Anda di halaman 1dari 10

FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR

ALOE VERA

DISUSUN OLEH:
BENI LATIN
BELLA MONICA
FERREZI INDAH NURLEMAN

POLITEKNIK HANG TUAH JAKARTA


PRODI D-III FARMASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sabun adalah garam logam akali (biasanya garam natrium) dari asam lemak.
Sabun dihasilkan oleh poses safonifikasi,yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan
gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasanya digunakan adalah
NaOH dan KOH. Asam lemak yang beikatan dengan atau kalium inilah yang kemudian
dinamakan sabun.
Lidah buaya (Aloe Vera) merupakan tanaman yang telah lama dikenal di
Indonesia karena kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka penyakit. Lidah buaya
adalah salah satu tanaman yang berkhasiat untuk menjaga kesehatan kulit yang memiliki
beberapa keuntungan, diantaranya berguna untuk regenerasi sel kulit, antioksidan, dan
antiseptik. Belakangan tanaman ini menjadi semakin populer karena manfaatnya yang
semakin luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil bahan baku untuk aneka produk
dari industri makanan, farmasi, dan kosmetik serta sabun mandi.
Sabun mandi cair memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan sabun mandi
batang karena sabun batang mudah jatuh. atau terendam karena licin ketika digunakan
atau ditempatkan sehingga menyebabkan sabun menjadi kotor atau rusak. Selain itu
proses pembuatannya yang relatif lebih mudah dan biaya produksinya relatif lebih murah
dibandingkan proses pembuatan sabun mandi batang. Sabun mandi cair juga mudah
digunakan, dibawa dan disimpan, tidak mudah rusak atau kotor, dan penampilan kemasan
yang eksklusif.

2.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana proses pembuatan sabun mandi cair dengan daun lidah buaya pada skala
laboratorium?
2 Bagaimana kualitas sabun mandi cair dengan daun lidah buaya pada skala
laboratorium?
3 Bagaimana efektifitas sabun mandi cair dengan daun lidah buaya pada skala
laboratorium?
4 Bagaimana keamanan sabun mandi cair dengan daun lidah buaya tersebut?

3.3 Tujuan Peneliatian


1. Memahami proses pembuatan sabun mandi cair dengan daun lidah buaya pada skala
laboratorium.
2. Mengetahui kualitas sabun mandi cair dengan daun lidah buaya pada skala
laboratorium.
3. Mengetahui efektifitas sabun mandi cair dengan daun lidah buaya pada skala
laboratorium.
4. Mengetahui keamanan sabun mandi cair dengan daun lidah buaya tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI

Beberapa ahli menduga bahwa daerah asal lidah buaya adalah Afrika, terutama
Mediterania, kemudian menyebar ke Arab, India, Eropa, Asia Timur, dan Asia Tenggara,
termasuk Indonesia. Pendapat lain menjelaskan bahwa lidah buaya berasal dari
Bombay yang kemudian menyebar ke seluruh pelosok dunia (Sudarto, 1997).

Tanaman lidah buaya (Aloe vera) lebih dikenal sebagai tanaman hias dan banyak
digunakan sebagai bahan dasar obat- obatan dan kosmetika, baik secara langsung
dalam keadaan segar atau diolah oleh perusahaan dan dipadukan dengan bahan-bahan
yang lain. Hal ini disebabkan lidah buaya mengandung saponin, flavonoid, terpenoid,
tanin, dan antrakuinon (Kumar et al., 2012). Tanaman lidah buaya termasuk keluarga
liliaceae yang memiliki sekitar 200 spesies.

Klasifikasi :

a. Kingdom : Plantae
b. Divisi : Angiospermae
c. Kelas : Monocotyledoneae
d. Suku : Liliaceae
e. Bangsa : Liliales
f. Marga : Aloe
g. Jenis : Aloe vera

Kandungan pada lidah buaya :

a. Flavonoid :Berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, dan dapat menghambat


pendarahan pada kulit
b. Tanin :Antioksidan, antiseptik, astringen yang dapat menyebabkan
penutupan pori-pori kulit, menghentikan pendarahan yang ringan
c. Polifenol :Antioksidan (penangkap dan pengikat radikal bebas dari
rusaknya ion ion logam)
d. Saponin :Efek saponin berdasarkan sistem fisiologis meliputi aktivitas
pada sistem kardiovaskular dan aktivitas pada sifat darah (hemolisis, koagulasi,
kolesterol), sistem saraf pusat, sistem endokrin, dan aktivitas lainnya
e. Steroid : sebagai anti-inflamatory, bersifat antiseptik dan
penghilang rasa sakit
f.

BAB III
METODIOLOGI

3.1 Formulasi Sediaan Sabun Cair Aloe Vera

BAB III
METODELOGI
3.2 Data Formulasi

1. minyak zaitun (Anonim, 1979, 458)

 Sinonim :Minyak Zaitun (Oleum Olivae), Gomenoleo oil; olivae


oleum raffinatum; pure olive oil; olea europaea oil; oleum olivae
 Organoleptis : Cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan ; bau lemah,
tidak tengik ; rasa khas, pada suhu rendah sebagian atau seluruhnya membeku.
 Kelarutan : Sukar larut dalam Etanol 95% P ; larut dalam kloroform P
dan dalam Eter minyak tanah P.
 Khasiat : meningkatkan fungsi liver, mengendalikan kolsterol,
antihipertensi, dan diuretik
 Penyimpanan : Terlindung dari cahaya, temperature tidak lebih dari
250c. Olive oil should be stored in a cool, dry place in a tight, wellfilled
container.
 Stabilitas :When cooled, olive oil becomes cloudy at approximately
108C, and becomes a butterlike mass at 08C.

2. Kalium Hidroksida ( FI III hal 689 )


 Pemerian :Berbentuk batang , pellet atau bongkahan , putih , sangat mudah
meleleh basah .
 Kelarutan :Larut dalam 1 bagian air , dalam 3 bagian etanol 95% , sangat
mudah larut dalam etanol mutlak mendidih

3. CMC Na/ Natrium Carboxy Metil Cellulose (Handbook of Excipients Ed.VI


hal.78)
 Pemerian : Serbuk berwarna putih, tidak berasa, bergranul.
 Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak
larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain.
 Berat Jenis : 0,52 g/ml
 pH : antara 6,5 dan 8,5 Kegunaan : Suspending agent Konsentrasi :
0,1 – 1,0 %
 Stabilitas : Stabil dan higroskopis, dibawah kondisi Kelembapan tinggi
dapat mengabsorpsi (>50%) air.
 OTT :Tidak bercampurdengan larutan asam berkonsentrasi tinggi dan
larut dengan garam besi juga beberapa logam seperti aluminium, merkuri, dan
zink.
 Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

4. Asam Stearat
 Pemerian :Kristalin berwarna putih atau kuning.
 Kelarutan : Mudah larut dalam benzene, karbontetra klorida, kloroform,eter,
etanol heksan, dan propilen, glikol,praktis tidak larut dalam air.
 Kegunaan :Emulsifying agent, solubilizing agent.
 Konsentrasi : digunakan sebagai emulsifying agent adalah 1 –20%.
 Stabilitas : Zat stabil, harus disimpan di tempat tertutup

5. Gliserin (FI IV hal 413, Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi 6 hal


283)
 Rumus Molekul : C3H8O3
 Berat Molekul : 92,09
 Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis;
hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopis, netral
terhadap lakmus.
 Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak, dan dalam minyak menguap.
 Titik Beku :-16°C
 Khasiat : pelarut
 Konsentrasi : <50%
 Bj : <dari 1,249. 1,2620g/cm3 pada suhu 25°C
 OTT : Gliserin bisa meledak jika bercampur dengan oksidator
kuat seperti kromium trioksida, potasium klorat atau potasium
permanganat.Adanya kontaminan besi bisa menggelapkan warna dari campuran
yang terdiri dari fenol, salisilat dan tanin.Gliserin membentuk kompleks asam
borat, asam gliseroborat yang merupakan asam yang lebih kuat dari asam borat.
 Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis.Dapat terurai dengan
pemanasan yang bisa menghasilkan akrolein yang beracun.Campuran gliserin
dengan air, etanol 95 % dan propilena glikol secara kimiawi stabil. Gliserin bisa
mengkristal jika disimpan pada suhu rendah yang perlu dihangatkan sampai suhu
200 C untuk mencairkannya.
 Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.

6. Sodium lauryl sulfate


 Sinonim : Natrii lauryl sulphate Rumus molekul : C12 H25 NaO 4 Berat
molekul : 288.38
 Pemerian : serbuk putih, atau cream sampai Kristal kuning
 Fungsi : surfaktan anionic, emulsifying agent(0.5-2,5%),detergen pada
shampoo (≈10%)
 pH : 7.0-9,5
 Kelarutan : sangat larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan
kloroforom
 OTT : garam alkaloid, dan mengendap dengan garam potassium.

7. BHT (Buthylis Hydroxytoluenum)


 BM : 220,35
 Pemerian :hablur padat, putih, bau khas, lemah
 Kelarutan :Tidak larut dalam air dan propilen glikol, mudah larut dalam
etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
 Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

8. AQUA
 Rumus molekul : H2O
 Bobot molekul : 18,02gram/mol
 Titik didih : 100°C
 Kelarutan :Bercampur dengan banyak pelarut polar.
 Kegunaan : Pelarut
3.3 Metode Penelitian
a) Pembuatan ekstrak lidah buaya
 Limbah kulit daun lidah buaya dibersihkan dari daging daun (gel) yang
masih menempel
 dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah itu, dihaluskan dengan cara
di-blender
 diayak dan dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Maserasi
dilakukan selama tujuh hari.
 pelarut diuapkan menggunakan evaporator, dan didapatkan ekstrak
kental.

b) Pembuatan sabun cair


 Semua bahan ditimbang dengan seksama
 Dimasukan minyak zaitun kedalam gelas kimia, kemudian tambahan
larutan kalium hidroksida sedikit demi sedikit sambil dipanaskan di suhu
50°C hingga mendapatkan sabun pasta
 Sabun pasta di tambahkan asam stearate yang telah dilelehkan, aduk
ad homogen.
 Masukan karboksil metil selulosa yang telah dikembangkan dalam
aquadest panas, diaduk hingga homogeny dan tambahkan BHT, lalu aduk
ad homogeny
 Dimasukkan SLS lalu diaduk hingga homogen
 Masukan gliserin dan ekstrak lender daun lidah buaya, aduk ingga
homogeny
 Sabun cair ditambahkan dengan aquadest hingga volumenya 100ml, lalu
aduk ad homogeny
 Masukan kedalam wadah bersih yang tela disiapkan
BAB IV
KESIMPULAN

Formula yang kami gunaka adalah aloe vera sebagai zat aktif yang berhasiat untuk
regenerasi sel kulit, antioksidan, dan antiseptic. Minyak zaitun sebagai asam lemak. KOH
sebagai basa/alkali. CMC sebagai emulsifying agent. Asam stearate sebagai sequestering
agent. Gliserin sebagai humektan. SLS sebagai surfaktan(Foaming agent). BHT sebagai
antioksidan sintetik. Aquadest sebagai pelarut.
Daftar Isi :

BAB I Pendahuluan
1.1 latar belakang
1.2 rumusan masalah
1.3 tuluan penelitian

BAB II Kajian Teori

BAB III Metediologi

3.1 Formulasi Sediaan

3.2 Data Formulasi

3.3 Metode Penelitian

BAB IV Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai