Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI KAWASAN

MANGROVE BANYUURIB, UJUNGPANGKAH, GRESIK, JAWA TIMUR

Dosen Pengampu :

Triana Retno Palupi, S. Pi., M.Si

Sosiologi, Hukum Dan Peraturan Perikanan

Disusun Oleh :

1. M. Firman Dzikrullah Akbar (210102018)


2. Gladys Indriyani Hendrayani (210102015)
3. Muhammad Choirul arif (210102007)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah : Analisis Kegiatan Penangkapan Ikan di Kawasan Mangrove

Banyuurib, Ujungpangkah, Gresik, Jawa Timur.

Disusun Oleh : Kelompok

Program Studi : Budidaya Perikanan

Fakultas : Pertanian
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas pada mata kuliah “Sosiologi Hukum dan Peraturan Perikanan” pada
Semester II. Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Triana Retno Palupi, S. Pi.,
M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Dasar-Dasar Penangkapan Ikan serta rekan-rekan
seperjuangan angkatan 2021 yang telah memberikan support atau dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwasannya penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena terdapat kekurangan, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perkembangan penulis dan makalah ini. Penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi pembaca

Gresik,08 January 2022


DAFTAR ISI HALAMAN
JUDUL......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 5
1.2 Tujuan ........................................................................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah......................................................................................................... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 6
2.1 Sosiologi Masyarakat Perikanan................................................................................... 6
2.2 Industri ......................................................................................................................... 7
2.3 Masyarakat Nelayan...................................................................................................... 7
2.4 Daerah Penangkapan..................................................................................................... 8
2.5 Wawancara .................................................................................................................... 9
BAB 3. METODE PRAKTIKUM ................................................................................... 10
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum....................................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan Praktikum............................................................................................ 10
3.3 Langkah Kerja Praktikum............................................................................................. 10
3.4 Metode Pengumpulan Data........................................................................................... 10
3.4.1 Pengumpulan Data Primer...................................................................................... 10
3.4.2 Pengumpulan Data Sekunder.................................................................................. 10
3.4.3 Penyusunan Laporan............................................................................................... 10
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................ 11
4.1 Analisis Situasi.............................................................................................................. 11
4.2 Hubungan Masyarakat dengan PGN SAKA................................................................. 12
4.3 Pengolahan Lingkungan................................................................................................ 13
4.4 Alat dan Tangkap yang Digunakan............................................................................... 13
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 14
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 14
4 5.2 Saran ............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 15
LAMPIRAN....................................................................................................................... 16

BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lokasi Kabupaten Gresik terletak di sebelah Barat Laut Kota Surabaya yang merupakan
Ibukota Propinsi Jawa Timur dengan luas wilayah 1.191,25 km2 yang terbagi dalam 18
kecamatan, 330 desa, dan 26 kelurahan. Secara geografis wilayah Kabupaten Gresik terletak
antara 112° sampai 113° Bujur Timur dan 7° sampai 8° Lintang Selatan serta
merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 sampai 12 meter di atas permukaan air laut,
kecuali Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter di atas permukaan air
laut.
Sebagian wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu memanjang
mulai dari Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah, Sidayu, Ujungpangkah, dan
Panceng serta Kecamatan Sangkapura dan Tambak yang lokasinya berada di Pulau Bawean.
Wilayah Kabupaten Gresik sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur
berbatasan dengan Selat Madura dan Kota Surabaya, sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto, serta sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Lamongan. Jumlah nelayan perikanan laut di lndonesia menurut kategori nelayan
makastatus nelayan penuh merupakan jumlah terbesar dari nelayan sambilan utama maupun
nelayan sambilan tambahan dan jumlah ini setiap tahunnya menunjukkan peningkatan
(Dirjen Perikanan Tangkap, 2002).
Hal ini mempunyai indikasi bahwa jumlah nelayan yang cukup besar ini merupakan suatu
potensi yang besar dalam pembangunan perikanan. Keberadaan kehidupan nelayan selama
ini dihadapkan dengan sejumblah permasalahan yang terus mengikat mereka, seperti
lemahnya manajemen usaha, rendahnya peranan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan, dan lain sebagainya mengakibatkan kehidupan nelayan dalam realitasnya
menunjukkan kemiskinan.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui hubungan masyarakat Ujungpangkah dengan PGN Saka.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaiaman hubungan masyarakat Ujungpangkah dengan PGN Saka?

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sosiologi Masyarakat
Perikanan Sosiologi perikanan merupakan cabang sosiologi yang mempunyai objek khusus yaitu
masyarakat yang hidup dari sumber daya laut seperti, nelayan, buruh, pembudidaya,
penangkapan, tambak di daerah air laut, tawar dan air payau sesuai dengan potensi-potensi
sumberdaya perikanan di daerah tersebut (Adnans, 1997). Peranan sosiologi perikanan antara
lain (Adnans, 1997) :
1. Masyarakat perikanan sebagai obyek dalam melaksanakan kehidupannya
2. Dapat mendeskripsikan dan memperediksi perilaku anggota masyarakat perikanan
3. Mempelajari obyek apa yang terjadi saat ini, buka apa yang seharusnya terjadi
4. Mengamati indikator-indikator dari proses kehidupan masyarakat perikanan atau masyarakat
pesisir yang sebagian besar mengalami kemiskinan Kegunaan masyarakat pesisir antara lain
(Adnans, 1997) :
1. Mengetahui gejolak sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat perikanan
2. Menjadi kebutuhan sarjana perikanan sebagai agen pembaharuan yang mampu bekerja secara
profesional
3. Memberikan penilaian dalam proses perkembangan masyarakat perikanan Masyarakat pesisir
adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusiayang sebagian besar wilayahnya adalah
wilayah pesisir, dengan karena sendirinya bertalian secara golongan dan mempengaruhisatu
sama lain.
Pada hakikatnya pengertian masyarakat mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
1. Adanya sejumlah manusia yang hidup bersama. Sekelompok masyarakat yang sudah lama
mendiami suatu daerah tertentu dengan aturan atau norma.
2. Bercampur atau bersama-sama untuk waktu yang cukup lama, sudah ada sejak dulu. Dan
menetap pada suatu daerah tertentu yang diatur oleh norma social dan nilai sosial yang telah
disepakati oleh masyarakat setempat.
3. Menyadari bahwa mereka merupakan satu kesatuan, menyadari bahwa mereka bersama-sama
di ikat oleh perasaan anggotayang satu dengan yang lainnya.
4. Menghasilkan suatu kebudayaan tertentu. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang
memiliki temperamental dan karakter watak yang keras dan tidak mudah di atur.
Aparat birokrasilokal mengatakan hal serupa dengan menyatakan, bahwa daerah pesisir 7
tergolong desa yang paling rawan kekerasan, kaum wanitanya juga bersikapkritis terhadap aparat
desa yang kebijakannya dinilai tidak benar, misalnya : merugikan kepentingan masyarakat
setempat.
2.2 Industri Menurut
UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi untuk penggunanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri. Menurut Kamus Ilmiah Populer, industri adalah kerajinan atau usaha produk barang
suatu perusahaan. Menurut Hadi Sasrawan yang mengutip pendapat para ahli, diantaranya Teguh
S. Pambudi mengatakan industri adalah sekelompok perusahaan yang bisa menghasilkan sebuah
produk yang dapat saling menggantikan antara yang satu dengan yang lainnya.
2.3 Masyarakat Nelayan Masyarakat nelayan yaitu suatu masyarakat yang tinggal di wilayah
pesisir dengan mata pencaharian utama adalah memanfaatkan Sumber Daya Alam yang terdapat
di dalam lautan, baik itu berupa ikan, udang, rumput laut, kerang-kerangan, terumbu karang dan
hasil kekayaan laut lainnya. Wilayah pesisir diketahui memiliki karakteristik yang unik dan
memiliki keragaman potensi sumberdaya alam, baik hayati maupun non-hayati yang sangat
tinggi. Hal ini disebabkan, hasil perikanan laut merupakan sumberdaya yang besar. Peningkatkan
kesejahteraan masyarakat merupakan hakikat pembangunan nasional. Tingkat kesejahteraan
masyarakat ini mencerminkan kualitas hidup dari sebuah keluarga. Menurut Departemen
Kelautan dan Perikanan (2002),, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan di laut.
Orang yang melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat penangkapan
ikan ke dalam perahu atau kapal motor, mengangkut ikan dari perahu atau kapal motor, tidak
dikategorikan sebagai nelayan. Sedangkan menurut Imron (1999) dalam Subri (2005) nelayan
adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik
dengan cara melakukan penangkapan ata upun budidaya. Nelayan dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan.
Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Nelayan
juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Nelayan
perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri dan dalam pengoperasiannya
tidak melibatkan orang lain (Subri, 2005). Peralatan tangkap adalah peralatan atau sarana yang
digunakan nelayan untuk menangkap/mengambil hasil laut.peralatan tangkap nelayan terdiri dari
perahu/kapal dan alat tangkap ikan seperti pukat, jaring pancing, dan lain lain.
Dari segi jenisnya, teknologi penangkapan dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu yang
bersifat tradisional dan modern. Selain itu, wilayah tangkap juga menentukan ukuran modernitas
suatu alat. Teknologi penangkapan yang modern akan cenderung memiliki kemampuan jelajah
sampai di lepas pantai ,sebaliknya yang tradisional wilayah tangkapnya hanya terbatas pada
perairan pantai. Pada umumnya nelayan kecil masih menggunakan alat tangkap yang kurang
produktif, sehingga mereka selalu kalah. Hal ini yang mengakibatkan kemiskinan pada nelayan
kecil (Khusnul dkk, 2003). Sifat tradisional/konvensional menjadikan banyak nelayan kecil yang
belum mampu menggunakan input-input secara baik. Nelayan Kecil adalah nelayan yang
melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik yang tidak
menggunakan kapal penangkap ikan maupun yang menggunakan kapal penangkap ikan
berukuran kumulatif paling besar 10 (sepuluh) gross tonnage. Dilihat dari teknologi peralatan
tangkap yang digunakan dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu nelayan modern dan nelayan
tradisional. Nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih
dibandingkan dengan nelayan tradisional. Perbedaan modernitas teknologi alat tangkap juga
akan berpengaruh pada kemampuan jelajah operasional mereka (Imron, 2003)
2.4 Daerah Penangkapan
Jalur Penangkapan Ikan adalah wilayah perairan yang merupakan bagian dari wilayah
pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia dan laut lepas untuk pengaturan dan
pengelolaan kegiatan penangkapan yang menggunakan alat penangkapan ikan yang
diperbolehkan dan/atau dilarang (PERMEN KP NO.59 TAHUN 2020).
Daerah Penangkapan adalah suatu daerah dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan
tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan secara teknis serta
ekonomis. Dalam kontek yang lebih luas mempelajari daerah penangkapan ikan adalah untuk
menentukan daerah keberadaan ikan di suatu perairan laut sebagai acuan untuk kegiatan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan. Pengetahuan fishing ground merupakan langkah
awal dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya ikan yaitu untuk mengetahui dengan jelas
batas wilayah dimana sumberdaya ikan yang diatur berada.

2.5 Wawancara
Wawancara (Interview) adalah salah satu kaidah mengumpulkan data yang paling biasa
digunakan dalam penelitian sosial. Kaidah ini digunakan ketika subjek kajian (responden) dan
peneliti berada langsung bertatap muka dalam proses mendapatkan informasi bagi keperluan data
primer. Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan fakta,
kepercayaan, perasaan, keinginan dan sebagainya yang diperlukan untuk memenuhi tujuan
penelitian.

BAB 3. METODE PRAKTIKUM


3.1 Tempat dan Waktu Praktikum Praktikum ini dilakukan pada bulan Desember 2022,
bertempat di Banyu Urip Mangrove Center (BMC), Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten
Gresik.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Alat Tulis Kantor (ATK) untuk mencatat hasil wawancara dari 4 narasumber.
2. Kamera untuk mengambil foto selama kegiatan berlangsung.
3.3 Langkah Kerja Praktikum Praktikum ini dilakukan melalui berbagai tahapan dan langkah
kerja. Penelitian dimulai dengan mendengar penjelasan dari 4 narasumber (Pak Subali beserta
rekan perwakilan dari PGN SAKA, Pak Ainur Rofiq selaku Ketua Nelayan Desa Banyu Urip,
dan Pak Mughni selaku Pengolah Lingkungan di Desa Banyu Urip tepatnya di BMC), kemudian
dilanjut sesi tanya jawab antara pembicara dan audiens dan terakhir dilakukan studi literatur
secara lebih mendalam guna menunjang persiapan pengambilan data lapangan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Pengumpulan Data Primer Data sosial masyarakat diperoleh melalui wawancara langsung
dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview). Responden yang diwawancara ialah
perwakilan masyarakat dan PGN SAKA yang berada di lokasi pengamatan. Pertanyaan yang
diajukan ialah terkait dengan pemanfaatan sumber daya yang ada di sekitarnya (fauna dan flora
pesisir, bentang alam pesisir) oleh masyarakat sekitar termasuk sumberdaya perikanan (untuk
kegiatan perikanan dan potensi wisata) dan perihal Hubungan antara masyarakat Ujungpangkah
dengan PGN SAKA. Selain itu wawancara juga menggali nilai ekonomi di kawasan Ujung
Pangkah.
3.4.2 Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan instansi
terkait. Selain itu juga data sekunder dilakukan secara studi literatur dan menggali dari sumber-
sumber lain yang relevan.
3.4.3 Penyusunan Laporan Penyusunan laporan dilakukan dengan cara mengolah data
menggunakan Software Microsoft Word Office

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Situasi Wilayah Ujung Pangkah merupakan sebuah wilayah delta yang terbentuk
pada muara Sungai Bengawan Solo. Wilayah ini secara administratif terdapat di Kabupaten
Gresik Jawa Timur. Sejarah pembentukan kawasan ini dimulai dari 2 zaman kolonial Hindia
Belanda yang membuat kanal untuk memodifikasi arah aliran muara sungai Bengawan Solo yang
awalnya mengarah ke timur (sekarang Kecamatan Bungah) kemudian diarahkan ke utara
(Kecamatan Banyu Urip, muara yang sekarang) dengan membuat kanal sepanjang 15 Km
(Muhibbin 2015).
Muara baru tersebut perlahan menciptakan sebuah delta yang berasal dari material tanah yang
terbawa oleh aliran sungai Bengawan Solo dan mengendap di mulut muara sungai. Endapan
yang terbentuk menjadi pulau-pulau yang menjadi daratan baru (tanah timbul) yang semakin
lama terjadi suksesi alami dan tumbuh hutan mangrove pada tiap mintakat tanah timbul tersebut.
Daerah mangrove dan sekitarnya menjadi area yang kaya akan biota mulai dari ikan, kepiting,
burung, dan fauna lain yang tinggal di daerah ini baik penetap maupun yang migrasi.
Masuknya manusia pada wilayah ini mengubah hutan mangrove menjadi tambak pada sebagian
besar daratannya. Perkembangan penggunaan lahan ini diiringi dengan terciptanya pemukiman-
pemukiman masyarakat di wilayah Ujung Pangkah (Zakiyah 2014). Secara tradisional
masyarakat yang tinggal di daerah pesisir memiliki mata pencaharian utama sebagai nelayan atau
sebagai petani tambak yang sangat bergantung pada kondisi alam di wilayah pesisir (Satria
2015).
Begitu pula dengan masyarakat Ujung Pangkah yang memiliki ketergantungan terhadap kondisi
alam di sekitarnya. Fahrudin et al. (2015) menyatakan 80% masyarakat Ujung Pangkah memiliki
ketergantungan terhadap air untuk aksesibilitasnya. Hubungan antara masyarakat dengan alam
yang kian merusak dengan cara terus menerus mengkonversi hutan mangrove menjadi tambak
atau pemukiman perlu diperbaiki agar untuk menjamin keberlanjutan keberadaan wilayah ini
dengan pemanfaatan secara bijaksana.
Sehingga perlu adanya kajian yang membahas mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat dan
pengaruhnya terhadap ekologi di wilayah ini, terutama ekosistem hutan mangrove guna
menyusun strategi pengelolaan wilayah ini berdasarkan aspek ekologi, sosial, dan ekonomi
masyarakat Ujung Pangkah. Perairan Ujungpangkah juga dekat dengan Perusahaan PGN SAKA.
PT Saka Energi Indonesia (PGN Saka) didirikan pada 27 Juni 2011, sebagai anak perusahaan
hulu minyak dan gas bumi yang terpisah dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). PGN Saka
bekerja
sama dengan induknya untuk mendapatkan, mengeksplorasi dan mengembangkan sumber daya
gas alam dan melengkapi peran PGN sebagai pemain tengah sungai satu-satunya di Indonesia.
Pemegang saham langsung SAKA adalah PGN dan PT PGAS Solution (anak perusahaan PGN
lainnya) dengan kepemilikan masing-masing 99,997% dan 0,003%.
4.2 Hubungan Masyarakat dengan PGN SAKA
Pak Ainur Rofiq mengatakan apabila sebelum ada PGN SAKA fasilitas yang di BMC itu minim.
Pernah ada konflik dari masyarakat Ujungpangkah karena adanya PGN SAKA di daerahnya,
namun karena adanya Pak Subali yang mana dilakukan pendekatan dengan masyarakat sehingga
konflik yang ada pun meredah. Masyarakat menganggap apabila orang yang memiliki pangkat
tinggi akan angkuh/sombong.
Dahulu BMC adalah tempat pembuangan sampah. Fasilitas (Jembatan dan Pembangunan
lainnya) ada karena bantuan dari PGN SAKA, yang mana hal tersebut baru berjalan kurang lebih
1 tahun. Bahkan masyarakat mendapatkan bantuan sembako dari PGN SAKA. Karena hal
tersebut saat ini hubungan antara masyarakat dan PGN SAKA membaik.
4.3 Pengolahan Lingkungan Perihal Pengolahan Lingkungan Banyu Urip disampaikan oleh pak
Mughni selaku Pengolah Lingkungan Banyu Urip Mangrove Center (BMC). Beliau pernah
mendapatkan penghargaan pelopor sebagai bentuk kepeduliannya terhadap lingkungan. Sejak
Juli 1999, beliau bersama masyarakat berinisiatif untuk membuat program kerja, masyarakat
menginginkan TPI di saat tempat masih tidak memungkinkan. Sehingga akhirnya berhasil
membangun TPI yang megah, pembangunan jalan, jembatan dari sumbangan para relawan dan
sekarang dibantu oleh PGN SAKA.
Pak Mughni mengadakan penanaman bibit mangrove bersama masyarakat sehingga saat ini
kelimpahan mangrove dan kepiting meningkat. Selain itu, pak Mughni juga sering mendampingi
mahasiswa untuk mempelajari mangrove. PGN SAKA sangat membantu pak Mughni dalam hal
mempelajari jenis-jenis mangrove sehingga pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya tidak
dipahami bisa beliau jawab dengan tepat. Penambahan mangrove dari luar beliau lakukan guna
menambah populasi mangrove di Banyu Urip Mangrove Center (BMC). Dampak dari
pengeboran yang dilakukan PGN SAKA tidak berpengaruh terhadap penanaman malah yang
didapatkan adalah dampak positif karena dibantu menanam (Penanaman Mangrove). Yang
menggagas penanama bibit mangrove adalah pak Subali sendiri.
4.4 Alat Tangkap yang Digunakan Di Ujungpangkah ada yang memakai alat tangkap Trawl
dengan ukuran 1 inc sehingga membuat ikan yang belum siap tangkap semua tertangkap dan
membuat populasi berkurang. Jarak antara BMC dengan wilayah pengeboran sekitar 2 jam
setengah (Pulang Pergi). Sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat
Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia. Di Indonesia pelarangan alat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, dimulai
dari penghapusan jaring trawl (pukat harimau)

Gambar 2. Saka Indonesia Pangkah

Sumber : Google
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Praktikum ini dilakukan melalui berbagai tahapan dan langkah kerja. Penelitian dimulai dengan
mendengar penjelasan dari 4 narasumber, kemudian dilanjut sesi tanya jawab antara pembicara
dan audiens dan terakhir dilakukan studi literatur secara lebih mendalam guna menunjang
persiapan pengambilan data lapangan. Metode pengumpulan data menggunakan data primer dan
sekunder. Perairan Ujungpangkah juga dekat dengan Perusahaan PGN SAKA. PT Saka Energi
Indonesia (PGN Saka) didirikan pada 27 Juni 2011.
Dahulu BMC adalah tempat pembuangan sampah. Fasilitas (Jembatan dan Pembangunan
lainnya) ada karena bantuan dari PGN SAKA, yang mana hal tersebut baru berjalan kurang lebih
1 tahun. Bahkan masyarakat mendapatkan bantuan sembako dari PGN SAKA. Karena hal
tersebut saat ini hubungan antara masyarakat dan PGN SAKA membaik. Penambahan mangrove
dari luar beliau lakukan guna menambah populasi mangrove di Banyu Urip Mangrove Center
(BMC).
Dampak dari pengeboran yang dilakukan PGN SAKA tidak berpengaruh terhadap penanaman
malah yang didapatkan adalah dampak positif karena dibantu menanam (Penanaman Mangrove).
Yang menggagas penanama bibit mangrove adalah pak Subali sendiri. Di Ujungpangkah ada
yang memakai alat tangkap Trawl dengan ukuran 1 inc sehingga membuat ikan yang belum siap
tangkap semua tertangkap dan membuat populasi berkurang.
5.2 Saran
Kondisi sosial yang rentan terhadap konflik dapat diminimalisir dengan adanya kelembagaan
setempat yang perlu disepakati bersama sebagai kontrol sosial. Sebagaimana aktor yang menjadi
penengah antar pihak yang bersengketa, perlu kiranya jaminan perlindungan aktor – aktor yang
berpengaruh seperti dari kepala desa dan/atau kepala lembaga non formal lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Mokhamad Asyief Khasan Budiman. 2019. STRATEGI PENGELOLAAN WILAYAH UJUNG
PANGKAH KABUPATEN GRESIK JAWA TIMUR BERDASARKAN ASPEK EKOLOGI,
EKONOMI, DAN SOSIAL. Institut Pertanian Bogor. Siti Laila Rufaidah. 2015. Pengantar
Sosiologi Perikanan Melalui Pendekatan Aquaticand marineip prenersh melalui kelompok
pembudidaya ikan di Selayar. Diakses pada Rabu, 11 Maret 2015.
https://sitilailarufaidah.blogspot.com/2015/03/pengantar-sosiologiperikanan-melalui_11.html
Mita Rosaliza. 2015. Wawancara Sebuah Interaksi Komunikasi Dalam Penelitian Kualitatif.
Jurnal Ilmu Budaya, 11 (2). 71-79
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 58/PERMEN-KP/2020 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP .
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 59/PERMEN-KP/2020 TENTANG JALUR PENANGKAPAN IKAN DAN ALAT .
PENANGKAPAN IKAN DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA DAN LAUT LEPAS
LAMPIRAN

Dokumentasi Kegiata

Anda mungkin juga menyukai