Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

THERAPEUTIC DRUG MONITORING


“AMINOGLIKOSIDA”
Kelompok :1
Kelas :H
Nama Penyusun : Indry Rohana Uli (066119242)
Anggota Kelompok : 1. Serina Juniati (066119248)

2. Agita Detia (066119256)

3. Syarifah Najwa (066119259)


Dosen Pengampu : 1. apt. Emy Oktaviani, M.Clin.Pharm
2. apt. Nisa Najwa Rokhmah, M.Farm.
3. apt. Lusi Indriani, M.Farm.
4. apt. Emma Nilafita Putri Kusuma, M.Farm.
5. apt. Nyanyu S.A. Lily Elfrida, M.Farm.
6. apt. Eni Koniah, M.Farm.

Asisten dosen : 1. Hero Prasetyo


2.Shofa Shofiatunnisa 6. Bella Nataria
3. Nur Reihan Haizar 7. Syahril
4. Carrel Mahardika 8. Mia Febriyani
5. Reni Lestari

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Dasar Teori
Aminoglikosida merupakan senyawa yang terdiri dari dua atau lebih gula amino yang
berikatan secara glikosidik pada inti heksosa. Heksosa tersebut disebut aminosiklitol, yaitu
berupa streptidin (pada streptomisin) atau 2- deoksisistreptamin (ciri ikatan pada
aminoglikosida lainnya); berbentuk senyawa polikation yang bersifat basa kuat dan sangat
polar, baik dalam bentuk basa maupun garamnya .
Obat-obat yang termasuk dalam golongan aminoglikosida adalah streptomisin,
neomisin, framisetin, kanamisin, paromomisin, gentamisin, tobramisin, dan amikasin.
Aktivitas antibakteri gentamisin, tobramisin, kanamisin, netilmisin, dan amikasin terutama
adalah terhadap basil bakteri Gram negatif yang aerobik. Aktivitas terhadap mikroorganisme
atau bakteri fakultatif dalam kondisi anaerobik sangat rendah. Streptomisin dan gentamisin
aktif terhadap enterokokus dan streptokokus (selain S. pneumoniae dan S. pyogenes) pada
kadar yang secara klinis hanya dapat dicapai bila digabung dengan penisilin .
Aminoglikosida bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri. Kebanyakan
antibiotika yang bekerja dengan rnenghambat sintesis protein bakteri bersifat bakteriostatik,
namun aminoglikosida bersifat bakterisidal cepat Aktiv1tas antimikrobanya tergantung
konsentrasi obat; makin tinggi konsentrasi, makm cepat kemampuan membunuh bakteri
Pada pengobatan infeksi tertentu, aminoglikosida sering dikombinasi dengan
antibiotika β-Laktam dalam upaya memperluas spektrum antibakteri dan memperoleh
keuntungan sinergis dari keduanya. Pemilihan aminoglikosida dan dosisnya tergantung pada
infeksi yang sedang dihadapi dan kerentanan dari isolat tersebut (Tjay dan Rahardja, 2007).
Aminoglikosida mempunyai kemampuan yang sangat baik menghadapi Eschericia coli,
Klebsiella pneumonia dan Enterobacter spp dan angka resistensi aminoglikosida terhadap
patogen tersebut sangat rendah di berbagai bagian dunia. Aminoglikosida (terutama
amikasin) bersama dengan karbapenem dan polimiksin memiliki aktivitas yang sangat baik
dalam melawan organisme yang resisten terhadap banyak obat seperti Pseudomonas
aeruginosa dan Acinetobacter spp (Pagkalis S, 2011)
1.2.Tujuan
1. Dapat memahami konsep therapeutic drug monitoring antibiotik aminoglikosida
2. Dapat menentukan rancangan regimen dosis antibiotik aminoglikosida sehingga
mencapai respon terapeutik yang maksimal dan efek yang tidak diinginkan seminimal
mungkin
BAB II

TUGAS RANCANGAN DAN HASIL

TIPE A (ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA (GENTAMISIN)

1. Apakah obat tersebut perlu di TDM? Jelaskan


Jawab : Ya, perlu. Gentamisin termasuk salah satu obat-obat yang toksik, karena
penggunaan gentamisin sering menimbulkan oktosisitass dan nefrotoksisitas.
Gentamisin salah satu obat yang perlu dilakukan Therapeutic Drug Monitoring
terutama bagi pasien yang mempunyai riwayat gangguan fungsi ginjal, pada pasien
yang memiliki riwayat gangguan fungsi ginjal clearence gentamisin akan menurun,
karena gentamisin di eliminasi dalam bentuk utuh melalui ginjal sehingga kadar
gentamisin dalam plasma akan semakin tinggi dan waktu tinggal gentamisin dalam
plasma akan semakin lama.
2. Carilah nilai MEC, MTC dan indeks terapi kedua obat pada kondisi pasien normal
dalam pemberian oral dan intravena (tidak boleh pada pasien dengan penyakit
tertentu)
Jawab :
 Nilai MEC : 0,5 mg/L
 MTC : 10 mg/L
 Indeks terapi yang terdapat di dalam jurnal tidak sesuai dengan kisaran
terapetik (0,5-10 mg/L) karena nilai MEC < 0,5 mg/L dan nilai MTC > 10
mg/L.
3. Gambarkan kurva indeks terapeutiknya
4. Tentukan nilai waktu paro eliminasi, volume distribusi dan klirens dari hasil
penelitian untuk kedua obat (artikel penelitian wajib 5 tahun terakhir, pasien normal,
fungsi hati dan ginjal normal, pemberian melalui oral dan intravena)
Jawab :
= 2 Jam

Vd anak-anak = 0,3 – 0,4 L/kg BB


Vd Dewasa = 0,25 L/kg BB

Cl anak-anak =

= 0,104 ml/menit

Cl dewasa =

= 0,086 ml/menit

TIPE B (ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA (VANKOMISIN)

1. Seorang pasien laki-laki 45 tahun, BB 50 kg akan mendapatkan infus antibiotik


Vankomisin secara intravena lambat selama 30 menit. Kadar tunak rata-rata obat
dalam darah yang diinginkan adalah 40 µg/ml. Diketahui volume distribusi dan waktu
paro eliminasi antibiotik berturut-turut 0,2 L/kg dan 12 jam.

a. Apakah pasien memerlukan loading dose?


b. Apakah pemberian sudah tepat melalui intravena lambat? Jelaskan!
c. Simulasikan jika Vankomisin diberikan dengan intravena cepat dan intravena
lambat! INGAT prinsip waktu paro eliminasi versus interval pemberian obat
d. Berapa dosis infus antibiotik Vankomisin untuk pasien di atas? Diketahui sediaan
infus yang tersedia mengandung Vankomisin 25 mg/ml.
e. Kondisi pasien memburuk dan terdiagnosa gagal ginjal kronik stage 4. Menurut
Anda, apakah obat dan kondisi pasien memerlukan TDM?
Jawab
a. Css intravena lambat selama 30 menit
K =

= 0,0578/ jam

Cl =

= 0,578 L/jam = 578 ml/jam

Cmaks =

= 0,0025 mg = 2,5

Css rata-rata = =

= 0,086 mg/ml = 86 / ml
Tidak diperlukan loading dose dikarenakan nilai Css rata rata yang didapat 86
μg/ml lebih besar dibanding Css yang telah ditargetkan yaitu 40 μg/ml.
b. Pemberian infus antibiotik Vankomisin secara intravena lambat merupakan
pemberian yang tepat, mengingat Vankomisin termasuk antibiotik golongan
aminoglikosida yang memiliki indeks terapi sempit. Apabila Vankomisin
diberikan dengan infus intravena cepat dapat menyebabkan kadar obat dalam
plasma sangat tinggi dan menyebabkan toksisitas. Pemberian infus intravena
vankomisin disarankan infus lambat, dengan waktu pemberian selamaa 60 menit.
c. Apabila Vankomisin diberikan secara infus intravena lambat, waktu paruh obat
yan didapat akan lambat dan interval waktu akan lebih Panjang, karena obat
tereliminasi secara perlahan sehingga frekuensi pemberian obatnya akan semakin
sedikit. Tetapi apabila Vankomisin diberikan dengan infus intravena cepat waktu
paruh obatnya akan cepat sehingga waktu pemberian obat semakin pendek karena
obat akan tereliminasi dengan cepat dan frekuensi pemberian obat akan semakin
sering

d. Div =

= 24,9 mg/ml
e. Perlu dilakukan TDM, mengingat kondisi pasien yang memberuk dan terdiagnosa
gagal ginjal kronik. Batas nilai clearence kreatinin untuk pasien gagal ginjal
kronik stage 4 15-29 ml/menit sedangkan nilai clearence kreatinin pasien yang
menggunakan vankomisin adalah 9,63 ml/menit, nilai tersebut berada dibawah
rentang nilai normal.
PORTOFOLIO THERAPEUTIC DRUG MONITORING

Tim Petugas Farmasi Agita Detia P (066119256)


Serina Juniati (066119248)
Indry Rohana (066119242)
Syarifah Najwa (066119259)
Nama Pasien Wawa Uli Putri
Usia/BB/TB 25 Tahun/62 Kg /162 cm
Diagnosa Sepsis kritis
Riwayat Penggunaan Obat Amikasin, beta laktam, sulfonamide

Nama Obat Amikacin


yang akan di
TDM
Alasan TDM karena amikacin dosis obat yang lebih tinggi dari standar pada awalnya
diperlukan untuk mendapatkan CPeak/MIC yang memadai pada pasien
sepsis yang sakit kritis, dan juga termasuk ke dalam obat golongan indeks
terapi sempit dan diagnosa penyakitnya sepsis yang termasuk penyakit
berbahaya dan kritis.
Kondisi Sepsis
pasien saat
akan TDM
Tinjauan Obat
Nama Obat Amikacin
Parameter Farmakokinetik Populasi
Waktu paro Waktu paruh amikacin pada orang dewasa dengan fungsi ginjal yang normal
eliminasi adalah sekitar 2-3 hari. Sedangkan pada orang dewasa dengan gangguan
fungsi ginjal, waktu paruh amikacin adalah sekitar 30–86 jam
Volume 0,25 L/kg
distribusi
Klirens Serum clearance rata-rata sekitar 100 mL/menit dan tingkat clearance pada
ginjal adalah 94 menit/L pada subjek dengan fungsi ginjal normal.
C -Cmakss minss 35 mikrogram/L - 8-6 mikrogram/L
AUC 210-300 mg x jam/L
T maks 1 jam untuk pemberian secara intramuskular dan lebih dari 30 menit untuk
pemberian secara intravena
Cmaks 35 mikrogram/L

Proses Therapeutic Drug Monitoring


Jumlah 4 mL diambil untuk menilai konsentrasi obat (Cmaks)
sampel yang
diambil
Waktu/jam sampel (darah) diambil 30 menit setelah akhir dosis untuk Cpeak dan tepat
pengambilan sebelum pemberian Cmin berikutnya
sampel darah
Rute Intravena cepat/Intravena lambat/Infusi intravena/intravena cepat diikuti
pemberian lambat/oral/intrasmuskular/subkutan*
Intravena Lambat
Metode : (Anda bisa mengacu pada artikel penelitian TDM Vankomisin pada
analisis obat kondisi pasien normal/sehat). Jelaskan dengan detail
pada sampel Blood samples were immediately sent to the laboratory for drug
darah concentration measurement, using a validated qualitative and quantitative
enzyme multiplied immunoassay technique (EMIT) on the Viva-E™
analyzer (Siemens, Dublin, Ireland). These measurements were controlled
daily using internal and external control systems. Drug concentrations were
measured daily only if dose correction or prolongation was necessary or if
there were changes in serum creatinine (sCr), otherwise TDM was
performed every 2 days and HPLC method (High Performance Liquid
Chromatography)

Hasil
parameter
farmakokinet
ik pada
pasien hasil
TDM
(berdasarkan
jurnal)
Waktu paro 5,4 jam (Semua Pasien) ; 4,9 jam (Cr Cl 50 mL/menit n=46) ; 7,8 jam (Cr
eliminasi Cl 50 mL/menit n=17)
Volume 0,42 L/Kg & 26,32 L (Semua Pasien)
distribusi
0,40 L/Kg & 25,7 L (CrCl 50 ml/menit)
0,66 L/Kg & 38,8 L (CrCl < 50 ml/menit)
Klirens 3,3 mL/menit (Semua Pasien) ; 3,4 mL/menit (Cr Cl 50 mL/menit n=46) ;
3,3 mL/menit ( Cr Cl 50 mL/menit n=17)
Cmaksss -C
minss -
AUC 462 mg x jam/ L (Semua Pasien) ; 361 mg x jam/L (Cr Cl 50 mL/menit
n=46) ; 507 mg x jam/L ( Cr Cl 50 mL/menit n=17)
Hasil/Konsen nilai C peak biasa buaut nyari nilai MIC
trasi obat
*Kadar ini didapatkan dari nilai Cpeak inisial yang biasa digunakan dalam
dalam sampel
(sesuaikan melakukan kalkulasi nilai MIC
dengan
banyaknya
sampel darah)
 Sampel 1 : (0,5-16 mg/L)
 Sampel 2 :
 Sampel 3 :
 dst :

Interpretasi : Subterapeutik/Toksik/Masuk dalam indeks terapeutik*


hasil TDM
Masuk dalam indeks terapeutik, ada yang toksik

Rekomendasi : Tuliskan dan hitung rekomendasi Anda**


Farmasi
Diantara 40 pasien :
24 pasien memiliki Cpeak/MIC >12, membutuhkan pengurangan dosis
harian (median 1200 (600 hingga 1800) mg).
Hanya 13 pasien (21%) yang memiliki nilai Cpeak lebih besar dari 64 mg/L,
yang sesuai dengan konsentrasi target untuk mengobati galur P. aeruginosa
yang rentan.

Monitoring : Parameter Laboratorium dan sesuaikan dengan rekomendasi farmasi**

TDM menghasilkan penyesuaian terapi AMK di sebagian besar pasien


sepsis kami. Pencapaian awal rasio Cpeak/MIC yang optimal mungkin
berdampak pada respons klinis dan mikrobiologis, tetapi tidak pada hasil.
Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal sebelum pengobatan, terapi
AMK dapat dikaitkan dengan penurunan fungsi ginjal lebih lanjut.

Catatan: * pilih salah satu; **sesuaikan dengan rute pemberian yang Anda rencanakan

Hasil Penelusuran Artikel (tuliskan semua artikel/pustaka yang Anda gunakan pada
kolom ini dilengkapi dengan screenshot bukti bagian/tulisan yang Anda gunakan dan
judul artikel)
Artikel (tuliskan Buku/Ebook/Dokumen lainnya (tuliskan nama pengarang, tahun,
nama artikel, judul buku, penerbit, dan halaman) PLUS SCREENSHOT
penulis, tahun,
volume, nomor,
nama jurnal, dan
DOI) PLUS
SCREENSHOT
1. Nama buku 1.
: MIMS
(Mitochond
rial DNA
Mutations
Associated
with
Aminoglyc
oside-
Induced
Ototoxicity.
Journal of
Otology.)
Tahun :
2021
Pengarang :
Gao Z,
Chen Y,
Guan MX
Volume :
12

2. 2.
Nama : Drugbank
Penulis : Imming
P, Sinning C,
Meyer A
Tahun : 2016

3. Nama Jurnal : 3.
Pharmacokinetics
and urinary
excretion of
amikacin in low-
clearance
unilamellar
liposomes after a
single or repeated
intravenous
administration in
the rhesus monkey.
Antimicrob Agents
Chemother
Penulis : Fielding
RM, Moon-
McDermott L,
Lewis RO, Horner
MJ.
Tahun : 2017
Volume : Vol. 43,
No. 3

DST DST

DAFTAR PUSTAKA

Drugbank. Amikacin. 2019. Diunduh dari: https://www.drugbank.ca/drugs/DB00479

Fielding RM, Moon-McDermott L, Lewis RO, Horner MJ. Pharmacokinetics and urinary
excretion of amikacin in low-clearance unilamellar liposomes after a single or
repeated intravenous administration in the rhesus monkey. Antimicrob Agents
Chemother. 2017;43(3):503–509.

Gao Z, Chen Y, Guan MX. Mitochondrial DNA Mutations Associated with


Aminoglycoside-Induced Ototoxicity. Journal of Otology. 2017;12(1):1-8. doi:
10.1016/j.joto.2017.02.001. Accessed 29/01/2021

Katzung, B. G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Pagkalis S, Mantadakis E, Mavros MN, Ammari C, Falagas ME. Pharmacological


considerations for the proper clinical use of aminoglycosides. Drugs 2011; 71
(17):2277-94.

Tjay, T. H. dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
efek Sampingnya. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

MedSafe NZ. Amikacin Injection. 2017. Diunduh dari: https://s3-us-west-


2.amazonaws.com/drugbank/cite_this/attachments/files/000/001/949/original/Am
ikacininj._MedSafe_NZ.pdf?1540245431

MIMS Indonesia. Amikacin. 2019. Diunduh dari:


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/amikacin/?type=brief&mtype=generi
c

Sizar O, Sundareshan V. Amikacin. Statpearls. 2018. Diunduh dari:


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430908/

Anda mungkin juga menyukai