Oleh:
Roshena Putri Carliva
082001700044
Dosen Pembimbing :
1. Dr. Rositayanti H, S.T. M.T
2. Dr. Ir Ratnaningsih Ruhiyat, MT
Puji dan syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
segala rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Proposal Tugas Akhir dengan baik dan tepat waktu.
Penulisan proposal ini merupakan tugas dari mata kuliah Tugas Akhir
1 di Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lansekap dan
Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti tahun 2021. Dalam
penyusunan proposal ini penulis mendapatkan banyak saran, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala hormat dan
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
2. Ibu Dr. Melati Ferianita Fachrul, MS dan Ibu Lailatus Siami ST.,
MT., selaku dosen pengajar.
3. Ibu Dr. Rositayanti H, S.T. M.T dan Ibu Dr. Ir Ratnaningsih
Ruhiyat, MT selaku dosen pembimbing.
i
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................................3
1.3 Ruang Lingkup.........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Air Tanah.................................................................................................4
2.2 Kesadahan................................................................................................5
2.2.1 Jenis -jenis kesadahan air.....................................................................7
2.2.2 Dampak yang ditimbulkan oleh air sadah............................................8
2.2.3 Penanggulangan Kesadahan.................................................................9
2.3 Adsorpsi.................................................................................................11
2.4 Karbon aktif...........................................................................................16
2.5 Isoterm Adsorpsi....................................................................................16
2.5.1 Isoterm Langmuir...............................................................................17
2.5.2 Isoterm Freundlich.............................................................................17
2.6 Kinetika Adsorpsi..................................................................................18
2.7 Kulit Pisang............................................................................................19
2.8 Penelitian Terdahulu..............................................................................20
BAB III METODELOGI PENELITIAN...........................................................22
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................................................22
3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................22
3.2.1 Alat.....................................................................................................22
3.2.2 Bahan.................................................................................................22
3.3 Pengumpulan Data.................................................................................23
3.4 Tahap Penelitian.....................................................................................24
3.4.1 Tahapan Persiapan.............................................................................25
ii
3.4.2 Tahap Adsorpsi................................................................................25
BAB IV WAKTU PELAKSANAAN..................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kesadahan menurut peraturan ini maksimum adalah 500 mg/L, namun kadar
kesadahan lebih dari 180 mg/L dikategorikan sebagai air yang sangat keras
oleh McGowan, 2000 tertulis di dalam Hardness in Drinking Water terbitan
WHO edisi ke-4 Tahun 2011.
Pisang merupakan buah tropis yang banyak ditanam dan telah
dibudidayakan di lebih dari 130 negara. Pisang kaya akan polifenol, flavonoid
dan dopamin yang ada dalam pulp dan kulitnya; serta 25% dari buah pisang
terdiri dari massa kering dan sisanya adalah air. Adsorpsi merupakan proses
terjerapnya molekul dan ion pada permukaan adsorben (Albarelli et al.,
2011). Adsorben berupa zat padat yang mampu menyerap partikel tertentu
dari zat yang berupa fluida. Biasanya adsorben dipilih dengan bahan berpori
dengan ukuran yang berbeda. Adsorben merupakan suatu zat padat yang
memiliki kemampuan menjerap zat tertentu dari fase fluida. Umumnya, bahan
yang dijadikan adsorben merupakan bahan yang berpori. Hal ini dibutuhkan
untuk proses adsorpsi yang akan berlangsung pada dinding pori tersebut
(Saragih, 2008). Perlu dilakukan suatu upaya mengatasi kesadahan air akibat
adanya kalsium dalam air tanah. Salah satu metode yang dapat digunakan
adalah mereduksi ion kalsium tersebut dengan menggunakan kulit pisang
kepok (Musa Normalis L.) sebagai adsorben. Penggunaan kulit pisang
sebagai biosorben telah dikaji sebelumnya oleh Buanarinda dkk. (2014) dan
Kaewsarn et al., (2008).
Telah dilakukan penelitian sebelumnya menggunakan adsorben kulit
pisang yang teraktivasi bahwa reduksi ion kalsium terjadi secara signifikan %
reduksi lebih besar dan waktu pengadukan yang lebih cepat yaitu 19,32 %
selama pengadukan 30 menit, dibandingkan dengan menggunakan adsorben
tanpa aktivasi dengan nilai reduksi ion kalsium 6,44 % selama pengadukan 60
menit. (Sikanna, R, 2016).
Berdasarkan permasalahan yang ada, jika tidak segera diatasi maka
kandungan Ca dan Mg yang mencemari dapat berdampak bagi kesehatan
manusia dan mencemari lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya pengolahan
2
air tanah menggunakan adsorben dari kulit pisang yang memiliki biaya
operasional yang murah serta pemeliharaan peralatan yang mudah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Menurut Nurullita dkk (2010), air tanah pada umumnya memiliki tingkat
kesadahan yang tinggi karena adanya kontak langsung dengan batuan kapur
yang mengandung Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Penghilangan
kesadahan dengan proses pemanasan air tanah dapat membentuk garam yang
tidak larut dan mengendap. Garam ini dapat berpengaruh terhadap kadar
garam kalsium dalam urin sehingga menyebabkan penyakit batu saluran
kemih (Izhar & Darmoatmodjo 2007). Dampak kesehatan lain apabila kadar
air sadah melebihi batas maksimum (500 mg/l) adalah penyumbatan
pembuluh darah jantung (cardiovasculer deseasae).
Air tanah juga digunakan dalam proses produksi di industri. Persyaratan
kesadahan air pada proses industri untuk kesadahan Ca dan Mg harus nol
karena dapat menimbulkan kerak pada sistem peralatan yang mengganggu
proses pemanasan dan juga merusak peralatan (Marsidi, 2001).
2.2 Kesadahan
Air sadah merupakan istilah yang digunakan pada air yang mengandung
kation penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh
adanya logam-logam atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn,
Ca dan Mg, tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg). Kalsium dalam air mempunyai kemungkinan bersenyawa
dengan bikarbonat, sulfat, khlorida dan nitrat, sementara itu magnesium
dalam air kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat dan khlorida.
(Marsidi,R. 2011). Cara paling sederhana untuk menentukan kesadahan air
adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang
banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau
menghasilkan sedikit sekali busa. Kesadahan air total dinyatakan dalam
satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3. Sifat kesadahan seringkali
ditemukan pada air yang menajdi sumber baku air bersih yang berasal dari air
tanah atau daerah yang tanahnya mengandung deposit garam mineral dan
kapur (Sumantri, 2010).
5
Tingkat kesadahan di berbagai tempat perairan berbeda-beda, pada
umumnya air tanah mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi, hal ini terjadi
karena air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada
lapisan tanah yang dilalui air. Air permukaan tingkat kesadahannya rendah
(air lunak), kesadahan non karbonat dalam air permukaan bersumber dari
calsium sulfat yang terdapat dalam tanah liat dan endapan lainnya. Klasifikasi
tingkat kesadahan air menurut Marsidi R (2001), ditunjukkan pada table 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi tingkat kesadahan
Mg/l CaCO3 Tingkat kesadahan
0 – 75 Lunak (soft)
75 – 150 Sedang (moderately hard)
150 -300 Tinggi (hard)
>300 Tinggi sekali (very hard)
6
Kesadahan yang tinggi dan mulai berakibat pada peralatan rumah tangga
apabila jumlah diatas 100 ml/L. pada kesadahan diatas 300 mg/L dalam
jangka waktu yang panjang akan berpengaruh pada manusia dengan ginjal
yang lemah sehingga mengalami gangguan pada ginjal. Kesadahan ini dapat
digolongkan pada kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan
sementara akan terendap pada saat pemanasan. Kesadahan tetap akan lebih
permanen di dalam air (Asmadi dkk, 2011). Kalsium bukan hanya untuk
tulang, kalsium berfungsi dalam proses pembekuan darah, kontraksi otot, dan
metabolisme sel. Kadar kalsium yang rendah di dalam darah dikompensasi
dengan menarik kalsium dari tulang untuk memenuhi jumlah kalsium untuk
mempertahankan fungsi jantung dan otot bekerja. Batas maksimum kadar
kalsium adalah 2500 mg/hari berdasarkan pertimbangan resiko pembentukan
batu ginjal (Kozisek, 2005; Silalahi, 2011).
Adanya kalsium di dalam air terjadi secara alami, merupakan hasil
pelarutan dari mineral seperti batu kapur, dolomit, gibs dan sebagainya.
Kalsium juga merupakan faktor penyebab kesadahan air di samping ion
magnesium dan besi, karena di dalam air kalsium umumnya berada dalam
bentuk ion kalsium (Ca2+). Konsentrasi kalsium dalam air dapat bervariasi
mulai dari nol sampai beberapa ratus mg/L bergantung antara lain dari asal air
tersebut (Lenntech, 2015).
1. Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara adalah air mengandung ion karbonat (HCO3-), yang
berikatan oleh ion kalsium dan atau magnesium, sehingga membentuk
senyawa bernama kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium
7
perebusan, sehingga akan timbul endapan/kerak pada dasar ketel.
Reaksi yang terjadi:
(Ca(HCO3)2 CaCO3 + H2O + CO2
2. Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap adalah air mengandung ion selain karbonat, misalnya ion
Cl-, NO3- dan SO42- yang berikatan dengan ion kalsium dan atau magnesium,
sehingga membentuk senyawa diantaranya adalah kalsium klorida (CaCl2),
kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida
(MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4).
Kesadahan ini bersifat tetap, tidak akan turun dengan cara perebusan,
melainkan harus ditambahkan suatu zat kimia tertentu yang dapat
mengendapkan ion kalsium atau magnesium pada senyawa tersebut. Zat kimia
ini adalah natrium karbonat (Na2CO3) (aq) dan atau kalium karbonat
(K2CO3) (aq).
Reaksi yang terjadi:
CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 + 2NaCl
4. Pemakaian sabun menjadi lebih boros karena buih yang dihasilkan sedikit.
Kerugian yang ditimbulkan oleh air sadah menurut Kuswanti dkk (2007),
antara lain :
8
1. Menyebabkan sabun tidak berbusa (berbuih). Sabun akan berbusa jika ion
Ca2+ dan Mg2+ diendapkan. Jadi air sadah mengurangi daya pembersih
sabun, sehingga pemakaian sabun menjadi boros.
2. Menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat katup-katup pada
ketel tersebut. Hal ini mengakibatkan penghantaran panas dari ketel
berkurang sehingga memboroskan penggunaan bahan bakar.
Menurut Sumantri (2015) mengonsumsi air yang kesadahannya lebih dari 150
ppm akan menimbulkan kerugian-kerugian sebagai berikut:
a. Pemakaian sabun yang meningkat, karena sabun sulit larut dan sulit
berbusa.
b. Air sadah bila dididihkan akan membentuk endapan dan kerak pada
ceret (boiler).
c. Penggunaan bahan bakar menjadi meningkat, tidak efisien, dan
meledakkan ceret.
d. Biaya produksi yang tinggi (high cost production) pada industry yang
menggunakan air sadah.
9
2. Pengendapan senyawa kimia
Pada proses ini tujuannya adalah untuk membentuk garam-garam
kalsium dan magnesium menjadi bentuk garam-garam yang tidak
larut, sehingga dapat diendapkan dan dipisahkan dari air. Bentuk
garam kalsium dan magnesium yang tidak larut dalam air adalah
CaCO3 (Kalsium Karbonat) dan Mg(OH)2 (Magnesium Hidroksida).
Proses kapur soda diterapkan dengan cara menambahkan Kapur dan
Soda ke dalam air dengan jumlah tertentu, yang berfungsi sebagai
koagulan. Untuk menghilangkan kesadahan sementara kalsium dan
magnesium ditambahkan kapur saja, untuk menghilangkan kesadahan
tetap kalsium dan magnesium ditambahkan kapur dan soda.
3. Pertukaran Ion
Pada proses pertukaran ion, kalsium dan magnesium ditukar dengan
sodium. Pertukaran ini berlangsung dengan cara melewatkan air sadah
ke dalam unggun butiran yang terbuat dari bahan yang mempunyai
kemampuan menukar ion. Bahan penukar ion awalnya berasal dari
alam yaitu zeolit, tetapi pada saat ini ada bahan sintesis yang disebut
resin penukar ion. Proses penghilangan kesadahan air yang sering
dilakukan pada industri-industri adalah melalui penyaringan dengan
menggunakan zat-zat sebagai berikut :
a. Resin penukar ion
Resin adalah zat polimer alami ataupun sintetik yang salah satu
fungsinya adalah dapat mengikat kation dan anion tertentu. Secara
teknis, air sadah dilewatkan melalui suatu wadah yang berisi resin
pengikat kation dan anion, sehingga diharapkan kation Ca2+ dan
Mg2+ dapat diikat resin. Dengan demikian, air tersebut akan
terbebas dari kesadahan.
b. Zeolit
Zeolit adalah suatu jenis mineral yang tersususn dari silika
(SiSO4) dan alumina (AlO4) dengan rongga rongga di dalamnya
yang berisi ion ion logam. Ion Ca2+ dan Mg2+ akan ditukar dengan
10
ion Na+ dan K+ dari zeolit, sehingga air tersebut terbebas dari
kesadahan. Hal tersebut berlangsung terus menerus sampai pada
saat kolom zeolit menjadi jenuh, tidak mampu lagi melakukan
pertukaran ion-ion. Agar zeloit dapat aktif lagi, zeolit perlu
diregenerasi atau dengan direndam dalam larutan garam dapur,
sehingga terjadi pertukaran ion-ion natrium dalam air yang masuk
kedalam zeolit untuk mengganti kedudukan ion Mg dan Ca.
Menurut Husaini dkk (2006), cara untuk mengurangi kesadahan
dari air memiliki berbagai macam cara seperti electrodialysis cara ini air
dilewatkan diantara dua plat dengan muatan listrik. Metal-metal di dalam
air ditarik ke plat dengan muatan negatif sementara yang non metal ditarik
ke plat dengan muatan positif. Kedua jenis ion ini dapat ditangani dengan
plat. Electrodialysis sering digunakan pada air yang sangat sadah, dengan
kesadahan lebih dari 500 mg/L sebagai CaCO 3. Cara lainnya dengan
Penyulingan cara ini dilakukan dengan menguapan air. Air yang diuapkan
dapat mengendapkan semua senyawa kesadahan lalu akan dilanjutkan
dengan menyaring air yang sudah mengalami proses penguapan. Cara
yang umum digunakan yaitu dengan metode kontaminan. Metode ini dapat
dihilangkan secara konvensional dengan menggunakan filter karbon aktif.
Tetapi bila air sumber tersebut mengandung polutan lain yang
membahayakan kesehatan manusia perlu dipilih teknologi pengolahan air
yang cocok untuk menghilangkannya
2.3 Adsorpsi
Adsorpsi digunakan untuk memindahkan senyawa kimia tertentu larutan
dengan menggunakan adsorben karbon aktif di mana karbon aktif mampu
mengadsorpsi senyawa organik dan juga menghilangkan bau tak sedap, rasa
dan warna serta senyawa organik toksik. Wujud karbon aktif yang di gunakan
ialah karbon aktif berbentuk granular (Suharto, 2011).
Adsorben merupakan zat yang menyerap disebut, sedangkan zat yang
terserap disebut adsorbat.Adsorben dapat berupa zat padat maupun zat cair.
11
Adsorben umumnya berupa zat padat diantaranya adalah silika gel, alumina,
platina halus, selulosa, dan arang aktif. Adsorbat dapat berupa zat padat, zat
cair, dan gas (Jusmanizah, 2011).
Energi adsorpsi menggambarkan kekuatan ikatan antara adsorbat dan
adsorben. Energi adsorpsi dibedakan atas dua yakni adsorpsi fisik dan
adsorpsi kimia. Adsorpsi fisik terjadi jika reaksi antara adsorben dan adsorbat
melibatkan gaya- gaya lemah antar molekul seperti ikatan hidrogen atau
ikatan van der Waals. Pada proses ini molekul yang teradsorpsi mudah di
lepas kembali dengan menurunkan tekanan gas atau konsentrasi zat terlarut.
Zat yang teradsorpsi dapat membentuk lapisan tunggal dan kondisi
kesetimbangan akan tercapai segera setelah adsorben bersentuhan dengan
adsorban (Suseno, 2011).
Proses adsorpsi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu (Kurniawan dan
Notodarmojo, 2010) :
a. Adsorpsi.fisik (physical.adsorption), yaitu pada proses adsorpsi.fisik
erat hubungannya dengan. gaya. van. der Waals. Proses adsorpsi fisik
terjadi proses gaya. tarik-menarik antara adsorbat dan
permukaan.adsorben. yang dimana prosesnya terjadi secara
reversible. Dalam proses adsorpsi fisik mengalami membentukan
lapisan sehingga tingginya konsentrasi pencemar maka lapisan yang
terbentuk akan semakin banyak.
b. Adsorpsi.kimia (chemisorption), yaitu proses reaksi yang terjadi
antara. zat padat. dan zat. terlarut. yang teradsorpsi. Proses. ini.
membentuk. lapisan. molekul. yang. tebal dan irreversible. Pada
proses ini membutuhkan energy yang berguna untuk membalikan
proses ini kembali yang disebut bersifat irreversible.
12
1. Jenis Adsorbat
Ukuran molekul adsorbat yang sesuai merupakan hal yang penting
agar proses adsorpsi dapat terjadi, karena molekul-molekul yang
dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul yang diameternya lebih
kecil atau sama dengan diameter pori adsorben.
2. Suhu
Pada saat molekul-molekul adsorbat menempel pada permukaan
adsorben terjadi pembebasan sejumlah energi sehingga adsorpsi
digolongkan bersifat eksoterm. Bila suhu rendah maka kemampuan
adsorpsi meningkat sehingga adsorbat bertambah.
3. Karakteristik Adsorben
Ukuran pori dan luas permukaan adsorben merupakan karakteristik
penting adsorben. Ukuran pori berhubungan dengan luas permukaan
semakin kecil ukuran pori adsorben maka luas permukaan semakin
tinggi. Sehingga jumlah molekul yang teradsorpsi akan bertambah.
Selain itu kemurnian adsorben juga merupakan karakterisasi yang
utama dimana pada fungsinya adsorben yang lebih murni yang lebih
diinginkan karena kemampuan adsorpsi yang baik.
Menurut Kurniawan dan Notodarmojo (2010), dalam proses adsorpsi, ada
beberapa parameter yang mempengaruhi yaitu konsentrasi, berat molekul,
struktur molekul, tingkat kepolaran molekul ,temperatur, pH.
a. Sifat dan Luas permukaan
Adsorben akan mempengaruhi kapasitas adsorpsi dari adsorben
tersebut. Semakin besar luas permukaan adsorben maka kapasitas
adsorpsi dari adsorben tersebut akan semakin besar, begitu pula
sebaliknya (Purnama et al, 2015). Dengan demikian, untuk meningkatkan
kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan karbon aktif yang telah
dihaluskan. Memperbersar luas permukaan dapat dilakukan dengan proses
aktivasi. Aktivasi bertujuan untuk menghilangkan pengotor dan bahan-
bahan yang menutup pori-pori pada karbon aktif. Proses aktivasi terhadap
arang yang dihasilkan dilakukan pada kisaran temperatur 250-600 oC dan
13
tekanan ambien (14.7 psi) selama 60 menit (Sunarsih et al, 2016). Proses
karbonisasi umumnya dilakukan pada suhu berkisar 300-800C. Jika
suhu yang digunakan lebih rendah dari 3000C maka karbonisasi yang
terjadi tidak maksimal sedangkan apabila melebihi dari 800C maka
pori-porinya mengalami kerusakan dan arang tersebut akan berubah
menjadi abu (Jubilate et al, 2016). Pada proses aktivasi mengalami dua
proses yaitu secara kimia dan secara fisika:
a. Aktivasi.secara kimia yaitu menggunakan larutan kimia. Larutan
kimia yang digunakan dalam proses aktivasi biasanya hidroksida,
senyawa karbonat, sulfida, ZnCl2, asam sulfat, asam fosfat,
dan natrium klorida yang merupakan penyerap air (Setiawati
dan Suroto, 2010). Menurut penelitian (Irawan et al, 2015)
sebelumnya yang menggunakan adsorben abu terbang diaktivasi
dengan larutan HCl menjelaskan bahwa diameter pori sebelum
aktivasi masih tertutup oleh pengotor sedangkan setelah aktivasi
diameter pori menjadi lebih luas
b. Aktivasi secara fisika yaitu menggunakan proses pemanasan
sehingga jumlah pori dan luas permukaan adsorben yang
terbentuk menjadi bertambah (Emelda et al, 2013)
b. Waktu kontak
Waktu kontak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
proses adsorpsi, karena melalui proses kontak penyerapan terjadi sebagai
akibat dari interaksi fisik antara adsorbat dengan adsorben (Tanggebono,
et al, 2018). Pada proses adsorpsi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
keadaan setimbang oleh adsorben berkisar antara beberapa jam dan
beberapa menit (Suhaeri et al, 2014).
Menurut penelitian Herawati et al, 2018 waktu kontak optimum dari
zat warna limbah tekstil bervariasi antara 45 menit dan 75 menit. Hal ini
dapat dikarenakan pada awalnya banyak sisi adsorben yang kosong,
sehingga kecenderungan larutan untuk terserap ke adsorben semakin
tinggi. Meningkatnya waktu kontak, jumlah adsorbat yang terserap
14
pada permukaan adsorben semakin meningkat hingga tercapai titik
setimbang. Pada saat mencapai titik kesetimbangan, permukaan
adsorben telah penuh tertutupi oleh adsorbat yang diserap dan adsorben
mengalami titik jenuh sehingga adsorben tidak dapat menyerap. Waktu
kontak yang terlalu cepat akan menyebabkan penyerapan dari adsorben
tidak maksimum sedangkan waktu kontak yang melebihi waktu kontak
optimum dapat menyebabkan adsorben yang melekat pada adsorbat
terlepas kembali (Suhaeri et al, 2014).
c. Kecepatan pengadukan
Jika fasa cair berisi adsorben diam, maka penyebaran adsorbat
melalui permukaan adsorben akan lambat. Oleh karena itu, diperlukan
pengocokan untuk mempercepat proses.adsorpsi (Rahmadani, 2018).
Tetapi.kondisi kecepatan pengadukan yang terlalu cepat mengakibatkan
struktur adsorben menjadi pecah sehingga proses adsorpsi menjadi tidak
efektif. Adsorbat.yang telah menempel dan membentuk flok nantinya
akan kembali. pecah karena besarnya kecepatan pengadukan
(Alifaturrahma et al, 2016).
d. Dosis adsorben
Dosis adsorben yang ditambahkan akan mempengaruhi efisiensi
penyerapan. Hal ini dikarenakan antara luas permukaan karbon aktif dan
jumlah partikel menjadi lebih banyak dan terbentuk sisi aktif pada proses
adsorpsi dan efisiensi penyerapan meningkat (Sari et al, 2017).
e. Derajat keasaman (pH)
Keasaman mempengaruhi kemampuan muatannpada situs aktif
atau gugus fungsi yang mana ion H+ akan berkompetisi dengan
kation untuk berikatan dengan situs aktif adsorben (Safrianti et al,
2012). Penambahannion H+ disebabkan karena kemampuan asam mineral
untuk mengurangiiasam organik tersebut. Sebaliknya, apabila pH asam
organikkdinaikan yaitu dengan menambahhalkali, adsorpsi akan
berkurang.
f. Temperatur
15
Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki
temperatur pada saat berlangsungnya proses. Temperatur yang meningkat
dapat mempercepat reaksi yang dapat mengakibatkan naiknya energi
kinetik sehingga memungkinkan banyaknya antara adsorbat dan adsorben
bertumbukan (Herawati et al, 2018).
17
2.6 Kinetika Adsorpsi
Kinetika adsorpsi menggambarkan tingkat laju penyerapan yang
terjadi pada adsorben terhadap adsorbat. Karakteristik kemampuan
penyerapan adsorben terhadap adsorbat dapat dilihat dari laju
adsorpsinya. Laju adsorpsi dapat diketahui dari konstanta laju adsorpsi
(k) dan orde reaksi yang dihasilkan dari suatu model kinetika
adsorpsi. Tahap pengujian laju adsorpsi dapat dilakukan dengan menduga
orde reaksi (Muslich, dkk., 2010).
Telah diteliti kinetika adsorpsi gas benzena pada karbon aktif tempurung
kelapa yang diaktivasi dengan NaCl dengan tujuan menentukan model
kinetika yang dapat diaplikasikan untuk adsorpsi gas benzena pada karbon
aktif tempurung kelapa (Rizky, dkk, 2013).
Kinetika adsorpsi digunakan untuk mengetahui laju adsorbat dan adsorben
yang dipengaruhi oleh waktu kontak untuk mencapai kesetimbangan. Dalam
kinetika adsorpsi mengikuti persamaan orde satu dan orde dua (Sanjaya dan
Agustine, 2015). Reaksi orde satu merupakan reaksi yang hanya bergantung
pada satu zat atau sebanding dengan salah satu reaktan. Persamaan linier orde
satu sebagai berikut (Ali et al, 2016).
18
qt = Jumlah ion logam yang terserap saat waktu t (mg/g)
t = waktu (menit)
19
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kulit pisang
kepok ini dapat dimanfaatkan menjadi karbon aktif atau arang aktif serta
dapat menjadi salah satu cara untuk penanggulangan limbah yang ada di
masyarakat. Penelitian tentang arang aktif telah banyak dilakukan salah
satunya adalah arang aktif yang dibuat dari tempurung kelapa. Penelitian
tersebut menggunakan bahan kimia sebagai aktivator yaitu H2SO4 dan
aktivator H3PO4 yaitu dengan karakteristik kadar abu 0,62%, kadar air
3,43% (Stevani & Prawesti, 2014)
20
No. Judul Hasil
TERAKTIVASI H2SO4 dan kapasitas maksimum sebesar 11,4 mg/g.
(Oktaviani, 2017)
3. PEMANFAATAN KULIT Kulit kacang tanah memiliki potensi
KACANG TANAH (Arachis untuk dapat digunakan sebagai adsorben ion
hypogaea) UNTUK logam Ca2+ dan Mg2+ dalam pelunakan air
BIOADSORPSI LOGAM sadah. Nilai optimum berat, pH dan waktu
KALSIUM DAN kontak adsorpsi kulit kacang tanah adalah
MAGNESIUM (Pratomo, Uji, 1 g, pH 9 dan 1140 menit. Kulit kacang
et. al., 2015) tanah dapat mengadsorpsi Ca dan Mg
rata-rata sebanyak masing-masing 3,62 dan
2,89 mg/g. Kulit A. hypogaea berpotensi
untuk dapat digunakan sebagai pelunak
air sadah karena mampu menyerap logam
kalsium dan magnesium secara cukup
signifikan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
21
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini sebagai berikut:
Tabel 3.1. Alat-alat yang digunakan
No Alat Ukuran Jumlah
1 Oven 1
2 Tanur 1
3 Desikator 1
4 Timbangan Analitik 1
5 pH meter 1
6 Ayakan 100 mesh 1
7 Labu ukur L 1
8 Spektrofotometer 1
9 Jartest 1
10 Pipet Tetes 1
11 Pipet Volume 1
12 Gelasa Beaker 600 mL 5
13 Erlenmeyer 500 mL 5
14 Corong 5
15 Cawan 2
16 Blender 1
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini sebagai beriku:
Tabel 3.2. Bahan-bahan yang digunakan
No Bahan Ukuran Jumlah
1 Kulit pisang 20 kg 1 karung
2 Sampel air tanah 20 L 1
3 Larutan H2SO4 20% 1L 2
4 Kertas Saring Whattman No. 42 50
5 Aluminium Fosil 2 rol
6 Aquades 10 L 2
22
3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data berasal dari data sekunder dan data primer sebagai berikut:
1. Data Sekunder berasal dari kajian ilmiah sebelumnya.
2. Data Primer, analisis yang akan diteliti yaitu kesadahan dari ion
kalsium dengan analisa menggunakan alat Spektrofotometer.
Waktu dan
Tahap Titik Metode Teknik
Penelitian Lokasi Alat Bahan
sampling Kerja Analisis
Penelitian
Tahap I. Persiapan
23
Tahap II. Adsorpsi
Variabel Bebas
Kecepatan pengadukan : 20, 40, 60 rpm
Waktu : 15, 30, 45, 60, 75, 90 menit
Variabel Tetap
Volume : 250 ml
Berat adsorben : 5 gr
Variabel Terikat
Pengukuran konsentrasi
Variabel Bebas
kesadahan dengan
Berat adsorben : 5 – 7, 5 – 10 gr
Waktu : 15, 30, 45, 60, 75, 90 menit Spektrofotometer
Variabel Tetap
Volume : 250 ml
Kecepatan Pengadukan Optimum
24
selama 30 menit hingga terbentuk arang. Kulit pisang dihaluskan dengan
ukuran yang seragam dan diayakan dengan ayakan 100 mesh. Arang
yang telah dihaluskan, dimasukkan ke dalam desikator. Kulit pisang
yang telah dikarbonisasi kemudian diaktivasi menggunakan larutan
H2SO4 dengan konsentrasi 20%. Jumlah adsorbat dan adsorben yang
diaktivasi yaitu 2 mL : 1 gram. Perbandingan ini diambil berdasarkan
penelitian terdahulu Miranti, 2012 yang menyatakan bahwa arang aktif
diaktivasi dengan perbandingan 2:1 dalam proses aktivasi menghasilkan
luas permukaan yang cukup signifikan. Aktivasi adsorben dilakukan
dengan cara merendam kulit pisang kedalam larutan H2SO4 selama 24
jam. Kemudian karbon aktif dicuci dengan aquadest dan dikeringkan
dalam oven pada suhu 110oC selama 2 jam.
3.4.2 Tahap Adsorpsi
Tahap penelitian utama dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penentuan Konsentrasi Awal
2. Penentuan kecepatan dan waktu pengadukan
3. Penentuan berat adsorben
25
BAB IV
WAKTU PELAKSANAAN
Pengumpulan
data primer
Analisis data dan
pelaporan
Penyusunan
Laporan
Sidang Tugas
Akhir
26
DAFTAR PUSTAKA
Suseno, H. P. 2011. Model Adsorpsi Mn+2, Cd+2 Dan Hg+2 Dalam Sistem Air-
Sedimen Sepanjang Sungai Code, Yogyakarta. Jurnal Teknologi, 4: 174 –
179.