah dikarenakan terjadinya kerusakan gugus
kromofor sehingga menyebabkan kerusakan warna (23).
Hasil uji pH (tabel 4) menunjukkan sediaan krim pewarna rambut ada
perbedaan yang bermakna antar siklus cycling test (P<0.005). Kemudian
dilanjutkan dengan Post hoc Test Tukey untuk mengetahui perbedaan tersebut.
Diperoleh adanya perbedaan yang bermakna antar semua siklus kecuali pada siklus
1 terhadap siklus 2; siklus 2 terhadap siklus 1; siklus 3 terhadap siklus 4 dan siklus
4 terhadap siklus 3 tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Untuk semua formula
nilai pH tetap memenuhi persyaratan pH sediaan untuk rambut.

Nilai viskositas sediaan krim pewarna rambut (tabel 6) pada FI, FII, dan FIII
setelah cycling test menjadi cenderung lebih cair. Hal tersebut dikarenakan suhu
panas yang diperoleh sediaan krim akan memperbesar jarak antara atom sehingga

58
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 17 No. 1, bulan Maret tahun 2020 online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

gaya antar atom menjadi berkurang, kemudian jarak yang merenggang tersebut
menyebabkan viskositas krim menurun (24).

Tabel 4 Hasil Uji pH Krim setelah Cycling Test


Siklus pH rata-rata ± SD
FI FII FIII
0 6,297 ± 0,118 6,770 ± 0,010 5,917 ± 0,045
1 6,230 ± 0,010 5,943 ± 0,046 5,813 ± 0,057
2 6,206 ± 0,042 5,873 ± 0,032 5,647 ± 0,055
3 6,053 ± 0,021 5,697 ± 0,051 5,447 ± 0,061
4 5,990 ± 0,030 5,687 ± 0,038 5,403 ± 0,107
5 5,797 ± 0,040 5,477 ± 0,025 5,210 ± 0,040
6 5,697 ± 0,206 5,240 ± 0,061 5,077 ± 0,059
Hasil analasis dengan Two Way Anova. menunjukkan adanya perbedaan
yang bermakna hasil viskositas pada siklus cycling test (P<0.005). Kemudian
dilanjutkan dengan Post hoc Test Tukey untuk mengetahui perbedaan tersebut. Hasil
cycling test diperoleh adanya perbedaan antara siklus 0 terhadap siklus 2, 3 dan 5;
siklus 1 terhadap siklus 2 dan 5; siklus 2 terhadap siklus siklus 0 dan 1; siklus 3
terhadap siklus 0; siklus 5 terhadap siklus 0, 1, dan 6; serta siklus 6 terhadap siklus
5.
Hasil uji daya sebar (tabel 6) tidak terdapat perbedaan bermakna antar siklus
test (P>0.005) sehingga dapat dikatakan perubahan suhu tidak berpengaruh
terhadap daya sebar krim ekstrak daun jati.
3. 4. Pengujian Pewarnaan Terhadap Rambut
Hasil pengamatan subjektif, Krim pewarna rambut ekstrak daun jati
memberikan warna coklat kemerahan terhadap rambut. Hal ini dikarenakan pada
ekstrak daun jati terdapat senyawa antosianin yang merupakan senyawa fenol yang
tersubstitusi oleh gugus glukosida dan mempunyai gugus kromofor (25). Adanya
ikatan rangkap terkonjugasi pada gugus kromofor yang terdapat dalam struktur
antosianin membuat antosianin dapat menyerap cahaya pada daerah sinar tampak
sehingga antosianin jenis sianidin memberikan warna oranye – merah (26).

Tabel 5. Hasil Uji Viskositas Krim setelah Cycling Test


Siklus Viskositas rata-rata (cPs) ± SD
FI FII FIII
0 11.400 ± 268,514 11.463 ± 501,232 11.687 ± 283,078
1 11.537 ± 402,782 11.227 ± 509,640 11.280 ± 310,000
2 10.789 ± 1188,606 10.294 ± 386,714 10.001 ± 208,857
3 10.867 ± 480,867 10.620 ± 229,129 9.819 ± 747,105
4 11.323 ± 430,852 10.523 ± 386,825 10.563 ± 983,515
5 10.727 ± 684,130 9.660 ± 222,243 9.998 ± 479,804
6 11.563 ± 35,119 10.988 ± 984,902 11.121 ± 881,037

59
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 17 No. 1, bulan Maret tahun 2020 online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

Tabel 6. Hasil Uji Daya Sebar Krim Ekstrak Daun Jati Setelah Cycling Test
Siklus Daya Sebar rata-rata (cm) ± SD
FI FII FIII
0 5,326 ± 0,303 5,072 ± 0,760 5,050 ± 0,092
1 5,271 ± 0,708 5,000 ± 0,039 4,667 ± 0,194
2 5,221 ± 0,296 5,131 ± 0,608 5,080 ± 0,398
3 5,288 ± 0,201 5,013 ± 0,406 4,817 ± 0,105
4 5,433 ± 0,269 5,192 ± 0,390 4,775 ± 0,187
5 5,254 ± 0,425 5,071 ± 0,344 4,758 ± 0,101
6 5,567 ± 0,388 5,096 ± 0,535 4,883 ± 0,383

Penilaian objektif dilakukan dengan cara mengukur intensitas warna


menggunakan alat colour reader CR – 10. Alat tersebut mengukur intensitas warna
dengan menggunakan sistem warna Hunter yaitu menghasilkan 3 parameter yaitu
koordinat L, a*, dan b*. Notasi L*: 0 (hitam); 100 (putih) menyatakan cahaya pantul
yang menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu dan hitam. Notasi a*: warna
kromatik campuran merah-hijau dengan nilai +a* (positif) dari 0 sampai +80 untuk
warna merah dan nilai –a* (negatif) dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Notasi b*:
warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai +b* (positif) dari 0 sampai +70
untuk warna kuning dan nilai –b* (negatif) dari 0 sampai -70 untuk warna biru .
Hasil pengukuran intensitas warna dapat dilihat di tabel 7.

Tabel 7. Hasil Pengukuran Warna Krim Ekstrak Daun Jati


Formula L a B
FI 21,267 -7,567 +11,867
FII 20,267 -7,267 +10,667
FIII 19,4 -7,767 +9,900

Pada pengolahan data warna ini ini akan menunjukan perbedaan warna dari
krim pewarna rambut ekstrak daun jati yang dihasilkan. Nilai L* pada formulasi
krim pewarna rambut ekstrak daun jati pada setiap formulasi semakin menurun
atau semakin mendekati nilai 0 yang artinya warna krim pewarna rambut semakin
gelap. Hal ini dikarenakan konsentrasi ekstrak yang digunakan. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak yang digunakan, maka warna yang dihasilkan akan lebih gelap
atau pekat. Berdasarkan nilai a* pada FI, FII dan FIII menunjukkan formulasi krim
ekstrak daun jati cenderung memiliki warna kromatik hijau. Nilai b* pada formulasi
krim ekstrak daun jati cenderung memiliki warna kromatik kuning.

Gambar 4. Hasil Pewarnaan Rambut Dengan Krim Ekstrak Daun Jati

60
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 17 No. 1, bulan Maret tahun 2020 online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ekstrak daun jati mempunyai efektivitas sebagai pewarna rambut alami yang
menghasilkan warna coklat kemerahan.
2. Ekstrak daun jati dapat diformulasikan sebagai krim pewarna rambut alami dan
memenuhi uji sifat fisik sediaan krim.
3. Hasil uji Cycling test menunjukan ketidakstabilan warna dari krim pewarna
rambut.

5. DAFTAR PUSTAKA
(1) Hamman, D. (2014). p-Phenylenediamine and Other Allergens in Hair Dye
Products in The United States: A Consumer Exposure Study. Contact
Dermatitis. 70: 213-218.
(2) Vogel, A. T., et al. (2015). p-Phenylenediamine Exposure in Real Life – A Case–
Control Study on Sensitization Rate, Mode and Elicitation Reactions in The
Northern Netherlands. Contact Dermatitis. 72: 355–361.
(3) Zaky, M., Susanti, T. R., Pratiwi, D. (2015). Pengembangan Formulasi dan Uji
Evaluasi Fisik Sediaan Pewarna Rambut Ekstrak Biji Pinang (Areca Catechu L.)
sebagai Pewarna Alami. Farmagazine. 2(1). 35-43.
(4) Nurwanti, M., Budiono, J. D., Pratiwi, R. (2013). Pemanfaatan Filtrat Daun
Muda Jati sebagai Bahan Pewarna Alternatif dalam Pembuatan Preparat
JaringanTumbuhan. BioEdu. 2(1).
(5) Baharuddin, A., Saokani, A. J., Risnah, I. A. (2015). Karakteristik Zat Warna
Daun Jati (Tectona grandis) Fraksi Metanol : n-Heksana sebagai
Photosensitizer pada Dye Sensitized Solar Cell. Chemica et Natura. 3(1): 37-41.
(6) Sulaksana, J. (2005). Kemuning dan Jati Belanda dan Pemanfaatan untuk
Obat.Penebar Swadaya, Jakarta.
(7) Rosyida, A., Achadi, D. (2014). Pemanfaatan Daun Jati Muda untuk
Pewarnaan Kain Kapas pada Suhu Kamar. Arena Tekstil. 29(2): 115-124.
(8) Pratama, Y. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Daun Jati (Tectona grandis Linn.
F.)sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa. Skripsi. Semarang.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Semarang.
(9) Arofiani, Neni. 2015. Penggunaan Ekstrak Pucuk Daun Jati (Tectona grandis
L.f) sebagai Pewarna Rambut. Skripsi. Sumatera Utara : Universita Sumatera
Utara
(10) Latirah. Indrawati, T., Purba, A. V. (2015). Pengembangan Pewarna Rambut
dariEkstrak Kental Gambir (Uncaria gambir Roxb.) dalam Sediaan Setengah
Padat. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 13(1): 89-93.
(11) Januarti, I. B., Santoso, A., Razak, A. S. (2017) . Ekstraksi Senyawa Flavonoid
Daun Jati (Tectona grandis L.) Dengan Metode Ultrasonik (Kajian Rasio Bahan
: Pelarut Dan Lama Ekstraksi). Media Farmasi Indonesia. 12 (2).
(12) Lestari, P. P., Kusrini, D., Anam, K. (2014). Anthocyanin Identification of
Methanol-HCl Extract Active Fraction in Rosella (Hibiscus Sabdariffa.L)

61
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 17 No. 1, bulan Maret tahun 2020 online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

and Its Potential as Xanthine Oxidase Inhibitor. Jurnal Sains dan


Matematika. 22 (3): 72-78.
(13) Sanja, T. 2011. Uji Sifat Fisis Gel Antiacne Ekstrak Etanol Gambir (encaria
gambir) Dalam Basis Na alginate & Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap
Staphylococcus auereus. Purwokerto. Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
(14) Aji, P. B. 2012. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun Ketepeng Cina dan Uji
Aktivitas Antifungsinya Terhadap Trichophyton Meniagrephtes. Skripsi.
Purwokerto. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
(15) Lubis, E. S. dan Reveny, J. (2012). Pelembab Kulit Alami Dari Sari Buah Jeruk
Bali [ Citrus maxima (Burm.) Osbeck ] Natural Skin Moisturizer From
Pomelo Juice [Citrus maxima (Burm.) Osbeck ]. Journal of Pharmaceutics
and Pharmacology. 1(2):104–111.
(16) Rieger, M. (2000). Harry’s Cosmeticology (8th Edition). New York:
Chemical Publishing Co Inc.
(17) Sholihah, M. 2016. Ultrasonic-Assisted Extraction antioksidan Dari Kulit
Manggis. Tesis. Bogor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
(18) Mandal, S.C., Mandal, V. dan Das, A.K. (2015). Essentials of Botanical
Extraction : Principles and Application. Elsevier.
(19) Markham, K. R. (1982). Techniques Of Flavonoid Identification. Bandung :
Penerbit ITB.
(20) Alfath, A., M. 2012. Formulasi Krim Ekstrak Etanolik Buah Mahkota Dewa
(Phaleria Macrocarpa (Scheff) Boerl.) Dengan Basis A/M Dan M/A. Skripsi.
Surakarta. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(21) Markakis,P. (1982). Anthocyanins as Food Colors. NewYork : Academic Press.
(22) Winarti S. dan Firdaus A., (2010). Stabilitas Warna Merah Ekstrak Bunga Rosela
Untuk Pewarna Makanan Dan Minuman. Surabaya. Jurnal Teknologi Pertanian.
1(2). 87-93.
(23) Hidayah, T. 2013. Uji Stabilitas Pigmen Dan Antioksidan Hasil
Ekstraksi Zat Warna Alami Dari Kulit Buah Naga (Hylocereus undatus).
Skripsi. Semarang. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Semarang.
(24) Alfred, M. (1993). Farmasi Fisika Edisi 3. Jakarta : Universitas Indonesia.
(25) Anggraini, A. 2016. Aplikasi Antosianin Dari Kubis Merah (Brassica
oleracea.var. capitata L. f. rubra) Sebagai Senyawa Kemosensor Anion.
Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada.
(26) Priska, M., et al. 2018. Review: Antosianin Dan Pemanfaatannya.
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry). 6 (2) : 2302-7274.

62
Jurnal Farmasi
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai