LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Dasar Teori
Aminoglikosida merupakan senyawa yang terdiri dari dua atau lebih gula amino yang
berikatan secara glikosidik pada inti heksosa. Heksosa tersebut disebut aminosiklitol, yaitu
berupa streptidin (pada streptomisin) atau 2- deoksisistreptamin (ciri ikatan pada
aminoglikosida lainnya); berbentuk senyawa polikation yang bersifat basa kuat dan sangat
polar, baik dalam bentuk basa maupun garamnya .
Obat-obat yang termasuk dalam golongan aminoglikosida adalah streptomisin,
neomisin, framisetin, kanamisin, paromomisin, gentamisin, tobramisin, dan amikasin.
Aktivitas antibakteri gentamisin, tobramisin, kanamisin, netilmisin, dan amikasin terutama
adalah terhadap basil bakteri Gram negatif yang aerobik. Aktivitas terhadap mikroorganisme
atau bakteri fakultatif dalam kondisi anaerobik sangat rendah. Streptomisin dan gentamisin
aktif terhadap enterokokus dan streptokokus (selain S. pneumoniae dan S. pyogenes) pada
kadar yang secara klinis hanya dapat dicapai bila digabung dengan penisilin .
Aminoglikosida bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri. Kebanyakan
antibiotika yang bekerja dengan rnenghambat sintesis protein bakteri bersifat bakteriostatik,
namun aminoglikosida bersifat bakterisidal cepat Aktiv1tas antimikrobanya tergantung
konsentrasi obat; makin tinggi konsentrasi, makm cepat kemampuan membunuh bakteri
Pada pengobatan infeksi tertentu, aminoglikosida sering dikombinasi dengan
antibiotika β-Laktam dalam upaya memperluas spektrum antibakteri dan memperoleh
keuntungan sinergis dari keduanya. Pemilihan aminoglikosida dan dosisnya tergantung pada
infeksi yang sedang dihadapi dan kerentanan dari isolat tersebut (Tjay dan Rahardja, 2007).
Aminoglikosida mempunyai kemampuan yang sangat baik menghadapi Eschericia coli,
Klebsiella pneumonia dan Enterobacter spp dan angka resistensi aminoglikosida terhadap
patogen tersebut sangat rendah di berbagai bagian dunia. Aminoglikosida (terutama
amikasin) bersama dengan karbapenem dan polimiksin memiliki aktivitas yang sangat baik
dalam melawan organisme yang resisten terhadap banyak obat seperti Pseudomonas
aeruginosa dan Acinetobacter spp (Pagkalis S, 2011)
1.2.Tujuan
1. Dapat memahami konsep therapeutic drug monitoring antibiotik aminoglikosida
2. Dapat menentukan rancangan regimen dosis antibiotik aminoglikosida sehingga
mencapai respon terapeutik yang maksimal dan efek yang tidak diinginkan seminimal
mungkin
BAB II
Cl anak-anak =
= 0,104 ml/menit
Cl dewasa =
= 0,086 ml/menit
= 0,0578/ jam
Cl =
Cmaks =
= 0,0025 mg = 2,5
Css rata-rata = =
= 0,086 mg/ml = 86 / ml
Tidak diperlukan loading dose dikarenakan nilai Css rata rata yang didapat 86
μg/ml lebih besar dibanding Css yang telah ditargetkan yaitu 40 μg/ml.
b. Pemberian infus antibiotik Vankomisin secara intravena lambat merupakan
pemberian yang tepat, mengingat Vankomisin termasuk antibiotik golongan
aminoglikosida yang memiliki indeks terapi sempit. Apabila Vankomisin
diberikan dengan infus intravena cepat dapat menyebabkan kadar obat dalam
plasma sangat tinggi dan menyebabkan toksisitas. Pemberian infus intravena
vankomisin disarankan infus lambat, dengan waktu pemberian selamaa 60 menit.
c. Apabila Vankomisin diberikan secara infus intravena lambat, waktu paruh obat
yan didapat akan lambat dan interval waktu akan lebih Panjang, karena obat
tereliminasi secara perlahan sehingga frekuensi pemberian obatnya akan semakin
sedikit. Tetapi apabila Vankomisin diberikan dengan infus intravena cepat waktu
paruh obatnya akan cepat sehingga waktu pemberian obat semakin pendek karena
obat akan tereliminasi dengan cepat dan frekuensi pemberian obat akan semakin
sering
d. Div =
= 24,9 mg/ml
e. Perlu dilakukan TDM, mengingat kondisi pasien yang memberuk dan terdiagnosa
gagal ginjal kronik. Batas nilai clearence kreatinin untuk pasien gagal ginjal
kronik stage 4 15-29 ml/menit sedangkan nilai clearence kreatinin pasien yang
menggunakan vankomisin adalah 9,63 ml/menit, nilai tersebut berada dibawah
rentang nilai normal.
PORTOFOLIO THERAPEUTIC DRUG MONITORING
Hasil
parameter
farmakokinet
ik pada
pasien hasil
TDM
(berdasarkan
jurnal)
Waktu paro 5,4 jam (Semua Pasien) ; 4,9 jam (Cr Cl 50 mL/menit n=46) ; 7,8 jam (Cr
eliminasi Cl 50 mL/menit n=17)
Volume 0,42 L/Kg & 26,32 L (Semua Pasien)
distribusi
0,40 L/Kg & 25,7 L (CrCl 50 ml/menit)
0,66 L/Kg & 38,8 L (CrCl < 50 ml/menit)
Klirens 3,3 mL/menit (Semua Pasien) ; 3,4 mL/menit (Cr Cl 50 mL/menit n=46) ;
3,3 mL/menit ( Cr Cl 50 mL/menit n=17)
Cmaksss -C
minss -
AUC 462 mg x jam/ L (Semua Pasien) ; 361 mg x jam/L (Cr Cl 50 mL/menit
n=46) ; 507 mg x jam/L ( Cr Cl 50 mL/menit n=17)
Hasil/Konsen nilai C peak biasa buaut nyari nilai MIC
trasi obat
*Kadar ini didapatkan dari nilai Cpeak inisial yang biasa digunakan dalam
dalam sampel
(sesuaikan melakukan kalkulasi nilai MIC
dengan
banyaknya
sampel darah)
Sampel 1 : (0,5-16 mg/L)
Sampel 2 :
Sampel 3 :
dst :
Catatan: * pilih salah satu; **sesuaikan dengan rute pemberian yang Anda rencanakan
Hasil Penelusuran Artikel (tuliskan semua artikel/pustaka yang Anda gunakan pada
kolom ini dilengkapi dengan screenshot bukti bagian/tulisan yang Anda gunakan dan
judul artikel)
Artikel (tuliskan Buku/Ebook/Dokumen lainnya (tuliskan nama pengarang, tahun,
nama artikel, judul buku, penerbit, dan halaman) PLUS SCREENSHOT
penulis, tahun,
volume, nomor,
nama jurnal, dan
DOI) PLUS
SCREENSHOT
1. Nama buku 1.
: MIMS
(Mitochond
rial DNA
Mutations
Associated
with
Aminoglyc
oside-
Induced
Ototoxicity.
Journal of
Otology.)
Tahun :
2021
Pengarang :
Gao Z,
Chen Y,
Guan MX
Volume :
12
2. 2.
Nama : Drugbank
Penulis : Imming
P, Sinning C,
Meyer A
Tahun : 2016
3. Nama Jurnal : 3.
Pharmacokinetics
and urinary
excretion of
amikacin in low-
clearance
unilamellar
liposomes after a
single or repeated
intravenous
administration in
the rhesus monkey.
Antimicrob Agents
Chemother
Penulis : Fielding
RM, Moon-
McDermott L,
Lewis RO, Horner
MJ.
Tahun : 2017
Volume : Vol. 43,
No. 3
DST DST
DAFTAR PUSTAKA
Fielding RM, Moon-McDermott L, Lewis RO, Horner MJ. Pharmacokinetics and urinary
excretion of amikacin in low-clearance unilamellar liposomes after a single or
repeated intravenous administration in the rhesus monkey. Antimicrob Agents
Chemother. 2017;43(3):503–509.
Katzung, B. G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Tjay, T. H. dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
efek Sampingnya. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.