Anda di halaman 1dari 32

FORMULASI SEDIAAN LIP BALM DARI SARI BUAH JAMBU

BIJI MERAH (Psidium guajava L.) SEBAGAI PELEMBAB


BIBIR

PROPOSAL

Oleh:

UTARI WARDANI
1701011389

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik dikenal manusia sejak beradab-adab yang lalu. Pada abad ke-19,

pemakaian ksometik mulai mendapat perhatian, selain untuk kecantikan juga

untuk kesehatan. Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern

adalah untuk kebersihan pribadi, daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa

percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan

sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan (1).

Bibir merupakan salah satu bagian pada wajah yang penampilannya

mempengaruhi keindahan wajah. Lapisan korneum hanya terdiri dari 3 sampai 4

lapisan dan berukuran sangat tipis bila dibandingkan dengan kulit biasa (2).

Akibat dari fungsi perlindungan yang buruk, bibir sangat rentan terhadap

pengaruh lingkungan serta berbagai produk perawatan kesehatan dan produk

perawatan kulit lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan kulit yaitu bibir

menjadi kering, pecah-pecah, dan warna yang kusam sehingga menimbulkan rasa

tidak nyaman. Untuk mengatasi ini digunakan kosmetik pelembab bibir yang

dikenal dengan lip balm (3).

Lip balm adalah sediaan perawatan yang dioleskan pada bibir. Tujuannya

untuk melembabkan bibir agar tidak mudah kering dan pecah-pecah. Biasanya lip

balm digunakan untuk bibir yang membutuhkan perlindungan, biasanya pada

keadaan kelembaban udara yang rendah atau karena suhu yang terlalu dingin. Lip

balm sering mengandung beeswax atau lilin karnauba, setil alkohol, lanolin,

1
2

parafin, petrolatum, dan bahan-bahan lainnya. Lip balm merupakan sediaan

kosmetik yang dibuat dengan basis yang sama dengan basis lipstik, namun tanpa

warna, sehingga terlihat transparan (4).

Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan buah yang dapat dimanfaatkan

sebagai bahan pangan fungsional karena memiliki fungsi untuk kesehatan. Sifat

fungsional yang dimiliki jambu biji disebabkan oleh terdapatnya vitamin C yang

cukup tinggi. Dalam buah jambu biji terdapat zat kimia lain yang dapat

mempengaruhi aktivitas antioksidan, seperti senyawa flavanoid, kombinasi saponin

dengan asam oleanolat, guaijavarin dan quercetin (5). Buah jambu biji kaya akan

karbohidrat, vitamin C, serta merupakan sumber zat besi yang baik dan sumber

kalsium, fosfor dan vitamin A.

Kandungan nutrisi dalam 100 gram buah jambu biji merah terdapat energi

51 kkal; karbohidrat 11,88 g; protein 0,82 g; lemak 0,6 g, dan vitamin C 183,5 mg

dan bagian yang dapat dimakan sebanyak 82%. Sebagian besar vitamin C jambu

biji terkonsentrasi pada kulit serta daging bagian luarnya yang lunak dan tebal,

serta kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang (6).

Jambu biji mengandung serat pangan sekitar 5,6 g per 100 g daging buah.

Jenis serat yang cukup banyak terkandung dalam jambu biji adalah pektin, yang

merupakan jenis serat yang bersifat larut dalam air. Jambu biji juga mengandung

vitamin C yaitu sebanyak 87 mg/100 g (7). Menurut Chin and Yong (1980) dalam

Ratnawati (2009), jambu biji memiliki komposisi 74-87 % air, 0,5-1,0 % abu, 0,4-0,7

% lemak, dan 0,8-1,5% protein. Selain itu jambu biji juga kaya vitamin B, riboflavin,

dan beberapa mineral. Warna merah pada jambu menunjukkan bahwa jambu biji

merah mengandung vitamin A lebih tinggi dibandingkan jambu biji putih.


3

Lip balm tentu menjadi salah satu barang yang familiar bagi kebanyakan

orang, khususnya bagi para kaum hawa. Alat kosmetik yang berfungsi untuk

melembabkan bibir ini kerap dibawa di dalam tas wanita sebagai suatu kebutuhan

untuk menjaga penampilan ataupun sekadar untuk menjaga bibir tetap lembab

sepanjang hari.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk memformulasikan sari

buah jambu biji merah dalam sediaan lip balm.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Apakah sari buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) dapat

diformulasikan dalam sediaan lip balm?

2. Konsentrasi berapakah yang paling baik pada penggunaan sediaan lipbalm

yang mengandung sari buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) untuk

meningkatkan kelembaban pada bibir?

1.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitiannya

sebagai berikut:

1. Sari buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) dapat diformulasikan

dalam sediaan Lip balm.

2. Konsentrasi yang paling paling baik pada penggunaan sediaan lip

balmyang mengandung sari buah jambu biji merah (Psidium guajava L.)

pada konsentrasi10%.
4

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk dapat mengetahui sari buah jambu biji merah (Psidium guajava L.)

dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm.

2. Untuk dapat mengetahui konsentrasi yang paling baik pada penggunaan

sediaan lipbalm yang mengandung sari buah jambu biji merah (Psidium

guajava L.)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah

bahwa sari buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) dapat diformulasikan

dalam sediaan lip balm yang memiliki efek sebagai pelembab bibir.
5

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikiran dapat dilihat pada gambar 1.1

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

1. Uji Organoleptis
Sifat mutu fisik 2. Uji Homogenitas
3. Suhu Lebur
Sari buah jambu biji
4. Uji pH
merah (Psidium guajava. 5. Uji Stabilitas
L.) dengan konsentrasi
5%, 7,5% dan 10% 1. Uji Iritasi
Efektivitas 2. Uji Kelembaban
3. Uji Kesukaan (Hedonic)

Gambar 1.1. Kerangka Pikir penelitian


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jambu Biji Merah (Psidium Guajava L.)

Buah jambu biji dapat bermanfaat sebagai makanan buah segar maupun

olahan yang mempunyai gizi dan mengandung vitamin A dan vitamin C yang

tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambu biji mempunyai rasa dan aroma yang khas

disebabkan oleh senyawa eugenol. Tidak hanya buahnya, pohon, daun, akar, dan

kayunya juga memiliki banyak manfaat antara lain: pohonnya sering digunakan

sebagai pembatas di pekarangan dan sebagai tanaman hias, daun dan akarnya juga

dapat digunakan sebagai obat tadisional, dan kayunya dapat dibuat berbagai alat

dapur karena memiliki kayu yang kuat dan keras (8).

2.1.1. Morfologi dan Biologi Tanaman Jambu Biji (Psidium Guajava L.)

Merah

Tanaman jambu biji merupakan salah satu spesies dari famili Myrtaceae.

Jambu biji yang berbentuk bulat dan berbentuk buah pir dahulu dianggap sebagai

spesies terpisah; P. pomiferum L. dan P. pyriferum L., tetapi sekarang hal tersebut

dianggap sebagai variasi saja (9).

Jambu biji merupakan tanaman semak atau perdu, tingginya dapat

mencapai 9 meter. Batang muda berbentuk segiempat berwarna hijau atau merah

muda, dengan rambut berwarna keabu-abuan.(10). Batang tua bulat, kulit batang

licin berwarna coklat kemerahan dengan lapisan yang tipis dan mudah terkelupas.

Bila kulitnya dikelupas akan terlihat bagian dalam batangnya berwarna hijau dan

berair.

6
7

Tanaman jambu biji memiliki kanopi yang pendek, percabangannya bebas

dari bawah ke atas, sering tumbuh tunas liar di dekat pangkal batang. Tunas

tersebut dapat digunakan sebagai bahan tanam atau bibit. Pertumbuhan tunas

tanaman jambu biji bersifat indeterminan, dan batang atau cabang jambu biji

dapat tumbuh terus memanjang yang kadang-kadang dapat menekan pertumbuhan

tunas lateral (11).

Daun jambu biji mengeluarkan aroma jika diremas, berwarna hijau,

mempunyai daun tunggal dan bertangkai pendek. Kedudukan daunnya dapat

bersilangan, letak daunnya berhadapan dan bertulang daun menyirip. Bentuk

daunnya bulat atau bulat telur dengan pinggiran rata melingkar dan ujung

meruncing. Menurut Rismunandar (1989) ada korelasi antara bentuk daun dengan

bentuk buahnya, jambu biji yang berdaun kecil-kecil buahnya pun kecil (jambu

kerikil).

Bunga merupakan bunga sempurna yaitu benang sari (sekitar 250 helai)

dan putik terdapat pada satu bunga. Sujiprihati (1985) mengungkapkan bahwa

mahkota bunga jambu biji Bangkok berjumlah 4 – 10 helai, dengan bentuk daun

mahkota bulat telur. Bunga akan mekar penuh pada pagi hari.

Buah jambu biji memiliki variasi yang besar baik dalam ukuran buah,

bentuk buah, maupun warnanya (12). Buah berdompolan, bentuknya globose,

bulat telur, lonjong atau berbentuk buah pir, dengan ukuran beragam diameter

sekitar 2,5 – 10 cm tergantung pada sifat bawaan, umur pohon, kesuburan tanah,

dan ketersediaan air (10).


8

Kulit buahnya halus atau tidak rata, berwarna hijau tua ketika masih muda

dan berubah menjadi hijau sampai hijau kekuning-kuningan setelah masak.

Daging buahnya berwarna putih, kuning, pink atau merah dengan sel-sel batu

sehingga bertekstur kasar, berasa asam sampai manis, dan beraroma “musky”

ketika masak (13). Daging dalamnya bertekstur lunak, dan berwarna lebih gelap

dan berasa lebih manisdari daging luarnya, secara normal dipenuhi biji-biji yang

keras berwarna kuning sekitar 1 – 2% (12).

2.2.1 Sistematika Tumbuhan

Berdasarkan taksonominya tanaman jambu biji merah (Psidium guajava

L.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava (L.)

Nama Lokal : Jambu biji merah


9

Gambar 2.1. Buah jambu biji merah

2.2.2 Nama Daerah

Setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan dalam penyebutan nama

jambu biji, diantaranya, Sumatra: glima breueh (Aceh), glimeu beru (Gayo),

galiman (Batak Karo), masiambu (Nias), biawas, jambu biji, jambu batu, jambu

klutuk (Melayu). Petokal, jambu krikil, jambu krutuk (jawa), jhambu bhender

(Madura). (14).

2.2.3 Kandungan Kimia

Kandungan kimia dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 2.1. Kandungan Kimia

No. Kandungan Gizi Jumlah Kandungan Gizi Satuan


1. Kalori 49,000 (kalori)
2. Protein 0,90 (gram)
3. Lemak 0,30 (gram)
4. Karbohidrat 12,20 (gram)
5. Kalsium 14,00 (mg)
6. Fosfor 28,00 -
7. Zat besi 1,10 -
8. Vitamin A 25,00 (S.I.)
9. Vitamin B 0,02 (mg)
10. Vitamin C 87,00 (mg)
11. Air 86,00 (gram)
Sumber: (15).
10

2.2.4 Kandungan Dalam Buah Jambu Biji Merah

Kandungan nutrisi, vitamin, dan mineral dalam buah jambu biji merah

antara lain :

1. Antioksidan

Terong Belanda mengandung anthocyanin, merupakan antioksidan yang

sangat ampuh melindungi kita dari dampak lingkungan yang buruk, terutama

matahari. Manfaat anthocyanin tersebut dijumpai paling sedikit setelah 24 jam

mengonsumsi terong belanda, sehingga menjadikan pertahanan terhadap efek

buruk radikal bebas.

2. Vitamin A

Vitamin A adalah vitamin yang dibutuhkan oleh retina mata. Molekul

vitamin A akan membantu retina mata menyerap cahaya. Selain itu vitamin A

sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan kulit dan tulang.

3. Vitamin B

Beberapa anggota keluarga dari vitamin B yang terkandung dalam buah

jambu biji merah, antara lain B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6. Vitamin B1 atau

tiamin adalah vitamin yang terlarut dalam air. Tiamina disintesis dalam bakteri,

fungi, dan tanaman. Tiamina berperan sangat vital agar otak dapat bekerja dengan

normal.

4. Vitamin C

Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan

memiliki peran penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin C termasuk


11

golongan antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas. Dalam

100mg terong belanda mengandung 60mg vitamin C.

5. Vitamin E

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa vitamin E baik untuk menjaga

kesehatan kulit manusia dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Vitamin

E juga berguna untuk menjaga kelembaban kulit serta membuat kulit wajah

tampak lebih cerah dan bercahaya, menghilangkan flek hitam pada wajah serta

menghilangkan keriput pada wajah. Oleh sebab itu, vitamin E pada jus terong

belanda dipercaya dapat mencegah penuaan dini pada sel jaringan kulit tubuh

manusia.

2.2.5 Manfaat Buah Jambu Biji Merah

Jambu biji sangat tinggi kandungan vitamin C. Vitamin C berperan

sebagai antioksidan yang berguna untuk melawan serangan radikal bebas

penyebab penuaan dini. Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain

buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk

makanan dan minuman. Selain itu, buah jambu biji bermanfaat untuk pengobatan

(terapi) bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan,

menurunkan kolesterol, menghilangkan rasa lelah dan lesu, dan sariawan. Selain

buahnya, bagian tanaman lainnya, seperti daun, kulit akar maupun akarnya, dan

buahnya yang masih muda juga berkhasiat obat untuk menyembuhkan penyakit

sariawan, gusi bengkak (16).


12

2.3 Pengertian Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari

bahan-bahan alami yang terdapat disekitar. Sekarang kosmetik dibuat tidak hanya

dari bahan alami tetapi juga bahan sintetis untuk maksud meningkatkan

kecantikan (4).

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital

bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,

mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau

melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (1).

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk

kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa

percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan

sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara

umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (17).

2.3.1 Penggolongan Kosmetik

Berdasarkan penggolongannya, kosmetik dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Kosmetik Perawatan Kulit (Skin-care Cosmetics)

Jenis kosmetik ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit.

Termasuk didalamnya adalah:

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): misalnya sabun,

cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).


13

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer): misalnya,

moisturizing cream, night cream, anti-wrinkle cream, lip balm.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen

foundation, sun block cream / lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling),

misalnya scrub cream.

2. Kosmetik Riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis kosmetik ini diperlukan untuk merias dan menutupi cacat pada kulit

sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta

menimbulkan efek psikologis yang baik.

2.3.2 Kosmetik Pelembab

Kosmetika pelembab perlu dipakaikan terutama pada kulit yang kering

atau normal cenderung kering. Kosmetika pelembab dibedakan atas dua tipe yaitu:

1. Kosmetika yang didasarkan pada lemak

Kosmetika yang didasarkan pada lemak akan membentuk lapisan lemak di

permukaan kulit untuk mencegah penguapan air kulit dan menyebabkan

kulit menjadi lembab dan lembut.

2. Kosmetika yang didasarkan pada gliserol atau humektan

Kosmetika yang didasarkan pada gliserol atau humektan sejenis akan

membentuk lapisan yang bersifat higroskopis yang akan menyerap uap air

dari udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini

membuat kulit romat lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum

corneum kulit (1).


14

2.4 Bibir

2.4.1 Kulit Bibir

Kulit bibir mengandung sel melanin yang sangat sedikit, pembuluh darah

lebih jelas terlihat melalui kulit bibir yang memberi warna bibir kemerahan yang

indah. Lapisan korneum pada kulit biasanya memiliki 15 sampai 16 lapisan untuk

tujuan perlindungan. Lapisan korneum pada bibir mengandung sekitar 3 sampai 4

lapisan dan sangat tipis romaticg kulit wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki

folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi

bibir dari lingkungan luar (2).

2.4.2 Bibir Kering

Bibir kering dan pecah-pecah merupakan gangguan yang umum terjadi

pada bibir. Penyebab umum terjadinya bibir kering dan pecah-pecah yaitu

kerusakan sel keratin karena sinar matahari dan dehidrasi. Sel keratin merupakan

sel yang melindungi lapisan luar pada bibir. Paparan sinar matahari menyebabkan

pecahnya lapisan permukaan sel keratin. Sel keratin yang pecah akan rusak. Sel

yang rusak akan terjadi secara terus menerus sampai sel tersebut terkelupas dan

tumbuh sel yang baru (18).

Gambar 2.2 Bibir Kering

Selain itu, penyebab bibir kering dan pecah-pecah adalah dehidrasi. Air

merupakan material yang sangat penting terhadap kelembaban kulit. Dehidrasi

terjadi karena asupan cairan yang tidak cukup atau kehilangan cairan yang
15

berlebihan disebabkan oleh pengaruh lingkungan (18).

2.5 Lip Balm

2.5.1 Pengertian Lip Balm

Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen utama seperti

lilin, lemak dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan

untuk mencegah terjadinya kekeringan dengan meningkatkan kelembaban bibir

dan melindungi pengaruh buruk lingkungan pada bibir (19).

Aplikasi lip balm tidak memberikan efek warna. Lip balm hanya

memberikan sedikit kesan basah dan cerah pada bibir. Lip Balm memang

dirancang untuk melindungi dan menjaga kelembaban bibir. Kandungan yang

terdapat dalam lip balm adalah zat pelembab dan vitamin untuk bibir (20).

Saat lip balm dioleskan ke bibir, ia bertindak sebagai sealant mencegah

hilangnya kelembaban melalui penguapan. Perlindungan ini memungkinkan bibir

untuk rehidrasi melalui akumulasi kelembaban pada antarmuka lip balm-stratum

corneum (21).

2.5.2 Manfaat Penggunaan Lip Balm

Manfaat dari lip balm adalah sebagai berikut :

a. Lip balm memberikan nutrisi yang dibutuhkan agar bibir tetap lembut dan

sehat.

b. Lip balm dapat digunakan oleh laki-laki maupun perempuan.

c. Produk lip balm membantu melindungi bibir dari keadaan luka, kering,

pecah-pecah dan cuaca dingin dan kering.


16

d. Kontak produk menyebabkan sensasi dengan kulit tidak akan

menyebabkan gesekan atau kekeringan, dan harus memungkinkan

pembentukan lapisan diatas bibir untuk melindungi lender labial yang

rentan terhadap faktor lingkungan seperti radiasi UV, kekeringan, dan

polusi.

e. Penggunaan kosmetik bibir alami untuk memperbaiki penampilan wajah

dan kondisi kulit bibir (22).

2.5.2 Komponen Lip Balm

Adapun komponen utama dalam lip balm terdiri dari:

1. Lilin

Secara kimia, wax (lilin) adalah campuran hidrokarbon dan asam lemak

yang kompleks dikombinasikan dengan ester. Lilin lebih keras, kurang berminyak

dan lebih rapuh daripada lemak. Lilin sangat tahan terhadap kelembaban, oksidasi

dan bakteri. Ada empat kategori dari lilin sebagai berikut: (a) Lilin hewani,

contohmya yaitu lilin lebah, lanolin, Spermaceti; (B) Lilin nabati, contohnya yaitu

carnauba, candelilla, jojoba; (C) Lilin mineral, contohnya yaitu ozokerite, parafin,

mikrokristalin, ceresin; (D) Lilin sintetis, contohnya yaitu polyethylene,

carbowax, acrawax, stearon. Lilin yang paling banyak digunakan untuk kosmetik

adalah lilin lebah (beeswax), carnauba dan candelilla wax. Secara fisik, lilin

ditandai dengan titik leleh tinggi (50 -100oC). Lilin yang paling banyak

digunakan adalah beeswax yang merupakan emolien yang bagus dan pengental.

Dua wax alami lainnya sering digunakan dalam kosmetik adalah lilin carnauba
17

dan candelilla. Keduanya lebih keras dan memiliki titik leleh yang lebih tinggi

membuat mereka lebih stabil (2).

2. Lemak

Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi

untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,

mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lip balm. Fungsi yang lain dalam

proses pembuatan lip balm adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase

minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat

yang biasa digunakan dalam basis lip balm adalah lemak coklat, lanolin, lesitin,

minyak terhidrogenisasi dan lain-lain (2).

3. Minyak

Asam lemak dapat berupa asam lemak jenuh atau tidak jenuh yang

menentukan stabilitas dari minyak. Minyak dengan asam lemak jenuh tingkat

tinggi (laurat, miristat, palmitat dan asam stearat) termasuk minyak kelapa,

minyak biji kapas, dan minyak kelapa sawit. Minyak dengan tingkat asam lemak

tak jenuh yang tinggi (asam oleat, arakidonat, linoleat) misalnya minyak canola,

minyak zaitun, minyak jagung, minyak almond, minyak jarak dan minyak alpukat.

Minyak dengan asam lemak jenuh lebih stabil dan tidak menjadi anyir secepat

minyak tak jenuh. Namun, minyak dengan asam lemak tidak jenuh lebih halus,

lebih mahal, kurang berminyak, dan mudah diserap oleh kulit (2).

2.5.3 Zat Tambahan Dalam Lip Balm

Zat tambahan dalam lip balm adalah zat yang ditambahkan dalam formula

lip balm untuk menghasilkan lip balm yang baik, yaitu dengan cara menutupi
18

kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik,

tidak menimbulkan alergi, stabil dan dapat bercampur dengan bahan lain dalam

formula lip balm. Zat tambahan yang digunakan yaitu pengawet dan humektan.

1. Pengawet

Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh didalam sediaan lip balm

sebenarnya sangat kecil karena lip balm tidak mengandung air. Akan tetapi

ketika lip balm diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi

pada permukaan lip balm sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme.

Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lip balm.

Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben

(23).

2. Humektan

Humektan adalah material water soluble dengan kemampuan absorbsi air

yang tinggi. Humektan dapat menggerakkan air dari atmosfer. Humektan

yang baik memiliki kemampuan untuk meningkatkan absorbsi air dari

lingkungan untuk hidrasi kulit. Contoh humektan adalah gliserin, sorbitol,

dan propilen glikol (23).

2.5.4 Komponen Lip balm

Komposisilip balmyang digunakanadalah :

1. Gliserin

C3H8O3

a. Pemerian: cairan jernih seperti sirup, tidak bewarna, rasa manis, tidak

berbau, higroskopis, netral terhadap lakmus. Jika disimpan beberapa


19

lama suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak

berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang

20ºC.

b. Kelarutan: dapat bercampur dengan air dan etanol; praktis tidak larut

dalam kloroform p, eter minyak lemak dan minyak menguap.

c. Kegunaan: pengawet, emolien dan humektan.

d. Konsentrasi: pengawet ≥ 20%, emolien/humektan 1-0%.

e. Stabilitas: karena bersifat higroskopis maka terdekomposisi dengan

panas dan akan terjadi akrolein yang menyebabkan racun.

f. Wadah: dalam wadah tertutupbaik, terlindung, dari cahaya dan sejuk

(24).

2. Cera Alba

a. Pemerian: Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan; bau khas

lemah.

b. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol

(95%) pendingin; larut dalam kloroform p, dalam eter p hangat, dalam

minyak lemak dan dalam minyak atsiri.

c. Kegunaan: zat tambahan.

d. Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya

(24).
20

3. Cera Flava

a. Pemerian: Zat padat; coklat kekuningan; bau enak seperti madu; agak

rapuh jika dingin; menjadi elastic jika hangat dan bekas patahan buram

dan berbuti-butir.

b. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol (95%)

pendingin; larut dalam kloroform p, dalam eter p hangat, dalam

minyak lemak dan dalam minyak atsiri.

c. Kegunaan: zat tambahan.

d. Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya

(24).

4. Nipagin

C8H8O3

a. Pemerian: hablur kecil tidak bewarna atau serbuk hablur, tidak berbau

atau berbau khas lemah dan mempunyai sedikit rasa terbakar.

b. Kelarutan: sukar larut dalam air, dalam romati dan dalam karbon

tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan eter.

c. Konsentrasi: 0,02-0,3% untuk sediaan romati.

d. Kegunaan: anti mikroba dan pengawet.

e. Wadah: dalam wadah tertup baik (24).

5. Nipasol

C10H1203

a. Pemerian: serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.


21

b. Kelarutan: sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan

dalam eter, sukar larut dalam air mendidih.

c. Dosis lazim: 0,01-0,6%.

d. Khasiat: anti mikroba dan pengawet.

e. Wadah: dalam wadah tertup baik (24).

6. BHT (Butil Hidroksi Toluenan)

C15H24O

a. Pemerian: hablur padat, putih dan bau khas lemah.

b. Kelarutan: tidak larut dalam air dan propilen glikol mudah larut dalam

etanol, mudah larut dalam kloroform dan dalam eter.

c. Kegunaan: antiolsidant sintetik.

d. Wadah: dalam wadah tertup baik (24).

7. Oleum cacao

a. Pemerian: lemak padat, putih kekuningan; bau khas romatic; rasa khas

lemak; agak rapuh.

b. Kelarutan: sukar larut dalam etanol (95%)p, mudah larut dalam

kloroform p, dalam eter p dan dalam minyak eter minyak tanah p.

c. Titik lebur: 31-34ºC.

d. Kegunaan: zat tambahan. (24)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental

(Experiment Research). Suatu tahap penelitian dengan melakukan kegiatan

percobaan untuk mengetahui pengaruh yang ada, sebagai akibat dari adanya

perlakuan tertentu. Dimana dapat dilihat pada variable bebas yaitu formulasi

sediaan lip balm dari sari buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) dengan

konsentrasi 5%, 7,5%, dan 10% (25).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kosmetologi Institut Helvetia

Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Jadwal penelitian dilakukan pada bulan Juli-selesai 2021.

3.3 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah buah jambu biji merah

(Psidium guajava L.) diambil secara purposive sampling (tanpa

membandingkan dengan daerah lain), yang diperoleh dari Pasar

Tradisional Marelan.

22
23

3.4 Determinasi

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah buah jambu biji merah

(Psidium guajava L.) yang diperolehdari Pasar Tradisional Marelan. Kemudian

dideterminasi di HERBARIUM MEDANENSE (MEDA) dibidang botani

Sumatera Utara.

3.5 Alat dan Bahan

3.5.1 Alat

Alat yang digunakan untuk penelitian adalah blender, cawan penguap,

kaca objek, kertas perkamen, neraca analitik, lumpang dan alu, beaker glass,

batang pengaduk, oven, penangas air, penjepit tabung, pH meter (Hanna

Instrument), pipet tetes, spatula, sudip, dan wadah lip balm, moisture checker.

3.5.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :Buah jambu biji merah (Psidium guajava L.), Gliserin, Cera Alba,

Aquades, Lanolin, Nipagin, dan Oleum cacao.

3.6 Persiapan Bahan Penelitian

3.6.1 Pembuatan Sari buah jambu biji merah (Psidium guajava L.)

Buah jambu biji merah yang sudah masak dengan berat 5kg dicuci bersih

kemudian buah jambu biji merah sebanyak 4,5 kg kemudian dihaluskan

menggunakan blender lalu disaring. Dihasilkan sari 2000 gram dan diuapkan

didalam cawan proselin menggunakan water bath pada suhu 90 ºC dengan tekanan
24

2 atm , sampai diperoleh sari buah jambu biji merah yang kental sebanyak 208,4

gram(26)

3.7 Formula Lip balm

Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lip balm dalam penelitian ini

dengan komposisi sebagai berikut:

R/ Gliserin 5

Cera Alba 10

Cera Flava 12

Nipagin 0,18

Nipasol 0,02

BHT 0,05

Oleum cacao ad 100 (25)

3.7.1 Modifikasi Formula Lip balm

Selanjutnya dilakukan pengembangan formulasi sediaan lip balm yang

mengandung sari buah jambu bijimerah dengan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10%

karena memberikan kelembaban yang cukup baik. Sebagai blanko juga dibuat

sediaan lip balm tanpa menggunakan sari buah jambu biji merah.

Formula sediaan Lip balmyang telah modifikasi (25) dapat dilihat pada

tabel 3.1

Tabel 3.1: Formula modifikasi sediaan Lip balm

Konsentrasi (%)
Komposisi
F0 F1 F2 F3
Sari Buah Jambu Biji Merah - 5 7,5 10
Gliserin 5 5 5 5
Cera Alba 10 10 10 10
25

Nipagin 0,18 0,18 0,18 0,18


Lanolin 15 15 15 15
Oleum cacao ad 100 100 100 100

Keterangan:
F0 : Sediaan Lip balm tanpa konsentrasi sari buah jambu biji merah (blanko)
F1 : Sediaan Lip balm dengan konsentrasi sari buah jambu biji merah 5%
F2 : Sediaan Lip balm dengan konsentrasi sari buah jambu biji merah 7,5%
F3 : Sediaan Lip balm dengan konsentrasi sari buah jambu biji merah 10%
kontrol positif : Sediaan Lip balm di pasaran (lip balm Vaselin)

3.7.2 Pembuatan Sediaan Lip balm

Prosedur pembuatan lip balm sebagai berikut :

1. Disiapkan semua bahan yang diperlukan. Timbanglah semua bahan yang

akan digunakan sesuai dengan hasil perhitungan.

2. Dimasukkan basis Oleom cacao ke cawan penguap dileburkan diatas

penangas air pada suhu lelehnya yaitu sekitar 31-34℃ , sambil diaduk

sampai hingga meleleh sempurna (massa 1).

3. Dimasukkan dalam cawan terpisah Cera Alba, Lanolin, Nipagin lalu

dilebur diatas penangas air pada suhu lelehnya yaitu sekitar 62-64℃

,sambil diaduk sampai hingga meleleh sempurna (massa 2).

4. Dimasukkan kedalam lumpang massa 1 dan massa 2 yang terlebih dahulu

telah dileburkan. Lalu aduk hingga semua bahan tercampur homogen.

5. Dimasukkan Sari buah jambu biji merah lumpang sambil terus diaduk

hingga homogen.

6. Dimasukkan lelehan sediaan ke dalam wadah lip balm dan biarkan pada

suhu ruangan sampai membeku.(27).


26

3.8 Sukarelawan

Ditjen POM (1985) mencantumkan kriteria sukarelawan yang dijadikan

panelis sebagai berikut :

1. Wanita berbadan sehat (20-30 tahun).

2. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi.

3. Bersedia menjadi sukarelawan (28).

3.9 Uji yang Dilakukan Pada Sediaan

Pengamatan sediaan Lip balm dilakukan dengan cara pemerikasaan sifat

mutu fisik meliputi: uji organoleptis, uji homogenitas, suhu lebur, uji pH, uji

stabilitas dan uji efektivitas meliputi: uji iritasi, uji kelembaban, uji kesukaan

(Hedonic).

1. Uji Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis dilihat secara langsung meliputi warna, aroma,

dan tekstur dari sediaan lip balm yang sudah tercampur dengan beberapa

bahan dasar (28).

2. Uji Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan cara dioleskan sampel

sebanyak 0,1 gram pada kaca objek dan ditutup rapat dengan objek lain,

kemudian lip balm diamati partikel kasar atau ketidak homogenan.

Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat

adanya butiran kasar (28).


27

3. Suhu Lebur Sediaan

Metode pengamatan suhu lebur lip balm yang digunakan dalam penelitian

adalah dengan cara memasukkan lip balm ke dalam oven dengan suhu

awal 50 ºC selama 15 menit, diamati apakah melebur atau tidak, setelah itu

suhu dinaikkan 1ºC setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa lip balm

mulai melebur (29)

4. Uji pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter

dengan cara:

a. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar asam (pH 4,01) hingga alat

menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan

aquades, lalu dikeringkan dengan tisu.

b. Sampel ditimbang 1 gram sediaan dimasukkan dalam beaker glass dan

diencerkan dalam 100 ml aquades, lalu dipanaskan. Setelah suhu

larutan normal, elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan

alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan

pH meter merupakan pH sediaan (30).

5. Uji Stabilitas

Sediaan lip balm yang telah jadi, dievaluasi selama 28 hari yang meliputi

pengamatan organoleptis (warna, bau, bentuk) apakah terjadi perubahan

selama penyimpanan pada suhu kamar (25).


28

6. Uji Iritasi

Penelitian ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan usia 20-30

tahun dengan cara dioleskan pada bagian belakang telinga sukarelawan,

kemudian diberikan selama 24 jam dan dilihat perubahan yang terjadi pada

kulit (31).

7. Uji Kelembaban

Uji kelembaban dilakukan terhadap 12 orang panelis. Pengujian dilakukan

pada punggung tangan atas.

a. Kelompok I : 3 orang panelis menggunakan formula blanko.

b. Kelompok II : 3 orang panelis menggunakan formula 5%.

c. Kelompok III : 3 orang panelis menggunakan formula 7,5%.

d. Kelompok IV : 3 orang panelis menggunakan formula 10%

Pengujian dengan membandingkan keadaan kulit sebelum dan sesudah

pemakaian sediaan dengan nilai parameter kelembaban (moisture). Semua

panelis diukur terlebih dahulu kondisi kelembaban kulit awal/sebelum

perlakuan dengan menggunakan alat moisture checker.

Dilakukan kembali pengecekan kondisi kelembaban kulit setelah

pemakaian lip balm. Pengukuran kondisi kulit pada panelis dilakukan

setiap minggu selama empat minggu dengan pemberian sediaan lip balm

setiap hari secara rutin pagi dan malam hari.

Prosedurnya : bersihkan bagian sensor pada bagian moisture checker dan

tunggu hingga lensa tersedia, tekan tombol power pada moisture checker

dan hingga menunjukkan angka 00,0, letakkan diatas permukaan kulit


29

yang akan diukur, angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase

kadar air dalam kulit (31)

8. Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Uji kesukaan (hedonic) dilakukan dilakukan untuk mengetahui tingkat

kesukaan sukarelawan terhadap sediaan yang dibuat. Uji kesukaan

dilakukan dengan cara memberikan selembar formulir kepada 5cvn orang

penelis yang akan diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau

sebaliknya (ketidak sukaan) terhadap sediaan lip balm yang telah dibuat.

Parameter untuk uji kesukaan (hedonic) meliputi warna, aroma, dan

tekstur dari sediaan.

Penilaian untuk uji kesukaan :

SS : Sangat Suka

S : Suka

KS : Kurang Suka

TS : Tidak Suka (28).


DAFTAR PUSTAKA

1. Tranggono, R, I., dan Latifah,F. Buku pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetik,Jakarta:PT Gramedia Pusaka Utama, 2017. Hal.11-32, 167.
2. Kadu M, Vishwasrao S, Singh S. Review on Natural Lip Balm.
International journal of research in cosmetic science. 2015; 1-2.
3. Yusuf, N.A., Hardianti B, Lestari I.A., Sapra A. Formulasi dan
Evaluasi Lip BalmLiofilisat Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.)
sebagai Pelembab Bibir. Jurnal Ilmiah Manuntung.20195(1): 116. ISSN:
2443-115x.
4. Wasitaatmadja,Sjarif M. Penuntun Ilmu Kosmetika Medik. Jakarta :
Universitas Indonesia Press, 1997. 3-5, 18-21.
5. Paniandy J.C, Chane-ming J., & Pretibatesti J.C. Chemical Composition of
The Essential Oil and Headspace Solid-phase Microextraction of The
Guava Fruits (Psidium guajava L.). Journak of Essential Oil
Reasearch,2000, 12 (2) : 153-158
6. Ramayulis, R.Jus Super Ajaib. Jakarta Timur: Penebar Plus.2013, Hal. 30-
33.
7. Hadisaputra, Deny Indra Praja. Super food. Yogyakarta: Flash Books.
2012.hal 5
8. Budiarto, A. Ketertarikan lalat buah (Bactrocera sp) terhadap atraktan
nabati dan non nabati. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”, Surabaya. (Tidak dipublikasikan), 2011.
9. Morton J. Guava. Di dalam: Morton JF & Miami FL, editor. Fruits of
Warm Climates. Creative Resources Systems, Inc. 1987 Hal 356 - 363.
Http://www.hort.purdue. edu/newcrop/morton/guava.html,
10. Rismunandar. Tanaman Jambu Biji. Sinar BaruBandung, 1989.
11. Ashari,S. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta, 2006.
12. Panhwar F. Genetically evoled of guava (Psidium guajava) and its future
in Pakistan. Virtual Library Chemistry. Http:/www.ChemLin.com, 2005.
13. Soetopo L. Psidium guajava L. Di dalam: Verheij EWM, Coronel RE,
editor. Plant Resources of South-East Asia: Edible Fruits and Nuts. Bogor:
Prosea Foundation, 1992.
14. Nur Azizah, Nety. Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit dari Daun Jambu
Biji (Psidium guajava L.) Penghasil Antibakteri Terhadap Bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Skripsi. Jurusan Biologi
Fakultas Sains Dan Teknologi. Malang: UIN Malang, 2008.
15. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. DaftarKomposisi Bahan
Makanan: Jakarta; 1981.
16. Cahyono B. Sukses Budidaya Jambu Biji di Perkarangn dan Perkebunan.
Yogyakarta (ID): Lily Publisher, 2010.
17. Mitsui. New Cosmetic Science. Netherland, Elsevier. 123-235,1997.
18. Jacobsen, P.L., Denis, P.L., Michael, A.S., Drore, E., Barbara, D.W. The
Little Lip Book. USA: Carma Laboratories Inc. 2011,Hal 27-29.

30
31

19. Kwunsiriwong, S. The Study on the Development and Processing Transfer


of Lip Balm Products from Virgin Coconut Oil: A Case Study. Official
Conference Proceedings of The Asian Conference on Sustainability,
Energy & the Environment 2016. Thailand: The International Academic
Forum,1-2; 2016.
20. Sulastomo, E. Kulit Cantik dan Sehat. Mengenal dan Merawat Kulit.
Jakarta: Kompas, 2013.
21. Madans, A., Katie, P., Christine, P., Shailly, P. Ithaca Got Your Lips
Chapped: A Performance Analysis of Lip Balm. BEE 4530, 2012.
22. Butler, H.Poucher, S Perfumes, Cosmetics And Soaps Tenth Edition.
Netherland: Kluwer Axademic Publishers, 2000.
23. Fernandes, A.R., Michelli, F.D., Claudineia, A.S.O.P., Telma, M.K.,
Andre, R.B., Maria, V.R.V. Stability evaluation of organic Lip Balm.
Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences. 49(2). 2013 Hal. 294,296.
24. Ditjen POM. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia Edisi III.
Jakarta; 1984.
25. Ratih, H., Titta, H., Ratna, C.P. Formulasi Sediaan Lip Balm Minyak
Bunga Kenanga (Cananga Oil ) Sebagai Emolien. Prosiding Simposium
Penelitian Bahan Obat Alami (SPBOA) XIV dan Muktamar XII
PERHIPBA 2014. Yogyakarta: Leutikaprio, 2014. Hal 2
26. Sarwono B. Ubi Jalar. Jakarta: Penebar Swadaya ; 2005.
27. Abadi H, Hanum Sf, Buulolo la. Formulasi Dan Uji Efektivitas Ekstrak
Etanol Kulit Buah Manggis Garcinia Mangostana L.) Sebagai Pelembab
Bibir,J Dunia Farm. 2020;
28. Ditjen POMFarmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 1995.
29. Linda. Formula Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Angkak (monascus
pirpureus) Sebagai Pewarna. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara. Medan. 2012 Hal. 24
30. Rawlins, E. A.Bentley’s textbook of Pharmaceutics. 18th Edition. London:
Bailierre Tindall, 2003.
31. Lubis MS, D. GI. Pembuatan, Evaluasi dan Uji Stabilitas Sediaan krim
Pelembab Kulit yang Mengandung Minyak Almond sebagai Konsentrasi.
FMIPA Jur Farm UMN Al-Wasliyah medan. :11.

Anda mungkin juga menyukai