Anda di halaman 1dari 19

Tanin

kelompok 7

1. HERMILA NOPIANTI
2. ICA BELA OCTVIA
3. RIZKI MEILANI
4. TIARA RANI VALENDA
5. VTALIA YEYEN UTARI
DEFINISI
 Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa
tanaman. Tanin mampu mengikat protein, sehingga protein pada tanaman
dapat resisten terhadap degradasi oleh enzim protease di dalam silo ataupun
rumen yang sangat bermanfaat dalam menjaga kualitas silase.
 Merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam senyawa polifenol dengan
(BM) yang cukup tinggi (lebih dari 1000)
STRUKTUR TANIN
Kegunaan tanin :
 sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian
tertentu pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat
matang taninnya hilang.
 sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.
 digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
 efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka
bakar, dengan cara mengendapkan protein.
 sebagai pengawet
 reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.
 sebagai antidotum &keracunan alkaloid dengan cara mengeluarkan asam
tamak yang tidak larut.
Ciri-ciri fisik tanin
1. Dalam air membentuk larutan koloid yang bereaksi asam
2. Mengendapkan larutan gelatin dari larutan alkaloid
3. Tidak dapat mengkristal
4. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen
5. Mengendapkan protein dari larutan dan bersenyawa
dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh
ensim protiolitik
SIFAT FISIKA DAN KIMIA TANIN
Sifat Fisika.
Jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan memiliki rasa
asam dan sepat.
Jika dicampur dengan alkaloid dan gelatin akan terjadi endapan
Tidak dapat mengkristal.
Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa denganprotein
tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.

Sifat kimia
Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol
yangsukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.
Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.
Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan
pemberi warna
KLASIFIKASI TANIN
1. Tanin terhidrolisis (Hydrolysable Tannins)
 merupakan jenis tanin yang mempunyai struktur poliester yang mudah dihidrolisis oleh
asam atau enzim, dan sebagai hasil hidrolisisnya adalah suatu asam polifenolat dan gula
sederhana.
 Golongan tanin ini dapat dihidrolisis dengan mineral panas dan enzim-enzim saluran
pencernaan.
 Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen,
maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida.
 Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari
karbohidrat dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan
membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins.
2. Tanin Terkondensasi (Condensed Tannins)

 yang sering disebut proantosianidin, merupakan polimer dari katekin


dan epikatekin.
 Senyawa tidak berwarna yang terdapat diseluruh dunia tumbuhan
terutama tumbuhan berkayu.
 Tanin terkondensasi kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang
merupakan fenol.
 contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer
yang tersusun dari epiccatechin dan catechin.
Kelompok tannin: akasia, bruguiera, gambir,
kesambi, ketapang, pinang, rizopora, pilang.
EKSTRAKSI TANIN
CONTOH TERIKAT GULA DAN VITAMIN
Tanin yang terikat dengan gula :
 Asam galat yaitu pada asam heksahidroksidifenat
 Gallotanin prototipe
 Gugus galoil yang sudah teresterifikasi dengan inti gula rutin ditemukan
pada tanin dari beberapa sumber tanaman
 Asam tanat (tannic acid) yang komersial adalah merupakan campuran dari
tanin galat dari Rhus semialata, R coriaria, R. typina, Quercus infectoria

Tanin terikat dengan vitamin :


 vitamin C (asam askorbat)
 vitamin E (tocopherol)
 Vitamin A (retinol)
IDENTIFIKASI SENYAWA TANIN
Metode-metode yang kerap digunakan dalam proses identifikasi tanin
antara lain adalah:
 Uji Goldbeater’s skin
 Uji Warna dan Pengendapan:
 Uji Larutan Gelatin
 Identifikasi Breamer’s
 Identifikasi dengan Reagen Bromin
 Identifikasi dengan Phenazone
 Identifikasi Mitchell’s, dan
 Uji Senyawa Katekin
 Uji Goldbeater’s skin

Adanya noda coklat atau kehitaman pada goldbeater’s skin


menujukkan adanya tanin dalam zat uji.
Uji Goldbeater’s skin ini memberikan hasil positif untuk senyawa
tanin sebenarnya dan memberikan hasil negatif untuk pseudotanin.
Oleh karenanya uji ini seringkali digunakan untuk
mendeferensialkan tanin sebenernya dari pseudotanin.
 Uji Warna dan Pengendapan
Indentifikasi dengan pengamatan terhadap warna atau endapan yang terbentuk
pada larutan simplisia uji dengan penambahan reagen ke dalamnnya. Berikut
merupakan ringkasan uji sederhana dengan bebebagai reagen yang dirangkum
dalam tabel 1, berikut Uji Vanilin Hidroklorida terhadap tanin.
 Uji Larutan Gelatin
prosedur pengujiannya : disiapkan sejumlah 1% (w/v) larutan
gelatin dalam dalam air yang mengandung 10% NaCl. Ambil
sedikit larutan, lalu ditambahkan ke dalam filtrat larutan uji. Jika
endapan putih diperoleh, maka larutan uji mengandung tanin.

 Identifikasi Breamer’s atau Identifikasi fenol dengan


FeCl3
Seperti senyawa fenol lainnya tanin akan bereaksi dengan
garam Besi (III). Larutan sampel akan memberikan warna
intesif merah, biru, unggu atau hijau, dari kompleks triaryloksi
yang menandakan adanya senyawa fenol dalam sampel tersebut
 Uji dengan Reagen Bromin (Bromine Water)
Identifikasi dengan reagen bromin ini tidak dapat diterapkkan pada
golongan tanin terhidrolisa seperti gallotanin dan ellagitanin. Pada senyawa
gallotanin dan ellagitanin tidak ada posisi yang tersedia untuk terjadinya
substitusi elektrofilik bromin terhadap gugus fenol, sehingga tidak
terbentuk endapan 2,4,6-tribromofenol

 Identifikasi dengan Potasium Dikromat K2CrO4


Prinsip kerjanya adalah K2CrO4 mengoksidasi tanin yang terkandung
dalam kayu sehingga diperoleh warna yang lebih gelap. Berikut mekanisme
kerja Identifikasi dengan Potasium Dikromat; Sejumlah 5 mL ekstrak bahan
uji dimasukkan ke dalam tabung uji, kemudian ditambahkan ke dalamnya 1
mL 10% K2CrO4. Amati perubahan warna yang terjadi, jika timbul endapan
kuning atau warna menjadi gelap, maka zat uji mengandung tanin
 Identifikasi dengan Phenazone
Berikut prosedur pengujiannya; sejumlah 0.5 gram Sodium Asam Fosfat Anhidrat
(HNa2O4P) ditambahkan ke dalam 5 mL ekstrak aqueous dari simplisia yang diuji.
Panaskan campuran, lalu disaring. Ke dalam filtrat yang didapatkan ditambahkan 2%
larutan phenazone. Akan terbentuk endapan bulkis yang kadang berwarna,
mengidentifikasikan zat uji mengandung tanin
 Uji Indentifikasi Mitchell’s
Dalam identifikasi ini sejumlah Besi dan Amonium Sitrat atau Besi dan Natrium Sitrat
ditambahkan ke dalam ekstraksi mentah simplisia uji. Jika simplisia uji mengandung
tanin, maka akan terbentuk kompleks besi-tanin. Kompleks tersebut tidak larut dalam
larutan Amonium Asetat, akan tetapi larut dalam air.
 Uji Senyawa Katekin (Matchstick test)
Matchstick test dilakukan untuk mengidentifikasi adanya senyawa katekin dalam
sampel. Prosedurnya dengan cara mencelupkan batang korek api ke dalam ekstrak
simplisia uji. Batang api lalu dikeringkan, dibasahi kembali dengan HCl pekat, lalu
hangatkan di dekat nyala api. Phoroglucinol menghasilkan nyala api pink atau merah.
.
Berdasarkan sifat-sifat maka untuk menganalisis tanin dapat
dilakukan berbagai cara sesusai tujuanya. Untuk analisis secara
kualitatif dapat dilakukan dengan mengunakan metode :

 Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam kehijauan.


 Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat.
 Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium
Bikromatberwarna coklat

Anda mungkin juga menyukai