Anda di halaman 1dari 16

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan

munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya

lautan. Laut merupakan penyedia sumber daya alam yang produktif baik

sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi

maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Salah satu sumber daya laut yang

cukup potensial yang dapat dimanfaatkan adalah lamun. Lamun (seagrass)

merupakan tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil)

dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Secara ekologis lamun

mempunyai peranan yang penting dalam ekosistem perairan laut (Bengen,

2001).

Dalam mengoptimalkan pemanfaatan lamun dalam bidang farmasi dan

kesehatan pada umumnya maka diperlukan suatu metode pemisahan yang

dapat memberikan hasil dari kandungan yang dimiliki oleh lamun. Salah satu

cara yang dapat digunakan ialah dengan metode ekstraksi maserasi dengan cara

penyarian zat aktif yang dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar , terlindung dari cahaya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka makalah ini dibuat untuk mengetahui proses

ekstraksi maserasi dari tumbuhan lemun sehingga diperoleh metabolit atau

kandungan yang bermanfaat dan dapat digunakan dalam dunia farmasi dan

kesehatan pada umumnya.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 1


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

B. Maksud dan Tujuan

a. Maksud Praktikum

Mengetahui dan memahami penggunaan dan prinsip metode maserasi

b. Tujuan Praktikum

Mengetahui dan memahami metode ekstraksi maserasi

C. Prinsip Percobaan

Prinsip dari metode maserasi adalah penyarian sederhana dengan merendam

serbuk simplisia dalam suatu bejana dengan cairan penyari yang sesuai selama

beberapa hari dengan temperatur kamar, terlindung dari cahaya matahari

sambil diaduk, di mana cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk

kedalam rongga sel lalu menyari zat aktif, karena adanya perbedaaan

konsentrasi tinggi akan terdesak keluar (terjadi proses difusi). Peristiwa

tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan zat

aktif di dalam dan diluar sel.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 2


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lamun

Lamun (seagress) adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan

berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di

habitat perairan pantai dangkal. Lamun mempunyai tunas berdaun yang tegak

dan tangkai-tangkai dapat menyerap dengan efektif untuk berkembang biak

(Romimohtarto dan Juwana, 1999).

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya

menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Tumbuhan ini terdiri

dari rhizoma, daun dan akar. Rhizoma merupakan batang yang terbenam dan

merayap secara mendatar serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut

tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga serta tumbuh

pula akar. Dengan rhizoma dan akar inilah tumbuhan tersebut dapat

menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut. Sebagian besar lamun berumah

dua artinya dalam satu tumbuhan hanya ada jantan dan betina saja. Sistem

pembiakan bersifat khas karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air

serta buahnya terendam dalam air (Nontji, 2005).

Lamun tumbuh subur terutama di daerah pasang surut terbuka serta

perairan pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan

dengan karang mati dengan kedalaman 4 m. Dalam perairan yang sangat

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 3


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

jernih, beberapa jenis lamun bahkan di temukan tumbuh sampai kedalaman 8-

15 m dan 40 m. Bila dibandingkan dengan padang lamun yang tumbuh di

sedimen karbonat yang berasal dari patahan terumbu karang, maka padang

lamun yang tumbuh di sedimen yang berasal dari daratan lebih dipengaruhi

oleh faktor run off daratan yang berkaitan dengan kekeruhan, suplai nutrient

pada musim hujan, serta fluktuasi salinitas. Diseluruh dunia telah di identifikasi

terdapat 60 jenis lamun, 13 diantaranya di temukan di Indonesia. Dari 13 jenis

lamun yang tumbuh di perairan Indonesia, 10 jenis di temukan di kawasan

Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Kerapatan jenis lamun di pengaruhi faktor

tempat tumbuh dari lamun tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi

kerapatan jenis lamun di antaranya adalah kedalaman, kecerahan, dan tipe

substrat. Lamun tumbuh pada daerah yang lebih dalam dan jernih memilki

kerapatan jenis lebih tinggi daripada lamun yang tumbuh di daerah dangkal dan

keruh. Lamun berada pada substrat lumpur dan pasir kerapatannya akan lebih

tinggi daripada lamun yang tumbuh pada substrat karang mati (Kiswara, 2004).

B. Klasiikasi Lamun

Kingdom : Plantae

Divison : Angiospermae

Class : Liliopsida

Order : Hidrocharitales

Family : Hydrocharitaceae

Genus : Enhalus

Species : Enhalus acoroides

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 4


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

C. Morfologi Lamun

Secara morfologis, tumbuhan lamun mempunyai bentuk yang hampir

sama, terdiri atas ; akar, batang, dan daun. Daun pada lamun umumnya

memanjang, kecuali jenis Halophila memiliki bentuk daun lonjong (Tuwo,

2011).

Gambar 1. Bagian-bagian lamun secara morfologi (Waycott et al, 2004)

1. Akar

Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelas antar jenis

lamun yang dapat digunakan dalam kajian taksonomi lamun. Akar pada

beberapa jenis seperti Halophila dan Halodule memiliki karateristik tipis

(fragile) seperti rambut, sedangkan jenis Thalassodendron memiliki akar

yang kuat dan berkayu dengan sel epidermal. Akar pada lamun memiliki

pusat stele yang dikelilingi oleh endodermis. Stele mengandung phloem atau

jaringan transport nutrien, dan xylem atau jaringan yang menyalurkan air

(Tuwo, 2011).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 5


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

2. Rhizoma dan Batang

Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi

tergantung dari susunan di dalam stele masing-masing lamunnya. Rhizoma

seringkali terbenam di dalam substrat yang dapat meluas secara ekstensif

dan memiliki peran yang utama pada reproduksi secara vegetatif

(merupakan hal yang penting untuk penyebaran dan pembibitan lamun).

Volume rhizoma merupakan 60-80% dari biomasa lamun (Tuwo, 2011).

3. Daun

Daun lamun berkembang dari meristem basal yang terletak pada rhizoma

dan percabangannya. Secara morfologi daun pada lamun memiliki bentuk

yang hampir sama secara umum, dimana jenis lamun memiliki morfologi

khusus dan bentuk anatomi yang memiliki nilai taksonomi yang sangat

tinggi. Daun lamun mudah dikenali dari bentuk daun, ujung daun dan ada

tidaknya ligula (lidah daun). Daun lamun memiliki dua bagian yang berbeda

yaitu pelepah dan daun. Sedangkan secara anatomi, daun lamun memiliki

ciri khas dengan tidak memiliki stomata dan memiliki kutikel yang tipis

(Tuwo, 2011).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 6


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

D. Ekstraksi Maserasi

Ekstraksi atau penyarian adalah proses pemisahan senyawa dari matriks

atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Maserasi adalah

proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa

kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi

bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun

yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi

dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi

dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan atau kamar (Depkes RI, 2000). Maserasi berasal dari bahasa latin

Macerace berarti mengairi dan melunakan. Maserasi merupakan cara ekstraksi

yang paling sederhana. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan

kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat

penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh.

Setelah selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang

diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk kedalam cairan, telah tercapai

maka proses difusi segera berakhir. Selama maserasi atau proses perendaman

dilakukan pengocokan berulang-ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan

konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat didalam cairan. Sedangkan

keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunannya perpindahan bahan

aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya

ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan

pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh. Kerugiannya adalah

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 7


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

pengerjaanya lama dan penyarian kurang sempurna. Secara teknologi termasuk

ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.

Maserasi kinetik berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah

dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Depkes RI, 2000).

E. Kandungan Kimia dan Khasiat

Lamun cenderung memiliki kandungan senyawa aktif yang bersifat

sebagai antibakteri hal ini disebabkan karena adanya ancaman dari epifit. Jenis

lamun ini juga mempunyai kandungan senyawa yang bersifat sebagai

antibakteri yaitu flavonoid, fenol, tannin, steroid dan saponin yang terdapat

pada semua bagian lamun (Alie et al, 2000).

Khasiat dari lamun ialah sebagai antibakteri, antioksidant, dan digunakan

dalam beberapa perawatan kulit atau untuk kecantikan kulit pada industri

kosmetik.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 8


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

a. Blender

b. Cawan penguap

c. Cool box

d. Oven

e. Pisau

f. Rotavapor

g. Timbangan digital

h. Wadah tertutup / toples

2. Bahan yang digunakan

a. Aquades/ air

b. Etanol 70%

c. Kertas saring

d. Lamun

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 9


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

B. Prosedur Kerja

a. Penyiapan Sampel

1. Disiapkan sampel lamun

2. Dicuci bersih menggunakan air yang mengalir

3. Dibersihkan sampel lamun dari epifit menggunakan spatel

4. Dirajang sampel lamun yang telah bersih lalu diangin-anginkan

b. Ekstraksi

1. Disiapkan toples besar yang sebelumnya telah dilapisi dengan lakban

hitam

2. Dimasukkan sampel yang telah ditimbang ke dalam toples maserasi

sebanyak 250 gram

3. Ditambahkan Etanol 70% ke dalam toples yang berisi sampel sebanyak

250 gram dengan perbandingan 1:7,5. Kemudian toples ditutup rapat dan

toples diberi label

4. Kemudian disimpan pada suhu kamar dan terhindar dari cahaya matahari

5. Perendaman dilakukan selam 5 hari sambil sesekali diaduk selama 10

15 menit.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 10


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

c. Skema Kerja

Sampel

Dibersihkan,
Dipotong kecil

Ditimbang sampel 250 gram


dimasukkan ke dalam toples

Sampel direndam
dengan etanol 70%

Didiamkan selama 3-5 hari

Hasil

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 11


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

Berat Volume ekstrak


Sampel Warna ekstrak
sampel Vol. awal Vol. akhir

Lamun 250 g 500 mL 280 mL Hijau

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 12


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

BAB V

PEMBAHASAN

Lamun (seagrass) adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup

(Angiospermae) dan berkeping tunggal (monokotil) yang mampu hidup secara

permanen di bawah permukaan air laut. Tumbuhan tersebut memiliki kandungan

yang bermanfaat dalam dunia kesehatan pada umumnya. Banyak metabolit dari

lamun telah diketahui aktif secara biologis dan merupakan biomedis penting serta

bisa dimanfaatkan sebagai obat yang potensial. Akar dari Enhalus acoroides

digunakan sebagai obat terhadap sengatan berbagai jenis pari dan kalajengking.

Halophila sp. adalah obat yang ampuh terhadap penyakit malaria, penyakit kulit

dan ditemukan sangat efektif dalam tahap awal kusta dan pada daerah daerah

maritim Asia, ekstrak lamun digunakan sebagai agen kuratif berbagai penyakit

seperti antibiotik, antihelmintic, batuk, antipiretik, antitumor, antidiarea,

penyembuhan luka, pengobatan batu empedu dan gondok. Untuk memperoleh

kandungan metabolit atau senyawa bermanfaat dari lamun diperlukan suatu

metode pemisahan senyawa dari sampel yaitu metode ekstraksi.

Metode ekstraksi yang digunakan untuk pemisahan senyawa pada lamun

ialah dengan cara maserasi dengan menggunakan beberapa pelarut yang berbeda

yakni metanol dan kloroform dan metode ini memiliki keunggulan yaitu hanya

menggunakan pelarut dan peralatan yang sederhana. Dalam esktraksi tersebut

digunakan pelarut metanol sebab mampu menarik kandungan dari lamun yaitu

tanin, saponin, triterpenoid, dan steroid. Tanin banyak digunakan dalam industri

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 13


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

jus buah dan anggur sebagai antioksidan dan bertindak sebagai adstrigensia,

triterpenoid termasuk didalamnya steroid, sterol dan glikosida jantung memilik

khasiat anti-inflamasi, penenang, dan insektisida. Sedangkan steroid biasanya

digunakan dalam bahan dasar pembuatan obat untuk meningkatkan stamina tubuh.

Sedangkan saponin memilik struktur beragam yang juga telah diamati mampu

membunuh protozoa dan moluska, untuk menjadi antioksidan, untuk mengurangi

pencernaan protein dan penyerapan vitamin dan mineral dalam usus,

menyebabkan hipoglikemia, dan bertindak sebagai anti-jamur dan anti-virus.

Salah satu pelarut yang dapat digunakan dalam metode ini ialah etanol 90% dan

dalam penelitian Putra dkk (2015) kandungan yang berhasil ditarik menggunakan

metode maserasi dengan pelarut etanol 90% ialah senyawa flavonid yang

berkhasiat sebagai antimikroba, antivirus, anti tumor, imunostimulan, anti

inflamasi, analgesik, dan antihiperglikemia. Kemudian senyawa yang dapat

diisolasi dari pelarut tersebut ialah alkaloid, tanin, kuinon, monoterpen, steroid,

senyawa polifenol.

Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah ekstraksi dengan

menggunakan metode maserasi menggunakan sampel lamun sebanyak 250 gram

diperoleh volume ekstrak sebanyak 280 mL. Adapun beberapa faktor kesalahan

yang dilakukan pada percobaan ini adalah pada saat penggunaan sampel yang

masih dalam keadaan basah, sehingga kandungan airnya cukup tinggi dan

kandungan garamnya juga yang tinggi karena merupakan biota yang berasal dari

laut dan juga penggunaan pelarut yang tidak diketahui berapa jumlahnya.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 14


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Prinsip dari metode maserasi adalah penyarian sederhana dengan

merendam serbuk simplisia dalam suatu bejana dengan cairan penyari yang

sesuai selama beberapa hari dengan temperatur kamar, terlindung dari cahaya

matahari sambil diaduk, di mana cairan penyari akan menembus dinding sel.

Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan didalam

sel dengan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar

dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi)

Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara

larutan zat aktif di dalam dan diluar sel.

B. Saran

Untuk praktikan agar lebih teliti dan berhati hati dalam mengolah

sampel bintang laut, agar didapatkan maserat yang baik dan sesuai dengan

standar, dalam hal ini bebas dari kandungan garam.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 15


DIPLOMA - III
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D. G, 2001. Sinopsis Ekosistem Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut

serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lauta.

Bogor : IPB

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Prosedur Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Direktorat Jendral POM-Depkes RI

Kiswara, Wawan. 2004. Habitat dan Sebaran Geografik Lamun. Oseana, Vol X.

Nontji, Anugerah. 2005. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan

Putra, Rian Trilaksana, dkk. 2015. Identifikasi dan Isolasi Senyawa Flavonoid

Dalam Tumbuhan Lamun. Bandung : UNISBA

Romimohtatro, K dan Juwana. 1999. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang

Biota Laut. Jakarta : Djambatan

Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Sidoarjo : Brilian

Internasional

Waycott, M., McMahon K, J. Mellors, A. Calladine, and D. Kleine. 2004. A

Guide to Tropical Seagrasses of the Indo-West Pacific. James Cook

University, Townsville-Queensland-Australia.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA KENDARI 16

Anda mungkin juga menyukai