Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN ALAM

Body Cream Dari Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C)
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Praktikum Teknologi Bahan Alam
Dosen Pengampu: Anggun Hari Kusumawati.,M.Si.,Apt

Oleh :
Yogi Frayoga
18416248201050
FM18D

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Umum Senyawa Aktif


Jeruk purut (Citrus hystrix DC) merupakan salah satu tanaman
hortikultura yang lazim digunakan sebagai flavor alami pada berbagai
produk makanan dan minuman di Indonesia dan negara-negara Asia
lainnya. Flavour dari daun jeruk purut berasal dari minyak atsiri yang
dikandungnya yang komponen utamanya yaitu sitronellal. Kandungan
sitronellal yang tinggi menjadi salah satu kelebihan minyak daun jeruk
purut di bidang industry, khususnya industri parfum dan kosmeik.
Menurut Ketaren (1985) dalam Hidayat (1999), minyak dengan
kandungan sitronellal yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
untuk isolasi sitronellal yang digunakan sebagai zat pewangi sabun.
Parfum yang bernilai tinggi, obat gosok, pasta gigi dan obat pencuci
mulut. Sitronellal juga memiliki aktivitas antioksidan (Ayusuk et al.,2009)
dan aktivitas antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan Salmonella
dan Enterobakteria lainnya (Nanasombat, 2005).
A. Sistematika Tumbuhan
Klasifikasi tanaman jeruk purut adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus hystrix
B. Morfologi Tanaman
Jeruk purut memiliki daun majemuk menyirip beranak daun satu
dan tangkai daun sebagian melebar menyerupai anak daun. Helaian
anak daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal membundar
atau tumpul, ujung tumpul sampai meruncing, tepi beringgit, Panjang 8-
15 cm, lebar 2-6 cm, kedua permukaan licin dengan bitnik-bintik kecil
berwarna jernih, permukaan atas warnanya hijau tua agak mengkilap,
permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuningan, buram dan jika
dieramasbaunya harum. Bunganya berbentuk bintang dan berwarna
putih kemerah-merahan atau putih kekuning-kuningan. Bentuk buahnya
bulat telur, kulitnya hijau berkerut, berbenjol-benjol, dan rasanya asm
agak pahit (Soepomo, 2012).

C. Kandungan Kimia
Daun jeruk purut mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid,
steroid, kumarin, fenolik, tannin, saponin, terpen, dan minyak atsiri.
Sedangkan bagian kulit buah jeruk purut banyak mengandung senyawa
golongan flavonoid dan steroid, serta senyawa kumarin (Setiawan, 2000).

1.2 Definisi Bentuk Sediaan Terkait


Menurut Widodo (2013) krim terdiri dari emulsi minyak dalam air
atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alcohol berantai panjang
dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tiper krim, yaitu:
1. Tipe air dalam minyak a/m, yaitu ait terdispersi dalam minyak.
Misalnya cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan
untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit,
sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold
cream biasanya mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
2. Tipe minyak dalam air m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air.
Misalnya pada vanishing cream, vanishing cream adalah sediaan
kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan,
melembabkan dan sebagai alas bedak.
Syarat Sediaan Krim
Menurut Syamsuni (2006) “syarat-syarat dasar krim yang baik dan
ideal adalah stabil, lunak dan homogen, mudah digunakan, cocok dengan
zat aktif, bahan obat dapat berbagi halus dan distribusi merata dalam dasar
krim.”
Persyaratan sediaan krim menurut Widodo (2013), yaitu:
1. Inkompatibilitas
2. Stabil pada suhu kamar
3. Homogen

1.3 Penandaan Pada Wadah, Leaflet atau Brosur


Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis
Kosmetik. Bab II Persyaratan Teknis.
Bagian kesatu Pasal 7 tentang Penandaan harus mencantumkan informasi,
paling sedikit :
a. Nama kosmetik
b. Kemanfaatan/ kegunaan
c. Cara penggunaan
d. Komposisi
e. Nama dan negara produsen
f. Nama dan alamat lengkap pemohon notifikasi
g. Nomor batch
h. Ukuran, isis atau berat bersih
i. Tanggal kadaluarsa
j. Nomor notifikasi
k. Peringatan/ perhatian

1.4 Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat formula sediaan body cream dan mampu
mengevaluasi sediaan.
2. Mengetahui apakah sediaan body cream yang dibuat memenuhi
persyaratan uji evaluasi sediaan.

1.5 Nomor Registrasi dan Nomor Batch


Nomor registrasi sediaan Body Cream Ekstrak Daun Jeruk Purut adalah
NA 18202900035
Keterangan :
NA : kode produk benua asia dan dalam negeri
18 : kode negara Indonesia
20 : kode tahun 2020 ijin
29 : kode kelompok produk
00035 : nomor notifikasi registrasi
Nomor batch sediaan Body Cream Ekstrak Daun Jeruk Purut adalah
09200535
Keterangan :
0920 : bulan dan tahun produksi (September 2020)
05 : Kode bentuk sediaan
35 : Nomor urut pembuatan/ pengolahan/ batch ke 35 yang di buat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efek Farmakologi


Daun jeruk purut (C. hystrix D.C) mengandung tannin 1,8%,
steroid, triterpenoid dan minyak atsiri dengan komposisi 1-sitronelal
sebagai komponen utama (81,49%) dan beberaoa komponen lainnya yang
penting adalah sitronelol (8,22%), linalol (3,69%) dan geraniol (0,31%).
Kandungan sitronelal yang sangat tinggi menjadi salah satu kelebihan
minyak atsiri daun jeruk purut. Menurut Sait (1991) dan Knobloch et al
(1989), sitronelol memiliki aktivitas antibakteri yang relatif sangat tinggi.
Berdasarkan penelitian Suryaningrum (2009), minyak atsiri buah jeruk
purut (C. hystrix D.C) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Senyawa aktif antibakteri
dalam minyak atsiri daun jeruk purut adalah triterpenoid. Menurut
Luangnarumitchai et al (2007), minyak atsiri buah jeruk purut memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acne dengan MIC
(Minimum Inhibitory Concentration) sebesar 2%.

2.2 Dosis
Digunakan setiap hari setelah mandi.

2.3 Aturan Pakai


Dioleskan ke seluruh tubuh secara teratur.

2.4 Preformulasi (Zat Aktif & Eksifient)


1. Daun Jeruk Purut
Jeruk purut (Citrus hystrix DC) merupakan salah satu tanaman
hortikultura yang lazim digunakan sebagai flavor alami pada berbagai
produk makanan dan minuman di Indonesia dan negara-negara Asia
lainnya. Flavour dari daun jeruk purut berasal dari minyak atsiri yang
dikandungnya yang komponen utamanya yaitu sitronellal. Kandungan
sitronellal yang tinggi menjadi salah satu kelebihan minyak daun jeruk
purut di bidang industry, khususnya industri parfum dan kosmeik.
Menurut Ketaren (1985) dalam Hidayat (1999), minyak dengan
kandungan sitronellal yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku untuk isolasi sitronellal yang digunakan sebagai zat pewangi
sabun. Parfum yang bernilai tinggi, obat gosok, pasta gigi dan obat
pencuci mulut. Sitronellal juga memiliki aktivitas antioksidan
(Ayusuk et al.,2009) dan aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan Salmonella dan Enterobakteria lainnya (Nanasombat,
2005).
Klasifikasi tanaman jeruk purut adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus hystrix

2. Asam Stearat
Asam stearat adalah campuran asam orgnaik padat yang diperoleh dari
lemak sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C 18H36O2 dan
asam heksadekanoat, C16H32O2. Asam lemak ini merupakan asam
lemak jenuh, wujudnya padat suhu ruang. Asam stearat diproses
dengan memperlakukan lemak hewan dengan air pada suhu dan
tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi minyak
nabati. Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai bahan
pembuatan lili, sabun, plastik, kosmetika dan untuk melunakkan karet
(Anonima, 2010).
Pemerian : zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan
hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin
Titik lebur : 54o
Titik didih : 384o
Kelarutan : sangat sedikit larut dalam air; larut dalam alkohol;
benzena kloroform; aseton; karbon tetraklorida; karbon disulfida; amil
asetat dan toulen (Merck, 1976)

3. Trietanolamin (TEA) (HOPE, 754) (FI IV Hal 1203)


BM : 101,19
Struktur : C6H15NO3
Pemerian : Serbuk hablur, putih, sedikit berbau khas,
higroskopis.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur
dengan ethanol dengan eter dan dengan air dingin.
Inkompatibilitas : Trietanolamina akan bereaksi dengan asam
minerak untuk membentuk kristal garam dan ester. Dengan asam
lemak lebih tinggi, TEA membentuk garam yang larut dalam air dan
memiliki karakteristik sabun. TEA juga akan bereaksi dengan
tembaga untuk membentuk garam kompleks. TEA dapat bereaksi
dengan reagen seperti tionil klorida untuk menggantikan gugus
hidroksi dengan halogen. Produk dari reaksi-reaksi ini sangat beracun,
menyerupai mustrad nitrogen lainnya.
Titik Didih : 335oC
Titik Lebur : 208oC
Fungsi : Alkalizing agent
Konsentrasi : 2-4%

4. Gliserin (FI IV hal 413, Handbook Of Pharmaceutical Excipient edisi


6 hal 283)
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, hirgroskopik. Jika disimpan
beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa
hablur berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih
kurang 20 derajat.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan
etanol (95%), praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan
dalam minyak lemak.
Khasiat : Zat tambahan, Pelarut
Rumus Molekul : C3H8O3
Berat Molekul : 92,09
Titik Beku : -1,60 C
Konsentrasi : < 50%
Berat Jenis : Tidak kurang dari 1,249. 1,2620 g/cm3
pada suhu 250 C
Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis. Dapat terurai
dengan pemanasan yang bisa menghasilkan akrolein yang beracun.
Campuran gliserin dengan air, etanol 95% dan propilen glikol secara
kimiawi stabil. Gliserin bisa mengkristal jika disimpan pada suhu
rendah yang perlu dihangatkan sampai suhu 200 C untuk
mencairkannya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Formula Body Lotion

Konsentrasi
Bahan Fungsi
(%b/v)
Ekstrak Daun Jeruk
1000μL Zat aktif
Purut
Asam Stearat 6 Basis
Emollient, agen
Setil Alkohol 3
pengemulsi
Trietanolamin (TEA) 0.5 Alkalizing agent
Gliserin 8 Humektan
Parafin Liquid 3 Emolient
Span 80 5 Emulsyifing agent
Tween 80 6 Emulsyifing agent
Na Benzoat 0,3 Pengawet
Aroma pisang 1-2 tetes Pewangi
Aquadest ad 60 gr Pelarut

3.2 Perhitungan Penimbangan Bahan


Perhitungan Bahan :
 Ekstrak Daun Jeruk Purut : 1000μL/ 1000 = 1 ml
 Asam Stearat : 6/100 x 60 gr = 3,6 gr + 2% = 3,672 gr
 Setil Alkohol : 3/100 x 60 gr = 1,8 gr + 2% = 1,836 gr
 Paraffin Liquid : 3/100 x 60 gr = 1,8 gr + 2% = 1,836 gr
 Glycerin : 8/100 x 60 gr = 4,8 gr + 2% = 4,896 gr
 Tween 80 : 6/100 x 60 gr = 3,6 gr + 2% = 3,672 gr
 Span 80 : 5/100 x 60 gr = 3 gr + 2% = 3,06 gr
 TEA : 0,5/100 x 60 gr = 0,3 + 2% = 0,306 gr
 Na Benzoat : 0,3/100 x 60 gr = 0,18 gr + 2% = 0,1836
 Aroma pisang : 1-2 tetes
 Aquadest : 60 – (3,67 gr + 1,84 gr + 1,84 gr + 4,90 gr
+ 3,06 + 3,67 gr + 3,06 gr + 0,31 gr + 0,18
gr + 1 ml) = 60 – 25,53 gr = 36,47 ml

Penimbangan Bahan :
 Ekstrak Daun Jeruk Purut : 1 ml
 Asam Stearat : 3,672 gr
 Setil Alkohol : 1,836 gr
 Paraffin Liquid : 1,836 gr
 Glycerin : 4,896 gr
 Tween 80 : 3,672 gr
 Span 80 : 3,06 gr
 TEA : 0,306 gr
 Na Benzoat : 0,1836
 Aroma pisang : 1-2 tetes
 Aquadest : 36,47 ml

3.3 Prosedur Pembuatan


1. Siapkan alat
2. Timbang semua bahan
3. Rendam mortir dan stamper dengan air panas
4. Masukkan bahan fase minyak ke dalam cawan penguap (setil alkohol,
asam stearate, tween 80, span 80 dan paraffin liquid) kemudian
panaskan di atas penangas tunggu hingga mencair seluruhnya
5. Masukkan bahan fase air ke dalam cawan penguap (TEA, glycerin, Na
benzoat) kemudian panaskan di atas penangas tunggu hingga mencair
seluruhnya.
6. Buang air rendaman mortir dan stamper, keringkan.
7. Setelah fase minyak dan fase air mencair seluruhnya, masukkan fase
kedua fase ke dalam mortir panas, gerus kuat ad terbentuk massa krim.
8. Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit gerus ad homogen.
9. Tambahkan 1 ml ekstrak daun jeruk purut gerus ad homogen
10. Tambahkan aroma pisang 1-2 tetes kedalam mortir gerus ad homogen
11. Masukkan sediaan ke dalam beaker glass
12. Kemudian lakukan uji organoleptis, uji homogenitas, uji viskositas, uji
pH, uji daya sebar dan uji daya lekat.
13. Jika sudah memenuhi persyaratan, masukkan body cream ke dalam
wadah dan beri label.

3.4 Evaluasi Sediaan


Uji stabilitas fisik sediaan Body Cream Ekstrak Daun Jeruk Purut :

1. Uji Organoleptis
Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati Body cream ekstrak
daun jeruk purut yang meliputi warna, bau dan tekstur Body cream
ketika dioleskan di kulit.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara menimbang 0,1 gr body
cream ekstrak daun jeruk purut. Body cream diletakkan di tengah
object glass lalu diratakan dan ditutup dengan object glass lainnya.
Homogenitas lotion diamati menggunakan kaca pembesar atau secara
visual, dan diperhatikan ada tidaknya partikel-partikel kasar atau
ketidak homogenan pada sediaan.
3. Uji Viskositas
Alat yang digunakan uji viskositas adalah viscometer Lammy
dengan spindle No. 6 dan kecepatan 100 rpm. Beaker glass disi
setengah sampel body cream yang akan diuji. Rotor ditempatkan
ditengah-tengah beaker glass yang berisi body cream, kemudian alat
dihidupkan agar rotor mulai berputar, jarum penunjuk viskositas secara
otomatis akan bergerak ke kanan. Setelah stabil, kemudian dibaca pada
skala yang ada pada viscometer tersebut. Viskositas yang baik untuk
Body cream adalah 2000-5000 cps.

4. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter, dan pH sediaan
disesuaikan dengan pH kulit yang berkisar antara 4,5 + 6,5.
Pembacaam pada alat pH meter dilakukan setelah 5 menit untuk
memastikan angka sudah stabil dan tidak bergerak lagi (Froelich et al,
2017). Berdasarkan SNI 16-4854-1998 rentang pH sediaan krim yang
memenuhi syarat adalah 3,5 – 8.
5. Uji Daya Sebar
Tujuan evaluasi daya sebar yaitu untuk mengetahui kemampuan
penyebaran cream pada kulit telah memnuhi persyaratan untuk daya
sebar cream bila daya sebar sebesar 5-7 cm (Dominica et al., 2019).
Pengujian daya sebar dilakukan dengan menimbang sediaan body
creeam ekstrak daun jeruk purut sebanyak 1 gr diletakkan di tengah
kaca bundar berskala dibiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur
berpa diameter gel yang menyebar dengan mengambil Panjang rata-
rata diameter dari beberapa sisi, perlakuan yang sama diulang dengan
tiap kali beban tambahan 10,20,50,100,200 mg. di catat diameter krim
yang menyebar selama 1 menit (Voight, 1994).

6. Uji Daya Lekat


Body cream ekstrak daun jeruk purut ditimbang sebanyak 1 gr
diletakkan di tengah object glass dan ditutup dengan object glass
sampai plat menyatu, diletakkan dengan beban 1 kg selama 5 menit,
lalu diberi beban pelepasan 80 gr. Waktu pelepasan di catat sampai
kedua plat saling lepas.
BAB IV
PENGAMATAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Data


Hasil pengamatan dari praktikum pembuatan Body Cream Ekstrak Daun
Jeruk Purut adalah sebagai berikut :
a. Uji Organoleptis
 Warna : Putih
 Bau : Aroma pisang
 Tekstur body cream ketika di oleskan di kulit : lembut dan tidak
lengket di kulit
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang di amati hasil nya adalah tidak terdapat partikel-
partikel kasar atau ketidakhomogenan pada sediaan body cream
ekstrak daun jeruk purut.

c. Uji Viskositas
Hasil pengamatan uji viskositas pada body cream ekstrak daun jeruk
purut adalah 4632 cPoises dimana telah ditetapkan viskositas yang
baik untuk sediaan Body cream adalah 2000-5000 cPoise.
d. Uji pH
Hasil pengamatan uji pH pada body cream ekstrak daun jeruk purut
adalah 7 dimana telah ditetapkan pH yang baik untuk sediaan body
cream adalah 3,5-8.

e. Uji Daya Sebar


Uji daya sebar yang dihasilkan dari sediaan body cream ekstrak daun
jeruk purut adalah :

Berat Beban (gr) Diameter (cm)

Tanpa Beban 5,8 cm

10 gr 6,4 cm

20 gr 6,6 cm

50 gr 6,9 cm

100 gr 7,6 cm

150 gr 7,9 cm

200 gr 8,4 cm
f. Uji Daya Lekat
Waktu lekat yang dihasilkan dari sediaan body cream ekstrak daun
jeruk purut adalah 1,34 detik.

4.2 Pembahasan
Uji organoleptik dilakukan untuk mengamati warna, bau dan
tekstur sediaan saat di oleskan di kulit hingga hasil yang diperoleh pada
pembuatan body cream ekstrak daun jeruk purut dengan warna putih, bau
sediaan body cream berbau pisang dan tekstur sediaan pada saat dioleskan
di kulit lembut serta tidak lengket di kulit. Pengamatan homogenitas pada
sediaan body cream menunjukkan warna sediaan yang merata pada plat
kaca transparan, tekstur yang homogen dan tidak terdapat bahan padat
pada masing-masing plat kaca yang di lihat di atas warna gelap.
Viskositas berkaitan dengan konsistensi. Viskositas harus dapat
membuat sediaan mudah dioleskan dan dapat menempel pada kulit.
Sediaan dengan konsistensi yang lebih tinggi akan berpengaruh pada
aplikasi penggunaanya. (Zulkarnain, dkk., 2013). Hasil pengamatan uji
viskositas pada body cream ekstrak daun jeruk purut adalah 4632 cPoises
dimana telah ditetapkan viskositas yang baik untuk sediaan Body Cream
adalah 2000-5000 cPoise.
Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui luas area body cream
dapat menyebar dan merata saat digunakan pada kulit telah memenuhi
persyaratan untuk daya sebar cream bila daya sebar sebesar 5-7 cm. Hasil
pengukuran daya sebar body cream ekstrak daun jeruk purut dengan awal
tanpa beban yaitu 5,8 cm, beban 10 gr yaitu 6,4 cm, beban 20 gr yaitu 6,6
cm, beban 50 gr yaitu 6,9 cm, beban 100 gr yaitu 7,6 cm, beban 150 gr
yaitu 7,9 cm, beban 200 gr yaitu 8,4 cm. Dalam hal ini maka uji daya sebar
body cream ekstrak daun jeruk purut yang dibuat hasil melebihi ketentuan
yang berlaku.
Pengujian daya lekat bertujuan untuk mengetahui waktu yang
dibutuhkan oleh cream untuk melekat pada kulit. Hasil uji daya lekat
cream yaitu 1,34 detik. Dapat dikatakan bahwa daya lekat pada body
lotion ekstrak daun jeruk purut tidak memenuhi syarat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pembuatan Body cream dengan ekstrak daun jeruk purut berhasil dibuat
dan dari hasil evaluasi body cream ekstrak daun jeruk purut belum sesuai harapan
apa yang diinginkan

5.2 Saran

Sebaiknya pada saat praktikum lebih di perbanyak untuk peralatan


laboratorium Ketika praktikum sehingga dapat mempercepat pada saat praktikum
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, F.K. 1999. Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Daun Jeruk Purut
(Citrus hystrix D.C) pada Skala Pilot-Plant. Skripsi. Jurusan Teknologi
Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Ayusuk, S., Sunisa, S., Paiboon, T dan Worapong, U. 2009. Effect of Heat
Treatment on Antioxidant Properties of Tom-Kha Paste and Herbs/Spices
Used in Tom-Kha Paste. Kasetsart J. (Nat. Sci.) 43:305-312.

Nanasombat, S dan Pana, L. 2005. Antibacterial Activity of Crude


Ethanolic Extracts and Essential Oils of Spices Against Salmonellae and
Other Enterobacteria. KMITL Sci. Tech. J. Vol. 5 No. 3 Jul.

Khasanah, Lia Umi et al. 2015. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan


Terhadap Karakteristik Mutu Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrix DC). Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol 4 (2). Hlm 48-49

Knobloch, K., Paili, A., Iberl, B., Weigand, H., and Weis, N. 1989.
Antibacterial and Antifungal Properties of Essential Oils Components. J.
Ess. Oils Res; 1 (Mei-Juni); 119-128.

Luangnarumitchai, S., Lamlertthon, S., Tiyaboonchai, T., 2007.


Antimicrobial Activity of Essential Oils Againts Five Strains of
Propionibacterium acnes. Mahidol University Journal of Pharmaceutical
Sciences, 34 (nomor 1- 4), 60-64.

Suryaningrum, S. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Buah


Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C) Terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Sait, S. 1991. Potensi minyak atsiri daun Indonesia sebagai sumber bahan
obat. Di dalam Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pengembangan
Atsiri di Sumatra. Bukit Tinggi, 31 Agustus 1991. Bogor: Balai Penelitian
Tanaman rempah dan Obat.

Tranggono IR dan Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetika. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Voigt, Rudoft. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V. Gajah


Mada University Press. Yogyakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia IV.


1979. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia III.


Jakarta.

Kibbe, Arthur. Handbook of Pharmaceutical Exipient. 4th Edition. 2000.


American Pharmaceutical Press

Anda mungkin juga menyukai