Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DIPLOMA-III

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah
digunakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun temurun.
Keuntungan penggunaan obat tradisional adalah antara lain karena bahan
bakunya mudah diperoleh dan harganya murah.
Herbarium adalah sampel tumbuhan yang dikeringkan. Herbarium
berguna didalam pengenalan dan identifikasi jenis-jenis tumbuhan.
Herbarium yang baik adalah yang memuat bagian-bagian tumbuhan yang
representatif, yaitu organ-organ yang penting untuk identifikasi. Pada
tumbuhan tingkat rendah organ-organ tersebut adalah spora atau kumpulankumpulan spora dan bagian bagian tertentu yang spesifik. Sedangkan untuk
tumbuhan tingkat tinggi,bagian-bagian tersebut berupa bunga, buah, dan biji
karena dasar klasifikasi tumbuhan tersebut adalah struktur bunga Karenanya
sampel yang berupa bunga adalah syarat utama untuk berhasilnya identifikasi
sampai ke tingkat suku atau spesies. Sedangkan organ organ lain seperti akar,
batang, dan daun sifatnya adalah tambahan.
Berdasarkan uraian diatas, maka praktikum ini dilaksanakan guna
mengetahui kegunaan dan fungsi dari herbarium yang akan dibuat.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Page 1

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DIPLOMA-III

B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah praktikum dapat mengetahui
cara pembuatan herbarium basah yang baik dan benar.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Page 2

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DIPLOMA-III

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lamun
Lamun (seagress) adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan
berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di
habitat perairan pantai dangkal. Lamun mempunyai tunas berdaun yang tegak
dan tangkai-tangkai dapat menyerap dengan efektif untuk berkembang biak
(Romimohtarto dan Juwana, 1999).
Lamun adalah tumbuhan berbunga

yang

sudah

sepenuhnya

menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Tumbuhan ini terdiri
dari rhizoma, daun dan akar. Rhizoma merupakan batang yang terbenam dan
merayap secara mendatar serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut
tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga serta
tumbuh pula akar. Dengan rhizoma dan akar inilah tumbuhan tersebut dapat
menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut. Sebagian besar lamun berumah
dua artinya dalam satu tumbuhan hanya ada jantan dan betina saja. Sistem
pembiakan bersifat khas karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air
serta buahnya terendam dalam air (Nontji, 2005).
Lamun tumbuh subur terutama di daerah pasang surut terbuka serta
perairan pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan
dengan karang mati dengan kedalaman 4 m. Dalam perairan yang sangat
jernih, beberapa jenis lamun bahkan di temukan tumbuh sampai kedalaman

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Page 3

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DIPLOMA-III

8-15 m dan 40 m. Bila dibandingkan dengan padang lamun yang tumbuh di


sedimen karbonat yang berasal dari patahan terumbu karang, maka padang
lamun yang tumbuh di sedimen yang berasal dari daratan lebih dipengaruhi
oleh faktor run off daratan yang berkaitan dengan kekeruhan, suplai nutrient
pada musim hujan, serta fluktuasi salinitas. Diseluruh dunia telah di
identifikasi terdapat 60 jenis lamun, 13 diantaranya di temukan di Indonesia.
Dari 13 jenis lamun yang tumbuh di perairan Indonesia, 10 jenis di temukan
di kawasan Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Kerapatan jenis lamun di
pengaruhi faktor tempat tumbuh dari lamun tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kerapatan jenis lamun di antaranya adalah kedalaman,
kecerahan, dan tipe substrat. Lamun tumbuh pada daerah yang lebih dalam
dan jernih memilki kerapatan jenis lebih tinggi daripada lamun yang tumbuh
di daerah dangkal dan keruh. Lamun berada pada substrat lumpur dan pasir
kerapatannya akan lebih tinggi daripada lamun yang tumbuh pada substrat
karang mati (Kiswara, 2004).
B. Klasiikasi Lamun
Kingdom

: Plantae

Divison

: Angiospermae

Class

: Liliopsida

Order

: Hidrocharitales

Family

: Hydrocharitaceae

Genus

: Enhalus

Species

: Enhalus acoroides

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Page 4

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DIPLOMA-III

C. Morfologi Lamun
Secara morfologis, tumbuhan lamun mempunyai bentuk yang hampir
sama, terdiri atas ; akar, batang, dan daun. Daun pada lamun umumnya
memanjang, kecuali jenis Halophila memiliki bentuk daun lonjong (Tuwo,
2011).

Gambar 1. Bagian-bagian lamun secara morfologi (Waycott et al,


2004)
1. Akar
Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelas antar jenis
lamun yang dapat digunakan dalam kajian taksonomi lamun. Akar pada
beberapa jenis seperti Halophila dan Halodule memiliki karateristik tipis
(fragile) seperti rambut, sedangkan jenis Thalassodendron memiliki akar
yang kuat dan berkayu dengan sel epidermal. Akar pada lamun memiliki
pusat stele yang dikelilingi oleh endodermis. Stele mengandung phloem
atau jaringan transport nutrien, dan xylem atau jaringan yang menyalurkan
air (Tuwo, 2011).
2. Rhizoma dan Batang

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Page 5

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DIPLOMA-III

Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi
tergantung dari susunan di dalam stele masing-masing lamunnya. Rhizoma
seringkali terbenam di dalam substrat yang dapat meluas secara ekstensif
dan memiliki peran yang utama pada reproduksi secara vegetatif
(merupakan hal yang penting untuk penyebaran dan pembibitan lamun).
Volume rhizoma merupakan 60-80% dari biomasa lamun (Tuwo, 2011).
3. Daun
Daun lamun berkembang dari meristem basal yang terletak pada
rhizoma dan percabangannya. Secara morfologi daun pada lamun
memiliki bentuk yang hampir sama secara umum, dimana jenis lamun
memiliki morfologi khusus dan bentuk anatomi yang memiliki nilai
taksonomi yang sangat tinggi. Daun lamun mudah dikenali dari bentuk
daun, ujung daun dan ada tidaknya ligula (lidah daun). Daun lamun
memiliki dua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun. Sedangkan
secara anatomi, daun lamun memiliki ciri khas dengan tidak memiliki
stomata dan memiliki kutikel yang tipis (Tuwo, 2011).
D. Herba
Herba merupakan salah satu jenis tumbuhan penyusun hutan yang
batangnya basah, tidak berkayu dan ukurannya jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan habit semak ataupun pohon. Tumbuhan ini memiliki
organ tubuh yang tidak tetap di atas permukaan tanah, siklus hidup yang
pendek dengan jaringan yang cukup lunak. Herba berupa tumbuhan pendek
(0,3-2 m) tidak mempunyai kayu dan berbatang basah karena banyak

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Page 6

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DIPLOMA-III

mengandung air. Kebanyakan herba dari famili Begoniaceae, Gesneriaceae,


Melastomataceae, Rubiaceae, dan berbagai jenis famili paku-pakuan. Jenis
ini juga memiliki morfologi yang unik dan khas seperti yang diungkapkan
oleh MacKinnon et al. (2000). Herba hutan basah sangat mencolok dengan
bunga bewarna merah, kuning, jingga, biru keunguan, dan daun belangbelang. Tumbuhan ini banyak ditanam di lingkungan sekitar rumah tinggal,
halaman perkantoran, taman-taman rekreasi ataupun sebagai tanaman hias di
pinggir-pinggir jalan (Suryominoto, 1997).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Page 7

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DIPLOMA-III

BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan
a. Ember
b. Gunting
c. Gelas kimia
d. Pisau
2. Bahan yang digunakan
a.
Alkohol 70%
b.
Kertas
c.
Koran
d.
Lakban bening
e.
Sampel tanaman
B. Cara kerja
1. Dicari tanaman/ tumbuhan yang akan digunakan
2. Diambil struktur tumbuhan selengkap-selengkapnya
3. Dibersihkan seluruh bagian struktur tumbuhan dengan menggunakan
air mengalir untuk menghilangkan kadar garam dan epifit
4. Diawetkan tumbuhan menggunakan alkohol 70% dengan cara
merendam tumbuhan pada alkohol 70% didalam wadah toples
5. Dilengkapi identifikasi dan informasi penting mengenai tanaman pada
wadah toples sampel

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Page 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

6. Ditutup wadah sampel herbarium basah


7. Disimpan herbarium pada tempat yang kering

BAB V
PEMBAHASAN

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Page 9

DIPLOMA-III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DIPLOMA-III

Herbarium berasal dari kata Horcus dan Botanicus, artinya kebun botani
yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah suatu
koleksi spesimen tumbuhan yang umumnya telah dikeringkan, agar mudah saat
transportasi di bandingkan basah dan biasanya disusun berdasarkan klasifikasi.
Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh - tumbuhan
selain

berfungsi

sebagai

acuan

identifikasi

untuk

mengenal

jenis pohon. Istilah herbarium adalah pengawetan spesimen tumbuhan

suatu
dengan

berbagai cara untuk kepentingan koleksi ilmu pengetahuan.


Pada praktikum ini dilakukan pembuatan herbarium basah lamun dengan
cara mengawetkannya, pembuatan herbarium merupakan suatu aktiifitas
pengawetan tanaman untuk keperluan penelitian lebih lanjut. Herbarium lamun
yang dibuat pada praktikum ini dapat membantu dalam identifikasi tanaman
yang memiliki ciri-ciri ataupun morfologi yang berbeda. Dengan kata lain,
herbarium merupakan tanaman yang diawetkan dan nantinya dapat dijadikan
perbandingan dengan tumbuhan yang akan diidentifikasi.
Dalam praktikum ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan herbarium khususnya lamun. Pertama tahap pengumpulan, yang
harus diperhatikan ialah kondisi tanaman dan tempat pengambilan sampel yang
dapat mempengaruhi senyawa kimia dari sampel. Kedua pengawetan, tanaman
yang dikeringkan selalu bersifat higroskopis sehingga mudah terserang jamur,
sehingga pengawetan dapat diperoleh dari bahan bahan kimia ataupun dengan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Page 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DIPLOMA-III

penyimpanan dibawah sinar matahari dapat mencegah tumbuhnya mikroba.


Ketiga ialah tahap pembuatan herbarium, dapat disesuaikan dengan prosedur
kerja pada praktikum dan yang terpenting ialah identifikasi dan informasi
lengkap dari tanaman harus ditempelkan pada tempat herbarium, hal tersebut
dimaksudkan agar pembaca atau praktikan yang akan mengidentifikasi tanaman
tersebut memperoleh informasi secara jelas.

BAB VI

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Page 11

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DIPLOMA-III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam laporan ini ialah, dalam
pembuatan herbarium basah perlu memperhatikan beberapa faktor yakni
faktor pengumpulan sampel yang mempertimbangkan kondisi tanaman dan
lingkungannya, faktor pengawetan untuk mencegah tumbuhnya mikroba, dan
tahap pembuatan herbarium yang harus dilengkapi dengan informasi
mengenai tanaman.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberi ialah, pada saat praktikum
farmakognosi sebaiknya praktikan memiliki keseriusan dalam menjalankan
praktikum agar data dapat diperoleh dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, dan Napitupulu. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: AgriFlo

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Page 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DIPLOMA-III

Kiswara, Wawan. 2004. Habitat dan Sebaran Geografik Lamun. Oseana, Vol X.
Latra, IN, Fauzi EA. 2006. Analisis Peranan Tanaman Herba Meniran Sebagai
Antimalaria Terhadap Pertumbuhan Plasmodium Bergei Dalam Kultur In
Vivo Pada Mencit. Surabaya : ITS
Suryowinoto, S. M. 1997. Flora Eksotika. Tanaman Hias Berbunga. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius

Romimohtatro, K dan Juwana. 1999. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang


Biota Laut. Jakarta : Djambatan
Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Sidoarjo : Brilian
Internasional

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Page 13

Anda mungkin juga menyukai