Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH FILUM MIKROALGAE

Disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Mikrobiologi Perairan


Dosen Pengampu :
Dr. Asus Maizar Suryanto H., S.Pi., MP

Disusun oleh :
Kelompok 8 M01

Muhammad Faiq Ash Shidiq 185080100111020


Norma Rahima 185080100111044
Yusmeita Eka Lusia Wardani 185080100111020
Qodri Khairum Alfisyah 185080107111015

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA


PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak terhingga atas kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan, akal, pikiran serta kemudahan
dan kelancaran untuk menyelesaikan makalah yang kami buat ini. Sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah Filum
Mikroalgae”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Kewarganegaraan yang diampu oleh Dr. Asus Maizar Suryanto H., S.Pi., MP.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan bagi
penulis khususnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik secara materiil maupun moril dalam penulisan
makalah ini yang tidak dapat kami sebut satu persatu.

Makalah ini sudah pasti banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, masukan dan saran yang relevan untuk penyempurnaan
makalah ini sangat kami harapkan.

Malang, 28 September 2019

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii
BAB I............................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ............................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 6
1.3 Tujuan.................................................................................................... 6
BAB II .............................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................... 7
2.1 Definisi Cyanophyta ................................Error! Bookmark not defined.
2.2 Habitat Cyanophyta ............................................................................... 3
2.3 Ciri-ciri Cyanophyta ............................................................................... 4
2.4 Klasifikasi Cyanophyta ........................................................................... 5
2.5 Struktur Sel Cyanophyta ...................................................................... 11
2.6 Reproduksi Cyanophyta ...................................................................... 12
2.7 Peranan Cyanophyta ........................................................................... 13
Bab III ......................................................................................................... 225
PENUTUP ..................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 225
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 226

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Oedogonium sp.


Gambar 2. Morfologi dari Oedogonium sp.

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik, baik sel tunggal


maupun koloni yang hidup di wilayah perairan air tawar dan laut. Mikroalga lazim
disebut fitoplankton. mikroalga saat ini menjadi salah satu artenatif sumber energi
yang baru yang sangat potensial. Makanan utama mikroalga adalah karbondioksida.
Mikroalga mampu tumbuh cepat dan dipanen dalam waktu singkat yakni 7-10
hari.kegiatan kultifasi tumbuhan produsen primer ini menghemat ruang, memiliki
efisiensi dan efektifitas tinggi.
Alga merupakan produsen primer dalam rantai makanan. Cyanophyta juga
bagian dari alga hijau telah menopang kehidupan sebelum adanya manusia. Alga
juga mempunyai banyak macam spesies. Alga hijau juga bermanfaat bagi
ekosistem, bioma, dan manusia. Alga hijau mengandung banyak nutrisi dan mineral
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. (Darmawan,2014).

Alga dalam istilah Indonesia sering disebut sebagai ganggang merupakan


tumbuhan talus karena belum memiliki akar, batang dan daun sejati. Algae
(ganggang) dapat dibedakan menjadi tujuh kelompok yaitu : Cyanophyta,
Chlorophyta, Euglenophyta, Pyrrophyta, Crysophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta.
Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang
terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni.

Sel mikroalgae dapat dibagi menjadi 10 divisi dan 8 divisi algae merupakan
bentuk unicellulair. Dari 8 divisi algae, 6 divisi telah digunakan untuk keperluan
budidaya perikanan sebagai pakan alami. 4 karakteristik yang digunakan untuk
membedakan divisi mikro algae yaitu; tipe jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe
komponen fotosintesa, dan jenis pigmen sel. Selain itu morfologi sel dan bagaimana
sifat sel yang menempel berbentuk koloni / filamen adalah merupakan informasi
penting didalam membedakan masing-masing grup.

5
1.2 Rumusan Masalah

1. Definisi dari semua anggota filum ?


2. Dimana habitat tempat tinggalnya semua anggota filum?
3. Ciri ciri dari semua anggota filum?
4. Bagaimana klasifikasi dari semua anggota filum?
5. Bagaimana struktur sel dari semua anggota filum?
6. Bagaimana reproduksi dari semua anggota filum?
7. Peranan dari semua anggota filum?

1.3 Tujuan

Berdasarkan 7 rumusan masalah diatas maka didapatkan tujuan sebagai


berikut :
1. Untuk mengenalkan dan menjadi sumber informasi bagi sang pembaca
mengenai semua anggota filum mikroalga.
2. Untuk mengetahui lebih dekat tentang apa itu semua anggota filum mikroalga.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alga dan Mikroalga


Alga atau ganggang adalah organisme fotosintetik, sering disebut
sebagai "tanaman kasta rendah" karena struktur sederhana dan metode
reproduksi. Habitat alga ada di tanah, air tawar, payau dan laut. Secara
umum, alga terbagi ke dalam dua jenis, makroalga dan mikroalga.
Mikroalga merupakan organisme autotrof yang tumbuh melalui proses
fotosintesis. Struktur uniseluler mikroalga memungkinkan mengubah energi
matahari menjadi energi kimia dengan mudah. Mikroalga dapat tumbuh
dimana saja, baik di ekosistem perairan maupun di ekosistem darat (Ariyanti
dkk., 2014).
Mikroalga adalah spesies uniselular atau multiselular sederhana yang
tumbuh secara cepat, dapat bertahan hidup pada kondisi dan lingkungan
dengan tekanan ekstrem seperti panas, dingin, anaerob, salinitas, foto
oksidasi, tekanan osmotik, dan paparan radiasi ultraviolet (UV).mikroalga
adalah organisme mikroskopis dan dapat diklasifikasikan ke dalam ganggang
biru-hijau (Cyanobacteria), Chlrophyta, Chrysophyta, Chrysophyta,
Phaeophyta, Rhodophyta, Euglenophyta, Cryptophyta, dan Phyrrophyta.

7
2.2 Cyanobacteria
2.2.1 Pengertian Cyanobacteria

Gambar 1. Cyanobacteria

Cyanobacteria atau biasa disebut Cyanophyta atau alga hijau biru


merupakan kelompok alga prokariotik yang memiliki peran sebagai produsen
dan penghasil senyawa nitrogen di perairan. Beberapa dari Cyanobacteria
juga diketahui dapat memproduksi toksin (racun), selain menghasilkan
toksin, Cyanobacteria mampu menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi
mahluk hidup lain, antara lain protein dan senyawa lain untuk obat-obatan.
Cyanobacteria atau biasa disebut Cyanophyta tidak hanya ditemukan
di habitat akuatik melainkan juga ditemukan di habitat terrestrial.
Cyanobacteria juga diketahui diketahui mampu tumbuh di padang gurun,
padang salju, dan sumber air panas. Cyanobacteria ada yang hidup sebagai
plankton dan ada pula yang hidup sebagai bentos. Spesies-spesies yang
bersifat planktonik umumnya merupakan spesies-spesies yang
mengakibatkan terjadinya ledakan populasi (blooming) akibat eutrofikasi
(pengayaan nutrisi). Keadaan perairan yang kaya nutrisi tersebut
menyebabkan pertumbuhan Cyanobacteria yang sangat cepat. Macam –
macam spesies dari Cyanobacteria adalah Gloeocapsa, Nostoc,
Chroococcus, Analytis , Oscillatoria , Gloetricha , Mircocoleus, Tolypothrix,
Anabaena, Microcystis, Merismopedia.

8
2.2.2 Ciri – Ciri Cyanobacteria
Adapun Ciri – ciri dan sifat Cyanobacteria atau biasa disebut
Cyanophyta
1) Uniseluler, atau berkoloni berbentuk benang dengan struktur
yang masih sederhana.
2) Berkembang biak dengan membelah tubuhnya.
3) Memiliki cadangan makanan berupa glikogen/butir-butir
sianofisin (lipoprotein) diperifer, serta ada juga yang berupa
volutin.
4) Dinding sel mengandung pektin, hemiselulosa, dan selulosa
yang bila bereaksi dengan air seperti lendir.
5) Pada plasma bagian tepi terdapat klorofil a, karotenoid,
fikosianin, fikoklorofil, yang belum terlokalisasi dan sifatnya
labil menyebabkan warna tidak tetap. Sifat ini disebut adaptasi
kromatik (yaitu jika cahaya hijau mengenai ganggang ini akan
berwarna merah, sedang cahaya merah mengenai ganggang
ini akan berwarna hijau/biru). Kromatofora ini sangat berkaitan
erat dengan fotosintesis.
6) Inti sel bersifat difus, di tengah sel, belum jelas hanya terdapat
DNA/RNA belum terlokalisasi dan kromosom belum jelas
tampak.
7) Pada sel yang tua terdapat vakuola.
Umumnya tidak bergerak, namun dari jenis-jenis yang
berbentuk benang dapat mengadakan gerakan meluncur
sambil mengeluarkan lendir.
8) Tidak mempunyai bulu cambuk (gerakan adanya kontraksi
tubuh dan pembentukan lendir)
9) Perkembangbiakan vegetatif (membelah)

Contoh dari spesies Cyanobacteria atau biasa disebut Cyanophyta

a. Bentuk unisel (satu sel), contoh : Chroococcus, Gloeocapsa


b. Bentuk koloni, contoh : Polycystis.
c. Bentuk filamen, contoh : Oscilatoria, Nostoc, Anabaena, Rivularia

9
Chanophyceae dibagi menjadi 3 bangsa/ordo yaitu:
1) Chorococcales
2) Chamaesiphonales
3) Hormogonales
Adapun deskripsi mengenai ke 3 bangsa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ordo Chorococcales, Adapun ciri – ciri dari spesies ini, yaitu:
a. Bentuk sel membulat tunggal atau berkelompok.
b. Memiliki klorofil, karotenoid, fikosianin, fikoklorofil.
c. Berwarna kehijauan pada habitat berair.
d. Di bagian tepi protoplasma/dinding sel berlendir
(menyebabkan warna berkilau).
e. Menyenangi tempat lembab seperti batu cadas dan tembok.
Anggota ordo ini yaitu: Familia Chorococcae
Contoh: Chorococcus turgidus, Gleocapsa sanguine.

Gambar 2. a). Chorococcus turgidus, b). Gleocapsa sanguine.

2. Ordo Chamaesiphonales, adapun ciri –ciri dari ordo ini, yaitu :


a. Bentuk sel bulat tunggal atau berkoloni bentuk benang.
b. Koloni dapat putus jika akan membentuk horomogonium (= sel
yang tidak terisi protoplas, selnya jernih dengan dinding sel
yang jelas).
c. Potongan koloni dapat bergerak merayap dan membentuk
koloni baru.
d. Dapat juga membentuk endospora dan keluar dari sel tumbuh
menjadi individu baru.
Anggota ordo ini yaitu: Familia Chamaesiphonaceae
Contoh: Chamaesiphon confervicolus.

10
Gambar 3. Chamaesiphon confervicolus
3. Ordo Hormogonales, adapun ciri – ciri dari Ordo Hormogonales, yaitu:
a. Bentuk sel bulat dengan sudut membulat dan persegi
b. Koloni berbentuk benang.
c. Benang bercabang palsu terbentuk dari keluarnya plasma dari
dinding sel dan terbentuklah hormogonium.

2.2.3 Struktur sel Cyanobacteria

Gambar 4. Struktur sel Cyanobacteria atau biasa disebut


Cyanophyta
(Sheeler & Bianchi, 1987)

Keterangan : d. Sitosol
a. Sekat pemisah e. Ribosom
dari sel yang akan
membelah
b. Vakuola f. Lapisan Gelatin
c. Nukleotida g. Dinding sel
h. Membran Plasma

11
i. Lamella
Fotosintetik yang
ditempeli
pikobilosom

12
1) Dinding sel
Dinding sel mengakibatkan sel memiliki bentuk yang tetap, di
sebelah luar dinding sel terdapat selubung lender yang berfungsi
mencegah sel dari kekeringan.selain itu, lender dapat
memudahkan sel bergerak, karena beberapa ganggang ini dapat
bergerak denagn gerakan osilasi (maju mundur). Belum dpat
dipastikan apa yang menyebabkan ganggang ini dapat bergerak.
2) Membran Sel
Membran sel berfungsi mengatur keluar masuknya zat dalam sel.
Terdapat pelipatan membrane sel kearah dalam membentuk
lamella fotosintetik/ membrane tilakoid. Pada membrane tilakoid
inilah terdapat klorofil. Jadi berbeda dengan sel eukariotik yang
memiliki klorofil di dalam kloroplas, ganggang ijau biru tidak
mempunyai kloroplas.
3) Sitoplasma
Merupakan koloid yang tersusun atas air, protein, lemak. Gula,
mineral, enzim, ribosom dan DNA. Di dalam sitoplasma inilah
berlangsung proses metabolism sel.
4) Asam inti/ Asam Nukleat
DNA terdapat pada satu lokasi di dalam sitoplasma, namun tidak
memiliki membrane inti. Karena itulah ganggang hijau biru
digolongkan ke dalam prokariotik.
5) Mesosom dan Ribosom
Organel lain yang tidak tercantum dalam gambar adalah ribosom,
ribosom merupakan organel untuk sintesis protein, sedangkan
mesosom merupakan penonjolan membrane sel kea rah dalam
yang berperan sebagai penghasil energi.

2.2.4 Cara Perkembangbiakan Ganggang Hijau Biru


1) Pembelahan sel

1
Melalui cara ini sel dapat langsung terpisah atau tetap bergabung
membentuk koloni Misal: Gloeocapsa.
2) Fragmentasi
Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang
kemudian membentuk individu baru. Fragmentasi terutama pada
ganggang Oscillatoria. Pada filamen yang panjang, bila salah satu
selnya mati, maka sel mati itu membagi filamen menjadi dua bagian
atau lebih. Masing-masing bagian disebut Hormogonium.
3) Spora
Pada keadaan yang kurang menguntungkan akan terbentuk spora
yang sebenarnya merupakan sel vegetatif. Spora membesar dan
tebal karena penimbunan zat makanan. Contoh: Chamaesiphon
comfervicolus.

2.2.5 Manfaat dan Kerugian Cyanohyta atau Cyanobacteria


a. Manfaat Cyanobacteria adalah :
1. Cyanobacteria yaitu sebagai pengikat nitrogen bebas, artinya
Peran Cyanobacteria yaitu mengikat nitrogen yang utama di
alam, nitrogen sendiri sangat diperlukan oleh tanaman
sehingga cyanobacteria menguntungkan untuk tanaman
contohnya adalah Nostoc Commune, Anabaena Cycadae dan
Anabaena azollae.
2. Sebagai vegetasi peintis , yaitu dengan cara membentuk
lapisan pada permukaan tanah gundul sehingga mampu
hidup pada lingkungan yang kurang menguntungkan dimana
tumbuhan lain tidak dapat hidup di daerah itu
3. Cyanobacteria juga berperan sangat penting untuk
menambah materi-materi organik ke dalam tanah.
4. Spiriluna mampu menghasilkan senyawa karbohidrat ang
lumayan dan senyawa organic lain sangat tinggi yang
diperlukan oleh manusia sebagai sumber pangan yang
mengandung banyak sekali protein di dalamnya. Oleh karena

2
itu Spiriluna bisa digunakan untuk dikembangkannya sumber
pangan di masa datang karena Spiriluna ini dalam bentuk pil.
b. Kerugian Cyanobacteria :
1. Beberapa Spesies dari Cyanobacteria memproduksi racun
syaraf (neurotoksin) seperti ular yang sangat berbahaya bagi
hewan dan manusia biasanya racun ini menyerang hati
( hepatotoksin ) dan sel ( sitotoksin ) mereka membentuk
endotoksin sehingga sangat berbahaya bagi hewan maupun
manusia.
2. Jika terlalu banyak Cyanobacteria menempel pada tembok
bangunan maka lama-kelamaan temok rumah tersebut akan
cepat mengalami keretakan.
3. Cyanobacteria juga bisa merugikan akibat ulah manusia
yaitu Cyanobacteria dapat hidup di lingkungan yang
mengandung kadar fosfat dan nitrogen yang tinggi. Kadar
tersebut pada suatu lingkungan perairan sering diakibatkan
oleh pencemaran limbah industri dan pertanian. Kondisi ini
dapat mengakibatkan tumbuhnya Cyanobacteria secara
berlimpah. Limpahan tersebut dapat menutupi permukaan
perairan sehingga matahari dan oksigen yang dibutuhkan
organisme lain dalam perairan berkurang.
2.3 Chrysophyta

2.3.1 Pengertian Chrysophyta

Gambar 5. Chrysophyta

3
Chrysophyta merupakan alga berwarna keemasan karena banyak
mengandung karoten. Selain itu juga mengandung pigmen klorofil a dan c.
dinding sel tidak mengandung silika. Cadangan makanan disimpan dalam
bentuk krisolaminarin yaitu modifikasi laminarin dan minyak (Pujiyanto, 2008,
h.116). Chrysophyta biasanya biflagellata dengan kedua flagela melekat di
dekat salah satu ujung sel. Kebanyakan spesies merupakan uniseluler
namun ada yang berkoloni yaitu Dinobryon. Apabila kondisi lingkungan
memburuk, banyak spesies membentuk kista pelindung (Campbell et.al.,
2008, h. 150).
Habitatnya di air tawar dan di air laut. Chrysophyta hidup sebagai
organisme fotoatotrof. Namun, beberapa spesies ada yang mampu
menyerap senyawa organik terlarut atau menelan partikel makanan dan
bakteri dengan menjulurkan pseupodianya (Irnaningtyas, 2014, h. 194).
Adapun yang termasuk spesies dari ganggang emas yang paling umum
anatara lain, ochoromonas, dinobryon, chromulina, mallomonas, synura,
dictyocha, chrysamoeba, chryshosphera, dan chrysosaccus. Alga ini
digolongkan ke dalam 3 kelas, yaitu Kelas alga Hijau-Kuning
(Xanthophyceae), Kelas alga keemasan (Chrysophyceae), Kelas Diatom
(Bacillariophyceae).

2.3.2 Ciri – Ciri Chrysophyta


Adapun ciri – ciri dari phylum Chrisophyta, yaitu :
1. Ganggang ini berwarna keemasan, karena kloroplasnya
mengandung pigmen karoten dan xantofil dalam jumlah banyak
dibandingkan dengan klorofil.
2. sel-sel ganggang keemasan memiliki inti sejati (eukarion),
3. dinding sel umumnya mengandung silika (SiO2) atau kersik.
4. Tubuh ganggang ini ada yang terdiri atas satu sel(uniseluler) dan
ada yang terdiri atas banyak sel (multiseluler).
5. Ganggang yang bersel satu bisa hidup sebagai komponen
fitoplankton yang dominan, Ganggang yang multiseluler berupa
koloni atau berbentuk filamen.

4
6. Pada ganggang uniseluler reproduksi atau perkembangbiakan
dilakukan dengan pembentukan spora. Sedangkan pada
ganggang yang multiseluler reproduksi seksualnya dilakukan
melalui penyatuan dari jenis gamet. Contoh dari ganggang
keemasan atau ganggang pirang adalah navicula, synura, dan
nishoous.

2.3.3 Struktur Sel Chrysophyta


1. Dinding Sel
Chrysophyta umumnya tidak berdinding sel. Bila ada dinding
selnya maka terdiri dari lorika (ex.Dinobryon dan kephryon). Atau
tersusun dari lempengan silicon (ex. Sinura dan mallomonas) atau
tersusun dari cakram kalsium karbonat (ex. Syracospoera). Struktur
selnya tidak mempunyai dinding selulosa dan membrannya
menunjukkan kewujudan silica.
2. Isi Sel, isi sel pada setiap ordo Chrysophyta, yaitu:
a) Xantophyceae
Terdapat inti sel: berbentuk tunggal dan berbentuk banyak inti.
Terdapat plastid berbentuk cakram tanpa pienoid. Pigmen :
klorofil a dan b, β karoten, xantofil.
b) Chrysophyceae
Berinti tunggal, plastida terdiri dari 1 atau 2, pigmen berupa
klorofil a, b, c, β karotin, xantofil, berupa lutein, diadinoxantin,
fukoxantin dan dinoxantin.
c) Bacillariophyceae
Berinti tunggal dan berinti diploid, pigmen berupa klorofil a dan
c, β karotin, xantofil.
3. Kloroplas
Kloroplas pada Chrysophyta berwarna coklat keemasan.
Chrysophyta menunjukkan perbedaan struktur kloroplas dan sering
kali terdapat tiga thylakoids disekitar periphery kloroplas (girdle
lamina). Kloroplas terdiri dari dua membrane (CER), jarak periplastida

5
antara dua kloroplas dan retikulumendoplasma sempit dan kurang
adanya perbedaan struktur.
4. Ribosom
Ribosom pada Chrysophyta terdapat pada permukaan luar
CER.
5. Alat Gerak
Chrysophyta memiliki alat gerak yang terdiri dari flagel dan
jumlahnya tidak sama tiap marga (struktur dasar flagel pada alga
mirip dengan flagel pada mahluk hidup lain. Susunan benang flagel
menunjukkan pola 9+2 dengan tipe akronematik (whiplash) dan
pantonematik (tinsei). Contoh: synura dan syracospaera mempunyai
2 flagel yang sama panjangnya, dinobryon dan ocromonas,
mempunyai 2 flagel yang tidak sama panjangnya, chrysamoeba,
memiliki 1 flagel.
Kedudukan dan keadaan flagelumnya berbeda, selnya boleh
menjadi uniflagerum atau biflagerum. Jika biflagelat, flagelumnya
mungkin sama panjang atau tidak. Tingkat flagenta yang paling tinggi
yaitu heterokontois. Susunan tubuhnya ada yang berbentuk sel
tunggal dan berbentuk koloni. Sel heterokontous mempunyai 2 flagel
yaitu flagel licin dengan bulu kaku seperti pipa atau mastigonema
dalam dua baris.
6. Vakuola Kontraktil
Terdapat satu atau dua fakuola kontraktil dalam sel
(tergantung pada spesies) yang terletak dekat dasar dari flagel.
Masing-masing fakuola kontrakil terdiri atas vesikel kecil yang
berdenyut dengan interfal yang teratur, mengeluarkan isinya dari sel.
Fakuola kontraktil yang terdapat pada alga yang berflagel fungsi
utamanya adalah osmoregulator.
7. Badan Golgi
Badan golgi terletak di antara inti dan kontraltil fakuola. Badan
golgi adalah organela yang terdapat pada sel eukariotik, baik hewan
maupun tumbuhan yang strukturnya terdiri dari tumpukan fesikel
bentuk cakram atau kantung.

6
8. Nukleus
Nukleus dan kloroplas dihubungkan oleh membran kloroplas
ER yang mana berhubungan dengan pembungkus inti.

2.3.5 REPRODUKSI CHRYSOPHYTA


Dalam setiap kelas, cara reproduksi pada Chrysophyta dibagi,
sebagai berikut:
a) Xantophyceae
Secara seksual yaitu dengan oogami artinya terjadi
peleburan spermatozoid yang dihasilkan anteridium dengan
ovum yang dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot
tumbuh menjadi filamen baru.
Secara vegetatif dengan membentuk zoospora.
Zoospora terlepas dari induknya mengembara dan jatuh di
tempat yang cocok menjadi filamen baru.
b) Pada Chrysophyceae dilakukan secara vegetative dengan
membelah secara longitudinal dan fragmentasi, ada 2 macam
yaitu:
1. Koloni memisah menjadi dua bagian atau lebih.Sel
tunggal melepaskan diri dari koloni kemudian membentuk
koloni yang baru.
2. Sporik, dengan membentuk zoospore (untuk sel-sel yang
tidak memiliki flagel) dan statospora. Statospora yaitu tipe
spora paling unik yang diketemukan pada chrysophyta,
khususnya pada kelas-kelas chrysophyceae dengan
bentuk sporis dan bulat. Dinding spora bersilia, tersusun
oleh dua bagian yang saling tumpang tindih, mempunyai
lubang atau pora yang ditutupi oleh sumbat yang
mengandung gelatin.
c) Reproduksi Bacillariophyceae
Reproduksi diatom terjadi secara seksual dan
aseksual.

7
Pada saat diatom bereproduksi secara aseksual melalui
mitosis, hipoteka dan epiteka memisah. Setiap bagian akan
membentuk bagian baru di dalam bagian yang lama. Artinya,
hipoteka sel lama menjadi epiteka sel baru dan epiteka sel
lama tetap menjadi epiteka sel baru. Jadi, salah satu sel
anakan berukuran tetap, sedangkan satu sel anakan lainnya
berukuran lebih kecil daripada sel induknya.
Pembelahan mitosis terus berlangsung sampai
terbentuk sel anakan yang berukuran sekitar 30% dari besar
sel aslinya. Setelah mencapai ukuran minimum tersebut,
diatom kemudian bereproduksi secara seksual. Sel diatom
menghasilkan sperma dan telur. Sperma kemudian bergabung
dengan telur membentuk zigot. Zigot akan tumbuh dan
berkembang menjadi berukuran normal seperti aslinya.
Setelah diatom mencapai ukuran normal, diatom akan kembali
melakukan reproduksi aseksual melalui pembelahan mitosis.

2.3.1 Peranan Chrysophyta


Peranan ganggang keemasan atau Chrysophyta dalam
kehidupan Berguna sebagai bahan penggosok, bahan pembuat
isolasi, penyekat dinamit,membuat saringan, bahan alat penyadap
suara, bahan pembuat cat, pernis, dan piringan hitam.

2.3 Rhodophyta (Ganggang Merah)


2.4.1 Pengertian Rhodophyta ( Ganggang Merah)

8
Gambar 6. Rhodophyta (Ganggang Merah)

Ganggang merah umumnya hidup diperairan, baik air tawar maupun


air laut. Banyak diantara 6000 spesies Rhodophyta yang sudah diketahui
memiliki pigmen fikoetrin yang menyamarkan warna hijau klorofil.
Kebanyakan rhodophyta bersifat multiseluler.
Rhodophyta memiliki siklus hidup yang sangat beraneka ragam dan
tidak memiliki tahap flagela pada siklus hidupnya dan bergantung pada
arus air untuk menyatukan gamet-gamet pada saat fertilisasi (Campbell
et.al., 2008. H. 155). Beberapa contoh Rhodophyta adala Eucheuma,
Gelidium, Gracilaria, Poryphyra, Polysiphonia, dan Chondrus (Pujiyanto,
2008, h. 110).

2.4.2 Morfologi dan Anatomi


Alga merah berwarna merah sampai ungu, tetapi ada juga yang
lembayung atau kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau
lembaran dan mengandung klorofil a, klorofil b, serta karotenoid, tetapi
warna lain tertutup oleh warna merah fikoeritrin sebagai figmen utama
yang mengadakan fluoresensi.
Jenis Rhodophyta tertentu mamiliki fikosianin yang memberi warna
biru. Alga merah umumnya bersifat autotrof. Akan tetapi ada pula yang
heterotrof, yaitu yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya bersifat
parasit pada alga lain.

2.4.3 Habitat Rhodophyta


Alga merah umumnya hidup di laut yang dalam, daripada tempat
hidup alga coklat. Sepertiga dari 2500 spesies yang telah diketahui,
hidup di perairan tawar dan ada juga yang hidup di tanah. Biasanya
organisme ini merupakan penyusun terumbu karang laut dalam. Alga
merah berperan penting dalam pembentukan endapan berkapur, baik
di lautan maupun di perairan tawar.

2.4.4 Struktur Sel Rhodophyta

9
Dinding sel Rhodophyta mengandung selulosa, pektin dan terkadang
kalsium karbonat seperti pada genus Corallina. Beberapa Rhodophyta
memiliki dinding sel yang dilapisi oleh karaginan yaitu suatu
polisakarida yang digunakan dalam pembuatan kosmetik dan kapsul
gelatin. Hasil fotosintesis disimpan dalam bentuk tepung floridean

2.4.5 Reproduksi Rhodophyta


Alga merah dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual.
Reproduksi seksual terjadi melalui pembentukan dua anteridium pada
ujung-ujung cabang talus. Anteridium menghasilkan gamet jantan
yang disebut spermatium. Gametangium betina disebut karpogonium
yang terdapat pada ujung cabang lain. Karpogonium terdiri dari satu
sel panjang. Bagian karpogonium bawah membesar seperti botol,
sedangkan bagian atasnya membentuk gada atau benang dan
dinamakan trikogen. Inti sel telur terdapat di bagian bawah yang
membesar seperti botol. Spermatium mencapai trikogen kaena
terbawa air (pergerakan secara pasif). Spermatium kemudian melekat
pada trikogen. Setelah dinding perlekatan telarut, seluruh
protoplasma spermatium masuk dalam karpogonium. Setelah terjadi
pembuahan, terbentuklah sumbat di bagian bawah karpogonium.
Sumbat itu memisahkan karpogonium dan trikogen. Zigot hasil
pembuahan akan membentuk benang-benang sporogen. Dalam sel-
sel di ujung sporogen itu terbentuk spora yang masing-masing
memiliki satu inti dan satu plastida, spora tersebut dinamakan
karpospora. Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel ujung benang
sporogen sebagai protoplasma telanjang berbulu cambuk.
Karpospora ini mula-mula berkecambah menjadi protalium yang
akhirnya tumbuh menjadi individu baru lengkap dengan alat-alat
generatifnya.
Reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk tetraspora.
Tetraspora akan menjadi gametangium jantan dan gametangium
betina. Gametangium jantan dan betina akan bersatu membentuk
karposporofit. Karposporofit kemudian menghasilkan tertraspora.

10
2.4.6 Peranan Rhodophyta
Alga merah jenis tertentu dapat menghasilkan agar yang
dimanfaatkan antara lain sebagai bahan makanan dan kosmetik,
misalnya Eucheuma spinosum. Di beberapa negara, misalnya
Jepang, alga merah di tanam sebagai sumber makanan. Selain itu
juga dipakai dalam industri agar, yaitu sebagai bahan yang dipakai
untuk mengeraskan/memadatkan media pertumbuhan bakteri.

Beberapa alga merah yang dikenal sebutan alga koral menghasilkan kalsium
karbonat ini sangat kuat dalam mengatasi terjangan ombak. Kelebihan ini
menjadikan alga koral memiliki peran penting dalam pembentukan terumbu karang

2.4 Chlorophyta (Alga Hijau)


2.4.1 Pengertian Chlorophyta

Gambar 6. Chlorophyta

Chlorophyta atau yang sering dikenal dengan alga hijau merupakan


organisme prokariotik. Hal itu berkaitan dengan warnanya yang hijau. Warna hijau di
alga hijau dikarenakan oleh pigmen klorofil yang terkandung di dalamnya. Selain itu,
alga hijau juga memiliki pigmen karoten yang memberi warna kuning. Sehingga, ada
jenis alga yang memiliki warna kekuningan. Pigmen-pigmen ini yang menjadi salah
satu dasar pengklasifikasian alga hijau ke dalam filum Chlorophyta (Zaif, 2012).

Chlorophyta mempunyai pigmen hijau yang dominan dan terhimpun dalam


kloroplas. Itulah mengapa Chlorophyta disebut dengan alga hijau. Chlorophyta tidak
selalu berwarna hijau karena beberapa anggotanya memiliki pigmen yang
memberikan warna jingga, merah atau merah kehitaman. Bentuk Chlorophyta

11
bermacam-macam. Pada kloroplas ditemukan pirenoid dan stigma. Pirenoid adalah
rongga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan berupa
amilum. Stigma adalah bagian yang sensitif terhadap cahaya, berguna untuk
menuntun Chlorophyta menuju cahaya sehingga proses fotosintesis dapat
berlangsung (Aziz, 2009).

Ganggang hijau merupakan golongan terbesar diantara ganggang dan


sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air
payau. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air
menjadi surut. Jenis yang hidup diair tawar, bersifat kosmopolit, terutama hidup di
tempat yang cahayanya cukup seperti kolam, danau, genangan air, Alga hijau
ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab
dan kulit batang pohon yang lembab. Beberapa anggotanya hidup di air mengapung
atau melayang, sebagian hidup sebagai plankton.

Alga hijau atau kelas Chlorophyceae sangat melimpah di perairan hangat


(trofik) dan tercatat sedikitnya 12 genus alga hijau di Indonesia, diantaranya :
Caulerpa, Ulva, Valonia (V. ventricosa), Dictyosphaera (D. caversona), Halimeda,
Chaetomorpha, Codium, marga Udotea, Tydemania (T. expeditionis), Burnetella (B.
nitida), Burgenesia (B. forbisii), dan Neomeris (N. annulata) (Romimohtarto dan
Juwana 2009).

Gambar 7 : Xanthoria parietina

2.4.2 Ciri – Ciri Chlorophyta


Adapun ciri – ciri dari phylum Chlorophyta, yaitu :
1. Bentuk talus/struktur vegetatif

12
a. uniseluler nonmotil/kokoid / bulat : Chlorella sp.
b. uniseluler motil/berflagela: Chlamydomonas sp.
c. koloni nonmotil (kokoid ): Pediastrum sp., Hydrodictyon sp.
d. koloni motil (sel-sel dalam koloni mempunyai flagela) Volvox sp.
e. lembaran yang monostromatik: Monostroma sp.
f. berbentuk silinder yang beruang di tengah: Enteromorpha sp.
g. berbentuk filamen: bercabang: Cladophora sp.
h. tidak bercabang: Oedogonium sp., Spirogyra sp.
i. berbentuk sifon/spnositik: Caulerpa sp., Codium sp.
j. berbentuk helaian/lembaran yang distromatik: Ulva sp.
k. palmeloid: Tetraspora sp.
l. dendroid: Prasinocladus sp.
m. heterotrikh: Coleochaeta sp., Stigeoclonium sp.
2. Mengandung klorofil a dan klorofil b, serta pigmen tambahan karoten (kuning
kemerahan) dan xantofil (kuning).
3. Mempunyai inti sel
4. Mempunyai dinding sel yang tersusun 2 lapisan, lapisan dalam mengandung
selulose dan lapisan luar tersusun atas pektin.
5. Hasil fotosintesis berupa amilum dan tersimpan dalam kloroplas.
6. Perkembangbiakan secara vegetatif, seksual dan aseksual.
7. Cadangan makanan berupa amilum, tersusun oleh amilosa dan amilopektin.
8. Sebagian anggota memiliki flagel.

2.4.3 Struktur Sel Chlorophyta


1. Dinding sel
Dinding sel tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan dalam yang tersusun atas
selulosa dan lapisan luar tersusun atas pektin tetapi beberapa bangsa Volvocales
dindingnya tidak mengandung selulosa, melainkan tersusun oleh glikoprotein.
Dinding sel Caulerpales mengandung xylan atau mannan. Beberapa jenis
Chlorophyceae mempunyai tipe pigmentasi dinding sel yang berbeda yang berguna
dalam sistem klasifikasi berdasarkan taksa.

13
2. Kloroplas
Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang terdapat
dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta karoten serta berbagai macam
xantofil (lutein, violaxanthin, zeaxanthin) kloroplas dalam sel letaknya mengikuti
bentuk dinding sel misalnya jika terletak di bagian parietal atau ditengah lumen sel
(bagian axial yaitu muogotia) contohnya pada Ulotrix. Umumnya setiap setiap sel
memiliki satu kloroplas tetapi pada Siponoles dan Zygnemales terdapat lebih dari
satu kloroplas setiap sel (Dawes, 1998). Bentuk kloroplas sangat bervariasi. Variasi
bentuk kloroplas adalah sebagai berikut:
1. Bentuk mangkuk : Chlamydomonas
2. Bentuk sabuk (girdle) : Ulothrix
3. Bentuk cakram : Chara
4. Bentuk anyaman : Oedogonium
5. Bentuk spiral : Spirogyra
6. Bentuk bintang : Zygnema
Amilum dari Chlorophyceae seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Tersusun atas
amilosa dan amilopektin. Amilosa adalah rantai peptida yang tidak bercabang dan
rantai yang bercabang amilopektin. Umumnya amilum tersebut terbentuk dalam
granula dengan badan protein dalam plastida yang disebut pirenoid. Tetapi
beberapa jenis tidak mempunyai pirenoid. Kelompok tersebut merupakan golongan
Chlorophyceae. Jumlah pirenoid juga dijadikan tolok ukur pengelompokan jenis
dalam taksonomi.

3. Inti Sel (Nukleus)


Chlorophyceae mempunyai inti sel seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu
diselubungi oleh membran inti dan terdapat kromatin. Umumnya hanya terdapat satu
inti atau tunggal, tetapi untuk anggota jenis yang tergolong dalam bangsa
Siphonales memiliki inti lebih dari satu.

14
2.4.4 REPRODUKSI CHLOROPHYTA
Chlorophyta bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi
aseksual dapat dilakukan dengan cara pembelahan sel vegetatif (Vegetatif cell
division) dan menggunakan spora yang disebut akinet (Sze, 1986). Spora akinet
berkembang diluar dinding sel (Bold dan Wynne, 1985). Beberapa spora makrobentik
disebut sebagai zoospora karena dapat bergerak seperti hewan. Zoospora dibagi
menjadi dua yaitu aplanospora dan autospora (Bold dan Wynne, 1985). Sedangkan
untuk seksual dengan fertilisasi gamet. Terdapat beberapa tipe dari reproduksi
seksual yaitu isogamus, anisogamus dan oogami. Isogamus yaitu memiliki ciri
morfologi gamet berflagella dengan ukuran yang sama misalnya pada Gonium dan
Ulva. Anisogamus adalah gamet yang memiliki flagella tetapi berbeda ukuran
contohnya Codium dan Bryopsis. Oogami merupakan gamet yang memiliki ukuran
dan bentuk yang berbeda yaitu sperma (memiliki flagella) dan ovum (tidak memiliki
flagella) Volvox dan Oedogonium (Bold dan Wynne, 1985).

Perkembangbiakan pada chlorophyta terjadi dengan 3 cara yaitu:


1) Secara vegetatif
Perkembanganbiakan vegetatif pada chlorophyta dengan fragmentasi
tubuhnya dan pebelahan sel.

2) Secara seksual
– Melalui konjugasi yaitu perkembangbiakan secara kawin contohnya
spirogyra.
– Isogami yaitu peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama.
– Anisogami yaitu peleburan dua gamet yang ukurannya tidak sama.
– Oogami yaitu peleburan dua gamet yang satu kecil dan bergerak (sebagai
sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur)

Beberapa contoh dari reproduksi seksual:


– Isogami : Chlorococcum, Chlamydomonas, Hydrodictyon
– Anisogami : Chlamydomonas, Ulva
– Oogami : Chlamydomonas, Valva, Spirogya, Aedogonium

15
3) Secara aseksual
Perkembanganbiakan secara aseksual dapat terjadi dengan
pembentukan:
– Zoospora yaitu sel berflagel 2 contohnya Chlamydomonos
– Aplanospora yaitu spora yang tidak bergerak contohnya Chlorococcum
– Autospora yaitu aplanospora yang mirip dengan sel induk contohnya
Chlorella

2.4.5 Peranan Chlorophyta

Chlorophyta mempunyai manfaat yang sangat besar, baik untuk


manusia maupun lingkungannya. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut
 Manfaat positif :
1. Digunakan sebagai bahan makanan karena mengandung sumber
serat bagi manusia. Contoh Volvox yang dapat digunakan sebagai
sayuran (Setyawan, 2011).
2. Dibudayakan sebagai sumber pakan ditempat pembenihan ikan.
Contoh: chlorella, Dunaliella, Tetraselmis, Sceredosmus
3. Pigmen klorofil sangat efektif dalam melakukan fotosintesis sehingga
algae hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan
(Setyawan, 2011).
4. Sebagai plankton, berperan penting dalam rantai makanan di perairan
tawar.
5. Menghasilkan oksigen dan hasil fotositensis yang diperlukan oleh
hewan lain untuk bernafas.

 Manfaat negatif :
1. Beberapa jenis yang dinding selnya belendir jika blooming → bau
busuk.
2. Beberapa jenis dari ordo Zygnemantales berupa filamen
panjangdapat membelit benih ikan dan mematikan, contohnya
Spyrogyra, Hydrodyction.

16
2.5 Cryptophyta (Cryptomonad)
2.5.1 Pengertian Cryptophyta

Gambar 7 Cryptophyta

Cryptophyta adalah kelompok uniseluler yang unik yang tidak memiliki


kedekatan dengan kelompok alga lainnya.. Kelompok ini merupakan organisme
eukariotik, yang memiliki kerongkongan. Semua spesies kelompok ini memiliki flagel,
bersifat motil, dan memiliki satu atau dua kloroplast serta memiliki chlorophyl a dan c,
phycocyanin dan phycoeretrin serta beberapa carotenoid yang memberikan warna
kecokelatan pada tubuh mereka.

Cryptomonas (Air tawar dan air laut). memiliki 1-2 kloroplas cokelat dan
dapat melakukan fotosintesa ataupun bertahan hidup menggunakan bakteri. Dapat
melakukan fotosintesa ataupun bertahan hidup menggunakan bakteri. Pada
umumnya tidak digunakan sebagai pakan pada lingkungan budidaya, namun
demikian populasi di alam merupakan makanan bagi rotifer, kerang, tiram, dan larva
udang

Crypto berasal dari bahasa Yunani yang artinya “tersembunyi”, dan phyta
yang berarti “tanaman”. Cryptophyta memiliki nama lain yang disebut dengan
cryptomonads. Cryptophyta merupakan sekelompok gangang kecil eukariotik yang
anggotanya terdiri dari organisme uniseluler yang asimetris, datar, dan umumnya

17
berbentuk hati atau daun. Sel cryptophyta sebagian besar bewarna cokelat-zaitun,
biru-hijau, terkadang bewarna merah dan ada juga yang tidak bewarna. Alga ini
memiliki pigmen fotosintetik klorofil a, klorofil c, alpha-karoten, dan pigmen phycobilin.
Pigmen phycobilin ini dimiliki oleh Cyanobacteria yang letaknya di lumen tilakoid
(Khoirummazidah, 2019).

2.5.2 Ciri-Ciri Cryptophyta

• Biota Cryptophyta terdiri dari kelompok kecil biflagellata.


• Biota ini mempunyai sel asimetrik berbentuk dorsiventral dan tubuh
dikelilingi oleh periplast.
• Periplast tersusun dari plasmalemma triaminat, dimana menutupi semua
bagian tubuh termasuk dua flagella dan bagian enterior.
• Biota ini memiliki sejumlah piring didalam plasmalemma yang
permukaannya berbentuk pola hexagonal atau persegi. Beberapa yang
lain memiliki piring ini pada bagian luar dari plasmolemma.
• Melalui proses fotosintesis, chlorella merubah karbondioksida (CO2)
menjadi oksigen (O2). Dalam tubuh manusia, proses oksidasi ini
membersihkan jaringan sel dan peredaran darah.
• Sebagian besar sel cryptomonadales chlorella sorokiniana cell dapat
dicerna; 95 % proses pencernaa dilakukan oleh tubuh kurang dari 2 jam.
dibandingkan dengan produk lain yang memakan waktu hingga 5 jam
•Cryptomonadales chlorella mengandung protein dalam jumlah besar
yang diseimbangkan dengan komposisi asam amino.
•Cryptomonadales chlorella memiliki vitamin dan mineral yang terkandung
bersama dengan active phytonutrients dalam jumlah besarPPAR dan
CGF , sumber nutrisi yang kaya kaan DNA & RNA yang dapt membantu
peremajaan struktur tubuh sel.
•Cryptomonadales chlorella mengandung chlorophyll (green) and
phycocyanin (blue) dalam jumlah banyak. Chlorophyll dikenal untuk
penyaring darah. Phycocyanin adalah zat anti oksidan yang sangat kuat
dan dapt digunakan untuk melindungi liver(hati) dan ginjal

18
•Cryptomonadales chlorella memiliki kemampuan untuk merubah sel yang
banyak mengandung asam menjadi kondisi netral. Kondisi sel yang asam
membuat seseorang dapat mudah terserang penyakit
•Cryptomonadales chlorella adalah pemacu tingkat immune (kekebalan
tubuh) yang sangat kuat

Gambar 8 Jenis Cryptophyta

2.5.3 Struktur sel Cryptophyta

Cryptophyta biasanya memiliki dua kloroplas di setiap sel. Cadangan


makanan mikroorganisme ini berbentuk seperti tepung. Cryptophyta merupakan
organisme yang mudah dikenali, namun sulit untuk menentukan spesiesnya. Alga
jenis ini sering ditemukan dan tersebar luas di lingkungan perairan laut dan perairan
tawar. Biasanya cryptophyta dimanfaatkan zooplankton kecil sebagai sumber
nutrisinya, yang mana zooplankton kecil ini merupakan sumber makanan untuk ikan
kecil yang dibudidayaka (Khoirummazidah, 2019).

19
Gambar 9 Struktur Sel Cryptophyta

• Biota ini memiliki bentuk sel seperti sepasang yang fleksibel.


• Sepasang flagella muncul dibagian ventral dan merupakan bentuk
perpanjangan dari sebuah lorong, dimana berpangkal pada bagian ujung
anterior sel. Contoh flagella Cryptomonas ovata
• Flagella bisa berukuran sama atau tidak sama panjangnya, berperilaku
homodinamik atau heterodinamik, seperti rambut yang keras dan lembut
sebagaimana flagella pada Chrysophyta atau Phaeophyta
• Biota ini mempunyai pigmentasi yang jelas. Meskipun demikian terdapat
pula biota yang tidak berwarna.
• Warna pigmentasi menye babkan biota berwarna merah, biru, kuning,
coklat atau hijau.
• Perubahan warna pigmen bisa terjadi. Misal : Chroomonas salina ketika
muda berwarna merah, namun setelah tua cenderung berwarna hijau.
• Chloroplast hanya berjumlah tunggal pada sel biota Cryptomonas major.
• Chloroplast dikeli-lingi oleh empat lapis membran. Dua lapisan terdalam
adalah cangkang yang kuat untuk melindungi chloro-plast. Dua lapisan
terluar adalah reticulum endoplasma chloroplast (cer).
• Cryptomonas sp. memiliki reticulum endoplasma chloropast (c) yang
berlanjut ke kantong nukleus.
• Bagian Periplastial berisi nucleomorp (nm), butiran tepung (s),
ribosomes dan vesicula.

20
• Pyrenoid (py) berdekatan dengan nukleus (n).
• Ejectosomes (e) terletak di sekitar kerongkongan.

2.5.4 Cara Perkembangbiakan Cryptophyta

Cryptomonad dapat bereproduksi dengan pembelahan sel secara


mitosis. Pembelahan mitosis merupakan pembelahan selyang akan
menghasilkan kromosom yang sama. Pembelahan inti atau nukleus
pada pembelahan mitosis ini didahului dengan pembentukan benang-
benang kumparan sperma atau kromosom. Pembelahan sel secara
mitosis meliputi sejumlah tahapan tertentu. Sebenarnya, pembelahan
mitosis hanyalah sebagian kecil dari siklus sel. Siklus sel terdiri dari fase
pembelahan mitosis (M) dan periode pertumbuhan yang disebut
interfase. Interfase merupakan bagian ter-besar dari siklus sel. Interfase
terdiri dari tiga sub fase, yaitu fase G1 (pertumbuhan primer), fase S
(sintesis) , dan fase G2 (pertumbuhan sekunder ).

2.5.5 Peranan Cryptophyta


Pada bagian periferal LHC PS II, terikat berbagai jenis karotenoid sesuai
dengan kelas algae. Karotenoid utama yang ditemukan ialah alloxantin (Cryptophyta).
Lalu, karotenoid memiliki fungsi sebagai fotosintesis, karotenoid mempunyai peranan
penting yaitu sebagai pigmen aksesoris pemanen cahaya serta sebagai triplet
quencher untuk melindungi komponen fotosintesis dari kerusakan fotooksidatif. Selain
itu, karotenoid juga mampu mencegah pembentukan oksigen singlet secara langsung
(Bertrand, 2010).
.

21
Bab III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Alga merupakan mikroorganisme akuatik fotosintesis yang masuk dalam kingdom


protista. Alga menggunakan fotosintesis untuk hidup dan berreproduksi. Alga dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kelas berdasarkan susunan selulernya dan
perbedaan struktur kloroplasnya, misalnya sumber dan jumlah lapisan membran.

Ganggang hijau-biru berbeda dengan ganggang lainnya dalam organisasi


selulernya. Perbedaannya antara lain: mereka mirip bakteri, tidak memiliki membran
inti, susunan pigmen sitoplasmanya berbeda, dan tidak memiliki mikokondria,
aparatus golgi, retikulum endoplasma dan vakuola struktur selnya lebih banyak mirip
bakteri. Cyanophyta hanya memiliki satu kelas yaitu Cyanophyceae. Cyanophyceae
dibedakan dalam 3 ordo berdasarkan bisa tidaknya membentuk spora yaitu ordo
Chroococcales, Chamaesiphonales, dan Hormogonales.

Struktur sel dari cyanophyta ada Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa
dan selulosa, kadang-kadang berlendir. Ada membran sel (membran plasma)
bersifat selektif permeabel dan berfungsi membungkus sitolplasma dan mengatur
pertukaran zat. Dan ada sitoplasma. Cyanophyta bereproduksi secara aseksual,
yaitu dengan pembelahan biner, fragmentasi, dan pembentukan endospora.
Peranan menguntungkan dari cyanophyta dapat dijadikan bahan makanan karena
proteinnya yang tinggi, dan dapat menjadi pupuk hijau yang mengandung Nitrogen.
Peranan merugikan dapat menutupi permukaan perairan sehingga sinar matahari
dan oksigen yang dibutuhkan jenis organisme di dalam perairan berkurang dan alga
hijau biru yang hidup di air ada yang mengeluarkan racun

22
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S. N., 2016. Penerapan Model Pembelajaran Pbl (Problem Based Learning)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan
Eubacteria Kelas X [skripsi]. Bandung (ID) : Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.

Bold, H. C & M. J. Wynne. 1985. Introduction of the Algae Structure and


Reprodduction Second Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc Englewood
Cliffs.

Bertrand, M. 2010. Carotenoid biosynthesis in diatoms. Photosynth. Res, 106: 89–


102.

Darmawan, J. 2014. Pertumbuhan Populasi Daphnia Sp. Pada Media Budidaya


Dengan Penambahan Air Buangan Budidaya Ikan Lele Dumbo.Jurnal
Biologi. 3(1) : 57-63.
Dahliani, D. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Bahan Ajar
Peta Konsep Bergambar Pada Konsep Protista. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Biologi Fakulatas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pasundan. Bandung Hal 16-39.

Hermaniawati, N. H., R. M. Hasby. Dan D. A. Trisandy. 2013. Mengidentifikasi


Beberapa Jenis Mikroalga Air Tawar. Jurusan Biologi Fakultas Sains
Dan Teknologi Uin Sunan Gunung Djati Bandung. Hal 1-8.

Khoirummazidah, V. 2019. INVENTARISASI MIKROALGA DI SUNGAI NGROWO


SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI KLASIFIKASI MAKHLUK
HIDUP. Skripsi.
Lestari, I. L., S. Ratnawulan dan Mita. 2017. Potensi Alga Laut Dan Kandungan
Senyawa Biologisnya Sebagai Bahan Baku Kosmeseutikal. Farmaka
Suplemen. 14(1): 114-126.

Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press. Indonesia

23
Oktarina, E. 2017. Alga : Potensinya pada Kosmetik dan Biomekanismenya. Majalah
Teknologi Agro Industri (Tegi). 9(2): 1-10.

Prihantini, N.B., W. Wardhana., D. Hendrayanti., A. Widyawan., Y. Ariyani, dan R.


Rianto. 2008. Biodiversitas Cyanobacteria Dari Beberapa Situ/Danau Di
Kawasan Jakarta-Depok-Bogor, Indonesia. Makara, Sains. 12(1): 44-54.

Timbuleng, T. 2014. Shycophyta,Chyanophyta Dan Oomycota. Universitas Negeri


Manado. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Pendidikan Biologi. Hal 1-38.

Purwanti, A., 2014. Pengambilan Lipid Dari Mikroalgabasah Dengan Cara Ekstraksi
Dalam Autoklaf. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri. Yogyakarta: ST
AKPRIND Yogyakarta.

Suryanti, E., W. R. Melani, T. Apriadi. 2016. Keragaman Fitoplankton Sebagai


Indikator Kualitas Perairan Kampung Gisi, Kecamatan Teluk Bintan,
Kabupaten Bintan. Phytoplankton diversity for Water Quality Indicators at
Kampung Gisi, Teluk Bintan, Bintan regency. 1 – 14.

Setyawan, I. B. 2011. Divisi Clorophyta. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang.

Widiyanti, N. L. P. M., I. G. A. N. Setiawan, dan I. A. P. Suryanti. 2015. Pengaruh


Garam Dapur Dan Cupri Sulphat Terhadap Pertumbuhan Alga Cyanophyta
Yang Diisolasi Dari Batu Bata Bangunan Pura Di Desa Tejakula Buleleng.
Jurnal Sains dan Teknologi. 4(2) : 608-620.

24

Anda mungkin juga menyukai