DISUSUN OLEH :
YOGI FRAYOGA
(18416248201050)
PENDAHULUAN
Senyawa aktif Ekstrak daun jeruk purut dengan sinonim C.paeda Miq memiliki nama
kimia C6H8O6 atau CH2(COOH).COH(COOH).CH2(COOH) dengan struktur molekul
sebagai berikut:
Daun jeruk purut mengandung tidak kurang dari 2% dan tidak lebih dari 5% daun jeruk
purut mempunyai ciri organoleptik berwarna hijau , non-mikroskopik, kristal powdar tidak
berbau atau kristal tidak berwarna dengan 8 Deskripsi tajam,rasa asam.Secara bertahap dan
kens berwarna setelah terpapar Lampu.
Data kelarutan daun jeruk purut antara lain: Kondisi Stabilitas dan Penyimpanan Dalam
Bentuk bubuk, relatif stabil di udara. Dengan tidak adanya oksigen dan zat pengoksidasi
lainnya, ia juga stabil terhadap panas. Daun jeruk purut tidak stabil dalam larutan, terutama
larutan alkali, siap mengalami oksidasi saat terpapat udara. Proses oksidasi dipercepat oleh
cahaya dan panas dan dikatalisis oleh jejak tembaga, dan besi. Solusi dapat disterilkan
dengan penyaringan. Bahan curah harus disimpan dalam wadah non-logam yang tertutup
rapat,terlindung dari cahaya, ditempat yang sejuk dan kering.(Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th Ed 2009)
1.2 Definisi Bentuk Sediaan Terkait
Serum merupakan sediaan dengan zat aktif konsentrasi tinggi dan viskositas rendah, yang
menghantarkan film tipis dari bahan aktif pada permukaan kulit. Serum diformulasikan
dengan viskositas yang rendah dan kurang jernih (semi transparan), yang mengandung kadar
bahan aktif yang lebih tinggi dari sediaan 21iscome pada umumnya (Draelos, 2010).
Serum memiliki konsentrasi tinggi bahan aktif seperti antioksidan, vitamin, pencerah
kulit, peptida, hidrator, atau exfoliator. Karena formulanya ini, serum umumnya menembus
dan diserap kulit lebih baik dari pelembab. Serum dapat digunakan untuk mengatasi masalah
kulit tertentu seperti bintik hitam, garis-garis halus, atau kulit kering. Biasanya didalam nya
tentu akan terdapat berbagai macam formula pendukung sehinga serum dapat meresap
kedalam lapisan terdalam kulit,molekul dari formula zat tersebut merupakan partikel kecil
dan cara kerja nya akan jauh lebi tinggi 10x lipat dari krim wajah biasa. tentu hal ini akan
tampak wajar bahwa serum biasanya didapat dalam harga yang relatif lebi tinggi
serum merupakan sediaan dengan viskositas rendah, karena viskositasnya yang rendah
serum dikategorikan sebagai sediaan emulsi. Serum memiliki kelebihan yaitu memiliki
konsentrasi bahan aktif tinggi sehingga efeknya lebih cepat diserap kulit, dapat memberikan
efek yang lebih nyaman dan lebih mudah menyebar dipermukaan kulit karena viskositasnya
yang tidak terlalu tinggi. Berdasarkan ketertarikan masyarakat tentang perawatan kulit 3
untuk mencegah penuaan dini, dibutuhkan kosmetik dari bahan alam yang mengandung zat
aktif antioksidan karena antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralkan radikal
bebas reaktif menjadi bentuk tidak reaktif yang relatif stabil sehingga dapat melindungi kulit
dari efek bahaya radikal bebas (Nova, 2012)
1.3 Penandaan pada wadah/leafet/brosur
Serum ekstrak daun jeruk purut disimpat dalam wadah ukuran 30ml diberi brosur dan di
simpan dalam dus. Disimpan ditempat yang kering.
1.4 Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat formula sediaan serum wajah dan mampu mengevaluasi
sediaan.
2. Mengetahui apakah sediaan serum wajah yang dibuat memenuhi persyaratan uji evaluasi
sediaan.
1.5 Nomor Registrasi & Nomor Batch
Daun jeruk lemon mempunyai nama latin yaitu citrushytrix, kandungan utama
pada daun jeruk purut yaitu tannin 1,8 % ,steroid,tripenoid,dan minyak atsiri 1 – 1,5 %.
Kulit jeruk purut mengandung saponin, tannin, dan minyak atsiri 2– 2,5 % Daun jeruk
purut juga digunakan sebagai bahan utama dalam obat-obatan tradisional. Daun jeruk
purut mengandung alkaloid, polifenol, minyak atsiri, tanin, dan flavonoid.Jeruk purut
memiliki efek farmakologis sebagai antiseptik dan antioksidan (Miftahendrawati et al
2015).
Daun jeruk purut merupakan tanaman berduri,tinggi pohon tanaman yang kecil mencapai
10-2- kaki. Daun jeruk purut berbentuk oval dan berwarna hijau gelap. Daun jeruk purut
tumbuh tersusun pada batangnya. Jeruk memiliki arglikosida.
Aroma pada bunganya yang berwarna putih dan tersusun atas 5 kelopak. Jeruk memiliki
warna kuning kehijauan hingga kuning cerah dengan bentuk membundar (panjang 8-9
cm). daun jeruk purut sangat mirip dengan jeruk nipis. Antioksidan alami dihasilkan oleh
tubuh manusia,baik berupa enzim-enzim antioksidan maupun senyawa-senyawa yang
juga bersifat antioksidan (Muchtadi,2013).
Antioksidan yang dihasilkan tidak cukup untuk melawan radikal bebas didalam
tubuh yang berlebih,untuk itu diperlukan masukan antioksidan dari luar tubuh
(Winarsi,2007).
2.2 Dosis
Dioleskan secukupnya
2.3 Aturan Pakai
2.4 Praformulasi
Daun jeruk purut mengandung tanin 1,8 %, steroid, triterpenoid, dan minyakatsiri
1 – 1,5 %. Kulit jeruk purut mengandung saponin, tannin, dan minyak atsiri 2– 2,5 %
(Miftahendrawati, 2014). Daun jeruk purut juga digunakan sebagai bahan utama dalam
obat-obatan tradisional. Daun jeruk purut mengandung alkaloid,polifenol, minyak atsiri,
tanin, dan flavonoid.Jeruk purut memiliki efek farmakologis sebagai antiseptik dan
antioksidan (Miftahendrawati, 2015).
Menurut permenkes RI no. 445/Menkes/Permenkes/1998, kosmetik adalah sediaan
atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut,
kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan,
menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan
baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Larifah,. 2007).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Formula
2. HPMC
3. NaEDTA
4. Natrium Benzoat
5. Glycerin
6. Sorbitol
7. Propilenglikol
8. Aquadest ad 30ml
8. Aquadest ad 30ml
3.3 Prosedur Pembuatan
3. Panaskan aquadest
2. Evaluasi Organoleptis
Penafsiran Hasil : Sediaan serum wajah yang dihasilkan akan memiliki pH 6,0 - 7,0
Syarat : 4,5 – 6,5
Alat : pH meter
1. Uji Organoleptis
Warna Putih
Tekstur kental
3. Uji Ph 5
Serum adalah produk berupa gel atau cairan berbasis air yang terasa ringan pada
kulit. Serum berbeda dari pelembab tidak hanya dalam konsistensi dan sensasi pada kulit
tetapi juga dari bahan yang dikandungnya. Sebagai contoh, pelembab lazim memiliki
bahan oklusif di dalamnya sehingga air tidak akan menguap dari kulit, sedangkan serum
tidak memiliki bahan seperti itu.
Terdapat 2 fase yaitu fase air dan fase minyak. Fase air terdiri dari Narium
Benzoat, gliserin dan propilenglikol. Untuk fase minyak terdiri dari HPMC, NaEDTA
dan aquadest yang telah di panaskan. Fase minyak di campurkan dalam mortar panas,
setelah mortar panas lalu masukan HPMC dan aquadest aduk hingga kental, setelah
kental tambahkan NaEDTA aduk homogen. Fase air di campur dalam beaker glass lalu
tambahakan ekstrak daun jeruk purut aduk ad homogen, lalu masukan sedikit demi
sedikit ke dalam fase minyak aduk homogen dan tambahkan sisa aquadest ad batas
kalibrasi. Lalu dilakukan uji evaluasi sediaan. Setelah di uji sediaan dimasukan ke dalam
botol serum dan di beri label.
Dari hasil praktikum terdapat beberapa pengujian, yaitu homogenitas, uji
organoleptis, uji pH dan uji viskositas.
1. Uji Viskositas
4. Uji Organoleptis
- warna : putih
- tekstur : kental
BAB V
KESIMPULAN
Serum wajah yang baik yaitu mempunyai nilai stabilitas emulsi pH 4,5 – 6,5. Viskositas
berkaitan dengan stabilitas emulsi. Semakin tinggi nilai viskositas maka emulsinya semakin
stabil. Hal ini terbukti nilai viskositas dan stabilitas emulsi pada data hasil pengamatan tidak
jauh berbeda. pH body cream 5 sehingga aman digunakan, tidak menimbulkan iritasi dan
panas dikulit.
DAFTAR PUSTAKA
- Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia 3th ed. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal 8.
- Departemen Kesehatan RI, 1962 Farmakope Indonesia 4th ed. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
- Miftah,alfariq dkk, Bioaktivitas Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix DC) terhadap
rayap Tanah,2015,vol 3(2) 272-278
- Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia 3th ed. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal 20.
- Departemen Kesehatan RI, 1962 Farmakope Indonesia 4th ed. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal 1039.