Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL PENELITIAN

PEMANFAATAN ARANG KUSAMBI (SCHLEICERA OLEOSA MERR)


SEBAGAI KARBON AKTIF DAN ZEOLIT ALAM DALAM
PENURUNAN KANDUNGAN ZAT KAPUR DARI AIR SUMUR GALI
KELURAHAN OESAPA KOTA KUPANG

OLEH
RUTH LIUNOKAS
1806060097

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iv

DAFTAR TABEL .....................................................................................................v

BAB I ........................................................................................................................1

PEDNDAHULUAN ..................................................................................................1

1.1. Latar Belakang................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ..........................................................................................3

1.3.Tujuan ..............................................................................................................3

1.4. Manfaat Penilitian ..........................................................................................4

BAB II .......................................................................................................................5

DASAR TEORI ........................................................................................................5

2.1. Air ...................................................................................................................5

2.1.1. Fasilitas air bersih ...................................................................................5

2.2. Kandungan zat kapur pada air ........................................................................6

2.2.1. Jenis kandungan zat kapur pada air .........................................................7

2.2.2. Bahaya kandungan kapur dalam air. ........................................................7

2.3. Kayu Kesambi ................................................................................................9

2.4. Karbon Aktif ..................................................................................................9

2.4.1. Klasifikasi karbon aktif ..........................................................................12

2.4.2. Proses pembuatan karbon aktif ..............................................................13

2.4.3. Standar Kualitas Arang Aktif ................................................................15

2.4.4. Pengujian Kualitas Karbon Aktif ...........................................................16

2.5. Zeolit ............................................................................................................18

ii
2.5.1. Sifat-sifat Zeolit .....................................................................................19

2.5.2. Macam-macam zeolit.............................................................................20

2.6. Proses Filterasi .............................................................................................21

BAB III ...................................................................................................................23

METODE PENELITIAN ........................................................................................23

3.1 Lokasi Dan Waktu Penilitian ........................................................................23

3.2 Alat Dan Bahan .............................................................................................23

3.2.1 Alat Penilitian .........................................................................................23

3.2.2. Bahan Penilitian .....................................................................................23

3.3 Prosedur Penilitian ........................................................................................24

3.3.1. Persiapan awal sampel (Pengambilan) ..................................................24

3.3.2. Proses pembuatan karbon aktif ...........................................................24

3.3.3. Proses pengaktifan zeolit alam ..............................................................25

3.3.4. Proses filterasi sampel ...........................................................................26

3.5. Diagram alir ..................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................30

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. (a) struktur dari grafit dan (b) struktur dari karbon aktif .................12
Gambar 2.2. Bentuk karbon aktif jenis (PAC) ....................................................12
Gambar 2.3. Bentuk karbon aktif jenis (GAC) .....................................................12
Gambar 2.4. Bentuk karbon aktif (EAC) .............................................................13

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Fungsi dan Penggunaan karbon aktif ....................................................10


Tabel 2.2. Standar kualitas karbon aktif ...............................................................18

v
BAB I
PEDNDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air adalah zat terpenting bagi semua kehidupan di bumi ini. Diperkirakan,
khususnya dalam kehidupan manusia, tiga perempat tubuh manusia terdiri dari air,
dan tidak ada satupun yang dapat hidup lebih dari 4-5 hari tanpa air minum. Air
juga merupakan pelarut yang baik. Air di alam mengandung berbagai zat terlarut
dan tidak larut serta berbagai mikroorganisme. Pada dasarnya air bersih harus
memenuhi syarat mutu yang meliputi syarat fisika, kimiawi, biologi dan radioaktif
(Aliya, 2013, hlm.4).

Sumber-sumber air di Indonesia yang dapat digunakan oleh masyarakat


untuk kebutuhan sehari-hari ialah, leading, pompa, air dalam kemasan, sumur
terlindungi, sumur tak terlindungi, mata air terlindungi, mata air tak terlindungi,
sungai, hujan dll. (Susenas BPS, 2017).

Kota Kupang dan sekitarnya merupakan daerah dengan kondisi tanah


berkapur, mempunyai air tanah dengan tingkat kesadahan yang tinggi. Hal ini
terjadi karena air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada
lapisan tanah yang dilalui air. Air menjadi masalah utama masyarakat di Kota
Kupang, dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 23,8°C sampai 31,6°C dan
curah hujan yang rendah sebesar 1.720,4 mm per tahun sehingga daerah ini sering
dilanda kekeringan. Sumber air untuk keperluan rumah tangga di Kota Kupang
berasal dari air sumur galian dan sekitar 40% masyarakat kota Kupang
menggunakan air PAM sebagai sumber air bersih (Talan, 2013). Beberapa sumber
air PAM Kota Kupang berasal mata air Namosain dan Baumata. Berdasarkan hasil
pemeriksaan kimia sampel air, mata air Namosain di Kota Kupang memiliki
kesadahan 606 mg/L CaCO3 (Manulangga, 2011), sedangkan dari mata air
Baumata memiliki kesadahan rata-rata 412 mg/L (Sarifudin, 2021)
Jika terdapat kandungan zat kapur yang tinggi, maka air akan berbahaya
bagi kesehatan manusia. Menurut World Health Organization (WHO), air
dengan kandungan kapur yang tinggi dapat memengaruhi efek kesehatan,

1
yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dijantung
(cardiovasculardesease) dan batu ginjal (urolithiasi), dan juga menyebabkan
kencing batu (Anonim, 2014). Dari masalah tersebut terdapat cara tepat untuk
menurunkan kandungan zat kapur pada air adalah dengan memfilter air
menggunakan karbon aktif dan zeolite alam.

Karbon aktif yang digunakan adalah dari arang kayu kusambi. Kayu
kusambi merupakan kayu yang sangat keras, padat, rapat, kusut dan lebih berat
dari besi. Kayu kusambi mudah berwarna merah sehingga kayu kusambi yang
sangat tua berwarna kelabu dan tidak berurat. Di desa masyarakat menggunakan
kayu kusambi sebagai sumber kayu bakar potensial. Salah satu kelemahan dari
kayu kusambi sebagai bahan bangunan adalah termasuk kategori kurang awet,
tetapi sangat unggul sebagai kayu bakar dan untuk pembuatan arang. Arang dari
kayu kusambi sangat cocok untuk pembakaran dan lebih baik dibandingkan
denga kayu jati dan kayu asam. (Bochli, 2007). Kayu kusambi belum
dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat sebagai media filterasi untuk mengatasi
masalah tingginya kesadahan air. Kayu kusambi hanya dijadikan sebagai kayu
bakar dan arangnya hanya digunakan sebagai media untuk memanggang bahan
makanan. Apabila kayu kusambi dibuat menjadi arang dan diolah lebih lanjut
arang aktif dapat digunakan sebagai adsorben potensial untuk pengolahan air
sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis kayu kusambi. Dimana karbon aktif
merupakan adsorben (penyerap). Berbentuk bulat, atau bubuk dan berwarna hitam.
Dan yang kedua adalah dengan menggunakan zeolite alam, Zeolit alam
sendiri adalah kristal silica alumina dengan struktur tiga dimensi, dibentuk oleh
alumina tetrahedral dan silika, dan rongga dalamnya mengandung ion logam,
biasanya berupa logam alkali atau logam alkali tanah, dan molekul air
dapat bergerak bebas. Zeolit terkategori material nanopori dengan diameter pori
antara 0,3-1,5 nm. Zeolit ini dapat terbentuk dari abu gunung berapi dan garam
laut selama jutaan tahun dan terbentuk dalam jumlah yang cukup besar di alam.
Oleh sebeb itu, zeolit bisa digunakan selaku penyerap, penukarion serta katalis
(Aubach et al, 2003).

2
Penilitian sebelumnya dilakukan oleh Rosyidatul Munawaroh dengan judul
Filter air kapur dengan memanfaatkan karbon kulit buah randu dan zeolit dan Hasil
yang didapatkan dengan memfilter air 5 kali dan hasilnya berturut-turut adalah 557
ppm, 549 ppm, 467 ppm, 444 ppm, dan 585 ppm. Kombinasi media filter karbon
dan zeolit mempegaruhi air hasil filterasi. Penyerap zat terlarut dalam air paling
baik ditujukan pada filter keempat dengan komposisi 5 cm menyerap 25,38% zat
terlarut. Dan Pegi Mbau dengan judul Perbaikan kualitas air bersih dengan
menggunakan media filterasi dan Hasil penilitian yang diperoleh dari 12 sampel
menunjukan tingkat kesadahan air sumur gali sebelum proses filterasi adalah
sebesar 491,11 Mg\L dan setelah proses filterasi selama 30 menit sebesar 451,1
Mg\L, selama 50 menit sebesar 427,1 Mg\L dan selama 70 menit sebesar 407,1
Mg\L.

Dari pernyataan bahayanya kandungan zat kapur yang terdapat pada air
terhadap kesehatan manusia, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penilitian yang berjudul “PEMANFAATAN ARANG KESAMBI SEBAGAI
KARBON AKTIF DAN ZEOLIT ALAM DALAM PENURUNAN
KANDUNGAN ZAT KAPUR PADA AIR SUMUR KELURAHAN OESAPA
KOTA KUPANG”

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang tercantum diatas, maka perumusan
masalah:
1. Bagaimana efektifitas arang kusambi sebagai karbon aktif dalam
penurunan kandungan zat kapur pada air sumur ?
2. Bagaimana efektifitas zeolite alam dalam penurunan kandungan zat
kapur pada air sumur ?
3. Bagaimana efektifitas kombinasi antara karbon aktif dan zeolit alam
dalam penurunan kandungan zat kapur pada air sumur ?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui efektifitas arang kusambi sebagai karbon aktif dalam
penurunan kandungan zat kapur pada air sumur.
2. Untuk mengetahui efektifitas zeolite alam dalam penurunan kandungan

3
zat kapur pada air sumur.
3. efektifitas kombinasi antara karbon aktif dan zeolit alam dalam
penurunan kandungan zat kapur pada air sumur
1.4. Manfaat Penilitian
1. Tersedianya karbon aktif dari bahan kayu kusambi yang dapat
digunakan sebagai filter pada proses penjernihan air.
2. Dapat memberikan informasi tentang pengolahan air bersih dalam
mengatasi kandungan zat kapur pada air sumur gali.
3. Memperluas pengalaman dan menembah wawasan peneliti tentang
pengolahan air bersih.

4
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Air
Air adalah zat terpenting bagi semua kehidupan di bumi ini.
Diperkirakan, khususnya dalam kehidupan manusia, tiga perempat tubuh
manusia terdiri dari air, dan tidak ada satupun yang dapat hidup lebih dari 4-
5 hari tanpa air minum. Air juga merupakan pelarut yang baik. Ini karena
air pada dasarnya tidak murni. Air di alam mengandung berbagai zat
terlarut dan tidak larut serta berbagai mikroorganisme. Pada dasarnya air
bersih harus memenuhi syarat mutu yang meliputi syarat fisik, kimiawi,
biologi dan radioaktif (Aliya, 2013,hlm.4).
Peraturan Pemerintah No. 82 TAHUN 2001 membagi kualitas air
menjadi empat golong anantara lain:
1. Golongan A : air dapat digunakan langsung sebagai air minum tanpa
pengolahan sebelumnya.
2. Golongan B : Air dapat digunakan sebagai air minum mentah.
3. Golongan C : Air dapat dimanfaatkan untuk perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D : Air dapat dimanfaatkan untuk pertanian, perdagangan
perkotaan, industry dan tenaga air.
2.1.1. Fasilitas air bersih
Menurut Sanropieetal. (1984, halaman 261-273), terdapat beberapa
jenis fasilitas air bersih, antara lain :

1) Sumur Gali

Penggalian sumur merupakan salah satu cara memperoleh air bersih


yang banyak digunakan di pedesaan karena dengan peralatan yang
sederhana, biaya yang murah dan mudah dalam proses
pembuatannya yang dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Masyarakat bisa membuat sumur gali sendiri dengan diameter 1-2
meter. Alasan membuat sumur ini adalah untuk mengambil air tanah
gratis, sehingga sangat dipengaruhi oleh musim. Jika tanah yang
digunakan adalah tanah yang berguguran, maka harus di pasang sekat.

5
Lapisan air padat sedalam 3 meter dari permukaan tanah untuk
mencegah adanya pengotoran. Dan dibuat juga bibir sumur setinggi 1
meter agar air yang keluar tidak mengalir kembali ke dalam sumur.
Dari segi kesehatan, jika cara pembuatannya tidak benar-benar
diperhatikan, lubang galian ini memang kurang baik, karena tidak
hanya sangat dipengaruhi oleh musim, tetapi juga mencemari
lingkungan jika tidak ditempatkan denganbenar.

2) Sumur Pompa Tangan (SPT).


Selain menggali sumur, bisa juga dengan mengebor untuk
mendapatkan air tanah, kemudian memasangnya dengan pompa tangan.
Perlindungan mata air mata air merupakan salah satu air tanah dengan
kuantitas dan kualitas yang baik. Menurut kondisi mata air yang
muncul di tanah, maka rentan terhadap pencemaran luar. Mata air yang
muncul dari tanah telah banyak berubah, Perlindungan mata air perlu
disesuaikan dengan tampilan mata air tersebut.
3) Penampungan air hujan
Jika tidak ada sumber air lain atau biayanya tinggi, air hujan
adalah sumber air terakhir yang digunakan. Penyimpanan air hujan
didasarkan pada jumlah air yang dibutuhkan keluarga atau masyarakat
pada musim kemarau. Oleh karena itu, besar kecilnya waduk sangat
dipengaruhi oleh lamanya waktu kemarau dikawasan tersebut.
2.2. Kandungan zat kapur pada air
Kandungan zat kapur adalah salah satu sifat kimiawi air. Adanya
ion Ca2+ dan Mg2+ menyebabkan kesadahan air, atau adanya ion multivalent
lain juga dapat menyebabkan kesadahan air. Sulfat, klorida, dan bikarbonat
merupakan logam dalam jumlah kecil (banyak logam divalen) seperti
aluminium, besi, mangan, strontium, dan seng. Air berkapur ditemukan di
daerah yang memiliki lapisan tanah yang mengandung endapan garam
mineral, kapur dan kalsium dan menggunakan sumber air tanah/sumur, di
daerah tersebut (Chandra,2007).
Kandungan kapur pada air dibagi menjadi lima tahap, yaitu

6
tingkat kesadahan air berdasarkan kandungan kalsiumnya :
1) Kelembutan dan kekerasan : 0-50 mg/L
2) Kesadaha sedang : 50-150mg/L
3) Kesadahan tinggi : 150-300mg/L
4) Kesadahan sangat tinggi : >300mg/L
2.2.1. Jenis kandungan zat kapur pada air
Kesadahan air dibedakan menjadi dua ciri yakni kesadahan
sementara dan kesadahan permanen.
1) Kesadahan Sementara (temporary)
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion
bikarbonat (HCO-3) kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) atau garam
karbonat (CO3). Air yang mengandung ion atau senyawa semacam itu
disebut air dengan kesadahan sementara, karena kesadahannya dapat
dihilangkan dengan cara memanaskan air, sehingga air tersebut tidak
mengandung ion Ca2+ dan/ atau Mg2+.
2) Kesadahan Tetap

Air dengan kesadahan permanen adalah air yang


mengandung ion lain selain ion bikarbonat (sepertiion Cl-, NO3- dan
SO4). Artinya senyawa terlarut tersebut dapat menyerupai kalsium
klorida (CaCl2), kalsium nitrat {Ca(NO3)2}, kalsium sulfat (CaSO4),
magnesium lorida (MgCl2), magnesium nitrat {Mg(NO3)2} dan
magnesium sulfat (MgSO) 4}. Air yang mengandung senyawa tersebut
disebut air dengan kekerasan konstan, Karena kesadahan tidak dapat
dihilangkan hanya dengan pemanasan. Untuk menghilangkan
kesadahan tersebut masih dapat dilakukan dengan cara kimia yaitu
dengan mereaksikan air dengan bahan kimia tertentu. Reagen yang
digunakan adalah larutan karbonat yaitu Na2CO3 atau K2CO3.
Penambahan larutan karbon aktif bertujuan untuk mengendapkan ion
Ca2+ dan Mg2+ .
2.2.2. Bahaya kandungan kapur dalam air.
Air kapur dapat menyebabkan beberapa masalah. Saat

7
digunakan sebagai air minum, air dengan kandungan kapur yang tinggi
dapat mengganggu kesehatan. Penggunaan air berkapur untuk memasak
dapat memunculkan endapan atau pengerakan. Kerak tersebut dapat
ditemukan dalam perkakas rumah tangga; Misalnya boiler dan peralatan
lain yang berhubungan dengan memasak dan penyimpanan air. Selain itu,
penggunaan air kapur untuk keperluan lain (seperti mencuci pakaian atau
kebutuhan rumah tanggalainnya) yang akan menyebabkan pemakaian sabun
lebih banyak. Hal ini terjadi karena efisiensi sabun berkurang, karena
sebagian molekul sabun terikat oleh unsur Ca. Menurut World Health
Organization (WHO), air dengan kandungan kapur yang tinggi dapat
memiliki efek kesehatan, yang dapat menyebab kanpenyumbatan pembuluh
darah di jantung (cardiovasculardesease) dan batu ginjal (urolithiasi),
yang dapat menyebabkan kencing batu.

Masalah kesehatan yang akan dialami karena konsumsi air


berkapur yaitu :
1. Pemakaian air mengandung kapur dalam jangka pendek dapat
menyebabkan penyakit :
 Disentri
 Tipes
 Kolere
 Diare
 Muntaber
2. Jika konsumsi air yang mengandung kapur untuk jangka panjang
dapat menyebabkan penyakit :
 Kerusakan gigi,
 Kerugian tulang,
 Kerusakan ginjal
 Kerusakan hati
3. Pemakaian air mengandung kapur di toilet akan berdampak
langsung pada kesehatan mata dan kulit.

8
2.3. Kayu Kesambi
Kusambi (Schleicera Oleosa Merr) adalah pohon yang bisa tumbuh
di daerah kering, Tanaman pohon Kusambi tersebar luas di daerah NTT,
terutama di dataran rendah yang beriklim kering sampai ketinggian 600 m
dari permukaan laut. Tanaman Kusambi membutuhkan curah hujan tahunan
750–2500 mm. Tumbuhan ini mampu hidup pada suhu maksimum 35–
47,5°C dan suhu minimum 2,5°C. Kayu Kesambi merupakan kayu yang
sangat keras, padat, rapat, kusut dan lebih berat dari kayu besi. Kayu
Kesambi muda berwarna merah sedangkan kayu Kesambi yang sangat tua
berwarna kelabu dan tidak berurat. Di masyarakat desa, kayu Kusambi
sebagai sumber kayu bakar potensial. Salah satu kelemahan dari kayu
kusambi sebagai bahan bangunan adalah termasuk kategori kurang awet,
tetapi sangat unggul sebagai kayu bakar dan untuk pembuatan arang. Arang
dari kayu kusambi sangat cocok untuk pembakaran dan lebih baik
dibandingkan arang kayu jati dan kayu asam (Bachli, 2007). Kayu Kusambi
belum dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat sebagai media filtrasi
untuk mengatasi masalah tingginya kesadahan air. Kayu Kusambi hanya
dijadikan sebagai kayu bakar dan arangnya hanya digunakan sebagai media
untuk pemanggangan bahan makanan. Apabila kayu Kusambi dibuat
menjadi arang dan diolah lebih lanjut menjadi arang aktif dapat digunakan
sebagai adsorben potensial untuk pengolahan air sehingga dapat
meningkatkan nilai ekonomis kayu kusambi.
2.4. Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan adsorben (penyerap). Berbentuk bulat, atau
bubuk dan berwarna hitam. Dalam proses recovery, karbon aktif digunakan
untuk memurnikan udara, gas, larutan ataupun cairan Memulihkan logam
dari bijih dan juga menggunakannya sebagai support katalis. Dalam
pemurnian gas serta udara, safety mask serta respirator, seragam militer,
adsorbent foams, industri nuklir, electroplating, solutions, pelapisanlistrik,
larutan, deklorinasi, air penyerap, akuarium, cigarettefilter, dan
penghilangan senyawa organic dalam air pada umumnya menggunakan
karbon aktif. Dengan hanya satu gram karbon aktif, dapat diperoleh

9
2
material dengan luas permukaan sekitar 500m . Mempunyai kemampuan
untuk menyerap (mengadsorbsi) zat-zat yang tercantum dalam air dan
udara karena luas permukaannya yang sangat besar ini. Dari pernyataan
tersebut maka, karbon aktif sangat efisiens sebagai media untuk mengolah
air kotor menjadi air bersih. (Kusnaedi 2010, h.35-43)

Kokas, serbuk gergaji, lignit, batu bara, gambut, kayu, batok kelapa
dan biji buah bahan-bahan tersebut adalah bahan dasar pembuatan karbon
aktif. Semua ini terkadung dapat diproses secara langsung sebagai
karbon Aktif, sebagian sudah melalui proses aktivasi. Metode pengaktifan
karbon adalah dengan menggunakan gas pengoksidasi (seperti udara, uap
atau karbon dioksida(CO2), dan menggunakan pereaksi kimia (seperti seng
klorida atau asam fosfat) untuk mengkarbonisasi bahan baku. Cara
pengaktifan arang ini adalah dengan memanaskannya pada suhu tinggi
untuk beberapasaat, dan menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan
dengan cara mengeluarkan uap. Temperatur yang dipakai adalah 900°C.
Cara lain untuk mengaktifkannya adalah dengan menggunakan bahan
kimia (termasuk asam fosfat, besiklorida,dll.) Untuk mengikis arang.
Bahan kimia perantara dapat digunakan untuk merendam arang kemudian
dikering kanhingga panasnya mencapai 500°C (Soekardi, 2012).
Karbon aktif dapat menyerap gas dan senyawa tertentu, atau sifat
adsorpsinya bersifat selektif (pilih), tergantung ukuran atau volume pori-
pori dan luas permukaan. Kapasitas absorpsi karbon aktif sangat besar,
yaitu berat karbon aktif 25-100%. Karbon aktif digunakan untuk
menghilangkan warna keruh, bau dan resin dalam air rumah tangga
(Kumalasari & Satoto, 2011).
Salah satu cara untuk membersihkan, zat organik, polutan mikro
deterjen, senyawa fenolik, bau, serta meresap logam berat dan polutan
lainnya adalah dengan cara filter karbon sktif. Karenanya, karbon aktif
sangat efisien dalam mengolah air kotor menjadi air bersih (Widayat dan
Wahyu, 2017).
Karbon aktif dapat menyerap gas dan senyawa kimia tertentu, atau

10
kinerja adsorpsinya bersifat selektif (seleksi), tergantung dari ukuran atau
volume pori-pori dan luas permukaan. Energi serapan karbon
aktif sangat besar, yaitu 25-100% dari berat karbon aktif. Pernyataan
tersebut menurut penelitian Yogi & Kumalasari (2011). Karbon aktif
dapat menghilang kankekeruhan dan bau yang tidak sedap. Sebelum
digunakan sebagai filter, karbon aktif harus direndam dan di cuci sampaiair
yang dicuci menjadi jernih (Kusnaedi, 2010). Untuk menghindari
turbulensi yang disebabkan oleh media karbon aktif akibat aliran air, maka
filter karbon aktif umumnya dilengkapi dengan filter di bagian atas.

Table 2.1. Fungsi dan penggunaan karbon aktif (Sumber: Shofa, 2012)

Penggunaan Fungsi
Makanan dan industry obat Penyaringan, penghilangan bau dan rasa
Industri minuman Penghilangan warna dan baup ada
minuman
Kimia/perminyakan Penyulingan bahan mentah
Pengolahan air Penghilangan warna dan bau,
Penghilangan resin
Budidaya udang Pemurnian, penghilangan ammonia,
nitrit, fenol dan logam berat
Industri gula Penghilangan zat-zat warna, penyerapan
proses penyaringan
Pemurnian gas Penghilangan sulfur, gas beracun, bau
busuk asap
Menjadi lebih sempurna
Katalisator Reaksi katalisator pengangkut
vinilklorida, vinilasetat
Pengolahan pupuk Pemurnian, penghilangan bau

Menurut Suhartana (2007), struktur karbonaktifmirip dengan grafit.


Grafit memiliki susunan seperti pelat yang dibentuk dari rangkaian atom
karbon yang heksagonal. 1,42A adalah Jarak antara atom karbon pada
setiap lapisan. Pada grafit, ikatannya lebih teraturdaripada struktur karbon
dan jarak pelat lebih dekat dan aktif.

11
Gambar 2.1 (a) struktur dari grafit dan (b) struktur dari karbon aktif
2.4.1. Klasifikasi karbon aktif
a) Jenis karbon aktif Powdered Activated Carbon (PAC) dengan
ukuran <0.18 Nm dan yang digunakan pada fase gas.

Gambar 2.2 Bentuk karbon aktif jenis (PAC) (Martin, 2018)

b) Jenis karbon aktif Granular Activated Carbon (GAC) dengan


ukuran 0.2-8 Nm yang digunakan pada fase gas dan cair

Gambar 2.3 Bentuk karbon aktif jenis (GAC) (sumber,


Martin, 2018)

c) Jenis karbon aktif Extruded Activated Carbon (EAC) dengan


ukuran 0.8-5 Nm yang digunakan pada fase gas.

12
Gambar 2.4 Bentuk karbon aktif (EAC) (sumber, Martin 2018)

2.4.2. Proses pembuatan karbon aktif


Di daerah tropis masih terdapat cara tradisional dalam
menghasilkan karbon aktif. Dengan menggunakan lubang di tanah dan
drum adalah cara tradisional. Proses Pembuatannya terbagi dalam
beberapa tahapan yaitu lubang atau drum besi diisi dengan bahan
baku karbon aktif yang akan dibakar. Kemudian nyalakan api untuk
membuat bahan bakunya terbakar, pada saat pembakaran laras atau
lubang harus ditutup dan dibiarkan kurang lebih 8 jam ataupun
selamasemalaman. Sesudah pembakaran berakhir, maka diperiksa terlebih
dahulu apakah api masih terdapat yang menyala, Jika masih terdapat
api yang menyalamaka drum ataupun lubang ditutup kembali karena tidak
dibenarkan mematikan memakai air, hal ini akan menyebabkan kualitas
arang menurut, diharapkan agar berhati-hati saat membuka drum.
(Sembiring dan Sinaga, 2003). Menurut Shofa (2012), tahapan pengerjaan
karbon aktif terbagi jadi 3 tahap antara lain:
1. Dehidrasi
Dehidrasi adalah proses menghilangan uap air yang terdapat pada
bahan baku karbon aktif. Proses tersebut dilakukan untuk meningkatkan
proses karbonisasi. Bahan baku yang akan diubah menjadi karbon aktif
dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir untuk menghilangkan
kotoran (Khery et al., 2013).
2. Karbonisasi
Karbonisasi adalah proses pembakaran bahan organic yang
terkandung dalam bahan mentah. Prosesini menyebabkan penguraian
bahan organic dan ekskresik otoran. Pada tahap ini, sebagian besar

13
elemen non-karbon akan hilang. Dengan cara pelepasan ini Maka
struktur pori mulai terbentuk atau mulai terbuka. Proses karbonisasi
akan mengubah struktur poriawal. Menurut Ramdja et al .(2008).
Sesuei dengan bahan baku yang akan dibakar maka harus dilakukan
proses karbonisasi diudara yang terbatas atau dengan suhu oksigen

minimal 300°C sampai 900°C sesuai dengan kekerasan bahan baku


yang akan dibakar.
Aktivasi adalah proses perluasan porositas danluas permukaan.
Selama proses aktivasi, akan kehilangkan sebagian besar jari-jari pori
yang telah terbentuk. Aktivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yakni aktivasi secarafisika dana ktivasisecara kimawi. Aktivasi fisika
dilakukan dengan cara mereaksikan karbon dari pirolisis dengan gas
CO2. Sedangkan untuk aktivasi secara kiawi dilakukan dengan
mereaksikan bahan kimia selaku activator dengan karbon aktif yang
sudah dikarbonisasi. umumnya terdapat beberapa tipe aktivator yang
digunakan untuk aktivasi seperti H2SO4, K2S,KOH, ZnCl2, alkali Metal
2+ 2+ 3+
Hydroxide, karbonat dan korat dari Ca , Mg ,Fe dan H3PO4.
(Prasetyodan Nasrudin, 2013).
Selama karbonisasi, akibat permukaan pori yang tidak
sempurna dan pembentukan pori, maka kapasitas adsorpsi masih sangat
rendah karena masih terdapat residu. Oleh karena itu, dilakukan proses
aktivasi bertujuan untuk menambah luas permukaan dan meningkatkan
kapasitas adsorpsi karbon aktif. Pada tahap ini akan dilepasan
senyawa-senyawa hidrokarbon, tar dan senyawa organik yang
menempel pada bahan baku karbon. Pada penelitian ini tujuan
penggunaan aktivasi kimiawi adalah untuk memutuskan rantai karbon
senyawa organik, sehingga diperoleh senyawa organic sehingga
diperoleh karbon murni. Proses aktivasi kimiawi menggunakan bahan
kimia atau reagen aktivasi. Bahan baku dalam proses ini terlebih
dahulu harus dikarbonisasi dan setelah itu di campur bahan kimia.

14
Arang karbonisasi direndam dalam larutan aktivasi setelah itu
kemudian dipanaskan. Rendam Bahan baku direndam dalam larutan
aktivasi selama 24 jam, kemudian tiriskan dan panaskan pada suhu
600°C sampai 900°C selama 1-2 jam sesuei pada ketebalan bahan
yang dipakai (Jamilatun dan Setyawan, 2014). Bahan kimia yang
digunakan yaitu H3PO4 karena sangat normal.
2.4.3. Standar Kualitas Arang Aktif
Kualitas arang aktif tergantung dari jenis bahan baku, teknologi
pengolahan, cara pengerjaan dan ketepatan penggunaannya. Oleh karena itu,
bagi produsen karbon aktif yang perlu diketahui adalah kualitas apa yang
ingin dihasilkan dengan menggunakan bahan baku yang ada serta untuk apa
tujuan karbon aktif tersebut.
Berbagai versi standar kualitas karbon aktif telah dibuat oleh negara
maju seperti Amerika, Inggris, Korea, Jepang dan Jerman. Indonesia telah
membuat pula standar mutu karbon aktif menurut Standar Industri Indonesia
yaitu SII 0258 – 79 yang kemudian direvisi menjadi SNI 06 - 3730 – 1995.
Meskipun demikian, beberapa industri atau instansi membuat persyaratan
sendiri dalam menerima kualitas karbon aktif yang ditawarkan, misalnya
persyaratan kualitas menurut Kementerian Kesehatan, persyaratan kualitas
bagi pengolahan minyak bekas, untuk industri gula, monosodium glutamat,
dan lain-lain. Karakterisasi standar karbon aktif berdasarkan SNI No. 06-
3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 2.1. berikut.

15
Table 2.2 Standar kualitas karbon aktif menurut SNI (1995)

Uraian Syarat Kualitas


Butiran Serbuk
Bagian yang hilang pada Maks. 15 Maks. 25
pemanasan 9500C, %
Kadar Air, % Maks. 4,5 Maks. 15
Kadar Abu, % Maks. 2,5 Maks. 10
Bagian tidak mengarang 0 0
Daya serap terhadap I2, mg/g Min. 750 Min. 750
Karbon aktif murni, % Min. 80 Min. 65

2.4.4. Pengujian Kualitas Karbon Aktif


Kualitas arang aktif tergantung dari jenis bahan baku, teknologi
pengolahan, cara pengerjaan dan ketepatan penggunaannya. Oleh karena itu,
bagi produsen karbon aktif yang perlu diketahui adalah kualitas apa yang
ingin dihasilkan dengan menggunakan bahan baku yang ada serta untuk apa
tujuan karbon aktif tersebut.
a. Daya serap

Persentase berat air yang mampu diserap karbon aktif di dalam air
disebut daya serapan air. Pengujian daya serap ini telah dilakukan terhadap
semua jenis variasi sampel yang ada. Pengujian daya serap air (Water
absorbtion) dilakukan pada masing-masing sampel pengeringan. Lama
perendaman dalam air adalah selama 24 jam dalam suhu kamar. Diukur
massa awal sebelum dan sesudah direndam. Untuk mendapatkan nilai
penyerapan air dapat dihitung :

Dimana, Mb= Massa sampel dalam keadaan basah (gr)


Mk= Massa sampel dalam keadan kering (gr)

16
b. Kadar air

Karbon aktif dengan kadar air rendah akan memiliki pori-pori yang
kecil, sehingga karbon aktif yang dihasilkan berkualitas baik. Penetapan
kadar air karbon aktif bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar air yang
teruapkan pada karbon aktif yang dihasilkan setelah melalui proses aktivasi.
Prosedur perhitungan kadar air karbon aktif kayu kusambi menggunakan
standar SNI No 06-3730-1995:

Dimana : Ma = Massa sampel awal (gr)


Mb = Massa sampel hasil penyusutan (gr)
c. Kadar Abu

Abu adalah bahan yang tersisa apabila karbon dipanaskan hingga


massa konstan. Kadar abu ini sebanding dengan kandungan bahan
anorganik di dalam karbon aktif. Penetapan kadar abu bertujuan untuk
mengetahui kandungan oksida logam dalam karbon aktif. Kadar abu
merupakan sisa dari pembakaran yang sudah tidak memiliki unsur karbon
lagi. Nilai kadar abu menunjukkan jumlah sisa dari akhir proses pembakaran
berupa zat-zat mineral yang tidak hilang selama proses pembakaran.
Perhitungan kadar abu karbon aktif menggunakan standar SNI No.06-3730-
1995:

Dimana : Ma = Massa sampel awal (gr)


Mb = Massa abu total (gr)
d. Zat Mudah Menguap

Besarnya suhu yang digunakan dalam proses pembuatan karbon


aktif akan mempengaruhi kadar zat mudah menguap. Semakin tinggi suhu
yang digunakan mengakibatkan semakin rendahnya kadar zat mudah
menguap pada karbon yang dihasilkan. Penetapan kadar zat mudah
menguap bertujuan mengetahui jumlah zat atau senyawa yang belum

17
menguap pada proses karbonisasi dan aktivasi. Perhitungan kadar zat mudah
menguap menggunakan standar SNI No 06-3730-1995:

Dimana : Ma = Massa sampel sebelum pemanasan (gram)


Mb = Massa sampel setelah pemanasan (gram)
e. Kadar Karbon

Fraksin karbon dalam arang aktif adalah hasil dari proses


pengarangan selain abu, air dan zat-zat yang mudah menguap. Penentuan
kadar karbon terikat bertujuan untuk mengetahui kandungan karbon setelah
proses karbonisasi dan aktivasi. Perhitungan kadar karbon menggunakan
standar SNI No 06-3730-1995:

2.5. Zeolit
“Zeni” dan “Lithos” adalah arti dari zeolit yang berasal dari bahasa
Yunani yang artinya batuan, karena mineral ini memiliki mendidih atau
mengembang, berbusa dan saat dipanaskanakan mengeluarkan air
.(Lestari,D.Y,2010). Zeolit alam adalah kristal silica alumina dengan
struktur tiga dimensi, dibentuk oleh alumina tetrahedral dan silika, dan
rongga dalamnya mengandung ion logam, biasanya berupa logam alkali
atau logam alkali tanah, dan molekul air dapat bergerak bebas.
Zeolit merupakan kristal alumina silika tetrahedral dengan
struktur kerangka tiga dimensi. Zeolit terkategori material nanopori
dengan diameter pori antara 0,3-1,5nm. Oleh sebeb itu, zeolit bisa
digunakan selaku penyerap, penukar ion serta katalis (Aubachetal.,2003).
Tidak hanya itu, zeolit juga dapat digunakan sebagai pembawa perangkat
elektronik yaitu sebagai bahan semikonduktor (Kalogeras dan Dova,
1998). Menurut prosesnya, zeolit dibedakan menjadi dua tipe, ialah:
zeolit alam serta zeoli tsintetik. Zeolit alam ada secara alami di alam,
sebaliknya zeolit sintetik terbuat dari alumina dan silika. Dan abu hasil
pembakaran batu bara juga dapat dijadikan bahan dasar pembuatan zeolit

18
sintetis.

Sari (2016) mengemukakan bahwa abu batubara dari


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ombilin di Savarrento
merupakan komponen utama yaitu 33,172% alumina (Al2O3) dan silika
56,232% (SiO2). Kandungan alumina dan silika padabottom ash hampir
sama dengan zeolit, sehingga bottom dapat digunakan untuk mensintesis
zeolit. Zeolite ion telah lama dikenal karena kemampuannya sebagai
penukar dan digunakan sebagai penghilang polutan kimiawi. Pada air
zeolit juga dapat mengikat bakteri E-Coli. Kapasitas ini bergantung pada
laju filtrasi dan rasio volume air terhadap massa zeolit dapat mengikat
bakteri E-Coli. Kapasitas ini bergantung pada laju filtrasi dan rasio
volume air terhadap massa zeolit.
2.5.1. Sifat-sifat Zeolit
1. Pertukaran ion dari zeolit
Satu parameter yang bisa digunakan untuk memastikan mutu
Zeolit yang akan digunakan ialah kapasitas pertukaran. Pertukaran
ini pada umumnya dinyatakan sebagai KTK (Kemampuan Tukar
Kation), yakni proses dimana kation lain dari larutan menggantikan ion
asli yang terkandung dalam kristal, jumlah ion Al dalam struktur zeolit
yang menentukan nilai KTK pada zeolit tersebut (Nurropiah,P, 2015).
2. Identitas Adsorpsi dari zeolit
Proses penyerapan suatu zat yang diperoleh zat lain, yang
hanya terjalin pada permukaan adalah Adsorpsi. Zat meresap disebut
adsorpben serta zat yang diserap disebut selaku fase adsorbat.
Adsorben umumnya berbentuk zat yang berongga padat, berupa
zeolit. Harus dehidrasi terlebih dulu dengan pemanasan (Rosdiana,T,
2006).
3. Aktivasi zeolit
Aktivasi adalah proses peningkatan kapasitas adsorpsi agar
diperoleh untuk kerja yang diperlukan cocok dengan

19
penggunaannya. Tujuan dari aktivitas zeolit adalah untuk membuat
struktur berpori yang luas permukaannya lebih besar. Memanaskan
atau pun mengolah asam maupun basa adalah percobaan dari aktivitas
zeolit. (Rosdiana,T, 2006).
2.5.2. Macam-macam zeolit
a) Zeolit alam
Karena adanya proses kimia dan fisika batuan yang
kompleks mengalami berbagai perubahan alam maka akan
terbentuknya zeolite alam,sehingga zeolite alam jauh lebih
murah karena diperoleh langsung dari alam dibandingkan
dengan zeolit sintetis. Zeolit alam dapat dibedakan menjadi 2
bagian ialah (Lestari,D.Y, 2010).

1. Zeolit tersusun dari beberapa tipe mineral yang


meliputi celah- celah batuan serta mineral lain berupa
kalkis, kwarsa,renit, klorit, flourit serta mineral
sulfide.
2. Zeolit ada dalam bentuk batuan, dan hanya sedikit
jenis zeolit yang ada dalam bentuk batuan tersebut,
antara lain klinoptiolit, analsim, laumontil, mordenit,
filipsit, erionik, kabasit dan heulandit.
b) Zeolit sintesis

Metode pengolahan limbah industry dapat menggunakan


zeolit sintetis yang telah direkayasa untuk mendapatkan
karakterisasi yang sama dengan zeolit yang alam. Zeolit sintesis
ini memiliki keunggulan yang efisien dalam pengolahan limbah
karena memiliki sifat yang lebih baik. Bahan utama dalam zeolit
esintesis merupakan alumunium silikat (gel) serta bergbagai
logam seperti kation, sehingga struktur zeolit sintetis ini
menyerupa gel. Maka zeolit ini sangat tergantung pada
kandungan aluminium serta Silikon, sehingga 3 gugus zeolit

20
sintetis (Saputra, R,2006) diantarnya :
1. Zeolit sintetis dengan kandungan Silika rendah,
Zeolit Al memiliki nilai ekonomis yang tinggi
karena dalam jumlah yangbesar, berpori, dan
memiliki efek memisahkan kapasitas besar secara
efektif. Volume porinya dapat mencapai 0,5 cm2 tiap
cm2 volume zeolit.
2. Zeolit sintetis dengan kandungan silica sedang,
zeolite putih memiliki rasio Si/Al = 5 yang sangat
stabil, sehingga memiliki pembandingan Si/Al = 5
sangat stabil, kemudian diusahakan untuk membuat
zeolit dengan perbandingan Si/Al =1-3.
3. Zeolit sintetis dengan kandungan Silikon tinggi
adalah zeolit yang sangat cocok digunakan sebagai
katalasor asam untuk hidrokorban, karena memiliki
higroskopis yang kuat dan menyerap molekulpolar.
c) Zeolit komersial
Untuk meningkatkan produk atau layanan, maka banyak
produsen sering mencoba untuk menggunakan zeolit sebagai
aditif, untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dan sering
digunakan dalam kombinasi dengan produk lain untuk
memaksimalkan kinerjanya.
2.6. Proses Filterasi
Ada beberapa upaya untuk menurunkan kandungan zat kapur pada
air sumur gali, salah satunya dengan cara membuat alat filtrasi air dengan
beberapa material seperti karbon aktif, kerikil, ijuk, dan pasir (Mubarak dan
Chayatin, 2008). Filtrasi (penyaringan) ini merupakan proses pemisahan
antara padatan dan koloid dengan cairan. Proses penyaringan bisa juga
merupakan proses awal (primary treatment) (Kusnaedi, 2010). Pada proses
filtrasi terjadi dengan melalui suatu medium filter yang memiliki pori-pori
dengan ukuran tertentu. Proses pemisahan dengan filtrasi dapat dilakukan

21
karena memiliki perbedaan tekanan antara tekanan di dalam dan tekanan
dari luar. Perbedaan tekanan ini akan mendorong padatan pencemar
melewati lapisan medium filter, sehingga padatannya akan tertahan pada
medium filter. Dan penelitian ini menggunakan proses filtrasi. Dimana
sebelum air dari sungai difiltrasi, terlebih dahulu dibuat alat filtrasi dengan
menggunakan botol transparan berukuran 35 ml. Botol ini kemudian diisi
dengan bahan yang telah diaktivasi dengan urutan dari bawah ke atas adalah
kerikil, pasir, dan karbon aktif. Kerikil merupakan bebatuan kecil yang
berfungsi sebagai media penyangga dalam proses filtrasi agar media pasir
tidak terbawa aliran hasil penyaringan sehingga penyumbatan dapat
dihindari biasanya batu. Pasir, untuk menahan endapan lumpur. Dan karbon
aktif berfungsi untuk menghilangkan polutan mikro misalnya zat organik,
bau, serta menghilangkan kandungan besi (Fe), menghilangkan sedikit
mangan (Mn), dan warna kuning pada air tanah atau sumber air lainnya.
Dalam proses penyaringan karbon aktif terjadi proses adsorpsi, yaitu proses
penyerapan zat-zat yang akan dihilangkan oleh permukaan arang aktif.
Apabila seluruh permukaan karbon aktif sudah jenuh, atau sudah tidak
mampu lagi menyerap maka harus diganti dengan karbon aktif yang baru.

22
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penilitian


Proses penelitian tentang pemanfaatan arang kesambi sebagai
karbon aktif dan zeolit alam dalam penurunan kandungan zat kapur pada air
sumur gali dari Kelurahan Oesapa Kota Kupang dilakukan pada bulan
Oktober-Desember 2022, di Laboratorium Fisika Fakultas Sains Dan
Teknin Undana. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat Penilitian
1. Furnace
2. Gelas kimia
3. Kertas saring kasar
4. Wadah sampel
5. Botol transparan
6. Desikator
7. Spatula
8. Saringan 80 mesh
9. Neraca elektrik
10. Penjepit
11. Mortal dan alu
12. Cawan perselin
3.2.2. Bahan Penilitian
1. Air sumur gali
2. Arang kesambi (sebagai karbon aktif)
3. Zeolit alam
4. Larutan HCL
5. Aquades

23
3.3 Prosedur Penilitian
3.3.1. Persiapan awal sampel (Pengambilan)
Pada penilitian ini sampel yang digunakan yaitu air sumur gali yang
berasal dari kelurahan Oesapa Kota Kupang.
3.3.2. Proses pembuatan karbon aktif
Pembuatan karbon aktif dilakukan secara kimia dan
fisika (Meislilestari, 2013)
1. Kayu kusambi dibersihkan dari kulit luarnya dan di potong
kecil-kecil
2. Kayu kusambi selanjutnya dimasukan kedalam furnace
untuk proses pengarangan pada suhu 300°C selama 1 jam
sampai terbentuk arang
3. Setelah arang terbentuk, dicuci menggunakan aquades
untuk menghilangkan volatile dan tar yang tersisa pada
arang.
4. Dikeringkan kembali pada suhu 100°C selama 1 jam.
5. Kemudian arang tersebut diaktivasi secara fisika dan kimia
untuk menambah, membuka dan mengembangkan volume
pori dan memperbesar diameter telah terbentuk pada proses
karbonosasi pada suhu 650°C selama 20 menit. Dan
diaktivasi secara kimia dengan direndam larutan HCL
selama 24 jam.
6. Ditumbuk sehingga menjadi bubuk dan diayak dengan
ayakan 80 mesh.
7. Dilakukan pengujian pada untuk mengetahui kualitas karbon
aktif antara lain : daya serap air, kadar air, kadar abu, kadar
karbon dan kadar zat yang mudah menguap. Prosedur
analisis arang aktif mengacu pada Standar Nasional
Indonesia 06-3730-1995 tentang arang aktif teknis.
a) Kadar air
Sebanyak 20, 30 dan 50 gram arang aktif ditempatkan
pada cawan porselen 50 ml yang telah diketahui

24
massanya, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 1100C
selama 4 jam hingga diperoleh massa konstan. Arang
aktif kemudian didinginkan dalam desikator.
b) Kadar zat mudah menguap (kadar volatil)
Arang aktif kering dipanaskan dalam tanur pada suhu
900 0C selama 15 menit, lalu didinginkan dalam desikator
dan selanjutnya ditimbang.
c) Kadar abu total
Sebanyak 20, 30, dan 50 gram arang aktif
dimasukkan ke dalam tanur dan diabukan pada suhu 650
0
C selama 4 jam, lalu didinginkan dalam desikator. Abu
yang terbentuk ditimbang.
d) Kadar karbon
Kadar karbon dapat ditentukan melalui selisih
persentase total dengan jumlah persentase kadar air,
kadar zat mudah menguap, dan kadar abu dari arang
aktif.
e) Daya serap
Sebanyak 20, 30 dan 50 g arang aktif dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer, kemudian ditambahkan 100
mL larutan asam.
3.3.3. Proses pengaktifan zeolit alam
1. Zeolit alam dihancurkan untuk memperkecil ukuran butiran dengan
cara ditumbuk dengan mortar dan mengayaknya dengan ayakan
ukuran 80 mesh.
2. Zeolit bubuk selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan porselain,
dipanaskan dalam tanur pada suhu 150°C selama 60 menit,
didiamkan dalam tanur sampai suhu kamar dan ditampung dalam
wadah tertutup rapat. Zeolit hasil pengaktifan fisika ini dikeringkan
pada suhu udara, setelah kering diayak sehingga diperoleh zeolit
hasil pengaktifan fisika dengan ukuran butir 80 mesh.

25
3. Proses aktivasi secara kimia dilakukan dengan penambahan asam
klorida (HCl) selama 80 menit sambil diaduk. Setelah itu dilakukan
pencucian menggunakan akuades hingga pH netral.
4. Tahapan ketiga dilakukan pemanasan dalam oven pada suhu 300°C
selama 2 jam. Setiadi dan Pertiwi mengemukakan bahwa proses
pemanasan yang dilakukan pada zeolit alam suhu yang digunakan
adalah 300°C sampai 600°C cukup efektif dan tidak merusak
struktur awal zeolit (Setiadi dan Pertiwi 2007)
3.3.4. Proses filterasi sampel
Proses filterasi sampel dilakukan tiga tahap dengan
karbon aktif dan zeolit alam dan kombinasi antara karbon aktif
dan zeolit alam untuk mengetahui efektivitas arang kusambi
sebagai karbon aktif, ektivitas zeolit alam serta kombinasi antara
karbon aktif dan zeolit alam dalam penurunanan kandungan zat
kapur pada air sumur gali. (Ningrum, 2017)
A. Perlakuan pertama difilter sampel menggunakan karbon
aktif
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Diberi lubang secukupnya pada bagian bawah botol
untuk memudahkan air mengalir
3) Dipasang kertas saring kasar pada bagian bawah botol
4) Dimasukan karbon aktif dengan ukuran ke dalam botol
5) Setelah botol diisi dengan karbon aktif dituang sampel
dari atas
6) Disiapkan wadah untuk menampung air hasil filter
B. Perlakuan kedua difilter sampel menggunakan zeolit alam
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Diberi lubang secukupnya pada bagian bawah boto
untuk memudahkan air mengalir
3) Dipasang kertas saring kasar pada bagian bawah botol
4) Dimasukan zeolit alam ke dalam botol

26
5) Setelah botol diisi dengan zeolit alam dituang sampel
dari atas
6) Disiapkan wadah untuk menampung air hasil filter
C. Perlakuan pertama difilter sampel menggunakan kombinasi
karbon aktif dan zeolit alam.
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Diberi lubang secukupnya pada bagian bawah botol
untuk memudahkan air mengalir
3) Dipasang kertas saring kasar pada bagian bawah botol
4) Dimasukan karbon aktif dengan ukuran ke dalam botol
5) Setelah botol diisi dengan karbon aktif dituang sampel
dari atas
6) Disiapkan wadah untuk menampung air hasil filter

27
3.5. Diagram alir

Mulai

Pembuatan karbon aktif

Pengujian karbon aktif

Proses pengaktifan zeolit


alam

Proses filterasi

Filter sampel menggunakan Filter sampel


media arang kusambi sebagai menggunakan media
karbon aktif zeolite alam

Filter media menggunakan


media karbon aktif dan
zeolite alam

Proses analisis sampel

Selesai

Gambar 3.1 Tahapan penilitian

28
Diagram alir diatas menunjukan proses penurunan kandungan zat
kapur pada air sumur gali dari kelurahan Oesapa Kota Kupang dengan
memanfaatkan arang kusambi sebagai karbon aktif dan zeolit alam. Tahap
pertama yang dilakukan adalah pembuatan karbon aktif dari arang kusambi.
Setelah karbon aktif dibuat, akan dilakukan pengujian pada karbon aktif
antara lain : daya serap air, kadar air, kadar abu, kadar karbon dan zat yang
mudah menguap. Dan selanjutnya zeolit dihaluskan dan diaktifkan secara
fisika dan kimia.

Setelah dilakukan pengujian pada karbon aktif, selanjutnya dilakukan


proses filterasi sampel yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
efektivitas arang kusambi sebagai karbon aktif, efektivitas zeolit alam dan
efektivitas karbon aktif dan zeolit alam dalam penurunan kandungan zat
kapur pada air sumur gali. Tahap pertaman dilakukan proses filterasi dengan
hanya menggunakan arang kusambi sebagai karbon aktif untuk memfilter
air sumur, dilanjutkan tahap kedua dilakukan proses filterasi dengan hanya
menggunakan zeolit alam untuk memfilter air sumur gali dan tahap terakhir
dilakukan proses filterasi dengan menggunakan arang kusambi sebagai
karbon aktif dan zeolit alam untuk menurunkan kandungan zat kapur pada
air sumur gali. Dan sampel hasil filterasi akan di analisi.

29
DAFTAR PUSTAKA

Aidha, N. N. (2013). Aktivasi zeolit secara fisika dan kimia untuk menurunkankadar kesadahan
(Ca dan Mg) dalam air tanah. Jurnal Kimia dan Kemasan, 35(1), 58-64.
Aliya, 2013, Mengenal Teknik Penjernihan Air, diterbitkan oleh CV Aneka Ilmu
Anonim, 2014. Air Mengandung Zat Kapur Tinggi. Diakses dari
http://nanosmartfilter.com/tag/air-mengandung-zat-kapur-tinggi
Chandra, B., 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan Cetakan I, Jakarta : EGC.
Handoko, A., Ulfah, N., Pertiwi, D. B., Nararais, D., Khanifudin, M., & Annisa, K. R. (2019).
Analisis Kualitas Air yang Mengandung Zat Kapur sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Kesehatan Masyarakat Dusun Gading. Prosiding Konferensi Pengabdian Masyarakat, 1,
277-279.
https://www.bps.go.id tentang sumber-sumber air bersih
Kusnaedi, 2010, Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum diterbitkan oleh Penebar Swadaya,
Jakarta.
Kumalasari F., Satoto Y. 2011. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air Bersih.
Bekasi: Laskar Aksara
Lestari, D. Y. (2010). Kajian modifikasi dan karakterisasi zeolit alam dari berbagai negara.
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia.
Noor, M. M., Bungawati, A., & Andri, M. (2019). Analisis kandungan zat kapur (caco3) dan
escherichia coli air minum di wilayah pengungsian desa lolu kabupaten sigi. Jurnal
Kolaboratif Sains, 1(1).
Nurullita, U., Astuti, R., & Arifin, M. Z. (2020). Pengaruh lama kontak karbon aktif sebagai
media filter terhadap persentase penurunan kesadahan CaCO3 air sumur artetis.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 6(1).

Prasetyo, Y., & Nasrudin, H. (2013). penentuan konsentrasi zncl2 pada proses pembuatan
karbon aktif tongkol jagung dan penurunan konsentrasi surfaktan linier alkyl
benzene sulphonate (las)(determination consentration zncl2 the making of
activated corn cob carbon and decreasing surfactant). unesa Journal of
Chemistry, 2(3).

Rahmawati, J. O., & Nurhayati, I. (2016). Pengaruh Jenis Media Filtrasi Kualitas Air
SumurGali. WAKTU: Jurnal Teknik UNIPA, 14(2), 32-38.

Sanropieetal, 1984, Pedoman Bidang Studi Penyediaan Air Bersih Akademi Penilik
Kesehatan Teknologi Sanitasi (APK-TS).

Soekardi, Y. 2012. Pemanfaatan dan Pengolahan Kelapa Menjadi Berbagai Bahan


Makanan dan Obat Berbagai Penyakit. Bandung: Yrama Widya
Sudarni, S. (2020). Aktivasi zeolit dan karbon aktif dalam menurunkan kesadahan air di
kampung sapiriakota makassar. Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika
dan Masyarakat,
20(1), 19-23.
Swastha, J. T. (2010). Kemampuan Arang Aktif dari Kulit Singkong dan Dari Tongkol Jagung
dalam Penurunan Kadar COD dan BOD Limbah Pabrik Tahu UniversitasNegeri
Semarang].
Turmuzi, M., & Syaputra, A. (2015). Pengaruh suhu dalam pembuatan karbon aktif dari kulit
salak (Salacca Edulis) dengan impregnasi asam fosfat (H3PO4). Jurnal Teknik Kimia
USU, 4(1), 42-46.
Udyani, K., Purwaningsih, D. Y., Setiawan, R., & Yahya, K. (2019). Pembuatan Karbon
Aktif Dari Arang Bakau Menggunakan Gabungan Aktivasi Kimia dan Fisika
Dengan Microwave. Jurnal Iptek, 23(1), 39-46.
Widayat, Wahyu. 2007. Pilot Plant Pengolahan Air Minum dengan Proses Biofiltrasi dan
Ultrafiltrasi. JAI : Vol. 4
Yaqin, N., & Kartikasari, T. D. (2019). penurunan kadar kesadahan dengan menggunakan
filterpada air tanah di desa doudo kecamatan panceng kabupaten gresik metode
kompleksometri. Jurnal Sains, 9(17)

Anda mungkin juga menyukai