BANTEN)
Disusun Oleh :
KELOMPOK 14
KELAS : M01
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
1
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
2. PEMBAHASAN ............................................................................................... 6
3. PENUTUP ..................................................................................................... 18
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
serta seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Tak lupa juga,
pengalaman dan pengetahuan kami yang terbatas. Oleh kerena itu, kami
Penyusun
3
BAB I. PENDAHULUAN
dengan panjang garis pantai ± 95.181 km serta luas laut yang mencakup ±70%
dari total luas wilayah Indonesia. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki
kawasan pesisir yang luas. pesisir merupakan wilayah yang rentan terhadap
perubahan, baik perubahan yang berasal dari alam atau berasal dari akibat
campur tangan manusia. Kawasan pesisir ini merupakan kawasan yang rawan
dan kondisi setempat. Konservasi juga memiliki tujuan yaitu pertama mewujudkan
dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang. Konservasi juga merupakan salah
4
tersebut yang dapat berdampak bagi penduduk setempat. Kerusakan kawasan
wilayah yang tidak diatasi akan menyebabkan tantangan atau konflik yang terjadi
salah satunya konflik sosial. Tujuan dari upaya konservasi dalam kawasan pesisir
pesisir ?
1.3 Tujuan
kawasan pesisir
5
BAB II. PEMBAHASAN
spesies laut yang perlu dilestarikan dan dilindungi. Dalam melakukan kegiatan
pengetahuan dan teknologi serta adanya bantuan modal. Untuk lebih jelasnya lagi
maka akan kita ulas satu persatu sesuai dengan dibawah berikut ini :
sebagai lex spesialis pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil.
Pasal 1 ayat 4 UUPWPPPK memberikan batasan sumber daya pesisir dan pulau-
pulau kecil sebagai sumber daya hayati, sumber daya nonhayati, sumber daya
buatan, dan jasa-jasa lingkungan; sumber daya hayati meliputi ikan, terumbu
karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lain; sumber daya nonhayati
meliputi pasir, air laut, mineral dasar laut; sumber daya buatan meliputi
infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan, dan jasa-jasa
lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat instalasi bawah
air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi gelombang laut yang
6
eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut
pengaturan administratif
1. Kewenangan Provinsi;
Maksimal paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah
laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan. Apabila wilayah laut antara 2 (dua)
provinsi kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, kewenangan untuk mengelola
sumber daya. Di wilayah laut dibagi sama jarak atau diukur sesuai prinsip garis
tengah dari wilayah antar 2 (dua) provinsi tersebut, dan untuk Kabupaten/Kota
2. Kewenangan Kabupaten
3. Kewenangan Pusat
tegas mengenai batasan wilayah pengelolaan laut oleh pemerintah pusat namun
fisikal merupakan tanggung jawab negara, sehingga dalam hal ini wilayah laut
7
yang melebihi 12 mil laut dan/atau yang kurang dari 12 mil laut tetapi merupakan
kawasan strategis nasional maka akan ada koordinasi antara pemerintah daerah
wilayah pesisir dan laut maka aka mudah dimintakan pertanggujawaban dari
setiap daerah yang berwenang atas setiap inci wilayah yang dimanfaatkan dan
batasan yang lebih spesifik tentang ruang lingkup pengelolaan WPPPK, meliputi
Wilayah Pesisir, yakni ruang lautan yang masih dipengaruhi oleh kegiatan di
daratan dan ruang daratan yang masih terasa pengaruh lautnya, serta Pulau-
Pulau Kecil dan perairan sekitarnya yang merupakan satu kesatuan dan
wilayah pesisir mereka. Mulai dari wilayah yang terdiri dari pulau-pulau, berada
perusakan lingkungan laut yang nantinya akan berdampak kepada wilayah pesisir
sebagai satu kesatuan ekosistem wilayah laut. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pesisir dan Pulau Pulau Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam
8
Kesatuan Republik Indonesia. Proses yang utama dan pertama dalam pengelolaa
wilaya peseisir adalah bagaimana daerah mulai melakukan perencaan yang mana
dimulai dari tingkayt kabui[paten dan kota, kemudian naik ke tingkat provinsi
Provinsi mesti sudah membuat rancangan tata ruang wilayah pesisir, laut dan
pulau-pulaunya.
wilayah pesisir (yang didalamnya termasuk juga wilayah laut dan pulau-pulau kecil/
terluar) yang diserahkan kepada setiap daerah, menjadikan ini sebagai tantangan
daerah, mestilah bersama-sama mencari tahu apa yang menjadi potensi wilayah
kelautan tidak terencana dengan baik dampaknya akan terasa dikemudian hari
merasakan dampak yang utama. Peran serta pemerintah daerah dalam hal
mempersiapkan masyarakat pesisir saat ini dapat juga dengan aktif dan benar-
Pesisir). Masyarakat yang pasif mesti didorong dan dibantu melalui program ini.
Dengan program ini masyarakat akan mendapat pengarahan, bantuan modal serta
program– program yang konkrit seperti bantuan bbm subsidi bagi masyarakat
para nelayan.
9
3. Kalangan Akademisi dan Lembaga Sosial Kemasyarakatan (LSM)
pusat dan daerah untuk mereka. Disinilah diperlukan bantuan kalangan akademisi,
para terpelajar dan LSM yang konsen terhadap kepentingan masyarakat pesisir
pemerintah baik tingkat pusat dan daerah yang berkaitan dengan hak dan
mesti mengetahui apa saja yang menjadi hak dan kewajiban mereka. Pada saat
mereka sudah mengetahui hak dan kewajiban mereka maka masyarakat yang
sudah sadar hukum tersebut akan dapat benar-benar menjadi sosial kontrol dan
kelautan, bahkan lebih jauh agar dapat terjalin sinergi antara keduanya sehingga
Pengelolaan wilayah laut tidak akan lepas dari pengetahuan dan teknologi,
lainnya seperti budidaya rumput laut. Semuanya itu memerlukan keahlian dan
keahlian dan teknologi dalam proses pelaksanaannya. Selain itu masyarakat juga
10
mesti cerdas dan tahu akan potensi pencemaran dan perusakan lingkungan
pesisir, terutama bagi kawasan-kawasan pesisir yang telah tercemar dan rusak
5. Bantuan Modal
nelayan tradicional untuk naik peringkat menjadi nelayan modern yang mampu
negeri. Bantuan modal diharapkan tidak hanya datang dari pemrintah saja namun
mesti bersama-sama dengan dunia usaha. Bila kelima hal diatas telah terpenuhi
yang baik dan benar. Dimana semua pihak mampu menjalankan peran dan
tugasnya masingmasing sehingga akan tercipta suatu sistem yang terpadu antara
ketika suatu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara
Konflik akan terjadi apabila ada perbedaan pemahaman antara dua orang atau
lebih terhadap perselisihan yang ada, ketegangan, kesulitan diantara para pihak
yang tidak sepaham. Konflik sendiri juga dapat memicu adanya sikap
memandang satu sama lainnya sebagai lawan atau penghalang dan diyakini akan
masing. Salah satu contoh jenis konflik adalah konflik sosial (Wahyudi, 2015).
Konflik sosial merupakan suatu fenomena yang terjadi sebagai bagian dari
dinamika sebuah masyarakat. Konflik sosial pada umumnya dapat dipahami dalam
11
tiga pikiran besar melalui teori konflik. Pertama, bahwa masyarakat selalu berada
kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa (Nulhaqim, et al., 2011).
sumberdaya pesisir. hal ini disebabkan karena adanya banyak kepentingan yang
terjadi pada upaya konservasi dalam kawasan pesisir awalnya terjadi pada aspek
ekologi yang kemudian menuju konflik sosial (Brown dan Christipher 2013).
Perencanaan dan tata ruang pesisir sangat penting untuk memecahkan konflik
penggunaan, peraturan dan konlik yang terjadi (Prestelo dan Vianna, 2013).
2.3 Studi Kasus Konflik Sosial Dalam Upaya Konservasi Kawasan Pesisir
Contoh studi kasus konflik sosial dalam upaya konservasi kawasan pesisir
Kawasan Pesisir Teluk Banten, konflik merupakan bagian dari kondisi wilayah
pesisirnya. Konflik ini terjadi karena banyaknya kepentingan yang terlibat dalam
dalam pemanfaatan sumber daya pesisir di Teluk Banten. Pesisir Teluk Banten
Pentingnya pesisir Teluk Banten dapat dilihat dari beberapa parameter yaitu
pertama nilai sejarah dari Teluk Banten, kedua nilai lingkungan terkait dengan
12
terumbu karang, ketiga nilai ekonomi terkait dengan keberadaan berbagai
umum serta terminal untuk kepentingan sendiri ( TUKS) yang dimiliki oleh berbagai
keamanan, sebagai tempat latihan kapal selam milik TNI AL. Beragamnya fungsi,
nilai dan jasa lingkungan yang dimiliki kawasan pesisir Teluk Banten seperti yang
yang terdapat di Pesisir Teluk Banten, hal tersebut menjadikan kawasan tersebut
begitu rawan akan konflik antar sektor. Salah satunya sektor sosial yaitu konflik
pemanfaatan untuk konservasi dengan budidaya yang dapat memicu konflik yang
terjadi dalam pemanfaatan sumber daya pesisir. Konflik juga terjadi antar aktor
kepentingannya.
Konflik yang terjadi di pesisir Teluk Banten secara umum dipengaruhi oleh
sumber daya pesisir dan jasa lingkungan antara berbagai aktor yang ada di pesisir
Teluk Banten. Secara historis, wilayah pesisir Teluk Banten merupakan wilayah
ruang di Teluk Banten yang semakin tinggi yang melibatkan berbagai kepentingan
ruang, tumpang tindih ruang dan kerusakan atau degradasi lingkungan. Kerusakan
alih fungsi hutan mangrove, padang lamun untuk reklamasi dan tambak ikan
13
sehingga menimbulkan degradasi lingkungan di Teluk Banten. Melihat pada
beberapa fakta tersebut, cukup jelas bahwa secara wajar konflik memang sudah
merupakan bagian dari kondisi yang terjadi di wilayah pesissir Teluk Banten.
Konflik sosial yang terjadi pada kawasan ini ialah, antara lain :
terjadi beberapa konflik salah satunya konflik antara nelayan budidaya binaan
wetland yaitu KPAPPD (Kelompok Pecinta Alam Pesisir Pulau Dua) dengan
nelayan budidaya lainnya yang bukan binaan wetland. Konflik ini disebabkan
nelayan serta penambangan pasir laut menyebabkan perubahan arus laut yang
yang mencuat (emergent) dan merupakan konflik vertikal. Konflik pemerintah dan
14
masyarakat disebabkan karena :
sumber daya.
property menjadi private property. Dalam hal ini terjadi beberapa konflik
5. Konflik dalam penentuan sepandan pantai, dimana garis pantai terus berubah
’rezim’ pemerintahan.
15
sektor lainnya kita melihat bagaimana terjadinya alih fungsi lahan secara
masif, lahan pertanian menjadi lahan industri serta hutan mangrove, terumbu
lingkungan.
Teluk Banten ikut memicu konflik ditandai dengan banyaknya lahan basah
akresi, abrasi dan banjir rob serta tercemarnya perairan Teluk Banten.
Dua (burung).
16
ditinggalkan.
17
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konflik sosial ialah suatu fenomena yang terjadi sebagai bagian dari
konservasi dalam kawasan pesisir awalnya terjadi pada aspek ekologi yang
Contoh studi kasus konflik sosial dalam upaya konservasi kawasan pesisir
Konflik yang terjadi di pesisir Teluk Banten secara umum dipengaruhi oleh
pemanfaatan sumber daya pesisir dan jasa lingkungan antara berbagai aktor
yang ada di pesisir Teluk Banten. Konflik sosial yang terjadi di Teluk Banten
3.2 Saran
pembuat makalah , oleh karena itu disarankan apabila ingin mencari informasi
yang lebih lengkap di webiste atau platform yang lebih banyak membahas tentang
18
materi yang dibawakaan. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran agar lebih
19
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G., & Christopher, M. R. (2013). Methods for identifying land use conflict
potensial using participatory mapping. Elsevier. Landscape and Urban
Planning. 122. Pages 196-208.
Nulhaqim, S. A., Irfan, M., & Adiansah, W. (2011). Konflik pada masyarakat
nelayan pantai utara Jawa Barat (Studi Kasus: di Desa Eretan Wetan
Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu. Sosial Humaniora, 15(2),
117-126.
Rachman Maman. (2012). Konservasi nilai dan warisan budaya. Indonesia Journal
of Concervation, 1(1), 30-39.
20