Anda di halaman 1dari 31

GRANUL PARACETAMOL

A. Tujuan pembuatan granul paracetamol : Untuk memperoleh granul untuk pembuatan tablet.
B. Formula :
1. Paracetamol

Struktur

Rumus Molekul C8H9NO2


Berat Molekul 151.17 g/mol
Pemerian serbuk putih, tidak berbau, agak pahit
pH 5.5-6.5
Titik Lebur 170°C (338°F)
Fungsi Sebagai zat aktif
Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah larut
dalam etanol
Stabilitas Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. Simpan dalam suhu
ruang, hindarkan dari kelembapan dan panas
Inkompatibilitas Tidak bercampur dengan senyawa yang memiliki ikatan hydrogen dan
beberapa antasida
Gambar
2. Amilum Manihot

Struktur

Rumus Molekul (C6H10O5)n dimana n = 300–1000

Berat Molekul -
Pemerian Serbuk halus, tidak berbau, putih, tidak berasa
pH 4.0–8.0
Titik Lebur -
Fungsi Pengisi tablet, penghancur tablet, pengikat tablet
Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah larut
dalam etanol
Stabilitas Amilum kering stabil jika terlindungi dari kelembaban tinggi. Amilum
kering stabil secara kimia maupun mikrobiologis pada kondisi
penyimpanan normal. Amilum kering dalam bentuk pasta secara fisik
tidak stabil dan mudah dimetabolisme oleh mikroorganisme; akan lebih
baik jika amilum kering disiapkan dalam kondisi yang baru sesaat
sebelum dilakukan granulasi. Amilum kering harus disimpan dalam
wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering
Inkompatibilitas Pati inkom dengan zat pengoksidasi kuat
Gambar

3. Laktosa Monohidrat

Struktur

Rumus Molekul C12H22O11 H2O

Berat Molekul 360.31 g/mol


Pemerian Serbukputih, mengalirbebas, rasa sedikit manis, tidakberbau
pH 4 – 6,5
Titik Lebur 201–202C
Fungsi Bubuk kering inhaler; membantu proses liofilisasi; pengikat tablet;
pengencerkapsul; pengisikapsul
Kelarutan Mudahlarutdalam air secaraperlahan-lahan, praktistidaklarutdalametano
Stabilitas Jamur akan tumbuh pada kondisi lembab. Laktosa akan berubah warna
menjadi coklat saat penyimpanan dengan suhu yang hangat dan lembab.
Laktosa harus disimpan di tempat yang tertutup rapat, dingin dan kering
Inkompatibilitas Reaksi kondensasi tipe Maillard kemungkinan terjadi ketika mencampur
laktosa dengan senyawa kelompok amina primer sehingga akan
membentuk warna coklat. Interaksi Maillard juga telah terjadi antara
laktosa dengan amina sekunder. Namun, reaksi berhenti saat pembentuk
animina, sehingga tidak membentuk warna kuning-coklat. Laktosa juga
inkom dengan asam amino, amfetamin dan lisinopril
Gambar

4. Muscilago Amyli

Struktur -
Rumus Molekul -
Berat Molekul -
Pemerian Serpihan tipis putih atau kekuning-kuningan, spheroidal tears, granule,
serbuk, atau spray-dried powder. Tak berbau dan tak berasa.

pH 4.5–5.0 (5% w/v pelarut air)


Titik Lebur -
Fungsi Emulsifying agent; stabilizing agent; suspending agent; tablet binder;
viscosity-increasing agent
Kelarutan larut dalam 1:20 glycerin, 1:20 propylene glycol, 1:2,7 air; praktis tidak
larut dalam ethanol (95%). Dalam air, acacia terlarut perlahan, dan akan
terlarut seutuhnya setelah dua jam
Stabilitas Pelarut air merupakan bahan yang dapat memicu degradasi enzimatik
(oleh bakteri). Oleh sebab itu perlu dilakukan pemanasan terhadap
pelarut air untuk menginaktifkan enzym, selain itu dapat pula dilakukan
irradiasi mikrowave. Pelarut air juga dapat diberi tambahan zat pengawet
antimikrobial contohnya 0.1% w/v asam bensoat, 0.1% w/v sodium
benzoate, atau campuran 0.17% w/v methyl paraben dan
0.03%propylparaben. Penyimpanan GOM harus pada tempat yang kedap
udara, sejuk dan kering.
Inkompatibilitas Acacia inkompaibel dengan sejumlah zat termasuk amidopyrine,
apomorphine, cresol, ethanol (95%), ferric salts, morphine, phenol,
physostigmine, tannins, thymol, and vanillin
Gambar

C. Evaluasi Granul Paracetamol


1. Granulometri
Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran ukuran-ukuran
granul). Dalam melakukan analisis granulometri digunakan susunan pengayak dengan
berbagai ukuran. Mesh terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun
pengayak dengan mesh yang makin kecil. Tujuan granulometri adalah untuk melihat
keseragaman dari ukuran granul. Diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda.
Granulometri berhubungan dengan sifat aliran granul. Jika ukuran granul berdekatan,
aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran granul mengikuti kurva distribusi normal.
2. Bobot Jenis
 Bobot jenis sejati
BJ sejati dapat dilakukan dengan menggunakan alat piknometer, yaitu dengan cara
ditimbang bobot piknometer kosong, masukka 1 gram granul pada piknometer yang
telah ditimbang tadi, kemudian masukkan 1 gram granul dan cairan pendispersi pada
piknometer yang kedua, dan berikutnya masukkan cairan pendispersi pada piknometer
ketiga, catat hasil yang diperoleh kedalam rumus sebagai berikut :
Bj = (B – a) x Bj cairan pendispersi
(B+d)–(a+c)
a = Bobot piknometer kosong
B = Bobot piknometer 1 gram granul
c = Bobot piknometer 1 gram granul dan cairan pendispersi
d = Bobot piknometer cairan pendispersi.
 Bobot jenis nyata
BJ nyata dapat dilakukan dengan menggunakan alat yaitu gelas ukur, dengan cara
ditimbang bobot granul, misalnya 50 gram dimasukkan kedalam gelas ukur. Kemudian
dimasukkan kedalam rumus sebagai berikut :
P= W
V
W = Bobot granul setelah ditimbang
V = Volume granul tanpa pemampatan
 Obat jenis nyata setelah pemampatan
BJ mampat dapat dilakukan dengan alat gelas ukur, dengan cara ditimbang bobot ganul
yang akan dilakukan evaluasi, kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur, dan lihat
volume granul setelah dilakukan 500 kali katuk pada gelas ukur tersebut. Dengan rumus
sebagai berikut :
Pn = W
Vn
W = Bobot granul setelah ditimbang
Vn = Bobot granul setelah dilakukan pemampatan
2.1.3 Kadar Pemampatan
%T = Vo – V500 dikali 100%
Vo
%T = Kadar pemampatan
Vo = Volume sebelum pemampatan
V500 = Volume setelah pemampatan 500 x
%T < 20 atau ^V<20 m granul memiliki aliran yang baik
Kadar pemampatan dan berat jenis dapat untuk menilai aliran. Alat dan metode nya
hampir sama seperti pada saat melakukan BJ mampat.
3. Aliran
 Metode corong
Mengukur kecepatan aliran 100 g granul menggunakan corong kaca dengan dimensi
sesuai. Metode corong dapat dilakukan dengan 2 cara :
· cara bebas
· cara tidak bebas (paksa) digetarkan
Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian
tertentu. Awalnya granul ditimbang, berat granul dicatat sebagai m. Lalu granul
tersebut dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Waktu yang
diperlukan granul untuk melewati corong dicatat sebagai t.
 Metode sudut istirahat (α)
Masukkan 100 g granul (tutup bagian bawah corong) kemudian tampung granul di atas
kertas grafik. Hitung α. Jika α
Α Sifat alir
25 – 30 sangat mudah mengalir
30 – 40 mudah mengalir
40 – 45 mengalir
>45 kurang mengalir
Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian
tertentu. Kemudian granul dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian
bawahnya. Gundukan yang tertampung lalu diukur tinggi (dicatat sebagai h) dan
diameternya (dicatat sebagai d).
4. Kompresibilitas
Merupakan pengukuran persen kemampatan. Pada uji ini menggunakan gelas ukur
bervolume besar, kemudian seluruh granul dimasukkan ke dalam gelas ukur. Tinggi
awal granul dicatat, kemudian gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali ketukan
dengan kecepatan konstan. Tingginya lulu diukur lagi dan dicatat Diukur persen (%)
kemampatan (K) dengan rumus :
% K = BJ mampat – Bj nyata x 100%
Bj mampat
% K = 5-15 % aliran sangat baik
16-25% aliran baik
>/ 26% aliran buruk
5. Uji Kadar Air
Susut pengeringan diukur dengan alat Moisture Balance. Kadar air yang baik untuk
granul tablet adalah 2 – 5 %. Atau menggunakan oven ( gravimetri ).
TABLET PARACETAMOL
A. Tujuan pembuatan tablet paracetamol : Tablet paracetamol memiliki zat aktif
paracetamol yang berfungsi sebagai antipiretik dan analgesik. Pembuatan tablet
paracetamol berfungsi untuk mempermudah pasien dalam mengonsumi paracetamol.
B. Formula :
1. Paracetamol

Struktur

Rumus Molekul C8H9NO2


Berat Molekul 151.17 g/mol
Pemerian serbuk putih, tidak berbau, agak pahit
pH 5.5-6.5
Titik Lebur 170°C (338°F)
Fungsi Sebagai zat aktif
Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah larut
dalam etanol
Stabilitas Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. Simpan dalam suhu
ruang, hindarkan dari kelembapan dan panas
Inkompatibilitas Tidak bercampur dengan senyawa yang memiliki ikatan hydrogen dan
beberapa antasida
Gambar
2. Amilum Kering

Struktur

Rumus Molekul (C6H10O5)n where n = 300–1000

Berat Molekul -
Pemerian Serbuk halus, tidak berbau, putih, tidak berasa
pH 4.0–8.0
Titik Lebur -
Fungsi Pengisi tablet, penghancur tablet, pengikat tablet
Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah larut
dalam etanol
Stabilitas Amilum kering stabil jika terlindungi dari kelembaban tinggi. Amilum
kering stabil secara kimia maupun mikrobiologis pada kondisi
penyimpanan normal. Amilum kering dalam bentuk pasta secara fisik
tidak stabil dan mudah dimetabolisme oleh mikroorganisme; akan lebih
baik jika amilum kering disiapkan dalam kondisi yang baru sesaat
sebelum dilakukan granulasi. Amilum kering harus disimpan dalam
wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering
Inkompatibilitas Pati inkom dengan zat pengoksidasi kuat
3. Mg Stearat

Struktur

Rumus Molekul C36H70MgO4

Berat Molekul 591.24 g/mol


Pemerian Serbuk putih, tidak berbau, terasa berminyak saat disentuh, sangat halus,
tidak berasa
pH 6,5
Titik Lebur 117–150C
Fungsi Magnesium stearat banyak digunakan dalam kosmetik, makanan, dan
formulasi farmasi. Ini terutama digunakan sebagai pelumas dalam
pembuatan kapsul dan tablet pada konsentrasi antara 0,25% dan 5,0% b
/ b. Hal ini juga digunakan dalam krim penghalang
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan air; sedikit larut
dalam benzena hangat dan etanol hangat (95%)
Stabilitas Magnesium stearat harus disimpan dalam tempat tertutup, sejuk dan
kering
Inkompatibilitas Inkom dengan asam kuat alkali, dan garam besi. Hindari pencampuran
dengan bahan pengoksidasi kuat. Magnesium stearate tidak bisa
digunakan dalam produk yang mengandung aspirin, beberapa vitamin,
dan kebanyakan alkaloid garam

C. Evaluasi Tablet Paracetamol


1. Uji Keseragaman Bobot
Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-ratanya. Saat ditimbang satu per satu tidak
boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-
rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B, sesuai syarat yang tercantum pada Farmakope
Indonesia III.
2. Uji Keseragaman Ukuran
Dipilih 20 tablet dari masingmasing formula, diukur tebal dan diameter masing-masing
tablet menggunakan alat ukur. Menurut Farmakope Indonesia III, syarat keseragaman
ukuran kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang
dari 1 ⁄ kali tebal tablet.
3. Uji Kekerasan Tablet Alat
yang digunakan ialah hardness tester. Cara kerjanya yaitu sebuah tablet diletakkan
tegak lurus diantara anvil dan punch, tablet dijepit dengan cara memutar sekrup
pengatur sampai tanda lampu stop menyala. Lalu knop ditekan sampai tablet pecah.
Angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala dibaca. Percobaan ini dilakukan sampai
5 kali. Persyaratan kekerasan tablet: 4-8 kg (Soekemi dkk, 1987).
4. Uji Friabilitas atau Kerapuhan
Alat yang digunakan ialah friability tester. Caranya ditimbang 20 tablet, dicatat
beratnya (A gram), lalu dimasukkan ke dalam alat dan alat dijalankan selama 4 menit
(100 kali putaran). Setelah batas waktu yang ditentukan, tablet dikeluarkan dan
dibersihkan dari serbuk-serbuk halus lalu ditimbang lagi (B gram). Friabilitas (F) = .
Syarat: kehilangan bobot ≤ 1% (Soekemi dkk, 1987).
5. Uji Waktu Hancur
Alat yang digunakan ialah disintegration tester. Caranya yaitu satu tablet dimasukkan
pada masing-masing tabung dari keranjang lalu dimasukkan cakram pada tiap tabung
dan alat dijalankan. Sebagai medium digunakan air dengan suhu dengan suhu 37⁰C,
kecuali dinyatakan lain menggunakan cairan yang tercantum pada masing-masing
monografi. Pada akhir batas waktu, angkat keranjang dan amati semua tablet. Semua
tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet harus hancur
sempurna (Depkes, 1995).
SUPPOSITORIA NATRIUM SALISILAT

A. Tujuan pembuatan suppositoria natrium salisilat : Suppositoria natrium salisilat memiliki


kandungan zat aktif natrium salisilat yang dapat berfungsi sebagai antipiretik, analgesic,
dan antiinflamasi. Pembuatan suppositoria bertujuan untuk menghindari terjadinya iritasi
pada lambung, dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam
lambung, obat dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral, baik bagi pasien
yang mudah muntah atau tidak sadar.
B. Formula :

1. Natrium Salisilat

Struktur

Rumus Molekul C7H5NaO3

Berat Molekul 160.104 g/mol


Pemerian Terdiri dari kristal monoklinik yang tidak berbau, tidak berwarna, atau
serbuk kristal putih. Sedikit higroskopis di udara lembab, pada udara
kering dan hangat sedikit efflorescent. Meskipun kebanyakan farmakope
menentukan bahwa natrium sitrat adalah dihidrat, USP 32 menyatakan
bahwa natrium sitrat dapat berupa bahan dihidrat atau anhidrat.
pH 6.5
Titik Lebur 200C

Fungsi Analgesic, antipiretik, anti-inflamasi

Kelarutan Mudah larut dalam air dingin


Stabilitas Bahan yang stabil. Larutan berair dapat disterilisasi dengan autoklaf.
Pada penyimpanan, larutan berair dapat menyebabkan pemisahan
partikel padat kecil dari wadah kaca. Bahan curah harus disimpan dalam
wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering.

Inkompatibilitas Larutan berair sedikit basa dan akan bereaksi dengan zat asam. Garam-
garam alkaloid dapat diendapkan dari larutan berair atau hidro-
alkoholnya. Garam kalsium dan strontium akan menyebabkan
pengendapan dari sitrat yang sesuai. Inkompatibilitas lainnya meliputi
basa, zat pereduksi, dan zat pengoksidasi.

Gambar

2. Oleum Cacao

Struktur -
Rumus Molekul -
Berat Molekul -
Pemerian cairan jernih, tidak berwarna atau putih ke cahaya kuning, atau kuning
pucat, bau khas (kelapa). Bentuk yang diambil minyak kelapa tergantung
pada suhu; warna kuning pucat cair diambil pada suhu 28C dan 30C,
bentuk semipadat pada 20C, dan bentuk padatan kristal diambil pada
suhu di bawah 15C
pH -
Titik Lebur 23-26C
Fungsi Emollient; ointment base
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam diklorometana dan minyak
ringan (bp: 65-70C); larut dalam eter, karbon disulfida, dan kloroform;
larut pada 60C dalam 2 bagian etanol (95%) namun kurang larut pada
suhu yang lebih rendah. Mudah larut dalam dietil eter. Tidak larut dalam
air dingin. Sangat larut dalam kloroform, karbon disulfida, petroleum
benzin
Stabilitas Minyak kelapa tetap dapat dimakan, dan ringan dalam rasa dan bau,
selama beberapa tahun di bawah kondisi penyimpanan biasa. Namun,
saat terkena udara, minyak mudah mengoksidasi dan menjadi tengik,
menimbulkan bau yang tidak sedap dan rasa asam kuat
Inkompatibilitas Minyak kelapa bereaksi dengan zat pengoksidasi, asam dan alkali.
Polyethylene mudah menyerap minyak kelapa. Telah ditunjukkan bahwa
peningkatan tenaga yang dibutuhkan untuk mengeluarkan minyak kelapa
dari jarum suntik plastik disebabkan oleh serapan minyak ke dalam
plunger karet; Hal ini mengakibatkan pembengkakan plunger karet dan
peningkatan ketahanan terhadap gerakan di bawah laras jarum suntik
Gambar

3. Cera Flava (Yellow Bees Wax)

Struktur -
Rumus Molekul -
Berat Molekul -
Kandungan Caproic acid (41.5%), caprylic acid (5.0–11.0%), capric acid (4.0–9.0%),
lauric acid (40.0–50.0%), myristic acid (15.0–20.0%), palmitic acid
(7.0–12.0%), stearic acid (1.5– 5.0%), arachidic acid (40.2%), oleic acid
(4.0–10.0%), linoleic acid (1.0–3.0%), linolenic acid (40.2%), and
eicosenoic acid (40.2%)

Pemerian Zat padat, coklat kekuningan, bau enak seperti madu, agak rapuh jika
dingin, menjadi elastis jika hangat dan bekas patahan buram dan
berbutir-butir
pH -
Titik Lebur 23-26C
Fungsi Emollient; ointment base

Kelarutan Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol dingin. Etanol
mendidih melarutkan asam serotat dan sebagian dari mirisin, yang
merupakan kandungan malam kuning. Larut sempurna dalam kloroform,
dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri. Larut sebagian
dalam benzen dan karbon disulfida dingin; pada suhu lebih kurang 30°
larut sempurna dalam benzen, dan dalam karbon disulfida.
Stabilitas saat dipanaskan lebih dari 150C akan terjadi reaksi esterfikasi yang akan
menurunkan angka keasaman dan meningkatkan titik lebur. Stabil dalam
penyimpanan tertutup rapat baik dan terhindari dari cahaya.
Inkompatibilitas inkompatibel dengan agen pengoksidasi
Gambar

4. PEG 6000
Struktur

Rumus Molekul C2nH4n+2On+1

Berat Molekul 5000-7000 g/mol


Pemerian Serbuk yang mudah mengalir; putih; bau manis yang samara /sedikit.
pH -
Titik Lebur 56-61C
Fungsi Pengikat tablet; lubrikan
Kelarutan Larut dalam air dan dapat bercampur dalam semua proporsi dengan
polietilen glikol lainnya; larut dalam aseton, diklorometana, etanol dan
metanol; agak sukar larut dalam hidrokarbon alifatik dan eter; tidak larut
dalam lemak, fixed oil, dan minyak mineral.
Stabilitas PEG secara kimia stabil di udara dan dalam larutan, walaupun
PEG>2000 higroskopis. PEG tidak rentan terhadap pertumbuhan
mikroba dan tidak mudah menjadi tengik. PEG (padat atau cair) dapat
disterilisasi dengan autoklaf, filtrasi atau gama irasiasi. Sterilisasi PEG
yang padat dengan pemanasan pada suhu 150ºC selama 1 jam dapat
menyebabkan oksidasi, penggelapan warna dan pembentukan degradasi
asam. Idealnya sterilisasi dilakukan pada lingkungan yang inert.
Oksidasi PEG dapat juga dihambat dengan penambahan antioksidan
yang tepat. Penyimpanan dalam bnitrogen dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya oksidasi. Harus disimpan dalam wadah yang
tertutup baik pada tempat yang sejuk dan kering. Wadah yang terbuat
dari stainless steel, aluminium, kaca atau lined steel diutamkan untuk
penyimpanan PEG cair.
Inkompatibilitas PEG dalam wujud padat dan cair inkompatibel dengan beberapa zat
pewarna.Aktivitas antibakteri dari beberapa antibiotik, seperti penisilin
dan basitrasin, berkurang dalam basis PEG. Efektivitas pengawet seperti
paraben juga dapat berkurang karena membentuk ikatan dengan PEG.
Perubahan fisik yang terjadi pada basis PEG adalah menjadi lebih lunak
atau lebih cair dengan adanya campuran fenol, asam tannat dan asam
salisilat. Dapat menyebabkan perubahan warna sulfonamid dan ditranol,
juga pengendapan sorbitol. Plastik, seperti polietilen, fenolformaldehid,
polivinilklorida dan membran selulosa dapat mnejadi lebih lunak atau
larut dengan PEG. Perpindahan PEG dapat terjadi dari salut film tablet,
menyebabkan interaksi dengan komponen pada inti tablet
Gambar

5. PEG 400
Struktur

Rumus Molekul H(O-CH2-CH2)nOH

Berat Molekul 380-420 g/mol


Pemerian Cairan yang jernih, tidak berwarna atau sedikit berwarna kuning, kental.
Bau khas lemah dan rasa pahit dan sedikit terbakar
pH -
Titik Beku 40-80C

Fungsi Ointment base, plasticizer, solvent, suppository base, tablet dan capsule
lubricant

Kelarutan Larut dalam air, dalam etanol 95% P, dalam glikol lain. Semua kadar
polietilen glikol larut dalam air dan tercampur dalam semua proporsi
dengan polietilen glikol lainnya (setelah dicairkan jika perlu). Larutan
berair dengan kadar molekuler yang lebih tinggi dapat membentuk gel.
Polietilena glikol cair larut dalam aseton, alkohol, benzena, gliserin, dan
glikol.

Polietilen glikol padat larut dalam aseton, diklorometana, etanol (95%),


dan metanol; sedikit larut dalam hidrokarbon alifatik dan eter, namun
tidak larut dalam lemak, minyak tetap, dan minyak mineral.
Stabilitas PEG secara kimia stabil di udara dan dalam larutan, higroskopis. PEG
tidak rentan terhadap pertumbuhan mikroba dan tidak mudah menjadi
tengik. Oksidasi PEG dapat juga dihambat dengan penambahan
antioksidan yang tepat. Penyimpanan dalam nitrogen dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya oksidasi. Disimpan dalam wadah yang tertutup
baik pada tempat yang sejuk dan kering. Wadah yang terbuat dari
stainless steel, aluminium, kaca, atau wadah baja berjajar (lebih cocok
untuk penyimpanan PEG dalam bentuk cairan)

Inkompatibilitas PEG inkompatibel dengan beberapa zat pewarna. Aktivitas antibakteri


dari beberapa antibiotik, seperti penisilin dan basitrasin, berkurang
dalam basis PEG. Efektivitas pengawet seperti paraben juga dapat
berkurang karena membentuk ikatan dengan PEG. Perubahan fisik yang
terjadi pada basis PEG adalah menjadi lebih lunak atau lebih cair dengan
adanya campuran fenol, asam tannat dan asam salisilat. Dapat
menyebabkan perubahan warna sulfonamid dan ditranol, juga
pengendapan sorbitol. Plastik, seperti polietilen, fenolformaldehid,
polivinilklorida dan membran selulosa dapat mnejadi lebih lunak atau
larut dengan PEG. Perpindahan PEG dapat terjadi dari salut film tablet,
menyebabkan interaksi dengan komponen pada inti tablet.

Gambar
C. Evaluasi Suppositoria Natrium Salisilat

1. Organoleptis 


Penampilan suppositoria termasuk bau, warna, kondisi permukaan dan bentuk. Syarat
yang harus dipenuhi adalah ketika suppositoria dibelah secara longitudinal, bagian
internal dan eksternal menunjukkan visualisasi yang seragam. Pada hasil percobaan,
suppositoria pertama mengalami keretakan di bagian dalam dan memiliki warna yang

seragam. Suppositoria kedua dan ketiga tidak retak dan warnanya seragam. 


2. Uji Kekerasan 


Uji kekerasan dirancang sebagai metode untuk mengukur keregasan atau kerapuhan
suppositoria. Alat yang digunakan untuk uji tersebut terdiri dari suatu ruang berdinding
o
rangkap di mana suppositoria yang diuji ditempatkan. Air pada suhu 37 C dipompa
melewari dinding rangka tersebut, dan suppositoria diisikan ke dalam dinding dalam
yang kering, menopang lempeng dimana suatu batang dilekatkan. Ujung lain dari
batang tersebut terdiri dari lempeng lain di mana beban digunakan. Uji dihubungkan
dengan penempatan 600 gram di atas lempeng datar. Pada interval waktu satu menit,
200 gram bobot ditambahkan, dan bobot di mana suppositoria rusak adalah titik
hancurnya, atau gaya yang menentukan karakteristik kengerasan dan kerapuhan

suppositoria tersebut. 
 Suppositoria dengan bentuk-bentuk yang berbeda memiliki

waktu hancur yang berbeda pula. Titik hancur yang di kehendaki dari masing-masing
bentuk suppositoria yang beraneka raga mini disebabkan oleh berbagai tipe
penanganan, yakni: produksi, pengemasan, pengiriman, dan pengankutan dalam
penggunaan untuk pasien. Untuk hasil yang baik, kekerasan suppositoria tidak kurang

dari 1,8 hingga 2 kg. 


3. Uji jarak leleh 


Disebut juga uji kisaran meleleh makro. Uji ini merupakan suatu ukuran waktu yang
diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam penangas air
o
dengan temperatur tetap (37 C). 


4. Uji keseragaman bobot 


Keseragaman bobot suppositoria dilakukan dengan cara menimbang satu per satu bobot
suppositoria hingga sebanyak 10 buah. Penyimpangan bobot suppositoria yang

terbentuk tidak melebihi persyaratan, dimana nilainya tidak lebih dari 5%. 


5. Uji waktu hancur 


Uji yang menunjukkan waktu yang diperlukan supositoria untuk hancur sempurna
menggunakan alat uji waktu hancur. Supositoria yang baik memiliki waktu hancur tidak
lebih dari 60 menit (basis larut air). Cara pengujiannya adalah dengan tiga buah
supositoria dimasukkan ke alat uji waktu hancur, setiap 10 menit alat akan berputar

otomatis, diamati waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan supositoria. 



SUSPENSI SULFADIAZIN

A. Tujuan pembuatan suspense sulfadiazine : Zar aktif sulfadiazine berguna sebagai


antimikroba. Tujuan pembuatan suspensi yaitu lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh, dapat
dikonsumsi oleh pasien yang tidak dapat meminum tablet.
B. Formulasi :
1. Sulfadiazin

Struktur

Rumus Molekul C10H10N4O2S


Berat Molekul 250.27 g/mole
Pemerian Serbuk putih sampai agak kuning, tidak berbau atau hampir tidak
berbau, stabil diudara, tetapi terhadap pemaparan pada cahaya perlahan
menjadi gelap
pKa 6.36
Titik Lebur 254C
Fungsi Sebagai zat aktif, antibakteri
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam asam mineral encer,
dalam larutan KOH, dalam larutan NaOH, dan dalam NH4OH, agak
sukar larut dalam ethanol, sukar larut dalam ethanol dan dalam aseton.
Stabilitas tidak stabil dengan panas berlebih dan oksidator kuat. Disimpan pada
wadah tertutup rapat, sejuk, tidak tembus cahaya. Pemaparan dengan
cahaya mengubah warna sulfadiazin menjadi hitam

Inkompatibilitas inkompatibel dengan garam besi, cairan asam, iodine, agen


pengoksidasi, asam mineral, timah asetat, dan serbuk sodium fosfat
Gambar

2. Asam sitrat

Struktur

Rumus Molekul C6H8O7


Berat Molekul 192,13 g/mol
Pemerian Asam Sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satu molekul
air hidrat. Mengandung tidak kurang dari 99,5%dan tidak lebih dari
100,5%, C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat.
Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai
halus; putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam.
Bentuk hidrat mekar dalam udara kering.
pH 2.2 (1% b/v air)
Titik Lebur 100C
Fungsi Penambah keasaman, antioksidan, chelating agent,pengawet, peningkat
rasa.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; agak sukar
larut dalam eter.
Stabilitas Asam sitrat monohidrat kehilangan air kristalisasi di udara kering atau
saat dipanaskan sampai sekitar 408 C. Bahan monohidrat atau anhidrat
harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering.
Inkompatibilitas Asam sitrat inkompatibel dengan kalium tartrat, alkali dan karbonat
alkali tanah dan bikarbonat, asetat, dan sulfida. Bahan ini juga
Inkompatibel dengan agen pengoksidasi, basa, agen pereduksi, dan
nitrat. Berpotensi meledak dalam kombinasi dengan nitrat logam Pada
penyimpanan, sukrosa dalam sirup akan mengkristal dengan adanya
asam sitrat.
Gambar

3. CMC-Na

Struktur

Berat Molekul 263,198 g/mol

Pemerian Serbuk atau granul; putih sampai krem;higroskopik.

pH 6,5-8,5
Titik Lebur Menjadi coklat pada suhu kira kira 227C dan chars pada suhu kira-kira
252C
Fungsi Agen pelapis; menstabilkan agen; agen suspend; tablet dan kapsul
disintegrasi; pengikat tablet; agen peningkatan viskositas; agen
penyerap air.
Kelarutan Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak larut
dalam etanol, eter dan pelarut organik lain
Stabilitas Dalam wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas CMC-Na bereaksi kuat dengan asam kuat, larutan garam besi dan
logam lainnya, seperti alumunium, merkuri dan zinc. Selain itu, dapat
bereaksi dengan xanthan gum. CMC-Na membentuk kompleks
koaservat dengan gelatin dan pectin
Gambar

4. Metil paraben

Struktur

Rumus Molekul C8H8O3

Berat Molekul 152.15 g/mol


Pemerian Berbentuk, kristal tak berwarna atau kristal putih bubuk, tak berbau dan
rasanya sedikit terbakar.
pH 8.4 pada 22C
Titik Lebur 125 - 128C
Fungsi Aktivitas antimikroba. Efektivitas pengawet menurun dengan pH
meningkat karena pembentukan fenolat anion Parabens lebih aktif
melawan ragi dan jamur daripada melawan bakteri Mereka juga lebih
aktif melawan bakteri gram positive dibandingkan bakteri gram negatif,
sebagai bahan pengawet
Kelarutan Sukar larut dalam air,dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida,
mudah larut dalam etanol dan eter.
Stabilitas disimpan dalam kontainer tertutup rapat pada tempat yang sejuk dan
kering. Larutan metilparaben pada pH 3-6 stabil sampai 4 tahun pada
suhu ruangan. Larutan metilparaben pada pH diatas 8 lebih cepat
terhidrolisis

Inkompatibilitas Aktivitas antimikroba dari metilparaben dan paraben lainnya sangat


menguraqngi adanya surfaktan non ionik, seperti polisorbat 80, sebagai
hasil miselasi. Metil paraben tidak kompatibel dengan beberapa
substans, seperti bentonite, magnesium trisilicate, talk, tragacanth,
sodium alginate,minyak esensial , sorbitol, dan atropine. Plastik dan
pembawanya dapat mengabsorbsi metal paraben
Gambar

5. NaOH


Struktur Na-OH
Rumus Molekul NaOH
Berat Molekul 40,00 g/mol
Pemerian Putih atau praktis putih, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur.
Jika terpapar di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab.
Massa melebur, berbentuk pelet kecil, serpihan atau batang atau bentuk
lain.
pH 12 (0,05% b/b dalam air);
13 (0,5% b/b dalam air);
14 (5% b/b dalam air)
Titik Lebur 318C
Fungsi Alkalizing agent; buffering agent
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Stabilitas Natrium hidroksida harus disimpan dalam Kontainer kedap udara non
metal di tempat sejuk dan kering. Saat terkena udara, sodium
hidroksida cepat menyerap kelembaban dan mencair, namun
selanjutnya menjadi padat lagi karena penyerapan karbon dioksida dan
pembentukan natrium karbonat.
Inkompatibilitas Natrium hidroksida adalah basa kuat yang bereaksi dengan asam, ester,
dan eter, terutama dalam larutan berair
Gambar

6. Sirupus simpleks

Struktur

Rumus Molekul C12H22O11


Berat Molekul 342,3 g/mol
Pemerian Sukrosa adalah gula yang diperoleh dari tebu (Saccharum officinarum
Linne (Fam Gramineae)), bit gula (Beta vulgaris Linne (Fam.
Chenopodiaceae)), dan sumber lainnya. Ini tidak mengandung zat
tambahan. Sukrosa terjadi sebagai 27aramel tak berwarna, seperti
massa 27aramel atau balok, atau sebagai serbuk 27aramel putih; itu
tidak berbau dan memiliki rasa manis.
pH 5-6
Titik Lebur 160-186C
Fungsi Confectionery base; coating agent; granulation aid; suspending agent;
sweetening agent; tablet binder; tablet and capsule diluent; tablet filler;
therapeutic agent; viscosity-increasing agent.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam klorofom, larut 1 di 400 bagian ethanol, larut 1
di 170 ethanol 95%, larut 1 di 400 bagian propan-2-ol, larut 1 di 0,5
dalam air, larut 1 di 0,2 dalam air (100C)
Stabilitas Sukrosa memiliki stabilitas yang baik pada suhu kamar dan
kelembaban 27aramel27 sedang. Ini menyerap kelembaban sampai 1%,
yang dilepaskan saat pemanasan pada 908C. Sukrosa 27aramel saat
dipanaskan sampai suhu di atas 1608C. Larutan sukrosa encer
bertanggung jawab untuk fermentasi oleh mikroorganisme namun
menolak dekomposisi pada konsentrasi yang lebih tinggi, mis. Diatas
konsentrasi 60% b / b. Larutan berair dapat disterilkan dengan autoklaf
atau filtrasi. Bila sukrosa digunakan sebagai dasar untuk kembang gula
obat, proses memasak, pada suhu yang meningkat dari 110 menjadi
1458C, menyebabkan beberapa pembalikan membentuk dekstrosa dan
fruktosa (gula invert). Fruktosa menanamkan kelengketan pada
kembang gula tapi mencegah keropos karena biji-bijian. Inversion
dipercepat terutama pada suhu di atas 1308C dan dengan adanya asam.
Inkompatibilitas Sukrosa bubuk mungkin terkontaminasi bekas logam berat, yang dapat
menyebabkan ketidakcocokan dengan bahan aktif, mis. Asam askorbat.
Sukrosa juga dapat terkontaminasi dengan sulfit dari proses pemurnian.
Dengan kandungan sulfit tinggi, perubahan warna bisa terjadi pada
tablet berlapis gula; untuk warna tertentu yang digunakan dalam lapisan
gula batas maksimum kandungan sulfit, dihitung sebagai belerang,
adalah 1 ppm. Dengan adanya asam encer atau pekat, sukrosa
terhidrolisis atau dibalik menjadi dekstrosa dan fruktosa (gula invert).
Sukrosa dapat menyerang penutupan aluminium
Gambar

7. Etanol


Struktur

Rumus Molekul C2H6O


Berat Molekul 46,069 g/mol

Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau has dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun
pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o mudah terbakar
pH 7,33 (etanol 100%)
Titik Lebur -114 °C
Fungsi Sebagai pelarut
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan bercampur dengan semua pelarut
organik
Stabilitas disterilisasi dengan autoklaf, disimpan pada kontainer rapat dan sejuk

Inkompatibilitas Etanol dapat bereaksi dengan bahan yang bersifat oksidatif. Etanol juga
memiliki inkompaktibilitas dengan alumunium dan dapat bereaksi
dengan beberapa obat
Gambar

8. Aqua

Struktur

Rumus Molekul H2 O
Berat Molekul 18,015 g/mol
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

pH 7.0
Titik Didih 100C
Fungsi Sebagai pelarut
Kelarutan larut dalam semua pelarut polar

Stabilitas Stabil dalam semua bentuk (cair, gas, padat)


Inkompatibilitas Tidak ada
Gambar
C. Evaluasi Suspensi Sulfadiazin
1. Organoleptis
Pemerikasaan meliputi penampilan sediaan, rasa, dan bau.
2. Volume sedimentasi
Volume sedimentasi merupakan rasio dari volume sedimentasi akhir Vu terhadap
volume mula-mula dari suspensi Vo.
Vu
𝐹=
Vo
Nilai F antara 0-1. Nilai F akan meningkat dengan adanya peningkatan volume
sedimen. Semakin besar nilai F menunjukkan bahwa suspensi semakin stabil
Suspensi dikocok dengan baik dan dituangkan ke dalam 100 ml gelas ukur kemudian
didiamkan dan diukur volume sedimen yang terbentuk.(Florence, 2009)
3. Ukuran partikel
Ukuran partikel zat aktif yang tersuspensi dapat sangat mempengaruhi sifat suspensi
Ukuran partikel yang baik untuk suspensi adalah 1-50µm (Allen, 2014)
4. Redispersibility
Botol yang berisi suspensi dipegang dengan tegak dan diputar 180° (setengah
lingkaran) dan ke arah sebaliknya. Proses diulang sampai semua sedimen terdispersi.
Jumlah pembalikan yang dibutuhkan agar semua sedimen terdipersi kemudian dicatat.
Bila homogenitas suspensi tercapai dalam 1 pembalikan, dapat dikatakan bahwa
suspensi 100% mudah untuk diredispersikan. Setiap penambhan 1 pembalikan akan
mengurangi persentase untuk mudah diredispersikan sebanyak 5%. (Katphalia, 2014)
5. pH
Pengukuran pH menggunakan digital pH meter kemudian dibandingkan nilainya
dengan sediaan yang ada di pasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L.V., Jr., 2014, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems,
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, p. 450.
Florence, A.T., 2009, Modern Pharmaceutics, Informa Healthcare USA, New York, p. 388.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014, Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995. hal. 157, 898, 1228
Depkes RI., 1995., Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Depkes RI., 1979., Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Goskonda S. R., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C.,
Sheskey, P. J., Queen, M. E. (Editor), London, Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Assosiation, pp 181, 648,441
Katphalia, 2014, Development and Evaluation of a Ready to Use Antimalarial Oral
Suspension, World Journal of Pharmaceutical Research, 3(4), 1247.Soekemi, R A.,
Yuanita, T., Aminah, F., Usman, S., 1987, Tablet, Mayang Kencana, Medan.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2015, Handbook of Pharmaceutical Excipient, Sixth
Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, pp. 17, 18,
181-183, 441-443, 648- 650, 703-705, 766-768

Anda mungkin juga menyukai