JAMUR LAUT
OLEH:
KELAS: A
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Mikroorganisme Jamur Laut
B. Metabolit Sekunder Dan Hasil Aktivitas Biologis Jamur Laut
C. Proses Isolasi Jamur Laut
D. Pengembangan Produk Jamur Laut Di Bidang Farmasi..
E. Aplikasi Biologis Dan Biomedik Jamur Laut
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah sebagai tugas
mata kuliah Farmasi Kelautan.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan maupun
kedalaman materi yang kami bahas di dalam isi makalah ini dikarenakan
keterbatasan waktu dan juga pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Penulis
berharap makalah ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam
pembelajaran Farmasi Kelautan khususnya pada pokok bahasan mengenai
"Jamur Laut"
Maka dari itu, kami dari penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk penyempurnaan dari makalah ini. Terima kasih.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki sumberdaya alam laut yang besar baik ditinjau dari
kuantitas maupun keanekaragaman hasilnya. Organisme laut merupakan
sumber senyawa obat yang berpotensi besar, namun masih sedikit obat dari
bahan alam yang berasal dari laut. Senyawa obat yang terdapat di dalam
organisme laut memiliki struktur kimia beraneka ragam.
Biosintesa mahkluk hidup di lautan ternyata membuka cakrawala baru
dalam penelitian unsur aktiv. Penelitian yang dilakukan menunjukan,
keanekaragaman struktur senyawa kimia yang unik pada tanaman dan binatang
laut. Para ahli terus menyusun profil unsur aktiv dari lautan, agar dapat
digunakan bagi pengobatan.
Saat ini jamur laut memiliki kelimpahan yang sangat tinggi, namun yang
sudah diteliti masih kurang dari sekitar 5%. Jamur mampu menghasilkan
senyawa yang berpotensi yang diaplikasikan dalam dunia kesehatan dan telah
dibuktikan memiliki banyak sumber metabolit sekunder aktif yang unik secara
struktur.
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
b. Metode Isolasi
Isolasi jamur yang bersimbiosis pada biota laut menggunakan
metode bating menurut Kobayashi (1996), sebagai berikut: potongankecil
biota laut (sponge danatau ascidian) dicuci dan direndam dengan air laut
steril mengandung antibiotik. Setelah itu potongan sampel di letakkan
pada ke media YSA, diinkubasi selama 4 hari. Jamur yang tumbuh
diisolasi ke media YSA steril berdasarkan ciri-cirinya sehingga
didapatkan jamur yang murni. Jamur yang telah murni dikultur massal
pada nasi steril, selanjutnya diekstraksi.
c. Metode Ekstraksi
Ekstraksi jamur dilakukan berdasarkan metode yang umum
digunakan sebagai berikut: Jamur-jamur yang di tumbuhkan pada nasi
dimaserasi dengan etanol (1 ; 2) w/v hingga tiga kali. Filtrat yang di dapat
difiltrasi dan dievaporasi, sehingga diperoleh ekstrak kasar. Ekstrak yang
diperoleh dipartisi dengan Heksan, Etilasetat, dan Butanol. Selanjutnya
masing-masing fraksi yang diperoleh (Heksan, etilasetat, butanol)
dievaporasi kemudian di uji aktivitas anti bakteri dari masing-masing
ekstrak.
d. Pengujian Anti Mikroba
Ekstrak biota laut dan ekstrak jamur yang bersimbiosis masing-
masing diujikan pada bakteri patogen E. coli dan S. aureus menggunakan
metode difusi agar dengan cara sumur. Kedalam sumur-sumur
dimasukkan ekstrak uji, setelah 24 jam di amati adanya daerah bening
sekeliling sumur dan di ukur diameter yang terbentuk dibandingkan
dengan diameter zona hambat antibiotik yang digunakan.
b. Isolasi
Spong segar yang diperoleh dipotong kecil dan dilakukan sterilisasi
permukaan (surface sterilization) dengan cara mencuci potongan spong
dengan air laut buatan steril. Spong dikultivasi di atas media malt
ekstrakatau nutrient agar yang dibuat dengan air laut buatan. Inkubasi
dilakukan pada suhu ruangan selama 7-14 hari, jamur yang tumbuh
kemudian dimurnikan dengan cara streak purification sehingga diperoleh
tiga jamur endofit dengan kode F17-5-14-1a, F17-5-14-1b dan F17-5-
143.
c. Ekstraksi
Jamur endofit yang telah diisolasi ditumbuhkan pada media malt
ekstrak agar yang dibuat dengan air laut buatan. Inkubasi dilakukan pada
suhu kamar selama 6 minggu. Pada akhir minggu keenam dilakukan
ekstraksi pada campuran miselium jamur dan media kultivasi dengan
menggunakan etanol 96%. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan
ultrasonik 3 x 10 menit tiap ekstraksi. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3
kali. Filtrat dikumpulkan kemudian pelarut diuapkan dengan rotary
evaporator pada suhu 40°C sehingga diperoleh ekstrak kental F17-5-14-
1a, F17-5-14-1b dan F17-5-14-3 sebanyak masing-masing 389, 326, 397
mg.
Lingkungan laut merupakan sumber yang besar dari produk alam yang
memiliki struktur yang unik yang umumnya terkonsentrasi pada sponge,
tunikata bryozoa, dan moluska yang merupakan organisme yang hidup dalam
kolom air. Sejumlah besar dari senyawa-senyawa ini menunjukkan aktivitas
farmakologi yang kuat dan merupakan kandidat yang menarik untuk bahan
obat-obatan baru terutama pada area penelitian antikanker dan antimikroba.
Sejumlah produk alami yang diperoleh dari organisme bahari ini menunjukkan
kesamaan struktur kimia yang langsung dengan metabolit yang diproduksi oleh
mikroba. Yang memungkinkan mikroorganisme ini (endosimbion berupa
jamur, bakteri dan alga mikro) setidaknya terlibat dalam proses biosintesis
senyawa-senyawa yang diproduksi oleh organism laut ini atau merupakan
sumber sebenarnya dari senyawa tersebut (Posangi dan Robert, 2014).
Potensi jamur dari biota laut (marine-derived fungi) sebagai penghasil
antibiotika sebenarnya sudah dikenal sejak ditemukannya cephalosphorin C,
yang diisolasi dari jamur Acremonium chrysogenum pada tahun 1946 di
perairan Sardinia, namun penelitian terhadap marine-derived fungi baru
berkembang sejak 10 tahun terakhir (Suciati dkk, 2014).
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh penulis terhadap jamur endofitik
Botryosphaeria australis yang diisolasi dari mangrove Avicennia marina yang
berasal dari Profinsi Hainan, Republik Rakyat China diperoleh senyawa baru
Botryosphaenin dari kelas senyawa naftoquinon, bersama-sama dengan 5
senyawa yang telah dikenal botriosterpen, 5-hidroksi 2,7- dimetoksinaftalen-
1,4-dion dan derivatnya, 6-etil-5-hidroksi-2,7-dimetoksinaftalen-1,4- dion, O-
metilaspmenon, O-metilasparienon and 5-(karboksimetil)-7-hidroksi-
1,4adimetil- 6-metil endekahidro naftalen-1-asam karbosiklat. Senyawa baru
yang diisolasi menunjukkan bioaktivitas terhadap bakteri pathogen
Staphylococcus aureus resisten, beberapa spesies Streptococcus dan Bacillus
subtilis dan juga menunjukkan aktivitas terhadap sel eukariot THP-1 (human
leukemia monocyte) and BALB/3T3 (mouse embryonic fibroblast) (Posangi
dan Robert, 2014).
Senyawa cytocidal dan chlovalicin ditemukan dalam jamur endofit
yang diisolasi dari tumbuhan bakau Kandelia candel. Senyawa isocoumarins di
temukan dalam jamur endofit yang diisolasi dari daun muda tumbuhan bakau
Avicennia marina yang ditemukan di Pearl River Estuary, Tiongkok Selatan
(Huang et al. 2007). Senyawa turunan indol dan diketopiperazin yang memiliki
aktivitas antibakteri dihasilkan oleh jamur Penicillium chrysogenum, endofit
dari bakau Porteresia coarctata (Roxb.) (Devi etal. 2012). Penulis juga
menemukan senyawa baru dengan sifat antibakteri yang kuat yang diisolasi
dari jamur endofit Botryosphaeria australis dari tumbuhan bakau A. marina
yang tumbuh di Provinsi Hainan, Tiongkok (Bara et al. 2013). Senyawa-
senyawa yang dihasilkan jamur endofit yang hidup secara ko-eksisten dengan
tumbuhan bakau kemungkinan merupakan mekanisme perlindungan diri
terhadap mikroorganisme patogen seperti bakteri dan proses predasi terhadap
tumbuhan tersebut. Senyawa yang dihasilkan untuk mekanisme perlindungan
diri ini lah yang bisa dimanfaatkan oleh manusia sebagai kandidat obat
(Posangi dan Robert, 2014).
Jamur laut diketahui memiliki kontribusi yang penting. Banyak jenis
jamur laut yang telah diisolasi dan diketahui menghasilkan sejumlah senyawa
antimikroba, seperti alkaloid, makrolid, terpenoid, derivate peptide, dan
struktur lainnya yang kini menjadi pilihan baru untuk melawan penyakit
infeksius (Putri, D. A., dkk, 2013).
PENUTUP
KESIMPULAN
Karina, T., Primastia, N., Rahmatika, N., Rizki, M., Purwati, N., Anti
Tuberkulosis dari Laut :Potensi Jamur Sebagai Anti Mycobacterium
Tuberkulosis dari Alga Coklat dan Karang Lunak, Universitas Indonesia.
Losung, F., Bara, R. A., Angkouw, E. D., 2015, Isolasi Antimikroba dari Jamur
yang Bersimbiosis dengan Biota Laut, Jurnal LPPM Bidang Sains dan
Teknologi, Vol. 2(2).
Posangi, J. dan Robert A. Bara, 2014, Analisis Aktivitas Dari Jamur Endofit Yang
Terdapat Dalam Tumbuhan Bakau Avicennia marina di Tasik
Putri, D. A., Ocky Karna Pradjasa dan Delianis Pringgenies, 2014, Uji Aktivitas
Ekstrak Kasar Jamur Simbion Karang Lunak Sebagai Antijamur Terhadap
Jamur Pathogen Candida Albicans, Seminar Nasional Kimia Dan
Pendidikan Kimia VI FKIP UNS, Surakarta.
Rakhmawati, Anna, 2010, Ciri-ciri Jamur, Jurdik Biologi FMIPA UNY,
Disampaikan dalam kegiatan Pembimbingan Olimpiade SMAN 11
Yogyakarta.
Suciati., Achmad, F. A., Rakhmawati, Noor, E. S., 2014, Isolasi dan Skrining
Antimikroba Jamur Endofit dari Beberapa Spong Indonesia, E-Journal
Planta Husada, Vol. 2(2).