Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 4

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 5

2.1 Air Limbah ............................................................................................... 5

2.2 Chemical Oxygen Demand (COD) ........................................................... 5

2.3 Biological Oxygen Demand (BOD) ......................................................... 5

2.4 Adsorpsi.................................................................................................... 6

2.5 Jenis-jenis Adsorpsi .................................................................................. 6

2.5.1 Adsorpsi Fisika ................................................................................. 6

2.5.2 Adsorpsi Kimia ................................................................................. 7

2.6 Adsorben .................................................................................................. 7

2.7 Aktivasi Adsorben .................................................................................... 7

2.7.1 Adsorben Komersil ........................................................................... 8

2.8 Limbah Plastik .......................................................................................... 9

2.9 Kandungan Limbah Plastik ...................................................................... 9

2.10 Plastik Polypropylene (PP) ..................................................................... 10

2.11 Kemampuan Plastik Polypropylene (PP) Sebagai Karbon Aktif ........... 11

2.12 Standar Baku Mutu Air Limbah Domestik ............................................ 11

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 13

3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 13

1
3.2 Waktu dan Lokasi Peneitian ................................................................... 13

3.3 Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 13

3.3.1 Alat Penelitian ................................................................................. 13

3.3.2 Bahan Penelitian.............................................................................. 13

3.4 Variabel Penelitian ................................................................................. 13

3.5 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 14

3.5.1 Proses Penyiapan Air Limbah ......................................................... 14

3.5.2 Prosedur Adsropsi ........................................................................... 15

3.6 Analisis Parameter Uji Air Limbah ........................................................ 15

3.6.1 Analisis COD .................................................................................. 16

3.6.2 Analisis BOD .................................................................................. 17

3.7 Kerangka Penelitian ............................................................................... 17

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Urbanisasi dan pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang telah
meningkatkan kebutuhan air bersih yang diperlukan untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan domestik dan industri. Pada gilirannya menyebabkan peningkatan
produksi air limbah. Kebanyakan kasus, air limbah biasanya dibuang ke badan air
tanpa pengolahan awal atau pemantauan, sehingga menyebabkan polusi dan
memperburuk kelangkaan air bersih. Pembuangan limbah yang tidak diolah juga
menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut (DO), peningkatan nitrat dan padatan
tersuspensi serta kontaminan organik lainnya di sumber air tersebut (Yustianus a,
et all. 2022).

Air limbah merupakan sumber pencemaran lingkungan terbanyak yang


mengubah kondisi fisik dan biologis lingkungan jika langsung dibuang ke suatu
lingkungan tanpa adanya pengolahan apapun. Air limbah yang dibuang ke
lingkungan tanpa adanya pengolahan merupakan masalah yang parah, terutama di
negara-negara berkembang yang merupakan masalah besar bagi satu juta orang
karena kurangnya pasokan air yang tidak memadai, sanitasi yang tidak tepat, dan
kebersihan yang terkait dengan kontaminasi air dengan air limbah. Air limbah
domestik mengeluarkan air limbah dalam jumlah besar dan mengandung berbagai
polutan yang mempengaruhi kualitas air. Air limbah domestik terdiri dari air limbah
yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dalam jumlah yang besar, khususnya air
limbah rumah tangga seperti; bak mandi, pancuran, wastafel, mesin cuci, mesin
pencuci piring, dan dapur, serta membahayakan lingkungan alam dan kesehatan
manusia (Bote, Juta Eba. 2021).

Air limbah mengandung konsentrasi kebutuhan oksigen biokimia (BOD),


kebutuhan oksigen kimia (COD), padatan tersuspensi, senyawa yang sangat
beracun, dan warna yang cukup besar (El-Darsa, et all. 2013). Menurut Abuzari, et
all. (2021) Kebutuhan oksigen kimia (COD) adalah tes yang paling umum untuk
memperkirakan konsentrasi bahan organik dalam sampel air limbah yang
tergantung pada jenis influen. Jumlah COD pada air limbah domestik, biasanya

1
lebih dari 1200 mg/l. Sedangkan Menurut Yangon (2017) dalam Lyn, et all. (2020)
bahwa pada tahun 2012, lebih dari 50% kebutuhan oksigen biokimia (BOD)
pemuatan ke dalam air disebabkan oleh aktivitas rumah tangga. COD adalah jumlah
senyawa organik dalam air, yang mengacu pada massa oksigen habis per liter.
Semakin besar kuantitas COD maka semakin tinggi pula pencemaran air. BOD
adalah massa oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme biologis di badan
air untuk mendegradasi bahan organik (Faisal, et all. 2020). Sedangkan menurut
Husain, et all. (2021), bahwa Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) adalah salah
satu parameter terpenting yang menunjukkan jumlah bahan organik yang dapat
terbiodegradasi dalam air.

Beberapa teknik pengolahan untuk menghilangkan polutan organik, salah


satu di antaranya adalah teknik adsorpsi. Adsorpsi lebih disukai karena
kesederhanaan dan kemudahan pengoperasiannya. Proses adsorpsi terjadi ketika
komponen suatu fluida menempel pada permukaan adsorben melalui ikatan fisik
atau kimia. Karbon aktif (AC), suatu bahan berkarbon dengan struktur berpori
tinggi, telah dinyatakan sebagai salah satu adsorben terbaik, karena memiliki
kemampuan yang besar dalam menghilangkan berbagai macam kontaminan
organik dan anorganik yang terlarut dalam larutan air (Mahdavi, et all. 2018).
Karbon aktif telah digunakan untuk menghilangkan COD dan BOD dari berbagai
air limbah. Adsorben berbiaya rendah, telah dipelajari sebagai alternatif pengganti
karbon aktif. Pilihan karbon aktif sebagai adsorben mungkin terbatas pada
penggunaan akhir karbon aktif, ketersediaannya, biaya bahan baku dan
pertimbangan ekonomi. Lebih khusus lagi, karbon aktif memerlukan perlakuan
fisik dan/atau kimia untuk mengubah sifat kimia permukaannya dan meningkatkan
kinerja adsorpsinya. Sifat-sifat bahan jadi tidak hanya ditentukan oleh bahan
bakunya dalam potensinya menurunkan polusi air, tetapi juga oleh metode aktivasi
yang digunakan (El-Darsa et all, 2013).

Sampah plastik merupakan masalah lingkungan yang serius dan konversinya


menjadi adsorben dapat mengatasi dua masalah (pembuangan limbah padat dan
keekonomian proses adsorpsi) secara bersamaan (Kaur, et all. 2019). Konsep
plastik mengacu pada sekelompok bahan sintetis atau alami yang dapat dibentuk
menjadi lunak dan kemudian dikeraskan untuk mempertahankan bentuk tertentu

2
(Cardoso et all. 2023). Polypropylene (PP) adalah polimer non-polar, semi-kristal
dan termoplastik yang digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti pengemasan, ubin
teks atau bahkan untuk keperluan medis (Morais, et al. 2020). Aspek penting dari
polipropilen/ Polypropylene semi-kristal (PP) adalah morfologi kristal karena sifat
mekaniknya. PP (Polypropylene) terutama bergantung pada faktor mikrostruktur
seperti derajat kristalinitas, ketebalan lamelar dan orientasi kristal ketika terjadi
lelehan polimer yang terkena tekanan, molekuler rantai menjadi sejajar sepanjang
arah pemanjangan atau ekstrusi. Rantai polimer ini menghasilkan lamela terlipat
rantai selama proses pendinginan dan akhirnya mengembangkan struktur kristal,
yaitu kumpulan multilayer yang terdiri dari lamella (Koga et all. 2020).

Plastik memiliki kandungan selulosa. Kandungan selulosa yang terdapat


pada plastik didapatkan dari sifat plastik itu sendiri yaitu sebagai termoplastik,
artinya sifat plastik sebagai termoplastik terjadi karena adanya kandungan seslulosa
di dalamnya (Bonifacio et all. 2023). Pemanfaatan adsoben dari limbah plastik telah
banyak dilakukan, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Sing, et all. (2019),
tetapi jenis plastik yang digunakan adalah plasik jenis PET dan pengujian
efektivitas nya terhadap penangkapan Karbon Dioksida (CO2). Adsorben (zat
penyerap) dalam pemanfaatannya, juga dimanfaatkan dalam pengolahan air limbah
pada penurunan konsentrasi COD dan BOD seperti penelitian yang telah dilakukan
oleh El. Darsa, et all. (2013), dengan adsorben alternatif pengganti karbon aktif
yang berasal dari limbah pertanian. Menurut El. Darsa, et all. (2013) dalam
penelitiannya, kandungan selulosa yang ada pada limbah pertanian menunjukkan
potensi yang baik untuk penyerapan berbagai polutan air limbah, akibatnya limbah
tersebut (limbah pertanian) dapat digunakan sebagai bahan penyerap yang murah
untuk menghilangkan beberapa polutan organik seperti parameter air limbah COD
dan BOD. Kandungan selulosa yang ada pada limbah pertanian yang dimanfaatkan
sebagai adsroben dalam penurunan konsentrasi COD dan BOD berkesinambungan
dengan kandungan selulosa yang ada pada limbah plastik, sehingga limbah plastik
memiliki potensi sebagai adsorben dalam penyerapannya pada polutan air limbah.
Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas karbon aktif dari limbah
plastik terhadap penurunan COD dan BOD pada air limbah domestik.

3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas karbon akrtif dari limbah plastik jenis
Polypropylene (PP) dalam penurunan konesntrasi COD pada air limbah
domestik terhadap dosis massa dan pengaruh waktu pengadukan
adsorben.
2. Bagaimana efektivitas karbon akrtif dari limbah plastik jenis
Polypropylene (PP) dalam penurunan konesntrasi BOD pada air limbah
domestik terhadap dosis massa dan pengaruh waktu pengadukan
adsorben.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan :
1. Menganalisis penurunan konsentrasi COD pada air limbah domestik
menggunakan adsorben dari limbah plastik jenis Polypropylene (PP)
terhadap dosis massa dan pengaruh waktu pengadukan adsorben.
2. Menganalisis penurunan konsentrasi BOD pada air limbah domestik
menggunakan adsorben dari limbah plastik jenis Polypropylen (PP)
terhadap dosis massa dan pengaruh waktu pengadukan adsorben.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bahan baku sampel yang digunakan berasal dari limbah cair domestik
jenis rumah tangga di kota Malang.
2. Penelitian dilakukan di Laboratorium Program Studi Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Nasional Malang.

4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Air Limbah
Air limbah merupakan campuran kompleks dari berbagai kelompok beban
dan polutan, seperti zat terlarut dan tidak larut serta zat yang mudah atau sulit
terurai, unsur hara tanaman, senyawa logam berat, dan garam. Menurut Undang-
Undang Pembuangan Air Limbah, Bagian 1, Pasal 2, “air limbah adalah air, yang
sifat-sifatnya telah diubah oleh penggunaan rumah tangga, komersial, pertanian
atau lainnya, dan air tersebut dibuang bersama-sama selama kondisi cuaca kering
(air tercemar), serta air yang mengalir dan dikumpulkan dari permukaan yang
dibangun atau diaspal atau diaspal setelah curah hujan (air hujan). Cairan yang
dikeluarkan dan dikumpulkan dari fasilitas yang dirancang untuk pengolahan,
penyimpanan dan pembuangan limbah juga dianggap sebagai air yang tercemar”
(Wichmann, et all. 2024).

2.2 Chemical Oxygen Demand (COD)


Menurut Faisal, et all. (2020) COD adalah jumlah senyawa organik dalam air,
yang mengacu pada massa oksigen habis per liter. Kebutuhan oksigen kimia (COD)
merupakan parameter yang terkait dengan beban pencemaran limbah cair. Semakin
besar kuantitas COD maka semakin tinggi pula pencemaran air. Pada air limbah,
kandungan bahan organik yang tinggi, pH asam, kebutuhan oksigen kimia (COD)
yang tinggi, dan kebutuhan oksigen biokimia (BOD) sangat berpolusi. COD
merupakan parameter yang mengukur kapasitas kontaminasi residu cair dan
tingginya COD merupakan masalah lingkungan. Kandungan COD yang tinggi pada
air limbah dapat menyebabkan eutrofikasi pada sumber daya air dan kontaminasi
tanah, sehingga menimbulkan ancaman ekologis (Santos, et all. 2021).

2.3 Biological Oxygen Demand (BOD)


BOD adalah massa oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme biologis
di badan air untuk mendegradasi bahan organik (Faisal, et all. 2020). Kandungan
bahan organik pada air limbah yaitu BOD yang tinggi yang ber-pH asam, sangat
berpolusi. Sedangkan menurut Husain, et all. (2021), bahwa Kebutuhan Oksigen
Biokimia (BOD) adalah salah satu parameter terpenting yang menunjukkan jumlah

5
bahan organik yang dapat terbiodegradasi dalam air. Kebutuhan oksigen biokimia
(BOD), ukuran oksigen terlarut (DO) yang dibutuhkan mikroba oksidasi bahan
organik biodegradable yang ada dalam air limbah, merupakan parameter penting
untuk mengkarakterisasi air limbah dan mengevaluasi efisiensi pengolahan. (Xiao,
et all. 2019).

2.4 Adsorpsi
Adsorpsi adalah fenomena perpindahan massa antarmuka fisiokimia yang
diterapkan antara lain untuk pengolahan air limbah dan penghilangan polusi.
Teknologi ini mapan, menguntungkan dan telah terbukti seperti keserbagunaannya,
berbiaya rendah, efisiensi tinggi, mudah didaur ulang, serta penerapan dan
pengoperasian yang relatif lebih lancar. Secara keseluruhan, selama proses
pengolahan air limbah berbasis adsorpsi, polutan organik dan/atau anorganik
(adsorbat) tertarik ke permukaan luar dan dalam bahan berpori (adsorben), melalui
proses perpindahan massa dan difusi dari media berair ke bahan penyerap aktif
yaitu adsorben. Mekanisme yang terlibat adalah chemisorpsi (interaksi ionik
misalnya) atau fisisorpsi atau keduanya (Lie, et all. 2022). Adsorpsi adalah salah
satu teknik yang paling banyak diselidiki untuk menghilangkan polutan dari
campuran air. Adsorpsi lebih disukai, sebagian besar karena efisiensi tinggi dan
kesederhanaannya. Adsorpsi, pada umumnya, lebih disukai dibandingkan teknik
yang lain dalam pengolahan air limbah karena hal biaya, fleksibilitas, kemudahan
pengoperasian dan efektivitas terhadap berbagai polutan (Kumari, et all. 2019).

2.5 Jenis-jenis Adsorpsi


2.5.1 Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika dilakukan pada permukaan adsorben melalui gaya tarik
menarik alami atau yang disebut gaya vander waals. Adsorpsi fisika terjadi di
lapisan adsorben pada permukaan bahannya terhadap kondisi tekanan dan suhu
yang sesuai (Aljamali et all. 2021). Fisisorpsi dicirikan oleh energi interaksi yang
sebanding dengan panas penguapan (kondensasi). Adsorbat terikat pada permukaan
oleh gaya van der Waals yang relatif lemah dan beberapa lapisan dapat terbentuk
dengan panas adsorpsi yang kurang lebih sama. Panas adsorpsi untuk fisisorpsi

6
paling banyak beberapa kkal/mol, oleh karena itu jenis adsorpsi ini hanya stabil
pada suhu di bawah 150 °C (Inglezakis et all. 2006).

2.5.2 Adsorpsi Kimia


Adsorpsi kimia terjadi pada permukaan yang tidak jenuh secara elektronik,
karena permukaan tersebut cenderung membentuk ikatan kimia dengan atom atau
molekul yang telah diadsorpsi. Sebagai langkah awal dalam reaksi kimia yang
terjadi antara permukaan adsorben dengan bahan adsorben, adsorpsi jenis ini
memerlukan energi aktivasi dan suhu yang tinggi (Aljamali et all. 2021).
Penyerapan kimia (atau kemisorpsi) melibatkan pertukaran elektron antara
permukaan adsorben dan molekul zat terlarut, dan sebagai hasilnya, ikatan kimia
terbentuk. Kemisorpsi dicirikan oleh energi interaksi antara permukaan dan
adsorbat yang sebanding dengan kekuatan ikatan kimia (puluhan kkal/mol), dan
akibatnya jauh lebih kuat dan lebih stabil pada suhu tinggi dibandingkan fisisorpsi
(Inglezakis et all. 2006)

2.6 Adsorben
Adsorben merupakan fenomena berkumpulnya suatu zat berbentuk gas atau
cair berupa molekul, atom atau ion suatu zat tertentu yang disebut adsorbat pada
permukaan zat padat berpori lain. Fase teradsorpsi atau zat yang tertarik ke
permukaan disebut adsorbat, sedangkan zat yang permukaannya teradsorps disebut
adsorben (Aljamali et all. 2021). Dalam aplikasi pemurnian, penggunaan adsorben
sangat diperlukan karena biayanya yang relatif murah. Secara umum, adsorpsi juga
dianggap sebagai metode yang ekonomis dan efektif karena murah, regeneratif, dan
sederhana. Selain itu dapat dilakukan dengan menggunakan polimer alam, karbon
aktif, polimer sintetik, ampas teh, kulit jeruk dan arang, serta buah jeruk bali,
bahkan cangkang kerang yang dimanfaatkan sebagai adsorben (Haryanto, et all.
2023).

2.7 Aktivasi Adsorben


Aktivasi fisik adalah reaksi langsung antara adsorben terkarbonisasi dengan
aktivator, yang sebagian besar merupakan zat pengoksidasi seperti uap, karbon
dioksida (CO2), dan udara. Keunggulan aktivator fisik yaitu bersih, mudah
ditangani dan ramah lingkungan namun memiliki rendemen lebih rendah. Sama

7
seperti aktivasi kimia, tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan struktur
karbon amorf di lapisan interstisial sehingga meningkatkan porositas dan membuat
luas permukaan bagian dalam dapat diakses. Dalam aktivasi kimia, aktivator
dicampur dengan adsorben. Aktivator yang umum digunakan adalah seng klorida
(ZnCl2), asam fosfat (H3PO4), asam sulfat (H2SO4), kalium hidroksida (KOH),
natrium hidroksida (NaOH), kalium sulfida (K2S) dan kalium tiosianat (KCNS).
Aktivator tersebut sebagian besar mengandung oksigen, sulfur dan nitrogen, yang
diketahui dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi dan pertukaran kation. Setelah
adsorben jenuh dengan aktivator, adsroben kemudian didehidrasi untuk
meminimalkan pembentukan tar dan penguapan selama pirolisis. Teknik aktivasi
kimia mempunyai beberapa keunggulan antara lain suhu aktivasi yang minimal,
waktu reaksi yang lebih singkat, pengurangan biaya energi, dan peningkatan hasil
material (Lie at all. 2022).

2.7.1 Adsorben Komersil


2.7.1.1 Karbon Aktif
Karbon aktif (AC) merupakan adsorben yang penting mengingat luas
permukaan spesifiknya yang besar, daya tembus yang besar, dan reaktivitas
permukaan yang tinggi, yang menjadikannya sebagai adsorben multilateral dan
pendukung katalis. AC memiliki luas permukaan sekitar 3000 m2 g-1 dan dapat
digunakan untuk menghilangkan polutan dari fase cair atau gas. AC lebih mahal
dibandingkan adsorben lainnya karena biaya produksinya yang tinggi. AC telah
digunakan dalam aplikasi fase cair dan digunakan untuk adsorpsi senyawa organik
dan anorganik (Alsulaili A, et all. 2023).

2.7.1.2 Gel Silika


Silica gel adalah adsorben komersial yang dibagi menjadi gel dengan
kepadatan rendah, menengah, dan teratur. Gel dengan kepadatan rendah memiliki
luas permukaan yang rendah (kira-kira 100–200 m2 /g). Gel densitas menengah
juga memiliki luas permukaan antara 300–350 m2 /g, sedangkan gel silika densitas
biasa memiliki luas permukaan besar sekitar 750 m2 /g. Silika gel dan bentuk
modifikasinya telah digunakan di banyak industri dan untuk menghilangkan
berbagai kontaminan (Alsulaili A, et all. 2023).

8
2.7.1.3 Zeolit
Zeolit adalah adsorben selektif dengan rasio silika terhadap aluminium
berkisar antara 1 hingga tak terhingga. Berbagai jenis Zeolit telah digunakan untuk
menghilangkan polutan. Zeolit juga dapat digunakan sebagai resin penukar ion,
pembuatan deterjen, proses pemisahan, dan penyerap air. Zeolit ada lebih dari 100
jenis sintetis dan lebih dari 40 jenis alami (Alsulaili A, et all. 2023).

2.8 Limbah Plastik


Konsep plastik mengacu pada sekelompok bahan sintetis atau alami yang
dapat dibentuk menjadi lunak dan kemudian dikeraskan untuk mempertahankan
bentuk tertentu. Namun konsep yang lebih spesifik terkait dengan sekelompok
bahan sintetik yang terbuat dari hidrokarbon yang dibentuk melalui polimerisasi
yang diperoleh dari bahan baku organik, terutama gas alam dan minyak mentah.
Kata polimer berasal dari dua kata Yunani: poli yang berarti banyak dan mero yang
berarti bagian atau satuan. Polimer dapat diibaratkan sebagai sebuah rantai, dimana
setiap mata rantainya adalah monomernya. Plastik bukanlah satu zat, melainkan
campuran kimia yang terdiri dari monomer yang digabungkan untuk menghasilkan
polimer. Karena berbagai jenis polimerisasi, dimungkinkan untuk menghasilkan
plastik dengan sifat tertentu: keras atau lunak, buram atau transparan, fleksibel atau
kaku. Plastik telah memperoleh keuntungan pemasaran yang luar biasa berkat
keragaman karakteristiknya, seperti bobotnya yang ringan, daya tahan,
keserbagunaan dalam warna, sentuhan dan bentuk, yang berarti dapat memenuhi
hampir semua kebutuhan desainer dan pelanggan. Plastik banyak memberikan
manfaat bagi masyarakat, tetapi sampah plastik juga bertanggung jawab atas
hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan memburuknya kesehatan
manusia (Cardoso et all. 2023).

2.9 Kandungan Limbah Plastik


Plastik memiliki kandungan selulosa. Kandungan selulosa pada plastik
didapatkan dari sifat plastik itu sendiri yaitu termoplastik, artinya sifat plastik
sebagai termoplastik terjadi karena adanya kandungan seslulosa di dalamnya
(Bonifacio et all. 2023). Untuk itu Termoplastik (thermoplastic) atau biasa disebut
termoplastisitas adalah sifat material yang menunjukkan bahwa pada suhu tinggi
material mengalami transisi ke keadaan kental, dimana material tersebut menjadi

9
lentur atau dapat dibentuk, dan mengeras saat didinginkan. Bahan termoplastik
menunjukkan sifat seperti kaca di bawah suhu transisi gelas, setelah titik ini dengan
peningkatan suhu yang lebih lanjut, material mencapai daerah elastis karet yang
diikuti oleh titik kritis suhu leleh (Tm) dimana material mulai mengalir. Tidak
seperti plastik termoset yang mengeras secara permanen saat dipanaskan,
termoplastik dapat dipanaskan dan didinginkan beberapa kali tanpa kehilangan sifat
yang berarti. Kebanyakan bahan termoplastik memiliki suhu leleh antara 120 C dan
345 C (Ozden et all. 2021).

2.10 Plastik Polypropylene (PP)


Polypropylene (PP) adalah polimer non-polar, semi-kristal dan termoplastik
yang digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti pengemasan, ubin teks atau bahkan
untuk keperluan medis (Morais, et al. 2020). Aspek penting dari polipropilen semi-
kristal (PP) adalah morfologi kristal karena sifat mekaniknya. PP (Polypropylene)
terutama bergantung pada faktor mikrostruktur seperti derajat kristalinitas,
ketebalan lamelar dan orientasi kristal ketika lelehan polimer terkena tekanan,
molekuler rantai menjadi sejajar sepanjang arah pemanjangan atau ekstrusi. Rantai
polimer ini menghasilkan lamela terlipat rantai selama proses pendinginan dan
akhirnya mengembangkan struktur kristal, yaitu kumpulan multilayer yang terdiri
dari lamella (Koga et all. 2020). Sifat, pengaplikasian dan kemampuan daur ulang
dari plastic jenis PP (Polypropylene) dapat dilihat pada table berikut
Tabel 2.1 Pengaplikasian, Sifat dan Kemampuan Daur Ulang Plastik
Jenis PP (Polypropylene)
Pengaplikasian Sifat Kemampuan Daur Ulang
Terdapat pada piring Keras, tembus Bisa disaur ulang untuk
microwave, kotak makan cahaya, lunak pada pasak, tempat sampah, pipa
siang, pita pengemas, suhu 140, tahan dan lembaran palet.
furniture tanam, ketel, terhadap pelarut,
botol, cup ice cream, serba guna.
bungkus kripik kentang
dan sedotan.
Sumber: Pandey et all. (2023)

10
2.11 Kemampuan Plastik Polypropylene (PP) Sebagai Karbon Aktif
Sampah plastic dianggap sebagai salah satu sampah paling melimpah yang
dapat dimanfaatkan Kembali pengaplikasiannya sebagai barang yang sangat
berharga. Banyak pengaplikasian yang telah difokuskan untuk mengeksplorasi
kelayakan pengubahan sampah dalam penggunaannya kembali yang memiliki nilai
tambah. Uraian mengenai keunggulan sampah plastik jensi Polypropylene (PP)
sebagai adsorben adalah sebagai berikut:

1. Hemat biaya untuk proses pengolahan air limbah


2. Mampu menghilangkan tembaga dari aliran air limbah
3. Meningkatkan kinerja penyerapan minyak
4. Berpotensi dalam pengolahan air limbah
5. Sebagai pelindung lingkungan hidup (Environmntal Protection)
6. Berpotensi untuk menghilangkan minyak di masa depan
7. Sebagai pengendalian pencemaran
8. Mengatasi masalah tumpahan minyak di lokasi perairan

Sumber: Aziz et all. (2019)

2.12 Standar Baku Mutu Air Limbah Domestik


Standar baku mutu air limbah domestik berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Dan Kehutan Republik Indonesia Nomor P.68/Menlhk-
Setjen/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

No Parameter Satuan Kadar Maksimum*


1. pH - 6-9
2. BOD mg/L 30
3. COD mg/L 100
4. TSS mg/L 30
5. Minyak Lemak mg/L 5
6. Amoniak mg/L 10
7. Total Coliform Jumalh/100mL 3000
8. Debit L/orang/hari 100

11
Keterangan:
*= Rumah susun, penginapan, asrama, pelayanan kesehatan, lembaga pendidikan,
perkantoran, perniagaan, pasar, rumah makan, balai pertemuan, arena rekreasi,
permukiman, industri, IPAL kawasan, IPAL permukiman, IPAL perkotaan,
pelabuhan, bandara, stasiun kereta api,terminal dan lembaga pemasyarakatan.

12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode adsorpsi, yakni untuk menurunkan
konsentrasi COD dan BOD pada air limbah domestic dengan menggunkan
adsroben dari limbah plastic jenis Polypropylene (PP), berdasarkan hasil uji
laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penuruan konsentrasi
COD dan BOD pada air limbah domestik terhadap dosis massa dan pengaruh waktu
pengadukan adsorben dari limbah pastik jenis Polypropylene (PP).

3.2 Waktu dan Lokasi Peneitian


Penelitian ini dilakukan selama lima bulan dari bulan Oktober-Februari 2023.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Program Studi Teknik Lingkungan Institut
Teknologi Nasional Malang.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian


3.3.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Reaktor adsorpsi
2. Stopwatch
3. Jeriken (kapasitas 25 L)
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan label

3.3.2 Bahan Penelitian


Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai beriku:
1. Air sampel (Air Limbah Domestik)
3.4 Variabel Penelitian
Akan dijelaskan variable penelitian dalam penulisan ini. Variabel penelitian
meliputi variabel terikat dan variabel bebas, variabel penelitian dalam penelitian
adalah sebagai berikut:

13
1. Variabel Terikat:
a. Dosis massa adsorben limbah plastik jenis Polypropylene (PP). Dosis
massa adsroben yang digunakan adalah 1,2 dan 1,4 gram
b. Pengaruh waktu adsorben limbah plastik jenis Polypropylene (PP).
Lama waktu kontak adsorben dengan air limbah adalah yaitu 15 dan
20 mennit.

Untuk itu, dasar pemikiran dari variabel terikat ini karena dapat
menurunakan kosnestrasi COD sebesar 72,83 % dan BOD sebesar 82,65
% pada variabel waktu kontak adseroben, sedangkan pada variabel dosisi
adaroben dapat menurunkan konsentrasi COD sebesar 90,40 % dan BOD
sebesar 89,73 % (Mustapha et all. 2019)

2. Variabel Bebas
a. Konsentrasi COD
b. Konsentrasi BOD

3.5 Pelaksanaan Penelitian


Pelaksanaan penelitian adalah langkah kerja yang dilakukan selama
dilaksanakannya penelitian.

3.5.1 Proses Penyiapan Air Limbah


Tahap pertama yaitu melakukan pengumpulan sampel air limbah yang akan
di uji penuruan konesntrasi polutan air limbahnya. Pengambilan sampel dilakukan
dengan Teknik Grab Sampling (pengambilan sesaat) dilakukan pengambilan pada
air limbah domestic rumah tangga pada waktu pukul 06.00 – 09.00 WIB.
Pertimbangan waktu pengambilan sampel dikarenakan banyaknya aktivitas rumah
tangga sehingga banyak menghasilkan limbah cair. Penggunaan Teknik Grab
Sampling berdasarkan SNI 6989.59:2008 tentang metode pengambilan contoh air
limbah yang belum memiliki IPAL yang dibuang dengan proses kontinyu dari satu
saluran pembuangan dan tidak terdapat bak pengolahan. Sampel air limbah di ambil
sebanyak 25 liter menggunakan jeriken dan di uji karakteristik awal COD dan BOD
pada air limbah.

14
3.5.2 Prosedur Adsropsi
Prosedur untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu penurunan
konsengtrasi COD dan BOD terhadap variabel terikat yaitu dosis massa adsorben
dan pengaruh waktu pengadukan pada air limbah domestik adalah sebagai berikut:

1. Siapkan adsorben limbah plastik jenis Polypropylene (PP).


2. Cuci adsorben limbah plastik jenis Polypropylene (PP) dengan air
hingga bersih (Haryanto et all. 2023).
3. Saring adsorben dengan ukuran ayakan 100 mesh (Haryanto et al. 2023).
4. Aktivasi adsroben dnegan larutan ZnCL2 1 M selama 24 jam dengan
perbandingan massa adsorben dan aktivator 1:1 (El-Darsa et all. 2013).
5. Kemudian adsroben disaring, lalu di cuci dengan akuades ldan di
dehidrasikan dalam oven dengan suhu 100°C selama 4 jam (El-Darsa et
all. 2013).
6. Masukkan adsorben ke dalam reaktor adsopsi dengan variasa massa
adsroben yaitu 1,2 dan 1,4 gram (Haryanto et all. 2023).
7. Masukkan sampel air limbah domestik sebnyak 50 mL ke dalam reaktor
adsorpsi (El-Darsa et all. 2013).
8. Aduk sampel dengan orbital shaker dengan kecepatan pengadukan 200
rpm (Abood et all. 2023) selama 15 menit.
9. Lakukan pengulangan pada poin 6, 7 dan 8 dengan waktu pengaukan
selema 20 menit.
10. Diamkan sampel selama 60 menit (Turyasingura et all. 2023)
11. Uji karakteristik air limbah terhadap parameter COD dan BOD.

3.6 Analisis Parameter Uji Air Limbah


Parameter yang di uji dalam penelitian ini terdiri dari 2 parameter, yaitu
konsengtrasi COD dan BOD. Untuk metode pendekatan analisisnya dapat dilihat
pada Tabel 3.1

15
Tabel 3.1 Parameter dan Metode Pendekatan Analisisnya

No Parameter Metode Pengukuran Keterangan


1. COD Titrimetri SNI 6989.73:2019
2. BOD Iodometri SNI 06-6989.14-2004
Sumber: SNI (Standar Nasional Indonesia)

3.6.1 Analisis COD


Metode ini digunakan untuk pengujian kebutuhan oksigen kimiawi (COD)
dengan refluks tertutup secara titrimetric
A. Prosedur
1. Memasukkan 10 ml air sampel ke dalam Erlenmeyer 250ml
2. Menambahkan 0,2 g serbuk HgSO4 ke dalam Erlenmeyer
3. Menambahkan 5 ml larutan kalium dikrotmat 0,25N ke dalam
Erlenmeyer
4. Menambahkan 15 ml asam sulfat ke Erlenmeyer, kemudian
didinginkan
5. Menghubungkan dengan pendingin liebig dan dididihkan diatas
kompor listrik selama 2 jam
6. Setelah 2 jam tambahkan aquadest kurang lebih 70 ml ke
Erlenmeyer
7. Mendinginkan air sampel, setelah dingin tambahkan indikator
ferroin 2-3 tetes.
8. Titrasi sampel tersebut dengan larutan FAS 0,1 N hingga berwarna
merah kecoklatan
B. Perhitungan
Nilai COD sebagai mg O2/L:
𝑂2 (Vb − Vc)𝑥 𝑁 𝐹𝐴𝑆 𝑥 8000
𝐶𝑂𝐷 (𝑚𝑔 )=
𝐿 Vs
Keterangan:
Vb adalah volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk blanko (ml)
Vc adalah volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk contoh uji (ml)
Vs dalah volume contoh uji (ml)
N FAS adalah normalitas larutan FAS (N)

16
8000 adalah berat mili ekivalen oksigen x 1.000

3.6.2 Analisis BOD


Metode ini digunakan untuk pengujian konsentrasi BOD pada sampel
dengan menggunakan metode yodometri (Modifikasi Azida)
A. Prosedur
1. Ambil contoh yang sudah disiapkan.
2. Tambahkan 1 mL MnSO4 dan 1 mL alkali iodide azida dengan
ujung pipet tepat diatas permukaan larutan.
3. Tutup segera dan homogenkan hingga terbentuk gumpalan
sempurna.
4. Tambahkan 1 mL H2SO4 pekat, tutup dan homogenkan hingga
endapan larut sempurna.
5. Pipet 50 mL, masukkan ke dalam Erlenmeyer 150 mL.
6. Titrasi dengan Na2S2O3 dengan indikator amylum/kanji sampai
warna biru tepat hilang.
B. Perhitungan
Perhitungan BOD dalam sampel air menggunakan persamaan berikut:
𝑚𝑔 𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 8000 𝑥 𝐹
𝑂𝑘𝑠𝑖𝑔𝑒𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 ( )=
𝐿 50
Keterangan:
V adalah mL Na2S2O3
N adalah normalitas Na2S2O3
F adalah faktor (volume botol dibagi volume botol dikurangi volume
pereaksi MnSO4 dan alkali iodida azida)

3.7 Kerangka Penelitian


Kerangka penelitian merupakan dasar dari alur pemikiran yang digunakan
untuk melaksanakan penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan yang disusun
berdasarkan permasalahan untuk mencapai tujuan penelitian. Dengan kerangka
penelitian ini dapat meminimalkan kesalahan dalam penelitian. Kerangka penelitian
dapat dilihat pada Gambar 3.1

17
Star

Efektivitas Karbon Aktif Dari Limbah Plastik


Terhdapa Penurunan Konsentrasi COD Dan BOD
Pada Air Limbah Domestik

Tujuan Penelitian
1. Menganalisis penurunan konsentrasi COD pada air
limbah domestik menggunakan adsorben dari limbah
plastik jenis Polypropylene (PP) terhadap dosis massa dan
pengaruh waktu pengadukan adsorben.
2. Menganalisis penurunan konsentrasi BOD pada air
limbah domestik menggunakan adsorben dari limbah
plastik jenis Polypropylen (PP) terhadap dosis massa dan
pengaruh waktu pengadukan adsorben.

Studi Literatur
• Air Limbah Variabel Penelitian
• COD dan BOD Variabel Terikat
• Adsorpsi • Dosis Adsorben
• Adsroben • Waktu Kontak
Variabel Bebas
• Limbah Plastik
• COD
• Plastik
Polypropyleene • BOD
(PP)
• Kandungan Plastik

18
A

Pelaksanaan Penelitian
• Penyiapan Air Limbah
• Penyiapan Reaktor
• Proses Adsorpsi
• Analisis COD
• Analisis BOD

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

19

Anda mungkin juga menyukai