Dosen Pengampu:
PRATAMA DIFFI SAMUEL, S.Pi, M.Ling
Oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
DAFTAR ISI
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan
bagi kami sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah
ini merupakan tugas dari mata kuliah Konservasi, yang mana dengan tugas ini kami sebagai
mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang diberikan dosen pengampu. Makalah
yang berjudul tentang “Konflik Sosial Masyarakat Pesisir Penambangan Pasir Laut di Pantai Labu
Kabupaten Deli Serdang”. Mengenai penjelasan lebih lanjut kami memaparkannya dalam bagian
Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat, maka kami mengucapakan terima kasih
kepada semua pihak yan telah membantu menyelesaikan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Saran
dan kritik yang membangun dengan terbuka akan di terima untuk meningkatkan kualitas makalah
ini.
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Negara Indonesia kaya akan sumber daya alamnya, khususnya pada pertambangan.
hingga penjualan bahan galian seperti batubara, pasir besi, biji timah, tembaga, emas dan lain
melainkan digolongkan ke dalam kegiatan industri. Kegiatan ini merupakan salah satu sektor
besar yang memberikan peluang yang menjanjikan untuk pembangunan suatu daerah.
Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya perubahan yang direncanakan secara sadar
dan berkelanjutan yang memiliki tujuan yang lebih baik dan bernilai. industri pertambangan selain
mendatangkan devisa bagi negara, juga dapat membuka lapangan kerja bagi kabupaten dan kota
Penambangan pasir adalah salah satu bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang
dilakukan untuk mengambil sejumlah besar pasir di pantai yang memiliki nilai jual tinggi. Kegiatan
penambangan bersifat strategis bagi suatu daerah dalam meningkatkan sektor industri dan
Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang menimbulkan kerusakan lingkungan seperti abrasi dan
merusak biota laut. Hal ini berdampak pada menurunnya pendapatan masyarakat pesisir pantai
negara, maraknya kegiatan ini di Indonesia justru menimbulkan dampak negatif pada lingkungan
yaitu kerusakan lingkungan. kegiatan pertambangan sangat beresiko terhadap lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial. Secara fisik kerusakan tersebut disebabkan adanya kegiatan
pertambangan yang kian bertambah, sebagai contoh penambangan pasir di pantai yang akan
menyebabkan abrasi dan merusak biota laut, dapat didefenisikan abrasi sebagai, “Kerusakan
garis pantai akibat lepasnya material pantai yang terus menerus dihantam oleh gelombang laut
atau terjadinya perubahan keseimbangan angkutan sedimen di perairan pantai atau hilangnya
daratan di wilayah pesisir”. Mereka juga menambahkan bahwa fenomena abrasi disebabkan oleh
Konflik sosial menjadi isu yang perlu diangkat sebagai topik mengingat setiap individu
dalam masyarakat memiliki sikap berbeda dalam menghadapi sebuah masalah. Penyebab konflik
sosial (resistensi masyarakat) yang mungkin paling berpengaruh pada masalah penambangan
pasir laut di pantai labu adalah perbedaan kepentingan terutama antara pihak perusahaan yang
cenderung berorientasi pada keuntungan dengan masyarakat yang merasa dirugikan. Perbedaan
antar individu, budaya, kepentingan, sosial dan ekonomi merupakan penyebab terjadi resistensi
sosial masyarakat. Resistensi dalam sosiologi adalah suatu perlawanan yang dilakukan secara
terang-terangan ataupun diam-diam atas kebijakan maupun aktivitas yang dilakukan dalam suatu
pihak di dalam masyarakat. Masalah seperti konflik sosial seperti ini perlu dikaji mengingat bahwa
diadakannya pertambangan di sekitar suatu daerah juga atas izin pemerintah maupun
masyarakat sekitarnya, Akan tetapi, yang terjadi di lapangan, tidak sesuai dengan harapan.
Masyarakat dirugikan, kelestarian lingkungan diabaikan. Maka dari itu, masyarakat yang merasa
dirugikan akan mengambil tindakan atau melakukan perlawanan (resistensi) dengan maksud
keluhan mereka dapat didengar dan perusahaan ataupun pihak yang melakukan pertambangan
1. 2 Rumusan Masalah
1. Penyebab terjadinya konflk sosial masyarakat terhadap penambangan pasir laut di Pantai
Deli Serdang ?
3. Upaya-upaya apa yang dilakukan untuk meminimalisir konflik?
1. 3 Tujuan
1. Mengetahui latar belakang terjadinya konflik pada masyarakat nelayan di Pantai Labu
Deli Serdang.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan oleh nelayan untuk meminimalisir
konflik.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Terjadi Konflik Sosial Masyarakat terhadap Penambangan Pasir Laut
timbulnya konflik sosial antara penduduk setempat dengan perusahaan penambang pasir,
dampak lingkungan akibat penambangan pasir di wilayah pantai (mine of coast are) yaitu
menimbulkan degradasi lingkungan pesisir dan abrasi pantai seperti air menjadi sangat tidak
stabil dan keruh, rusaknya ekosistem pesisir, terganggunya peningkatan ekonomi penduduk dari
hasil pertanian dan perikanan, berkurangnya hutan, mengurangi ketahanan pagan, dan dapat
Konflik sosial memiliki dampak paling besar pada masyarakat yang terlibat langsung
seperti tinggal di lokasi konflik, bekerja atau pekerjaannya berhubungan dengan konflik, Pada
konflik ini tidak ditemukan adanya perbedaan budaya sebagai penyebab terjadi konflik sosial
masyarakat karena budaya antara masyarakat dan perusahaan penambang pasir masih sama
atau tidak ada perbedaan budaya. Penyebab konflik sosial masyarakat terhadap penambangan
pasir laut yang terjadi di Pantai Labu dilatarbelakangi oleh perbedaan antar individu, perbedaan
Setiap dasarnya individu memiliki pendirian dan perasaan berbeda yang mungkin akan
melahirkan bentrokan antar individu khususnya dalam menyikapi masalah penambangan pasir.
Ada kelompok individu yang merasa dirugikan karena merasa lingkungannya rusak akibat
penambangan pasir tetapi ada juga kelompok individu yang tidak merasa dirugikan. Perbedaan
individu terkait permasalahan kerusakan lingkungan khususnya abrasi, terlihat perbedaan antar
individu yaitu ada individu yang sejak awal menyatakan sikap netral, tidak ingin terlibat dalam
konflik yang bekerja sebagai petani sehingga tidak merasakan dampak langsung dalam
kerusakan lingkungan.
Perubahan garis pantai menunjukkan beberapa wilayah di Pantai Labu mengalami abrasi,
perubahan garis pantai mengalami lonjakan kenaikan pada tahun 2008 sebesar 35,22% pada
saat mulai beroperasinya aktivitas penambangan pasir. Hal ini berarti abrasi yang terjadi
dikarenakan aktivitas penambangan pasir. Abrasi di Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang juga
pernah diteliti dalam analisis spasial dampak kenaikan muka laut terhadap kerentanan pesisir di
pantai timur Sumatera Utara. Abrasi akan berdampak pada berkurangnya massa daratan di
wilayah pesisir, kerusakan ekosistem pesisir, berkurangnya jarak antara pemukiman penduduk
dengan lautan. Perubahan garis pantai akan berdampak pada kerusakan habitat yang
Konflik sosial antara masyarakat dengan penambang pasir secara nyata terlihat bahwa
kepentingan sebagian masyarakat adalah menuntut ganti rugi atas kerusakan lingkungan dan
penurunan hasil tangkapan laut yang berdampak pada penurunan pendapatan. Sedangkan pihak
penambang pasir. Sehingga terjadi konflik sosial antara kedua belah pihak yang cukup alot dan
berkepanjangan.
penelitian, perbedaan kepentingan dapat diamati dalam empat kasus sebagai berikut :
a) Kapal keruk ketika melakukan aktivitas pengerukan tidak melakukan pengelolaan lumpur
sehingga berdampak terhadap nelayan seperti terjadinya alat tangkap nelayan yang
tertimbun lumpur, kemudian lumpur berserakan sehingga menimbulkan pengeruhan air laut
dan busuknya air laut. Akhirnya biota laut berkurang dan hasil laut berkurang signifikan.
b) Pihak pemrakarsa tidak memberikan rambu-rambu ketika melakukan aktivitas pengerukan
pasir laut serta tanda-tanda lain bahwa sedang ada proyek pekerjaan di laut sehingga banyak
terjadi pelanggaran alat tangkap nelayan baik berupa jaring maupun yang lainnya.
c) Kemudian pemrakarsa tidak menyerap tenaga kerja lokal seperti masyarakat nelayan yang
mampu mengawasi ketika kapal beraktivitas. Contoh tidak adanya perwakilan masyarakat di
Kapal KM. HAM 310 sehingga diduga terjadinya pencurian pasir laut di luar titik kordinat dan
kemungkinan pemrakarsa lebih leluasa dalam melebihi kubikasi sesuai dengan kebutuhan
sesuai kontrak
d) Ketika masyarakat meminta ganti rugi akibat kapal keruk menabrak alat tangkap nelayan
rentang waktunya terlalu lama dan harus sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).
Perubahan sosial yang terjadi yaitu perubahan kebiasaan musyawarah yang biasa
dilakukan oleh Kepala Desa tetapi tiba-tiba berubah. Hal ini yang memicu terjadinya konflik sosial
menurun dengan adanya perubahan tersebut. Masyarakat menjadi khawatir bahwa pemangku
kebijakan telah berpihak kepada perusahaan penambang pasir. Kesepakatan dibuat tanpa
Berdasarkan studi yang dilakukan pada pilot project rencana penambangan pasir besi di Desa
Banaran Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo rencana penambangan tersebut berdampak
pada kerukunan antar warga akibat pro dan kontra yang terjadi.
Tekanan yang paling menyulut emosi masyarakat yang menjadi penyebab terjadi konflik
menurun akibat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh penambangan pasir. Sudah ada
upaya damai dari perusahan dengan memberikan ganti rugi tetapi tidak sampai secara merata
kepada masyarakat
Kabupaten Deli Serdang membutuhkan kerjasama yang baik antara pemangku kebijakan, pihak
abrasi sangat diperlukan. Pengelolaan kembali lingkungan pasca penambangan pasir dapat
a) Pertemuan antara Tim Perwakilan Masyarakat dan pembangku kebijakan dengan pihak
desa yang memang aktif, amanah, dan berpengaruh dalam masyarakat. Sehingga tidak ada
pihak yang merasa tidak dilibatkan dalam pertemuan-pertemuan dengan pihak perusahaan.
kesepakatan yang dapat bermanfaat bagi setiap pihak. Salah satu bentuk akuntabel dan
b) CSR atau tanggung jawab sosial masyarakat telah disalurkan tetapi beberapa kelompok
masyarkat merasa tidak tepat sasaran dan masih ada nelayan yang tidak mendapatkan ganti
rugi sehingga perlu dilakukan evaluasi penyaluran dana tersebut. Bentuk CSR tidak hanya
ganti rugi kerusakan akibat penambangan pasir saja tetapi pembangunan fasilitas umum
yang bermanfaat bagi masyarakat seperti penerangan atau lampu jalan dan rehabilitasi
pantai. Masyarakat bekerjasama dengan pihak penambang, dinas keluatan dan perikanan,
3. 1 Kesimpulan
Latar belakang terjadinya konflik ini bukan karena adanya perbedaan budaya sebagai
penyebab terjadi konflik sosial masyarakat karena budaya antara masyarakat dan perusahaan
penambang pasir masih sama atau tidak ada perbedaan budaya. Namun, penyebab konflik sosial
masyarakat terhadap penambangan pasir laut yang terjadi di Pantai Labu dilatarbelakangi oleh
perbedaan antar individu, perbedaan kepentingan, perubahan sosial dan ekonomi. Pertemuan
antara Tim Perwakilan Masyarakat dan pembangku kebijakan dengan pihak perusahaan untuk
3.2 Saran
Dalam penyelesaian konflik diketahui terlebih dahulu menemukan akar masalah dari
konflik tersebut. Sehingga mudah untuk menemukan solusi untuk memperbaiki setiap kegiatan
Awan, F.N., Badaruddin., M.B.Mulya. 2020. Faktor penyebab konflik sosial masyarakat pesisir
penambangan pasir laut di Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Niara. 13(1):
252-259.