Anda di halaman 1dari 24

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

Dosen Pembimbing: Dra. Rosni, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 8

Zainah 3212131007

Nina Mayura Rangkuty 3211131007


Isnaini 3213131047

Sri Arfina Sari 3212331001

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TUHAN yang telah memberikan segala limpahan nikmatnya
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan syukur dan salam semoga tercurahkan Dan
semoga limpahan rahmat dan keselamatan tercurahkan pula. Makalah ini disusun untuk
memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna perluasan Pengetahuan, Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga pekerjaan ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan Makalah ini penulis tidak menutup kemungkinan tidak adanya
kesalahan dan kehilafan sebab itu berharap penulis berharap untuk diberi kritikan dan saran yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Medan, 20 Oktober 2022

Penulis
Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................................3
1.3 TUJUAN..............................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
2.1 KONSEP DASAR PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS).......................................................4
2.1.1 Tujuan Pengelolaan DAS............................................................................................................5
2.1.2 Komponen Pengelolaan DAS.....................................................................................................5
2.1.3 Lingkup Pengelolaan DAS.........................................................................................................7
2.1.4 Konsep Keterpaduan Pengelolaan DAS......................................................................................8
2.1.5 Pentingnya Pengelolaan DAS Terpadu.......................................................................................9
2.1.6 Kerangka Pikir Pengelolaan DAS Terpadu...............................................................................10
2.1.7 Implementasi Pengelolaan DAS Terpadu.................................................................................10
2.1.8 Pengelolaan Sumberdaya Air....................................................................................................11
2.1.9 Manajemen Kualitas Air...........................................................................................................12
2.2 KARAKTERISTIK SUMBERDAYA DAS.................................................................................................12
2.2.1 Biofisik.....................................................................................................................................12
2.2.2 Klimatis dan Hidrologi.............................................................................................................13
2.2.3 Sosial Ekonomi.........................................................................................................................13
2.2.4 Organisasi Pengelola dan Aspek Kelembagaan........................................................................13
2.3 STAKEHOLDERS PENGELOLAAN DAS DAN PERANANNYA................................................................14
2.4 RENCANA TINDAK PENGELOLAAN DAS TERPADU........................................................16
2.4.1 Kerangka Pikir Perencanaan.....................................................................................................17
2.4.2 Ruang Lingkup dan Posisi Rencana Pengelolaan DAS Terpadu...............................................17
2.4.3 Prinsip-prinsip Pengelolaan DAS.............................................................................................18
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................19
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................................19
3.2 SARAN..............................................................................................................................................19

iii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur
utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia sebagai
pelaku pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS di beberapa tempat di Indonesia memikul
beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi dan
pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi belakangan ini bahwa
kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi dan
sedimentasi, banjir, dan kekeringan. Disisi lain tuntutan terhadap kemampuannya dalam
menunjang system kehidupan, baik masyarakat di bagian hulu maupun hilir demikian besarnya.
Sebagai suatu kesatuan tata air, DAS dipengaruhi kondisi bagian hulu khususnya kondisi
biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air yang di banyak tempat rawan terhadap
ancaman gangguan manusia. Hal ini mencerminkan bahwa kelestarian DAS ditentukan oleh pola
perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan tingkat pengelolaan yang sangat erat kaitannya dengan
pengaturan kelembagaan (institutional arrangement).
Tidak optimalnya kondisi DAS antara lain disebabkan tidak adanya adanya
ketidakterpaduan antar sektor dan antar wilayah dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan DAS tersebut. Dengan kata lain, masing-masing berjalan sendiri-sendiri dengan
tujuan yang kadangkala bertolak belakang. Sulitnya koordinasi dan sinkronisasi tersebut lebih
terasa dengan adanya otonomi daerah dalam pemerintahan dan pembangunan dimana daerah
berlomba memacu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada.
Permasalahan ego-sektoral dan ego-kedaerahan ini akan menjadi sangat komplek pada
DAS yang lintas kabupaten/kota dan lintas propinsi. Oleh karena itu, dalam rangka memperbaiki
kinerja pembangunan dalam DAS maka perlu dilakukan pengelolaan DAS secara terpadu.
Pengelolaan DAS terpadu dilakukan secara menyeluruh mulai keterpaduan kebijakan,
penentuan sasaran dan tujuan, rencana kegiatan, implementasi program yang telah direncanakan
serta monitoring dan evaluasi hasil kegiatan secara terpadu. Pengelolaan DAS terpadu selain
1
mempertimbangkan faktor biofisik dari hulu sampai hilir juga perlu mempertimbangkan faktor
sosial-ekonomi, kelembagaan, dan hukum. Dengan kata lain, pengelolaan DAS terpadu
diharapkan dapat melakukan kajian integratif dan menyeluruh terhadap permasalahan yang ada,
upaya pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam skala DAS secara efektif dan efisien.
Berdasarkan sudut pandang biofisik, yang dimaksud dengan daerah Aliran Sungai (DAS)
adalah suatu wilayah daratan tertentu yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-
anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas di daratan
(UU air Pasal 1 ayat 11 UU No. 7 Tahun 2004) .
Sementara dari sudut pandang pengelolaan, Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu
kesatuan ekosistem yang unsur - unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air dan
vegetasi) serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat dan pengelola sumberdaya alam
tersebut. DAS dipandang sebagai basis utama yang tepat dalam membentuk unit pembangunan
berkelanjutan yang berpilarkan ekologi, ekonomi dan sosial dikarenakan beberapa hal, yaitu :
DAS merupakan sistem alami yang jelas batas-batasnya, rentang area dimulai dari pegunungan
sampai dengan pesisir beserta area diantaranya, dapat memberikan pandangan secara holistik
dari berbagai komponen pembentuknya, memperlihatkan bagaimana ekosistem dataran tinggi,
rendah dan pesisir saling berhubungan dan sederhana dalam memonitoring pengaruh berbagai
aktifitas/kegiatan terhadap lingkungan. Sebagai sebuah unit pembangunan berkelanjutan sistem
DAS mempunyai kerangka kerja yang mendorong kolaborasi atau kerjasama diantara
stakeholder (pemangku kewajiban) untuk mengelola, mempertahankan dan mendistribusikan
manfaat kepada stakeholder generasi sekarang dan mendatang, diantara dan diluar unit tersebut.
Sehingga sangatlah tepat apabila dikatakan bahwa suatuDaerah Aliran Sungai merupakan
suatu megasistem kompleks yang dibangun atas sistem fisik (physical systems), sistem biologis
(biological systems) dan sistem manusia (human systems) dimana setiap sistem dan sub-sub
sistem di dalamnya saling berinteraksi. DAS sebagai suatu sistem akan memelihara
keberadaannya dan berfungsi sebagai sebuah kesatuan melalui interaksi antar komponennya.
Kualitas output dari suatu ekosistem sangat ditentukan oleh kualitas interaksi antar
komponennya, sehingga dalam proses ini peranan tiap-tiap komponen dan hubungan antar

2
komponen sangat menentukan kualitas ekosistem DAS (Senge, 1994 dan Kartodihardjo et al.,
2004).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa Konsep Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
2. Siapa-siapa Pihak yang Terlibat dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
3. Apa Peranan dari Pihak-pihak yang Terlibat dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(DAS)
4. Apa Rencana Tindak dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
5. Bagaimana Contoh Kasus yang terjadi dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui Konsep-konsep Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
2. Mengetahui Pihak-pihak yang Terlibat dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
3. Mengetahui Peranan Pihak-pihak yang Terlibat dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
4. Mengetahui Rencana Tindak dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
5. Memberikan Contoh Kasus yang Biasa terjadi dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)


Tanah dan air dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan karunia
sekaligus amanah Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya
yang perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Hal itu sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta makna yang terkandung
dalam falsafah dan dasar negara Pancasila. Untuk mewujudkan amanat Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, Undang-Undang
tentang Konservasi Tanah dan Air ini menyatakan bahwa negara mengatur dan
menyelenggarakan Konservasi Tanah dan Air yang pelaksanaan kewenangannya dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota dengan
mengindahkan kaidah Konservasi Tanah dan Air serta tetap menghormati hak yang dimiliki oleh
Setiap Orang. Sejalan dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sebagai landasan konstitusional yang mewajibkan agar bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat, penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air senantiasa mengandung jiwa
dan semangat kerakyatan, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Konservasi Tanah dan Air dilaksanakan dengan cara pengendalian konversi penggunaan
Lahan Prima, serta pengamanan dan penataan kawasan. Pemulihan Fungsi Tanah pada Lahan
dilaksanakan pada Lahan Kritis dan Lahan Rusak dengan metode vegetatif berupa penanaman
tanaman konservasi, dan/atau sipil teknis berupa pembuatan bangunan Konservasi Tanah dan
Air. Metode sipil teknis tidak dilakukan dalam Kawasan Lindung. Peningkatan Fungsi Tanah
pada Lahan dilaksanakan pada Lahan Kritis dan Lahan Rusak dengan metode agronomi,
vegetatif, dan sipil teknis. Pemeliharaan Fungsi Tanah pada Lahan dilaksanakan pada Lahan
Prima, Lahan Kritis, dan Lahan Rusak yang telah dipulihkan dan ditingkatkan fungsinya dengan
menggunakan metode agronomi dan pemeliharaan bangunan Konservasi Tanah dan Air.
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) secara Terpadu merupakan sebuah pendekatan
holistik dalam mengelola sumberdaya alam yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan
masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam secara berkesinambungan. Di daerah dataran
tinggi curah hujan yang jatuh akan mengalir dan berkumpul pada beberapa parit, anak sungai,
dan kemudian menuju ke sebuah sungai. Keseluruhan daerah yang menyediakan air bagi anak
sungai dan sungai-sungai tersebut merupakan daerah tangkapan air (Catchment area), dikenal
sebagai Daerah Aliran Sungai (DAS).
DAS merupakan unit hydro-geologis yang meliputi daerah dalam sebuah tempat
penyaluran air. Air hujan yang jatuh di daerah ini mengalir melalui suatu pola aliran permukaan
menuju suatu titik yang disebut outlet aliran air. Untuk tujuan pengelolaan dan perlindungan,

4
DAS dibagi menjadi tiga bagian, yaitu DAS bagian hulu, DAS bagian tengah dan DAS bagian
hilir. Daerah hulu merupakan daerah yang berada dekat dengan aliran sungai yang merupakan
tempat tertinggi dalam suatu DAS, sedangkan daerah hilir adalah daerah yang dekat dengan jalan
ke luar air bagi setiap DAS dan daerah tengah adalah daerah yang terletak di antara daerah hulu
dan daerah hilir.
DAS memiliki aspek sosial yang kompleks. Sebagian penduduk yang memiliki tanah di
DAS atau yang bergantung pada sumber DAS tidak tinggal di dalam DAS tersebut. Dengan kata
lain ada petani yang tinggal di luar DAS, yang merupakan pemilik lahan pertanian yang terletak
dalam suatu DAS atau penduduk yang memanfaatkan sumber daya alam ini. Ada petani yang
tidak memiliki lahan garapan, dan ada petani yang memiliki lahan di beberapa DAS. Aspek
sosial ini sangat berperan dalam pembentukan sebuah lembaga yang mengelola program DAS.
Oleh karena itu, kompleksitas ini sangat penting untuk dipahami sebelum sebuah lembaga
terbentuk.

2.1.1 Tujuan Pengelolaan DAS


Tujuan pengelolaan DAS terpadu adalah membantu masyarakat mengembangkan visinya
tentang apa yang mereka inginkan terhadap DAS yang berada di daerah mereka, misalnya dalam
10 tahun ke depan, dan mencari strategi untuk mencapai visi tersebut. Program ini hanya
menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi yang secara kritis dipicu
oleh faktor pemicu dan mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dibutuhkan untuk
memenuhi visi tersebut.
Maksud pengelolaan DAS terpadu adalah suatu pendekatan yang melibatkan teknologi
tepat guna dan strategi sosial untuk memaksimalkan pengembangan lahan, hutan, air dan
sumebrdaya manusia dalam suatu daerah aliran sungai, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan manusia secara berkesinambungan. Dengan kata lain pengelolaan DAS ini bertujuan
agar generasi masa depan dapat menikmati sumberdaya alam yang lebih sehat dan lebih
produktif dari generasi sekarang. Di masa mendatang penduduk jangan lagi dianggap hanya
penerima manfaat, tetapi mereka harus ikut berpartisipasi aktif mulai dari perencanaan,
pembuatan anggaran dan pelaksanaan kegiatan di lapangan.

2.1.2 Komponen Pengelolaan DAS


Program pengelolaan DAS terpadu adalah sebuah paket yang menyatukan semua
komponen DAS berdasarkan prioritas masyarakatnya. Program ini memiliki komponen-
komponen sebagai berikut:
1. Pengembangan Sumberdaya Alam: Lahan, Hutan dan Air
Penduduk yang tinggal dalam DAS dan menggunakan sumberdaya alam tersebut
merupakan bagian penting dari program pengelolaan DAS. Mereka merupakan sumber utama
dan perlu menginvestasikan dananya demi kemajuan pengelolaan DAS. Program ini harus
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen penduduk akan perlunya perlindungan

5
sumberdaya alam agar saling menguntungkan. (Peternak harus memberi makan dan memelihara
sapi yang dimiliki agar dapat diperas susunya; hal ini sama dengan kebutuhan untuk memelihara
dan melindungi sumberdaya alam agar dapat menghasilkan jasa-jasanya, termasuk jasa-jasa
lingkungan). Disamping itu, pengembangan keahlian, kearifan dan rasa percaya diri penduduk
dalam mengelola dan meningkatkan sumberdaya alam sangat dibutuhkan. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberi dukungan bagi kelompok dalam membina kelembagaan yang
mengembangkan visi/misi mereka, sebuah strategi untuk memenuhi visi mereka.
2. Tindakan pengendalian untuk meminimumkan laju degradasi dan memperbaiki
sumberdaya alam
Tindakan ini termasuk pengendalian lahan yang dapat ditanami (baik milik pribadi yang
ditanami ataupun lahan tidur milik pribadi), lahan tidur, aliran air dan kelembagaan sosial.
Tindakan ini juga meliputi perbaikan sumberdaya alam seperti pohon, tanaman semusim, hutan,
air permukaan, dll.
3. Pengelolaan Sumberdaya Alam: Lahan, Hutan dan Air
Pengelolaan sumberdaya alam sama pentingnya dengan menumbuhkannya. Jika tidak
dilakukan maka akan menyebabkan degradasi. Misalnya:
o Pengelolaan tanah yang efektif memerlukan pengelolaan kesuburannya secara terpadu
untuk mempertahankan tingkat produktivitas tanaman pangan.
o Pengelolaan air yang meliputi kegiatan untuk meningkatkan penggunaan air tanah
(green water) dan air permukaan (blue water) secara efisien seperti pengontrolan irigasi yang
berlebihan, penggunaan sistem irigasi drip (menetes) atau pot (lubang didalam tanah),
penanaman bersistem tadah hujan, penanaman yang tidak membutuhkan banyak air dll.
o Pengelolaan sumberdaya alam seperti hutan lestari, penampungan limbah organik,
penampungan air hujan dll, meliputi penyusunan strategi yang melibatkan penduduk yang
mengelola sumberdaya alam tersebut (perlindungan hutan dengan menggunakan dana dan
proyek tidaklah cukup).
4. Diversifikasi Mata Pencaharian
Dalam sebuah pendekatan pengelolaan DAS terpadu, peningiatan pendapatan rumahtangga
melalui non-pertanian sangat penting untuk dlakukan, karena hal ini dapat mengurangi tekanan
pada sumberdaya alam dan memberi kesempatan pada penduduk yang tidak mempunyai lahan
pertanian atau penduduk sekitar yang tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dari kegiatan
yang berhubungan dengan pertanian saja. Dalam situasi pertanian yang tidak menguntungkan,
seperti pada daerah rawan kekeringan, hal ini perlu dilaksanakan oleh penduduk miskin di
pedesaan. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan penyuluhan seperti peternakan dan pertanian.
Kegiatan ini seperti perdagangan dan usaha berskala kecil juga cukup membantu. Akan tetapi,
beberapa penduduk pada awalnya kurang terterik untuk melaksanakan kegiatan ini karena
kurangnya keahlian, pengetahuan, rasa percaya diri ataupun modal usaha.

6
Oleh karena itu, pengenalan potensi untuk mendukung penduduk yang berkeinginan
melaksanakan kegiatan tersebut sangat penting untuk dilakukan. Disamping itu, perlu diketahui
juga strategi rumahtangga pedesaan dalam memenuhi kebutuhan dan kecukupan pangannya.
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur
utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia sebagai
pelaku pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS di beberapa tempat di Indonesia memikul
beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi dan
pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi belakangan ini bahwa
kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi dan
sedimentasi, banjir, dan kekeringan. Disisi lain tuntutan terhadap kemampuannya dalam
menunjang system kehidupan, baik masyarakat di bagian hulu maupun hilir demikian besarnya.
Sebagai suatu kesatuan tata air, DAS dipengaruhi kondisi bagian hulu, khususnya kondisi
biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air yang di banyak tempat rawan terhadap
ancaman gangguan manusia. Hal ini mencerminkan bahwa kelestarian DAS ditentukan oleh pola
perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan tingkat pengelolaan yang sangat erat kaitannya dengan
pengaturan kelembagaan (institutional arrangement).
Tidak optimalnya kondisi DAS antara lain disebabkan tidak adanya adanya
ketidakterpaduan antar sektor dan antar wilayah dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan DAS tersebut. Dengan kata lain, masing-masing berjalan sendiri-sendiri dengan
tujuan yang kadangkala bertolak belakang. Sulitnya koordinasi dan sinkronisasi tersebut lebih
terasa dengan adanya otonomi daerah dalam pemerintahan dan pembangunan dimana daerah
berlomba memacu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada.
Permasalahan ego-sektoral dan ego-kedaerahan ini akan menjadi sangat komplek pada
DAS yang lintas kabupaten/kota dan lintas propinsi. Oleh karena itu, dalam rangka memperbaiki
kinerja pembangunan dalam DAS maka perlu dilakukan pengelolaan DAS secara terpadu.
Pengelolaan DAS terpadu dilakukan secara menyeluruh mulai keterpaduan kebijakan,
penentuan sasaran dan tujuan, rencana kegiatan, implementasi program yang telah direncanakan
serta monitoring dan evaluasi hasil kegiatan secara terpadu. Pengelolaan DAS terpadu selain
mempertimbangkan faktor biofisik dari hulu sampai hilir juga perlu mempertimbangkan faktor
sosial-ekonomi, kelembagaan, dan hukum. Dengan kata lain, pengelolaan DAS terpadu
diharapkan dapat melakukan kajian integratif dan menyeluruh terhadap permasalahan yang ada,
upaya pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam skala DAS secara efektif dan efisien.

2.1.3 Lingkup Pengelolaan DAS


Sasaran wilayah pengelolaan DAS adalah wilayah DAS yang utuh sebagai satu kesatuan
ekosistem yang membentang dari hulu hingga hilir. Penentuan sasaran wilayah DAS secara utuh
ini dimaksudkan agar upaya pengelolaan sumberdaya alam dapat dilakukan secara menyeluruh
dan terpadu berdasarkan satu kesatuan perencanaan yang telah mempertimbangkan keterkaitan

7
antar komponen-komponen penyusun ekosistem DAS (biogeofisik dan sosekbud) termasuk
pengaturan kelembagaan dan kegiatan monitoring dan evaluasi. Kegiatan yang disebutkan
terakhir berfungsi sebagai instrumen pengelolaan yang akan menentukan apakah kegiatan yang
dilakukan telah/tidak mencapai sasaran.
Ruang lingkup pengelolaan DAS secara umum meliputi perencanaan, pengorganisasian,
implementasi/pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap upaya - upaya pokok berikut:
a) Pengelolaan ruang melalui usaha pengaturan penggunaan lahan (landuse) dan
konservasi tanah dalam arti yang luas.
b) Pengelolaan sumberdaya air melalui konservasi, pengembangan, penggunaan dan
pengendalian daya rusak air.
c) Pengelolaan vegetasi yang meliputi pengelolaan hutan dan jenis vegetasi darat lainnya
yang memiliki fungsi produksi dan perlindungan terhadap tanah dan air.
d) Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia termasuk pengembangan kapasitas
kelembagaan dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana, sehingga ikut
berperan dalam upaya pengelolaan DAS.

2.1.4 Konsep Keterpaduan Pengelolaan DAS


Beberapa istilah yang perlu dipahami dan disepakati bersama dalam pengelolaan DAS
adalah sebagai berikut:
a) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah topografis yang berfungsi
menampung air yang berasal dari curah hujan, menyimpan dan mengalirkannya melalui ke danau
atau ke laut secara alami.
b) Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui
anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS – Sub DAS.
c) Satuan Wilayah Sungai (SWS) adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air
dalam satu atau lebih DAS dan atau satu atau lebih pulau-pulau kecil , termasuk cekungan air
bawah tanah yang berada di bawahnya.
d) Cekungan air bawah tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas
hidrogeologis, temapat sema kejadian hidrologis seperti proses pengibuhann, pengaliran,
pelepasan air bawah tanah berlangsung.
e) Pengelolaan DAS adalah upaya manusia di dalam mengendalikan hubungan timbal balik
antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktifitasnya, dengan tujuan
membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan manfaat sumberdaya alam
bagi manusia secara berkelanjutan.

8
f) Pengelolaan DAS Secara Terpadu adalah suatu proses formulasi dan implementasi
kebijakan dan kegiatan yang menyangkut pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan
manusia dalam suatu DAS secara utuh dengan mempertimbangkan aspek-aspek fisik, sosial,
ekonomi dan kelembagaan di dalam dan sekitar DAS untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
g) Rencana Pengelolaan DAS merupakan konsep pembangunan yang mengakomodasikan
berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dijabarkan secara menyeluruh dan
terpadu dalam suatu rencana berjangka pendek, menengah maupun panjang yang memuat
perumusan masalah spesifik di dalam DAS, sasaran dan tujuan pengelolaan, arahan kegiatan
dalam pemanfaatan, peningkatan dan pelestarian sumberdaya alam air, tanah dan vegetasi,
pengembangan sumberdaya manusia, arahan model pengelolaan DAS, serta sistem monitoring
dan evaluasi kegiatan pengelolaan DAS.
h) Tata air DAS adalah hubungan kesatuan individual unsur-unsur hidrologis yang meliputi
hujan, aliran permukaan dan aliran sungai, peresapan, aliran air tanah, evapotranspirasi dan unsur
lainnya yang mempengaruhi neraca air suatu DAS.
i) Lahan kritis adalah lahan yang keadaan biofisiknya sedemikian rupa sehingga lahan
tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media produksi
maupun sebagai media tata air.
j) Konservasi tanah adalah upaya mempertahankan, merehabilitasi dan meningkatkan daya
guna lahan sesuai dengan peruntukannya.
k) Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) adalah upaya manusia untuk
memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan daya dukung lahan agar berfungsi optimal
sesuai dengan peruntukannya.

2.1.5 Pentingnya Pengelolaan DAS Terpadu


Pentingnya asas keterpaduan dalam pengelolaan DAS erat kaitannya dengan pendekatan
yang digunakan dalam pengelolaan DAS, yaitu pendekatan ekosistem. Ekosistem DAS
merupakan sistem yang kompleks karena melibatkan berbagai komponen biogeofisik dan sosial
ekonomi dan budaya yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Kompleksitas ekosistem DAS
mempersyaratkan suatu pendekatan pengelolaan yang bersifat multi-sektor, lintas daerah,
termasuk kelembagaan dengan kepentingan masing-masing serta mempertim- bangkan
prinsipprinsip saling ketergantungan. Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam
pengelolaan DAS :
a) Terdapat keterkaitan antara berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
pembinaan aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam.
b) Melibatkan berbagai disiplin ilmu dan mencakup berbagai kegiatan yang tidak selalu
saling mendukung.
c) Meliputi daerah hulu, tengah, dan hilir yang mempunyai keterkaitan biofisik dalam
bentuk daur hidrologi.

9
2.1.6 Kerangka Pikir Pengelolaan DAS Terpadu
Pengelolaan DAS Terpadu pada dasarnya merupakan bentuk pengelolaan yang bersifat
partisipatif dari berbagai pihak - pihak yang berkepentingan dalam memanfaatkan dan
konservasi sumberdaya alam pada tingkat DAS. Pengelolaan partisipatif ini mempersyaratkan
adanya rasa saling mempercayai, keterbukaan, rasa tanggung jawab, dan mempunyai rasa
ketergantungan (interdependency) di antara sesama stakeholder. Demikian pula masing-masing
stakeholder harus jelas kedudukan dan tanggung jawab yang harus diperankan. Hal lain yang
cukup penting dalam pengelolaan DAS terpadu adalah adanya distribusi pembiayaan dan
keuntungan yang proporsional di antara pihak - pihak yang berkepentingan. Dalam
melaksanakan pengelolaan DAS, tujuan dan sasaran yang diinginkan harus dinyatakan dengan
jelas.
Tujuan umum pengelolaan DAS terpadu adalah :
(1) Terselenggaranya koordinasi, keterpaduan, keserasian dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, monitoring dan evaluasi DAS.
(2) Terkendalinya hubungan timbal balik sumberdaya alam dan lingkungan DAS dengan
kegiatan manusia guna kelestarian fungsi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Sasaran pengelolaan DAS yang ingin dicapai pada dasarnya adalah:
(1) Terciptanya kondisi hidrologis DAS yang optimal.
(2)Meningkatnya produktivitas lahan yang diikuti oleh perbaikan kesejahteraan
masyarakat.
(3) Tertata dan berkembangnya kelembagaan formal dan informal masyarakat dalam
penyelenggaraan pengelolaan DAS dan konservasi tanah.
(4) Meningkatnya kesadaran dan partisipasi mayarakat dalam penyelenggaraan
pengelolaan DAS secara berkelanjutan.
(5) Terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan
berkeadilan.
Oleh karena itu, perumusan program dan kegiatan pengelolaan DAS selain harus mengarah
pada pencapaian tujuan dan sasaran perlu pula disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi
dengan mempertimbangkan adanya pergeseran paradigma dalam pengelolaan DAS, karakteristik
biogeofisik dan sosekbud DAS, peraturan dan perundangan yang berlaku serta prinsip-prinsip
dasar pengelolaan DAS.

2.1.7 Implementasi Pengelolaan DAS Terpadu


Pengelolaan Terpadu DAS pada dasarnya merupakan pengelolaan partisipasi berbagai
sektor/sub sektor yang berkepentigan dalam pemanfaatan sumberdaya alam pada suatu DAS,

10
sehingga di antara mereka saling mempercayai, ada keterbukaan, mempunyai rasa tanggung
jawab dan saling mempunyai ketergantungan (inter-dependency). Demikian pula dengan biaya
kegiatan pengelolaan DAS, selayaknya tidak lagi seluruhnya dibebankan kepada pemerintah
tetapi harus ditanggung oleh semua pihak yang memanfaatkan dan semua yang berkepentingan
dengan kelestariannya.
Untuk dapat menjamin kelestarian DAS, pelaksanaan pengelolaan DAS harus mengikuti
prinsipprinsip dasar hidrologi. Dalam sistem ekologi DAS, komponen masukan utama terdiri
atas curah hujan sedang komponen keluaran terdiri atas debit aliran dan muatan sedimen,
termasuk unsur hara dan bahan pencemar di dalamnya. DAS yang terdiri atas komponen-
komponen vegetasi, tanah, topografi, air/sungai, dan manusia berfungsi sebagai prosesor.

2.1.8 Pengelolaan Sumberdaya Air


1. Manajemen Kuantitas Air (Penyediaan Air)
a. Pembangunan Sumberdaya Air
Menyiapkan rencana induk pengembangan sumberdaya air termasuk di dalamnya neraca
air, yang melibatkan berbagai instansi terkait serta melaksanakan pembangunan prasarana
pengairan (sesuai dengan penugasan yang diberikan) dalam rangka mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya air.
b. Prediksi Kekeringan
Melakukan pemantauan dan pengolahan data hidrologis, membuat prediksi kemungkinan
terjadinya kekeringan (mungkin menggunakan fasilitas telemetri dan bantuan simulasi komputer
yang dihubungkan dengan basis data nasional dan internasional).
c. Penanggulangan Kekeringan
Secara aktif bersama Dinas/Instansi terkait dalam Satkorlak-PBA melakukan upaya
penanggulangan pada saat terjadi kekeringan yang tidak dapat terelakkan.
d. Perijinan Penggunaan Air
Memberikan rekomendasi teknis atas penerbitan ijin penggunaan air dengan
memperhatikan optimasi manfaat sumber daya yang tersedia.
e. Alokasi Air
Menyusun konsep pola operasi waduk/alokasi air untuk mendapatkan optimasi
pengalokasian air
f. Distribusi Air
Melakukan pengendalian distribusi air bersama Dinas/Instansi terkait dengan bantuan
telemetri untuk melaksanakan ketetapan alokasi air.

11
2.1.9 Manajemen Kualitas Air
a. Perencanaan Pengendalian Kualitas Air
Bersama Dinas/Instansi terkait menyiapkan rencana induk dan program kerja jangka
menengah dan tahunan pengendalian pencemaran air dan peningkatan kualitas air.
b. Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Air
Berdasarkan rencana induk, melakukan pemantauan dan pengendalian kualitas air yang
melibatkan berbagai instansi terkait. Pemantauan dilakukan secara periodik (baik kualitas air
sungai maupun buangan limbah cair yang dominan) dan melaksanakan pengujian laboratorium
serta evaluasi terhadap hasil uji tersebut. Rekomendasi diberikan kepada Pemerintah Daerah
(Gubernur maupun Bapedalda) dalam upaya pengendalian pencemaran air, penegakan aturan dan
peningkatan kualitas air sungai.
c. Penyediaan Debit Pemeliharaan Sungai
Berdasarkan pola operasi waduk dan/atau kondisi lapangan, dapat disediakan sejumlah
debit pemeliharaan sungai setelah mendapatkan pengesahan alokasi dari Dewan DAS Propinsi.
d. Peningkatan Daya Dukung Sungai
Pelaksanaan peningkatan daya dukung sungai dengan melaksanakan upaya pengendalian di
instream (penggelontoran, penyediaan debit pemeliharaan, peningkatan kemampuan asimilasi
sungai) dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengendalian di off-stream (pada sumber
pencemar) melalui instrumen hukum maupun instrumen ekonomi di samping melaksanakan
kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan kontrol sosial dari masyarakat.
e. Bersama dengan instansi/dinas terkait menyelenggarakan koordinasi penyiapan program
dan implementasi pengendalian pencemaran dan limbah domestik, industri dan pertanian.

2.2 KARAKTERISTIK SUMBERDAYA DAS

2.2.1 Biofisik
Lingkungan biofisik Daerah Aliran Sungai meliputi:
a) Bentuk wilayah (topologi, bentuk dan luas DAS, dan lain-lain);
b) Tanah (jenis tanah, sifat kimia/fisik, kelas kemampuan, kelas kesesuaian dan lain-lain)
c) Vegetasi/hutan (jenis, kerapatan, penyebaran dan lain-lain)
d) Geologi dan Geomorfologi.

12
2.2.2 Klimatis dan Hidrologi
Kondisi iklim yang sangat erat kaitannya dengan pengelolaan DAS adalah curah
hujan/presipitasi. Besaran curah hujan, distribusi/sebaran spasial maupun sebaran waktunya
sangat mempengaruhi respon hidrologi dari DAS yang bersangkutan. Sedangkan parameter
hidrologi yang penting adalah hasil Air (kualitas dan kuantitas air, dan kontinuitasnya).

2.2.3 Sosial Ekonomi


Kondisi sosial ekonomi akan berbeda-beda untuk DAS yang berbeda pula. Sebaran
penduduk baik secara spasial, umur maupun jenis kelamin, mata pencaharian penduduk, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan masyarakat, tingkat ketergantungan masyarakat terhadap
sumberdaya alam, kebiasan/adat istiadat masyarakat yang terkait dengan pengelolaan
sumberdaya alam di dalam kawasan DAS, pola penggunaan lahan dan lain-lain.

2.2.4 Organisasi Pengelola dan Aspek Kelembagaan


Karyana (2001) mengemukakan bahwa secara umum permasalahan utama dalam
pembangunan pengelolaan DAS adalah belum mantapnya institusi dan lemahnya sistem
perencanaan yang komprehensif. Gejala umum yang timbuk dari kondisi di atas antara lain: (1)
masyarakat dalam DAS masih ditempatkan sebagai objek dan bukan subjek pembangunan (2)
manfaat pembangunan lebih banyak dinikmati oleh elit-elit tertentu dan belum terdistribusi
secara merata (3) masyarakat belum mampu untuk berpartisipasi secara nyata dalam proses
pembangunan (4) masyarakat masih menjadi bagian terpisah (eksternal) dari ekosistem DAS.
Sedangkan permasalahan utama dalam pengelolaan DAS dan konservasi tanah berkaitan
dengan masalah kelembagaan berupa : (1) perbedaan sistem nilai (value) masyarakat berkenaan
dengan kelangkaan sumberdaya, sehingga penanganan persoalan di Jawa berbeda dengan di luar
Jawa, (2) orientasi ekonomi yang kuat tidak diimbangi komitmen terhadap perlindungan fungsi
lingkungan yang berimplikasi pada munculnya persoalan dalam implementasi tata ruang, (3)
persoalan laten berkaitan dengan masalah agraria dan (4) kekosongan lembaga/instansi
pengontrol pelaksanaan program (Marwah, 2001).
• Beberapa institusi/organisasi yang terkait erat dengan kegiatan pengelolaan DAS adalah :
Tingkat Nasional :
Departemen Kehutanan,
Departemen Pertanian,
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah,
Departemen Kelautan dan Perikanan,
Departemen Pertambahan,
Kantor Kementerian Lingkungan Hidup,

13
Tingkat Regional dan lokal :
Pemerintahan Propinsi,
Pemerintahan Kabupaten,
Balai/ Unit RLKT,
Dinas Kehutanan,
Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah,
Balai/ Unit Konservasi Sumber Daya Alam,
Balai/ Unit Taman Nasional,
Dinas Pertanian,
Pekerjaan Umum,
LSM,
swasta dan lain-lain.

2.3 STAKEHOLDERS PENGELOLAAN DAS DAN PERANANNYA


Pengelolaan DAS terpadu merupakan upaya pengelolaan sumberdaya yang menyangkut
berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda, sehingga keberhasilannya sangat
ditentukan oleh banyak pihak, tidak semata-mata oleh pelaksana langsung di lapangan tetapi oleh
pihak-pihak yang berperan dari tahapan perencanaan, monitoring sampai dengan evaluasinya.
Masyarakat merupakan unsur pelaku utama, sedangkan pemerintah sebagai unsur pemegang
otoritas kebijakan, fasilitator dan pengawas yang direpresentasikan oleh instansi-intansi sektoral
Pusat dan Daerah yang terkait dengan Pengelolaan DAS. Stakeholder Pemerintah yang dapat
berperan aktif dalam kegiatan pengelolaan DAS antara lain : Departemen Kehutanan,
Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pertanian, Departemen
Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Departemen Perikanan dan Kelautan, Departemen
Kesehatan dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Departemen Kehutanan terutama berperan dalam penatagunaan hutan, pengelolaan
kawasan konservasi dan rehabilitasi DAS. Departemen Pekerjaan Umum berperan dalam
pengelolaan sumberdaya air dan tata ruang. Departemen Dalam Negeri berperan dalam
pemberdayaan masyarakat di tingkat daerah. Departemen Pertanian berperan dalam pembinaan
masyarakat dalam pemanfaatan lahan pertanian dan irigasi. Departemen ESDM berperan dalam
pengaturan air tanah, reklamasi kawasan tambang. Departemen Perikanan dan Kelautan berperan
dalam pengelolaan sumberdaya perairan, sedangkan KLH dan Departemen Kesehatan berperan
dalam pengendalian kualitas lingkungan.

14
Pemerintah Daerah Provinsi berperan sebagai koordinator/fasilitator/regulator/ supervisor
penyelenggaraan pengelolaan DAS skala provinsi dan memberi pertimbangan teknis penyusunan
rencana Pengelolaan DAS yang lintas Kabupaten/Kota, sedangkan Pemerintah Kabupaten/Kota
beserta instansi teknis terkait di dalamnya berperan sebagai koordinator/fasilitator/regulator/
supervisor penyelenggaraan pengelolaan DAS skala kabupaten/kota dan memberi pertimbangan
teknis penyusunan rencana Pengelolaan DAS di wilayah kabupaten/kota serta dapat berperan
sebagai pelaksana dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Pihak-pihak lain yang mendukung
keberhasilan pengelolaan DAS antara lain: unsur legislatif, yudikatif, Perguruan Tinggi,
Lembaga Penelitian, LSM dan Lembaga Donor.
Dengan demikian dalam satu wilayah DAS akan terdapat banyak pihak dengan masing-
masing kepentingan, kewenangan, bidang tugas dan tanggung jawab yang berbeda, sehingga
tidak mungkin dikoordinasikan dan dikendalikan dalam satu garis komando. Oleh karena itu
koordinasi yang dikembangkan adalah dengan mendasarkan pada hubungan fungsi melalui
pendekatan keterpaduan. Di antara para pihak yang terlibat harus dikembangkan prinsip saling
mempercayai, keterbukaan, tanggung jawab, dan saling membutuhkan. Dengan demikian dalam
pelaksanaan pengelolaan DAS terpadu ada kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap pihak
(siapa, mengerjakan apa, bilamana, dimana, dan bagaimana).
Sundawati dan Sanudin (2009) mengelompokkan stakeholder berdasar kemanfaatan
terhadap program/kegiatan, yaitu pemangku kepentingan primer (utama), pemangku kepentingan
sekunder (pendukung), dan pemangku kepentingan kunci. Pemangku kepentingan utama
merupakan pemangku kepentingan yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung atau
memperoleh manfaat dan terkena dampak langsung dari suatu kebijakan, program, dan proyek.
Pemangku kepentingan pendukung adalah pemangku kepentingan yang tidak memiliki kaitan
kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki
kepedulian dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap
masyarakat dan keputusan legal pemerintah. Pemangku kepentingan kunci merupakan pemangku
kepentingan yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan.
Peran masing-masing Pemangku Kepentingan (Stakeholder) Pengelolaan DAS :
1. Lembaga Pemerintah
a. Pemerintah Daerah Provinsi berperan:
- sebagai koordinator/ fasilitator/ regulator/ supervisor penyelenggaraan pengelolaan DAS
skala provinsi,
- memberi pertimbangan teknis penyusunan rencana Pengelolaan DAS yang lintas
Kabupaten/Kota
b. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berperan:
- koordinator/ fasilitator/ regulator/ supervisor penyelenggaraan pengelolaan DAS skala
kabupaten/kota,

15
- memberi pertimbangan teknis penyusunan rencana Pengelolaan DAS di wilayah
kabupaten/kota serta dapat berperan sebagai pelaksana dalam kegiatan-kegiatan tertentu
c. Dinas Kehutanan berperan:
- Memberdayakan masyarakat dalam bidang kehutanan dan perkebunan,
- penatagunaan hutan, pengelolaan kawasan konservasi dan rehabilitasi DAS
d. Dinas Pertanian berperan:
- Memberdayakan masyarakat dalam bidang pertanian,
- Pembangungan dan Pemanfaatan air pada jaringan irigasi tersier.
e. Dinas Perikanan berperan:
- pemanfaatan sumberdaya air.
f. Dinas Pengairan berperan:
- Pengelolaan dan pembangunan jaringan irigasi
- Membimbing masyarakat dalam perijinan pengairan,
g. Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan berperan:
- pengendalian kualitas lingkungan.
h. Dinas Pariwisata berperan:
- Memanfaatkan perairan sebagai wisata.
i. BPDAS berperan:
- Menyusunan rencana pengelolaan daerah aliran sungai;
- Mengembangkan model pengelolaan daerah aliran sungai;
- Pengembangan kelembagaan dan kemitraan pengelolaan daerah aliran sungai;
2. Lembaga Non Pemerintah
a. Perguruan Tinggi Swasta, berperan:
- sebagai lembaga independen yang bergerak di bidang research dan development DAS
b. Lembaga Swadaya Masyarakat, berperan:
- Sebagai memelihara dan memanfaatkan kuantitas dan kualitas air.

2.4 RENCANA TINDAK PENGELOLAAN DAS TERPADU

16
2.4.1 Kerangka Pikir Perencanaan
Perencanaan merupakan salah satu tahapan penyelengaraan Pengelolaan DAS, yang
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Kegiatan perencanaan
merupakan proses yang berulang berlandaskan pada isu utama, struktur masalah-masalah dan
perkembangan kondisi-kondisi yang tak terduga dalam perencanaan sebelumnya. Suatu
perencanaan memerlukan penjabaran dan analisis dari masalah dan penyelesaiannya berdasarkan
informasi yang ada serta kajian yang komprehensif. Proses ini memungkinkan untuk menentukan
tambahan informasi yang diperlukan dalam siklus berikutnya.
Rencana Pengelolaan DAS terpadu merupakan rencana jangka panjang, dengan
rentang waktu rencana disesuaikan dengan rencana pembangunan daerah bersangkutan.
Rencana Pengelolaan DAS Terpadu merupakan rencana jangka panjang yang bersifat strategis
dengan unit analisis DAS, SWP DAS, WS, DTA Waduk/Danau, atau Pulau-pulau Kecil.
Rencana jangka menengah bersifat semi detail pada tingkat wilayah yang lebih kecil seperti
tingkat Sub DAS dan Sub SWP DAS. Sedangkan rencana jangka pendek merupakan rencana
implementasi dan rencana teknis pada tingkat tapak.
Rencana pengelolaan DAS Terpadu merupakan rencana multi pihak yang disusun dengan
pendekatan partisipatif. Dengan demikian rencana ini memuat berbagai kepentingan dan
tujuan, serta sasaran yang harus diselesaikan melalui pendekatan multi disiplin, yang
diintegrasikan dalam satu sistem perencanaan.

2.4.2 Ruang Lingkup dan Posisi Rencana Pengelolaan DAS Terpadu


1. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu merupakan rencana jangka panjang yang bersifat
umum dengan batas ekosistem DAS, SWP DAS, DTA Waduk/Danau, atau Pulau-pulau kecil
secara utuh.
2. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu secara umum meliputi: Perumusan Tujuan dan
Sasaran, Strategi Pencapaian Tujuan, Perumusan Kegiatan dan Program yang didasarkan kepada
Data dan Informasi serta Kajian yang komprehensif (ekologi, ekonomi dan sosial,
kelembagaan), serta pemantauan dan evaluasi.
3. Program dan kegiatan indikatif pengelolaan DAS difokuskan pada upaya-upaya pokok
penataan kawasan/ruang, konservasi dan rehabilitasi hutan dan lahan, pengelolaan sumberdaya
air, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan DAS.
4. Posisi Rencana Pengelolaan DAS Terpadu :
1. Rencana yang bersifat umum ini dijadikan salah satu acuan, masukan dan pertimbangan
bagi kabupaten/kota dalam penyusunan RPJP, RPJM dan RKPD
2. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu merupakan salah satu acuan, masukan dan
pertimbangan bagi rencana sektoral yang lebih detail di wilayah Sub DAS/Sub SWP DAS.
3. Rencana Pengelolaan DAS sebagai instrumen pencapaian tujuan secara sistematik dan
instrumen pertanggung jawaban pengelola sumberdaya alam.

17
2.4.3 Prinsip-prinsip Pengelolaan DAS
Prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan DAS adalah :
1. Pengelolaan DAS berupa pemanfaatan, pemberdayaan, pembangunan, perlindungan dan
pengendalian sumberdaya alam DAS.
2. Pengelolaan DAS berlandaskan pada azas keterpaduan, kelestarian, kemanfaatan,
keadilan, kemandirian (kelayakan usaha) serta akuntabilitas.
3. Pengelolaan DAS diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
4. Pengelolaan DAS dilakukan melalui pendekatan ekosistem yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip satu DAS, satu rencana, satu sistem pengelolaan dengan
memperhatikan sistem pemerintahan yang desentralisasi sesuai jiwa otonomi yang luas,
nyata dan bertanggung jawab.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pengelolaan DAS terpadu mengandung pengertian bahwa unsur-unsur atau aspek-aspek
yang menyangkut kinerja DAS dapat dikelola dengan optimal sehingga terjadi sinergi positif
yang akan meningkatkan kinerja DAS dalam menghasilkan output, sementara itu karakteristik
yang saling bertentangan yang dapat melemahkan kinerja DAS dapat ditekan sehingga tidak
merugikan kinerja DAS secara keseluruhan.

3.2 SARAN
Adapun untuk makalah ini sebaiknya dapat menjadi bahan pembelajaran pengelolaan
Daerah Aliran Sungai (DAS)

19
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.
Slamet, Bejo. 2007. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu.
http://bejoslam.blogspot.com/2007/12/pengelolaan-daerah-aliran-sungai.html
Diakses pada tanggal 19 Oktober 2022
Widotono, Hendri. 2011. Identifikasi Peran Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu.
http://hendri-wd.blogspot.com/2011/07/identifikasi-peran-pemangku-
kepentingan.html Diakses pada tanggal 19 Oktober 2022

20

Anda mungkin juga menyukai