Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PENELITIAN

STRATEGI ADAPTASI KELUARGA NELAYAN TERHADAP


PERUBAHAN EKOLOGI DI KELURAHAN NAMBO
(Studi Di Kelurahan Nambo, Kecamatan Nambo, Kota Kendari)

OLEH

Alfian
C1B120073

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan di setujui oleh pembimbing untuk dipertahankan di

hadapan Panitia Ujian Proposal Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik Universitas Halu Oleo.

JUDUL : STRATEGI ADAPTASI KELUARGA NELAYAN TERHDAP

PERUBAHAN EKOLOGI DI KELURAHAN NAMBO (Studi Di

Kelurahan Nambo, Kecamatan Nambo, Kota Kendari)

NAMA : Alfian

STAMBUK : C1B120073

PRODI : SOSIOLOGI

Dosen Pembimbing :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Bahtiar, M.Si Dra. Hj. Ratna Supriyah, M.Si


NIP. 196409191991031001 NIP. 196504141991032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sosiologi Koordinator Program studi


Sosiologi

Sarmadan, S.Sos., M.si. Bakri Yusuf, S.Sos., M.Si.

ii
NIP. 197211011999031003 NIP. 1970011081996031002

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8

2.1 Srategi ................................................................................................ 8


2.2 Adaptasi .............................................................................................. 12
2.3 Keluarga .............................................................................................. 16
2.4 Nelayan ............................................................................................... 15
2.5 Perubahan Sosial dan Perubahan ........................................................ 19
2.6 Penelitian Terdahulu............................................................................ 21
2.7 Kerangka Pikir .................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 27

3.1 Lokasi Penelitian ................................................................................. 27


3.2 Jenis Penelitian.................................................................................... 27
3.3 Informan Penelitian ............................................................................. 27
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 27
3.5 Teknik Analisa Data ............................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Negara Indonesia ialah negara yang memiliki garis pantai terpanjang nomor

dua setelah Kanada dan Indonesia juga memiliki wilayah laut 5,8 juta km² yang

bisa dikelola serta mempunyai keanekaragaman sumberdaya perikanan yang cukup

besar. Perairan laut di Indonesia yang mempunyai potensi ikan-ikan laut yang

sangat besar dengan jumlah sekitar 6,51 juta ton pertahun atau sekitar 8.2% dari

seluruh total potensi ikan laut dunia (Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan,

2016).

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung

langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun

budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, seluruh lingkungan

permukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Ciri masyarakat nelayan dapat

dilihat sebagai berikut, dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang

segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau mereka yang

menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian. Dari segi cara hidup, masyarakat

nelayan adalah masyarakat gotong-royong, tolong menolong terasa sangat penting

untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan

tenaga yang banyak.

Dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat

namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana.

Pendapatan nelayan tangkap sangat berbeda dengan jenis usaha lainnya, seperti

1
pedagang atau bahkan petani. Jika pedagang dapat dikalkulasi keuntungan yang

diperolehnya setiap bulannya, begitu pula petani dapat memprediksi hasil panennya

tiap bulan, maka tidak demikian dengan nelayan yang kegiatannya penuh dengan

ketidakpastian serta bersifat spekulatif dan fluktuatif (Suryaningsi, 2017).

Masyarakat nelayan mempunyai karakteristik sosial tersendiri yang berbeda

dengan masyarakat yang tinggal di wilayah daratan, di beberapa kawasan pesisir

yang relatif berkembang pesat, struktur masyarakatnya bersifat heterogen, memiliki

etos kerja yang tinggi, solidaritas sosial yang kuat terbuka terhadap perubahan dan

memiliki karakteristik interaksi sosial yang mendalam (Septiana, 2018).

Kajian-kajian mengenai kehidupan nelayan umumnya menekankan pada

kemiskinan dan ketidakpastian ekonomi, karena kesulitan hidup yang dihadapi

nelayan dan keluarganya. Keadaan tersebut disebabkan oleh hubungan antara

nelayan dengan lingkungannya (pesisir dan laut) yang diliputi situasi ketidakpastian

(Widodo 2011).

Masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat nelayan adalah kemiskinan

yang perlu mendapat perhatian lebih khusus dan terfokus. Kemiskinan yang mereka

alami merupakan suatu realita atau fakta yang tak terbantahkan. Fenomena

kehidupan sosial masyarakat miskin di sekitar pesisir, khususnya kehidupan

nelayan tradisional, sering diidentifikasi sebagai kehidupan kelompok masyarakat

khusus yang selama ini kental dengan karateristik (Suryaningsi, 2017).

Karakteristik masyarakat nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis sumber

daya yang digarapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan yang

2
maksimal, nelayan harus berpindah–pindah. Selain itu, resiko usaha yang tinggi

menyebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang

selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya (Dewi, 2017).

Di kawasan pesisiran yang sebahagian besar penduduknya bekerja

menangkap ikan, sekelompok masyarakat nelayan merupakan unsur terpenting bagi

eksistensi masyarakat pesisir.Mereka mempunyi peran yang besar dalam

mendorong kegiatan ekonomi wilayah dan pembentukan struktur sosial budaya

masyarakat pesisir. Sekalipun masyarakat nelayan memiliki peran sosial yang

penting, kelompok masyarakat yang lain juga mendukung aktivitas sosial ekonomi

masyarakat.

Tingkat sosial ekonomi merupakan gambaran kedudukan seseorang dalam

bermasyarakat yang biasanya ditentukan oleh unsur pendidikan, pekerjaan, dan

pendapatan yaitu kelompok tinggi, kelompok menengah, dan kelompok

rendah.Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi seseorang bisa menentukan

suatu pilihan pengadaan jamban keluarga sesuai dengan kemampuannya

(Abdulsyani dalam Muftukhah, 2007).

Adaptasi dan perubahan adalah dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan

bagi makhluk hidup. Adaptasi berlaku bagi setiap makhluk hidup dalam menjalani

hidup dalam kondisi lingkungan yang senantiasa berubah. Adaptasi sebagai suatu

prilaku responsif manusia terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi.

Prilaku responsif tersebut memungkinkan mereka dapat menata sistem-sistem

tertentu bagi tindakan atau tingkah lakunya, agar dapat menyesuaikan diri dengan

3
situasi dan kondisi yang ada. Perilaku tersebut di atas berkaitan dengan kebutuhan

hidup, setelah sebelumnya melewati keadaan-keadaan tertentu dan kemudian

membangun suatu strategi serta keputusan tertentu untuk menghadapi keadaan-

keadaan selanjutnya. Dengan demikian, adaptasi merupakan suatu strategi yang

digunakan oleh manusia dalam masa hidupnya guna mengantisipasi perubahan

lingkungan baik fisik maupun sosial (Pandey, 1993).

Sebagai suatu proses perubahan, adaptasi dapat berakhir dengan sesuatu

yang diharapkan atau tidak diharapkan. Oleh karenanya, adaptasi merupakan suatu

sistem interaksi yang berlangsung terus antara manusia dengan manusia, dan antara

manusia dengan ekosistemnya. Dengan demikian, tingkah laku manusia dapat

mengubah suatu lingkungan atau sebaliknya, lingkungan yang berubah

memerlukan suatu adaptasi yang selalu dapat diperbaharuhi agar manusia dapat

bertahan dan melangsungkan kehidupan di lingkungan tempat tinggalnya (Bennett

1976).

Adaptasi merupakan salah satu bagian dari proses evolusi kebudayaan,

yakni proses yang mencakup rangkaian usaha-usaha manusia untuk menyesuaikan

diri atau memberi respon terhadap perubahan lingkungan fisik maupun sosial yang

terjadi secara temporal. Kajian-kajian yang mengaitkan antara perubahan ekologis

dengan respon nelayan masih sulit ditemukan. Bagaimana hubungan antara

masyarakat (nelayan) dan sumberdaya alam. Sebagian ahli memandang hal tersebut

sebagai bagian dari persoalan adaptasi (Mulyadi, 2007).

4
Kelurahan Nambo berada di kecamatan Nambo, kota Kendari, dengan kode

wilayah administrasi 74.71.11.1003, dengan kode pos 93236. Kelurahan nambo

memilki 4 rw dan 8 rt yang dimana dominan masyarakatnya sebagai Masyarakat

nelayan.

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakuka diperoleh informasi

pada saat obsevasi awal yang dilakukan di Kelurahan Nambo bahwa mereka yang

bekerja sebagai nelayan pada umumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan primer

mereka yaitumencari makan.Bakat dan keterampilan yangdiperoleh dari orangtua

sebagai nelayan secaraturun-menurun ditularkan secara alamiah kepadaanak-anak

mengingat letak pemukiman merekaberada atau dekat dengan wilayah pesisir

pantai.

Di samping berprofesi sebagai nelayan, nelayanjuga mempunyai pekerjaan

sampingan, sepertiburuh, pedagang, dan tukang yang dilakukan bila tidak

melakukan usaha penangkapan di laut karena faktor cuaca yang tidak

memungkinkan untuk melaut menangkap ikan.Para istri nelayan umumnya tidak

mempunyai pekerjaan yang dapat membantu meningkatkan pendapatan

keluarga.Para isteri ini lebih disibukkan dengan peran domestiknya sebagai

iburumahtangga karena tidak atau kurang memiliki keterampilan khusus yang bisa

digunakan untuk menambah penghasilan suaminya sebagai nelayan.

Meskipun demikian, tidak sedikit isteri nelayan turut berkontribusi pada

pekerjaan suaminya untuk memasarkan ikan hasil tangkapan yang diperoleh

suaminya. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “

5
EKSISTENSI KELUARGA NELAYAN PADA MASYARAKAT NAMBO (Studi

Di Kelurahan Nambo, Kecamatan Nambo, Kota Kendari) ”.

1.2 Rumusan Masalah.

1. Bagaimana Strategi Adaptasi Keluarga Nelayan Terhadap Perubahan Ekologi Di

Kelurahan Nambo?

2. Bagaimana Hambatan Strategi Adaptasi Keluarga Nelayan Terhadap Perubahan

Ekologi Di Kelurahan Nambo?

1.3 Tujuan Penelitian.

1. Untuk Mengetahui Strategi Adaptasi Keluarga Nelayan Terhadap Perubahan

Ekologi Di Kelurahan Nambo.

2. Untuk Mengetahui Hambatan Strategi Adaptasi Keluarga Nelayan Terhadap

Perubahan Ekologi Di Kelurahan Nambo

1.4 Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan tentang

eksistensi keluarga nelayan di kelurahan, serta dapat berguna sebagai

sumbangan pemikiran bagi khalayak luas.

2. Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

dinataranya:

6
a. Bagi Pemerintah, diharapkan penelitian ini mampu menjadi salah satu penunjang

dan bahan evaluasi dalam pengembangan potensi masyarakat yang berbasis

pemberdayaan serta dapat menciptakan kerjasama antara pemerintah dengan

masyarakat atau pengelola dalam mengembangkan perekonomian keluarga

nelayan di Kelurahan Nambo.

b. Bagi Masyarakat, diharapkan penelitian ini mampu memberikan pengetahuan

dan informasi tentang eksistensi keluarga nelayan di kelurahan Nambo.

c. Bagi Penulis, Penelitian ini digunakan untuk memenuhi tugas akhir skripsi

sebagai persyaratan mendapat Gelar Sarjana pada program studi Sosiologi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi

Strategi ialah cara dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir

(sasaran atau objektif). Strategi harus mampu membuat semua bagian dari suatu

organisasi yang luas menjadi satu, terpadu untuk mencapai tujuan akhir

(sasaran/objektif); ini adalah masalah kegiatan operasi organisasi. (Rivai dan

Darsono (2015).

Strategi adalah serangkaian pergerakan kompetitif dan pendekatan bisnis

untuk menggerakkan perusahaan pada arah yang dikehendaki, memancangkan

posisi pada pasar, memikat konsumen, dan mencapai target finansial serta kinerja

pasar. Strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi

perusahaan, melalui misi. (Mulyadi, 2014).

Strategi adalah sebuah rencana manajemen yang digunakan untuk

mengintai posisi pasar, menarik dan menyenangkan pelanggan, bersaing dengan

sukses, melakukan langkah-langkah operasional dan mencapai tujuan perusahaan.

(Thompson, Gamble, dan Strickland, 2010).

Strategi adalah rencana yang berskala besar, dengan orientasi masa depan

guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Strategi adalah seperangkat aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau

seseorang dalam mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan untuk memperoleh

keunggulan selama berkompetisi di dalam pasar agar lebih baik dari pesaingnya.

(Pearce dan Robinson, 2013).

8
Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para

pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai

suatu penyusunan, cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Strategi merupakan parameter-parameter sebuah organisasi dalam pengertian

menentukan tempat bisnis dan cara bisnis untuk bersaing. Strategi menunjukkan

arahan umum yang hendak di tempuh oleh suatu organisasi (perusahaan) untuk

mencapai tujuannya. Sedangkan menurut Keneeth R. Andrews, Strategi adalah

suatau proses pengevaluasian kekuatan dan kelemahan perusahaan dibandingkan

dengan peluang dan ancaman yang ada dalam lingkungan yang dihadapi dan

memutuskan strategi pasar produk yang menyesuaikan kemampuan perusahaan

dengan peluang lingkungan. (Husein Umar, 2008).

2.2 Adaptasi

Adaptasi/penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan

lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan

diri). Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastik),

misalnya seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma

dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tempat ia bertugas. Sebaliknya, apabila

individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan sendiri

sifatnya adalah aktif (alloplastis), misalnya seorang bidan desa ingin mengubah

perilaku ibu-ibu di desa untuk menyusui bayi sesuai degan menajemen laktasi

(Sunaryo, 2002).

9
Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya

mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi

sosial yang berubah-ubah agar tetap bertahan. adaptasi merupakan pertahanan yang

didapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi

masalah. Yaitu secara individu atau kelompok dituntut beradaptasi ketika memasuki

suatu lingkungan baru, misalnya; keluarga, perusahaan, Bangsa, menata atau

menanggapi lingkungannya. (Robbins, 2003).

Adaptasi memiliki pengertian yaitu suatu proses kepekaan organisme

terhadap suatu kondisi atau keadaan, baik yang dikerjakan atau yang dipelajari.

Adaptasi adalah suatu proses oleh suatu populasi atau individu terhadap kondisi

lingkungan yang berakibat populasi atau individu tersebut survive (bertahan) atau

tersingkir. Adaptasi dalam ketidakpastian lingkungan dan bencana sebagai

penanganan terhadap dampak yang tidak dapat dihindari dalam perubahan

lingkungan. (Sunil, 2011)

Adaptasi menyertakan penyesuaian diri dalam bersikap terhadap kondisi

yang tidak menentu. Adaptasi sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dan

ekologi tertentu. Di dalam perubahan lingkungan yang terjadi di wilayah pesisir,

konsep adaptasi mengacu pada strategi (Sunil, 2011) Yaitu:

1. Perlindungan terhadap wilayah daratan dari lautan, sehingga penggunaan lahan

dapat terus berlanjut.

2. Akomodasi yaitu melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

10
3. Strategi menghindar atau migrasi yaitu meninggalkan wilayah pesisir ke daerah

lain yang lebih aman. Sama halnya dengan wilayah rawan bencana alam

lainnya mereka harus pindah ke daerah lain yang lebih aman karena bencana

tanah longsor terjadi sewaktu-waktu dan tidak bisa diprediksi.

Penyesuain diri berarti adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya, atau

bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat

mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Istilah penyesuaian

mengacu pada seberapa jauhnya kepribadian seorang individu berfungsi secara

efisien dalam masyarakat. Dilihat dari latar belakang perkembangannya, pada

mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation). Padahal

adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik,

fisiologi, atau biologis. Penyesuaian diri pada prinsipnya adalah suatu proses yang

mencakup respons mental dan tingkah laku, dengan mana individu berusaha untuk

dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-

ketegangan, konflik-konflik dan frustasi yang dialaminya, sehingga terwujud

tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang

diharapkan oleh lingkungan di mana ia tinggal. (Desmita, 2012).

Definisi adaptasi tersebut kemudian berkaitan erat dengan tingkat

pengukuran yang dihubungkan dengan tingkat keberhasilannya agar dapat bertahan

hidup. Adaptasi seharusnya dilihat sebagai respon kultural atau proses yang terbuka

pada proses modifikasi dimana penanggulangan dengan kondisi untuk kehidupan

oleh reproduksi selektif dan memperluasnya. Dinamika adaptif mengacu pada

perilaku yang didesain pada pencapaian tujuan dan kepuasan kebutuhan dan

11
keinginan dan konsekuensi dari perilaku untuk individu, masyarakat, dan

lingkungan. Ada 2 mode analitik utama pada perilaku ini: yaitu tindakan individu

yang didesain untuk meningkatkan produkstifitasnya, dan mode yang diperbuat

oleh perilaku interaktif individu dengan individu lain dalam group, yang biasanya

dibangun oleh aturan yang bersifat resiprositas. Perilaku interakstif tersebut

didesain juga untuk memenuhi akhir tujuan dan beberapanya menjadi instrumental.

(Hardestry,243 Prasetijo, 2008).

Konsep kunci adaptasi pada tingkat sosial individu kemudian menjadi

perilaku adaptif, tindakan strategik dan sistensis dari keduanya yang disebut strategi

adaptif. Perilaku adaptif merupakan term yang lebih umum dan mengacu pada

bentuk perilaku yang menyesuaikan pada tujuan, pencapaian kepuasan, dan

putusan. Tindakan strategik, dianggap lebih spesifik dan mengacu pada

kepentingan khusus yang dipunyai sang aktor. Dalam tindakan stratejik sendiri

terdapat konsep yang meliputinya seperti rasionalitas, maksimalisasi, orientasi

pencapaian, Homo faber dll. Term ke-3, yaitu strategi adaptif, adalah komponen

dari tindakan strategi atau tindakan spesifik dengan tingkatan prediksi keberhasilan,

dimana diseleksi oleh individu dalam menentukan keputusannya (Hardestry,271-

272 dalam Prasetijo, 2008).

2.3 Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan

kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai

bagian dari keluarga. Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah

12
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang

yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan

saling kebergantungan. (Zakaria, 2017)

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran

dan adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya dan

meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota

keluarganya. Keluarga, meskipun tidak terikat oleh hubungan darah atau hukum,

harus dihargai karena menganggap diri mereka sebagai keluarga. (Zakaria, 2017)

Menurut Nadirawati (2018), pembagian jenis keluarga adalah sebagai

berikut

1. Keluarga Klasik

a. Keluarga inti, juga dikenal sebagai keluarga nuklir, adalah keluarga yang terdiri

dari suami, istri, dan anak-anak yang tinggal bersama dalam satu rumah. Beberapa

jenis keluarga inti termasuk:

1) Keluarga Tanpa Anak: The Dyad Family adalah keluarga yang terdiri dari

suami dan istri yang tidak memiliki anak dan tinggal bersama dalam satu

rumah.

2) Keluarga Tanpa Anak—Keluarga yang tidak memiliki anak karena menikah

terlalu dini dan melahirkan terlalu dini karena mengejar karir atau

pendidikan.

3) Keluarga adopsi adalah keluarga yang secara hukum mengambil tanggung

jawab dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.

13
b. Keluarga Besar—Keluarga yang diperluas—adalah keluarga yang terdiri dari

tiga generasi yang tinggal bersama dalam satu rumah, seperti keluarga nuklir

dengan paman, tante, kakek, dan nenek.

c. Keluarga Orang Tua Tunggal adalah keluarga yang hanya memiliki satu orang

tua (ayah atau ibu) dan anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian, kematian,

atau ditinggalkan, yang merupakan pelanggaran hukum pernikahan.

d. Keluarga yang bergerak, di mana kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota

yang berbeda, tetapi tinggal di kota lain dan dapat berkumpul dengan anggota

keluarga pada akhir minggu, bulan, atau pada waktu tertentu.

e. Kelurga multigenerasi—kelurga yang terdiri dari beberapa generasi atau

kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah

f. Keluarga Kin-Network adalah beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu

rumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang dan jasa yang sama,

seperti kamar mandi, dapur, TV, dan sebagainya.

g. Keluarga campuran, juga dikenal sebagai keluarga terikat, terdiri dari duda atau

janda yang, karena perceraian, menikah kembali dan memiliki anak dari

perkawinan sebelumnya atau anak dari perkawinan sebelumnya.

h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri, atau Orang Dewasa Lajang yang Tinggal

Sendiri, adalah keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri

karena pilihan mereka sendiri atau perpisahan, seperti perceraian atau ditinggal

mati.

14
i. Perlindungan Keluarga: Ini adalah layanan keluarga di mana anak ditempatkan di

rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua dinyatakan tidak merawat

anak mereka dengan baik. Jika orang tuanya sudah mampu merawatnya, anak

akan dikembalikan kepada orang tuanya.

j. Keluarga binuklir adalah jenis keluarga setela cerai di mana anak-anak menjadi

bagian dari sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.

2. Keluarga Non-tradisional

a. Ibu Muda Tanpa Nikah: Sebuah keluarga yang terdiri dari orang tua, biasanya

ibu, dengan anak yang lahir dari hubungan tanpa nikah

b. Keluarga dengan orang tua tiri disebut Step Parent Family.

c. Keluarga komunal adalah beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak memiliki

hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, memiliki sumber

daya, fasilitas, dan pengalaman yang sama, dan berpartisipasi dalam aktivitas

kelompok dan membesarkan anak bersama.

d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual tanpa pernikahan, keluarga yang hidup

bersama berganti-ganti pasangan.

e. Keluarga Gay dan Lesbi, atau orang-orang yang memiliki persamaan seks dan

hidup bersama sebagai "pasangan pernikahan"

f. Orang dewasa yang tinggal bersama orang lain di luar hubungan perkawinan

karena alasan tertentu

15
g. Keluarga kawin kelompok, yang terdiri dari beberapa orang dewasa yang

menggunakan alat rumah tangga bersama dan saling merasa menikah satu sama

lain, berbagi hal-hal seperti hubungan seksual dan membesarkan anak.

h. Grup Jaringan Keluarga: Ini adalah keluarga inti yang memiliki standar dan

prinsip yang terbatas, tinggal di dekat satu sama lain, dan saling menggunakan

alat rumah tangga, layanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya.

i. Keluarga pengasuhan menerima anak yang tidak memiliki hubungan keluarga

atau saudara secara sementara, dan orang tua anak perlu mendapatkan bantuan

untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.

j. Keluarga Tanpa Rumah, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak memiliki

perlindungan permanen karena krisis pribadi yang disebabkan oleh masalah

ekonomi, masalah kesehatan mental, atau masalah ekonomi.

k. Gang, yaitu keluarga yang destruktif di mana anak-anak muda mencari ikatan

emosional dan keluarga memberikan perhatian, tetapi berkembang menjadi

kekerasan dan kriminal dalam kehidupan mereka.

2.4 Nelayan.

Nelayan merupakan kelompok yang sangat bergantung pada kondisi laut.

Nelayan merupakan bagian dari masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir

didefinisikan sebagai kelompok orang yang mendiami di suatu wilayah pesisir dan

sumber kehidupan perekonomiannya bergantung pada pemanfaatan sumberdaya

laut dan pesisir (Nikijuluw, 2001). Maka, nelayan merupakan sekelompok

masyarakat yang bermukim di pesisir dan sangat bergantung pada pemanfaatan

16
sumberdaya kelautan dan pesisir untuk kehidupannya. (Kusnadi (2007), dalam

Hassanudin et. al, 2013).

Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup,

tumbuh, dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara

wilayah darat dan wilayah laut. Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri

atas kategori-kategori sosial yang membentuk kekuatan sosial. Mereka juga

memiliki sistem nilai dan simbol-simbol kebudayaan sebagai referensi perilaku

mereka sehari-hari. Faktor budaya ini menjadi pembeda masyarakat nelayan dari

kelompok masyarakat lainnya. Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung

maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola

potensi sumberdaya perikanan. Mereka menjadi komponen utama konstruksi

masyarakat maritim Indonesia (Kusnadi, 2009).

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan

ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal dipantai, sebuah lingkungan

pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Nelayan identik dengan

keterbatasan aset, lemahnya kemampuan modal, posisi tawar dan akses pasar

(Siswanto, 2008).

Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi

tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan.

Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain.

Sebaliknya, nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang

17
dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang

memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan

orang lain (Mulyadi, 2007).

Nelayan dapat didefinisikan pula sebagai orang atau komunitas orang yang

secara keseluruhan atau sebagian dari hidupnya tergantung dari kegiatan

menangkap ikan. Beberapa kelompok nelayan memiliki beberapa perbedaan dalam

karakteristik sosial dan kependudukan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada

kelompok umur, pendidikan status sosial, dan kepercayaan. Dalam satu kelompok

nelayan juga sering ditemukan perbedaan kohesi internal, dalam pengertian

hubungan diantara sesama nelayan maupun di dalam hubunganbermasyarakat

(Widodo dan Saudi, 2006).

Menurut Charles, kelompok nelayan dapat dibagi empat kelompok yaitu:

nelayan subsisten (subsistence fishers), yaitu nelayan yang menangkap ikan hanya

untuk memenuhi kebutuhan sendiri, nelayan asli (native/indigenous/aboriginal

fishers), yaitu nelayan yang sedikit banyak memiliki karakter yang sama dengan

kelompok pertama, namun memiliki juga hak untuk melakukan aktivitas secara

komersial walaupun dalam skala yang sangat kecil, nelayan rekreasi

(recreational/sport fishers), yaitu orang-orang yang secara prinsip melakukan

kegiatan penangkapan hanya sekadar untuk kesenangan atau berolah raga, dan

nelayan komersial (commercial fishers), yaitu mereka yang menangkap ikan untuk

tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor

(Charles, 2001).

18
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2014, rumah tangga nelayan

di Indonesia yang menangkap ikan di perairan umum dan laut sebanyak 964.231

atau sekitar 1,5 % dari rumah tangga di Indonesia. Dari jumlah tersebut, rumah

tangga nelayan laut yang tergolong miskin ada 23,79 %. Lebih lanjut Staf Ahli

Bidang Kebijakan Publik Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) Ahmad

Purnomo mengatakan jumlah warga miskin di Indonesia didominasi oleh penduduk

di wilayah pesisir. Jumlahnya kini mencapai kurang lebih 7 juta jiwa atau sekitar

30 % dari total jumlah penduduk miskin di Indonesia.

Nelayan dapat dibagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh.

Nelayan pemilik atau juragan adalah orang yang memiliki sarana penangkapan

seperti kapal/perahu, jaring, dan alat tangkap lainnya. Nelayan buruh adalah

nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain, sebaliknya nelayan

juragan adalah nelayan yang alatnya dioperasikan oleh orang lain. adapun nelayan

perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri dan dalam

pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain. Sementara nelayan buruh adalah

orang yang menjual jasa tenaga kerja sebagai buruh dalam kegiatan penangkapan

ikan di laut.( Satria 2002, dalam Deden 2011).

2.5 Perubahan Sosial Dan Perubahan

Perubahan – perubahan dalam kehidupan masyarakat tersebut merupakan

fenomena sosial yang wajar, oleh karena setiap manusia mempunyai kepentingan

yang tak terbatas. Perubahan – perubahan akan nampak stetelah tatanan sosial dan

kehidupan masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan dan

19
kehidupan masyarakat yang baru. Menurut selo soemardjan dan soelaiman

soemardi, bahwa perubahan – perubahan diluar bidang ekonomi tidak dapat

dihindarkan oleh karena setiap perubahan dalam suatu lembaga kemasyarakatan

akan mengakibatkan pula perubahan – perubahan di dalam lembaga – lembaga

kemasyarakatan lainnya, oleh karena antara lembaga – lembaga kemasyarakatan

tersebut selalu ada proses saling mempengaruh secara timbal balik. (Abdulsyani,

2007).

Setiap perkembangan zaman tentunya perubahan juga akan terus terjadi,

perubahan memiliki efek positif dan negatif. Perubahan yang positif adalah

perubahan yang terjadi kearah kemajuan suatu keadaan namun perubahan yang

negative adalah perubahan kearah suatu yang merugikan. Perubahan merupakan

sifat dasar dari masyarakat, ini mengubah metafor “kehidupan sosial” seperti

kehidupan sosial itu sendiri. Kehidupan sosial meliputi perubahan yang tiada henti

. Gagasan paling umum dari perubahan mengindikasikan beberapa peralihan dalam

hal entitas tertentu yang terjadi dalam waktu tertentu. (Imam Santoso, 2011)

Perubahan dapat mencakup aspek yang sempit maupun yang luas. Aspek

yang sempit dapat meliputi aspek perilaku dan pola pikir individu. Aspek yang luas

dapat berupa perubahan dalam tingkat struktur masyarakat yang nantinya dapat

memengaruhi perkembangan masyarakat dimasa yang akan dating. (Nanang

Martono, 2012).

20
Terjadinya perubahan tersebut disebabkan oleh 2 (dua) faktor yaitu :

a. Faktor internal, Faktor internal adalah faktor penyebab perubahan yang terjadi

dari dalam diri manusia yang timbul karena adanya dorongan dari diri manusia

tersebut untuk melakukan perubahan pada dirinya dan lingkungannya. Faktor

internal dapat terjadi jika adanya dorongan atau motivasi untuk melakukan suatu

perubahan, perubahan yang terjadi dapat berupa bentuk, sikap maupun situasi.

b. Faktor eksternal, Faktor eksternal adalah faktor penyebab perubahan yang terjadi

dari luar diri manusia. Faktor tersebut dapat disebabkan karena faktor keluarga,

masyarakat dan lingkungan.

2.6 Penelitian Terdahulu

1. Fitri Febrina Mulyodiputro, (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Eksistensi Nelayan Tradisional Di Kecamatan Asem Rowo Kota Surabaya.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Asemrowo Kota Surabaya. Jenis

penelitian ini termasuk deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

metode survey. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat nelayan

tradisional di Kecamatan Asemrowo sebanyak 436 orang dengan jumlah sampel

83 orang. Sampel tersebut diperoleh dari perhitungan rumus slovin. Pemilihan

sampel tersebut ditentukan dengan random sampling. Data yang terkumpul

dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan persentase (%). Hasil dalam

penelitian ini menunjukkan 1) faktor yang mempengaruhi eksistensi nelayan

tradisional di Kecamatan Asemrowo Kota Surabaya adalah jumlah nelayan yang

meningkat sebesar 2,30%, tingkat keterampilan nelayan yang dimiliki hanyalah

21
keterampilan melaut saja, pengalaman melaut yang dimiliki nelayan di wilayah

tersebut cukup lama yakni 21-30 tahun, nelayan adalah pekerjaan turun temurun

keluarga dan adanya bantuan alat tangkap. 2) Kondisi sosial masyarakat nelayan

masih sangat kuat dan erat dimana adanya organisasi KUB, kondisi ekonomi

masyarakat nelayan masih sangat kurang karena pendapatan atau penghasilan

yang didapat Rp 2.000.000 dalam satu bulan, pengeluaran untuk biaya

operasional menangkapan ikan yang harus dikeluarkan Rp 92.000 sekali

melautnya.

2. Veronika Diaz Baga (2017). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Eksistensi

Nelayan Tradisional Di Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak Kota

Surabaya. . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, 1) faktor-faktor apakah

yang mempengaruhi eksistensi nelayan tradisional di Kelurahan Kedung Cowek,

Kecamatan Bulak, Kota Surabaya. 2) faktor apa yang paling berpengaruh

terhadap eksistensi nelayan di Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak,

Kota Surabaya. . Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi yang bersifat

penjelasan dengan tujuan menjelaskan hubungan kasual antara variabel bebas

terhadap variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan

tradisional di kelurahan Kedung Cowek sebayak 545 dengan jumlah sampel

sebanyak 146. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

dokumentasi, dan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah desain

pengukuran skala Guttaman, analisa bivariat, dan analisis multivariat. Hasil

penelitian melalui chi square diketahui bahwa pendidikan, tradisi/budaya,

pendapatan, masa kerja, keterampilan, bantuan pemerintah ada pengaruh yang

22
signifikan antara eksistensi (p = 0,000) terhadap eksistensi nelayan tradisional.

Hasil penelitian melalui uji regresi logistik berganda secara bersama-sama

diketahui bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap eksistensi

nelayan tradisional adalah tradisi/budaya (0,000). Sedangkan variabel yang tidak

berpengarug signifikan terhadap eksistensi nelayan tradisional adalah (p =

0,203).

3. Melinda A. Kambey (2020). Skripsi: Eksistensi Budaya Maritim Kelompok

Nelayan Kelurahan Malalayang Dua, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.

Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk budaya

maritim pada kelompok Nelayan Aurora, dan alasan mempertahankan budaya

maritim yang dipertimbangkan sebagai bahan penyusunan kebijakan pemerintah

daerah tentang kemaritiman. Hal ini dilakukan menggunakan cara sensus untuk

mendapatkan data primer maupun data sekunder. Analisis data dilakukan secara

deskriptif kualitatif, berdasarkan Adaptation, Goal attainment, Integration, dan

Latency (AGIL). Diperoleh hasil bahwa kegiatan kemaritiman kelompok

nelayan Aurora dipengaruhi oleh budaya asal suku dari anggota kelompok

nelayan yaitu suku Sangihe. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya

maritim kelompok nelayan Aurora adalah budaya kebiasaan sebelum melaut

yang berasal dari suku nenek moyang anggota kelompok nelayan, dan bentuk

budaya kesenian yang harus dipertahankan sebagai warisan nenek moyang yaitu

budaya kesenian seperti Tulude, Masamper, dan Ampa Wayer yang dilakukan

sekali dalam setahun.

23
4. Imam Purwanto (2022). Skripsi: Pengaruh Eksistensi Budaya Nyelamak Di Laok

Terhadap Tingkat Pendapatan Ekonomi Nelayan Di Desa Tanjung Luar,

Kecamatan Keruak, Lombok Timur Tujuan penelitian ini adalah untuk

mempelajari peran budaya lokal terhadap tingkat pendapatan ekonomi nelayan

di Desa Tanjung Luar Kecamatan Keruak. Penelitian ini adalah penelitian

kualitatif deskriptif. Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan

observasi, wawancatra, dan dokumentasi. Hasil penelitian peneliti tentang peran

budaya lokal dalam meningkatkan tingkat pendapatan ekonomi Ini menunjukkan

bahwa distribusi pendapatan ekonomi nelayan cukup adil dan merata di seluruh

pekerjaan yang mereka lakukan untuk meningkatkan pendapatannya. Budaya

(Nyelamak di Laok) ini memiliki karakteristik unik dan nilai-nilai yang

digunakan, sehingga menjadi budaya yang sudah lama ada di masyarakat

setempat dan di luar daerah hingga nasional.

2.5 Kerangka Pikir.

Kerangka pemikiran adalah uraian ringkas tentang teori yang digunakan dan

cara menggunakan teori tersebut dalam menjawab pertanyaan penelitian.

Penjelasan lebih lanjut, kerangka pemikiran dapat diartikan sebagai penjelasan

mengenai permasalahan penelitian dengan uraian yang dapat memberikan

jawaban dari sebuah penelitian. Berdasarkan konsep teori yang dipaparkan

diatas, maka penulis menguraikan konsep operasional dalam bentuk kerangka

pemikiran terhadap penelitian yang berjudul ” Strategi Adaptasi Keluarga

Nelayan terhadap perubahan ekologi di kelurahan Nambo“

24
2.2 Bagan Kerangka Pikir

Strategi Adaptasi Keluarga Nelayan

Hambatan Strategi Adaptasi


Strategi Adaptasi Keluarga Keluarga Nelayan Terhadap
Nelayan Terhadap Perubahan Ekologi (Nanang
Perubahan Ekologi (Sunil,
2011) Yaitu: Martono, 2012), yaitu :.

1. Perlindungan terhadap 1. Faktor internal


wilayah daratan dari
2. Faktor eksternal
lautan
2. Akomodasi
3. Strategi menghindar
atau migrasi

PERUBAHAN EKOLOGI PADA


KELAURGA NELAYAN

25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Keluarga Nelayan Kelurahan Nambo,

Kecamatan Nambo, Kota Kendari.

3.2 Subjek dan Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini yaitu Keluarga Nelayan Di Kelurahan

Nambo. Narasumber adalah orang yang memberi infomasi dan pengetahuan. Untuk

mendapatkan informasi yang diinginkan maka peneliti menentukan narasumber

sebanyak 10 orang dalam keluarga nelayan, 2 kepala RT dan 1 orang Kepala Lurah.

3.3 Teknik Penentuan informan.

Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik purposive sampling ini adalah teknik mengambil informan atau

narasumber dengan tujuan tertentu sesuai dengan tema penelitian karena orang

tersebut dianggap memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian.

3.4. Tehnik Pengumpulan Data.

Data Peneliti yang menggunakan metode penelitian kualitatif menggunakan

teknik pengumpulan data yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan kata-

kata dan perbuatan-perbuatan manusia sebanyak-banyaknya. Teknik yang biasanya

dilakukan oleh para peneliti untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan metode yang paling dasar dan paling tua, karena

dengan cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Observasi

dalam rangka penelitian kualitatif harus dalam konteks alamiah (naturalistik).

26
2. Wawancara

Seorang peneliti tidak melakukan wawancara berdasarkan sejumlah

pertanyaan yang telah disusun dengan mendetail dengan alternatif jawaban yang

telah dibuat sebelum melakukan wawancara, melainkan berdasarkan pertanyaan

yang umum yang kemudian didetailkan dan dikembangkan ketika melakukan

wawancara atau setelah melakukan wawancara untuk melakukan wawancara

berikutnya. Mungkin ada pertanyaan yang telah disiapkan sebelum wawancara,

tetapi pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak terperinci dan berbentuk pertanyaan

terbuka. Hal ini berarti wawancara dalam penelitian kualitatif dilakukan seperti dua

orang yang sedang bercakap-cakap tentang sesuatu.

3. Dokumentasi

Para peneliti mengumpulkan bahan tertulis seperti berita media,

pengumpulan dokumen ini mungkin dilakukan untuk mengecek kebenaran atau

ketepatan informasi yang diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam.

Tanggal dan angka-angka tertentu lebih akurat dalam surat atau dokumen

ketimbang hasil wawancara mendalam. Bukti-bukti tertulis lebih kuat dari

informasi lisan untuk hal-hal tertentu. (Afrizal, 2015:20-21).

3.5 Jenis dan Sumber Data.

3.5.1. Jenis Data.

1. kualitatif

Dalam penelitian kualitatif analisis data dilakukan dengan cara berbeda dan

tidak berorientasi pengukuran dan perhitungan. Ada dua tahap analisis data dalam

penelitian kualitatif yaitu: pertama pada tahap pengumpulan data dan oleh sebab itu

27
analisis data dilakukan dilapangan, kedua dilakukan ketika penulisan laporan

dilakukan. Jadi dengan demikian, analisis data dilakukan mulai dari tahap

pengumpulan data sampai tahap penulisan laporan (Afrizal, 2015:19).

2. Kuantitatif

Jenis penelitian kuantitatif merupakan investigasi sistematis mengenai

sebuah fenomena dengan mengumpulkan data yang dapat diukur menggunakan

teknik statistik, matematika, atau komputasi. Penelitian kuantitatif banyak

digunakan baik dalam ilmu alam maupun ilmu fisika.

3.5.2 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber

pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. (Sugiyono, 2018:456).

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan dalam bentuk tabel atau diagram oleh pengumpul atau pihak lain Husein
Umar (2013).

28
DAFTAR PUSTAKA

A Pearce II Jhon.Richard B. Robinson Jr.(2013).Manajemen Strategis : Formulasi,


Implementasi, dan Pengendalian, Terj. Nia Pramita Sari.Jakarta : Salemba
Empat.

Abdul Rivai dan Darsono Prawironegoro, 2015 Manajemen Strategis (Kajian


Manajemen Strategis Berdasar Perubahan Lingkungan Bisnis, Ekonomi,
Sosial dan Politi, Jakarta, Penerbit Mitra Wacana Media.

Abdulsyani. 2007. Sosiologi Skematika, Teori, danTerapan. Jakarta: PT


BumiAksara. Andreas dan Enni Savitri. 2016. Peranan Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Modal Sosial.

Adi prasetijo. 2008. “Adaptasi dalam Antropologi.” Dalam https://etnobudaya.net


di unggah pada Oktober, 2019

Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung


Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta :
Rajawali Pers

Bennet, J. W. (1976). The Ecological Transition: Cultural Antropology and Human


Adaptation. New York: Pergamon Press.

Charles A. T. 2001. Sustainable Fishery Systems. Blackwell Science, Oxford. Fish


and Aquatic Resources Series. 300 pp.

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Dewi, E. L. 2017. Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan Di Dusun Pucu'an


Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo
(Doctoraldissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

29
Hasanuddin, N. L, et al. (2013). Is It Possible To Eradicate Poverty in The
Fishermen Village? International Journal of Environmental Sciences
Volume 4 (2), 123-130.

Husein umar, 2008, Strategic Management In Action, jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Husein Umar. 2013. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: Rajawali

Kusnadi, 2009, Keberdayaan Nelayan Dalam Dinamika Ekonomi Pesisir,


Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Mulyadi. (2007). Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada

Mulyadi. 2014. Ekonomi Kelautan. Edisi III. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Nadirawati, 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga : Teori dan Aplikasi
Praktik. Bandung : Refika Aditama.

Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern,


Posmodern, dan Poskolonial,(Jakarta: Rajawali Pers, Cet. Ke-2, Juli 2012).

Nikijuluw, P. H. V. (2001). Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta


Strategi Pemberdayaan Mereka dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir Secara Terpadu. Bogor: IPB Bogor.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun


2016 Tentang Jalur Penangkapan Ikan Dan Penempatan Alat Penangkapan
Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

Prasetijo, Adi. 2008. Adaptasi dalam Antropologi, (online).


(http://prasetijo.wordpress.com/2008/01/28/adaptasi-dalam-anthropologi/,
diakses tanggal 31 Desember 2008)

Robbins, S.P. (2003). Perilaku organisasi : konsep kontroversi aplikasi. Edisi


Kedelapan. Jakarta : PT. Prenlindo.

30
Santoso, J., Ling, F., dan Handayani, R. (2011). Pengaruh Pengkomposisian dan
Penyimpanan Dingin Terhadap Perubahan Karakteristik Surimi Ikan Pari
(Trygon sp.) dan Ikan Kembung (Rastrelliger sp.). Jurnal Akuatika 2(2).

Satria, Arif. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: PT Pustaka


Cidesindo.

Septiana, S. (2018). Sistem Sosial-Budaya Pantai: Mata Pencaharian Nelayan dan


Pengolah Ikan di Kelurahan Panggung Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal.
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, Vol. 13(1), pp. 83–92.

Siswanto B. 2008. Kemiskinan dan Perlawanan Kaum nelayan. Malang: Laksbang


Mediatama. Hlm 193-216.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatig, dan R&D, penerbit


Alfabeta,Bandung

Sunaryo. 2002. Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal Dalam Sistem Agroforesti.


Bahan Ajar World Agroforestry Centre (ICRAF)

Sunny. 2010. Sistem ekonomi tengkulak pada masysarakat nelayan. [terhubung


tidakberkala].http://www.mailarchive.com/cikeas@yhoogroups.com/msg2
5575.html.30 januari 2012

Suryaningsi, T. 2017. Kemiskinan Masyarakat Nelayan di Desa Aeng Batu-batu


Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Handep, 1(1), 49-6

Thompson Jr, A., Strickland III, A., & Gamble, J. E. (2010). Crafting and Executing
Strategy: The Quest for Competitive Advantage: Concepts and Cases (Vol.
17th). New York: McGraw-Hill/Irwin.

Widodo, J. dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Widodo, S., 2011. Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin di
Daerah Persisir. Jurnal Peneltian Makara, Sosial Humaniora, Volume 15 No
1, Juli 2011. Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Bangkalan

31
Zakaria, Fransiska Rungkat, et al. "Karakteristik nori dari campuran rumput laut
Ulva lactuca dan Eucheuma cottonii." Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan 12.1 (2017): 23-30.

Zakaria, I., Konio, Y., & Baruadi, A. S. . (2017). Analisis Kelayakan Usaha
Budidaya Ikan Nila di Danau Limboto. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan
Kelautan, 5(1), 25–30. https://doi.org/https://doi.org/10.37905/.v5i1.5267

32

Anda mungkin juga menyukai