Anda di halaman 1dari 28

“IDENTIFIKASI PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PERUSAHAAN

DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA HANDAYANI KABUPATEN


GUNUNGKIDUL CABANG BRIBIN”

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pengganti Ujian Tengah Semester (UTS)


Mata Kuliah Pengelolaan Air Bersih
Dosen Pengampu : Bibit Nasrokhatun Diniah, SKM., M.Kes

Oleh :
Elina Haqie (CMR0180040)

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’ alamin, segala puji dan syukur tak henti-hentinya


penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat-Nya yang
tercurah untuk hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah dengan
judul “Identifikasi Pengelolaan Air Bersih Di Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Handayani Kabupaten Gunungkidul Cabang Bribin”
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengelolaan Air Bersih. Penyusun menyadari bahwa terselesaikannya penulisan
makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Bibit Nasrokhatun Diniah, SKM., M.Kes
selaku dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan Air Bersih.
Penyusun menyadari dalam penulisannya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapan
penulis demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca.

Kuningan, Novemver 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih.......................................................................4
2.2 Standar Kualitas Air Minum.........................................................................5
2.3 Persyaratan Penyediaan Air Bersih...............................................................7
2.4 Unit Air Baku................................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................9
3.1 Gambaran Umum PDAM Tirta Handayani Gunungkidul............................9
3.2 Kasus Pengelolaan Air Bersih di PDAM Tirta Handayani Gunungkidul.....9
3.3 Analisis Pengolahan Air Bersih di PDAM Tirta Handayani Gunungkidul 10
3.3.1 Sumber Air Baku...............................................................................10
3.3.2 Klasifikasi Air...................................................................................11
3.3.3 Jenis Air............................................................................................11
3.3.4 Aktivitas Pencemaran Air Baku........................................................11
3.3.5 Baku Mutu Kualitas Air Bersih Sesuai dengan Regulasi yang
Berlaku..............................................................................................12
3.3.6 Baku Mutu Kualitas Air Bersih Olahan Sesuai dengan Regulasi yang
Berlaku..............................................................................................13

iii
3.3.7 Parameter yang Masih Menjadi Kendala / Belum Sesuai dengan
Baku Mutu Air Bersih......................................................................13
3.3.8 Unit Distribusi...................................................................................14
3.4 Metode Pengolahan Air Bersih....................................................................15
3.5 Diagram Alur Proses Pengolahan Air Bersih...............................................15
BAB IV PENUTUP..............................................................................................17
4.1 Kesimpulan...................................................................................................17
4.2 Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Baku Mutu Air Minum Untuk Parameter Wajib ....................................6
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Kualitas Air SPAM Bribin on Site..............................12
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Kesadahan Total Coliform pada Air Baku..................12
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Kualitas Air Olahan SPAM Bribin on Site..................13
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Kesadahan Total Coliform pada Air Baku..................13

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Unit Produksi Air Bersih (Anonim, 2017)...........................................4


Gambar 3.1 Instalasi Pengolahan Air SPAM Bribin.............................................15

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air memberikan berbagai manfaat yang besar bagi kehidupan manusia


ataupun makhluk hidup lainnya. Bagi manusia, air berfungsi sebagai air
minum dan di dalam tubuh manusia air diperlukan untuk transportasi zat-zat
makanan serta melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan oleh tubuh.
Selain itu, air juga berperan besar dalam pertumbuhan tanaman. Keterbatasan
jumlah air baku yang dapat dimanfaatkan oleh manusia merupakan suatu
masalah yang harus diselesaikan. Meningkatnya jumlah penduduk juga akan
mempengaruhi peningkatan dalam konsumsi air bersih. Oleh sebab itu
diperlukan adanya pengelolaan sumber daya air yang baik untuk dapat
memanfaatkan jumlah air yang sedikit dengan sebaik mungkin (Nurmalia,
2019).
Kawasan Gunungkidul memiliki struktur batuan dominan yaitu batuan
karst. Topografi di permukaan karst umumnya memiliki kondisi tanah yang
kering dan gersang sebab kandungan air di dalamnya sedikit. Air banyak
ditemukan di retakan batuan, gua ataupun di bawah tanah dalam sehingga di
kawasan karst umumnya banyak ditemukan sungai bawah tanah (Nurmalia,
2019).
Pada suatu lokasi di Gunungkidul, PATS (Pengangkatan Air Tenaga
Surya) dikelola oleh pengurus yang tidak memiliki latar belakang pendidikan
dan keahlian dalam hal operasional dan pengelolaan SPAM (Sistem
Penyediaan Air Minum) dan panel surya. Pompa secara bertahap mengalami
penurunan fungsi dan pada akhirnya satu per satu rusak. Hal ini disebabkan
salah satunya karena pengelola tidak melakukan pemeliharaan dan perawatan
yang memadai terhadap pompa maupun perangkat panel surya (Anonim,
2017). Sedangkan menurut Setiawan (2013), kondisi panel surya di Desa
Giricahyo, Kecamatan Purwosari masih dalam keadaan baik walaupun sudah

1
mengalami penurunan efisiensi. Selain itu, pompa mengalami kerusakan yang
disebabkan oleh efek korosi dan scaling pada komponen mekaniknya, namun
secara elektikal kondisi pompa masih dalam kondisi baik.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :


1. Bagaimana pengelolaan air bersih di PDAM Tirta Handayani Gunungkidul
Cabang Bribin?
2. Apa sumber air yang digunakan?
3. Bagaimana klasifikasi air yang digunakan?
4. Apa jenis air yang digunakan?
5. Darimana asal aktivitas pencemaran air baku yang mungkin terjadi?
6. Bagaimana baku mutu kualitas air bakunya, apakah sudah sesuai dengan
regulasi yang berlaku?
7. Bagaimana baku mutu kualitas air bersih olahannya, apakah sudah sesuai
dengan regulasi yang berlaku?
8. Apa saja parameter yang masih menjadi kendala dalam pengolahan air
bersih / parameter apa yang masih belum sesuai dengan baku mutu air
bersih?
9. Bagaimana unit produksi?
10. Apa saja metode yang digunakan dalam melakukan pengolahan air?
11. Bagaimana diagram alur proses pengolahan air bersih tersebut?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan mengidentifikasi pengelolaan air bersih di


Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Handayani Kabupaten
Gunungkidul Cabang Bribin.

2
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengelolaan air bersih di PDAM Tirta Handayani


Gunungkidul Cabang Bribin
2. Menganalisis sumber air yang digunakan
3. Menganalisis klasifikasi air yang digunakan
4. Menganalisis jenis air yang digunakan
5. Menganalisis darimana asal aktivitas pencemaran air baku yang
mungkin terjadi
6. Menganalisis baku mutu kualitas air bakunya, apakah sudah sesuai
dengan regulasi yang berlaku
7. Menganalisis baku mutu kualitas air bersih olahannya, apakah sudah
sesuai dengan regulasi yang berlaku
8. Menganalisis parameter yang masih menjadi kendala dalam pengolahan
air bersih / parameter apa yang masih belum sesuai dengan baku mutu
air bersih
9. Menganalisis unit distribusi
10. Mengetahui metode yng digunakan dalam melakukan pengolahan air
11. Menggambarkan diagram alur proses pengolahan air bersih tersebut

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih

Suatu sistem penyediaan air mampu menyediakan air yang dapat


diminum dalam jumlah yang cukup merupakan hal penting bagi suatu kota
besar yang modern. Sistem penyediaan air bersih meliputi (Nurmalia, 2019) :
1. Unit Air Baku
Merupakan bangunan untuk mengambil air baku dari sumber air
dan dialirakan ke unit produksi melalui pipa transmisi. Bangunan
penyadap air baku sedapat mungkin dilakukan secara gravitasi, dilengkapi
dengan saringan kasar yang berfumgsi untuk menyaring sampah-sampah
yang terbawa aliran.
Ada beberapa cara sistem pengambilan air antara lain :
 Free intake
 Broncaptering
 Bendung
 Pompa
2. Unit Produksi
Merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat
suatu zat. Hal ini penting bagi air minum karena dengan adanya
pengolahan ini maka akan didapatkan suatu air minum yang memenuhi
standar air minum yang telah ditentukan. Unit produksi air minum dapat
dilihat pada Gambar 2.1.

4
Gambar 2.1 Unit Produksi Air Bersih (Anonim, 2017)
3. Unit Distribusi
Dalam sistem distribusi air bersih terdiri dari reservoar distribusi
dan jaringan pipa distribusi.
a Reservoar Distribusi
Reservoar distribusi merupakan tempat penampungan air
sementara yang menampung air disaat pemakaian lebih sedikit dari
suplai dan digunakan untuk menutupi kekurangan disaat pemakaian
lebih besar dari suplai. Reservoar distribusi biasanya berupa menara
reservoar/tangki atau ground reservoir. Reservoar distribusi umumnya
berbentuk kotak dan bentuk bulat atau kerucut biasanya dibuat untuk
menambah nilai artistik sehingga enak dipandang.
b Jaringan Pipa
Pemakaian jaringan pipa dalam bidang teknik sipil terdapat pada
sistem jaringan distribusi air minum. Sistem jaringan ini merupakan
bagian yang paling mahal dari suatu perusahaan air minum. Oleh
karena itu harus dibuat perencanaan yang teliti untuk mendapatkan
sistem distribusi yang efisien. Jumlah atau debit air yang disediakan
tergantung pada jumlah penduduk dan jenis industri yang dilayani.

5
2.2 Standar Kualitas Air Minum

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum yang
aman dikonsumsi bagi kesehatan adalah air yang memenuhi persyaratan
fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif. Untuk memenuhi hal tersebut
perlu adanya pengawasan secara eksternal maupun internal. Pengawasan
eksternal yang dimaksud adalah pengawasan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh KKP khusus untuk wilayah kerja KKP,
sedangkan pengawasan internal dilaksanakan oleh penyelenggara air minum
untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi syarat yang
telah ditetapkan. Berikut adalah baku mutu air minum untuk parameter wajib
yang diperbolehkan :
Tabel 2.1 Baku Mutu Air Minum Untuk Parameter Wajib

Kadar maks yang


No Jenis Parameter Satuan
diperbolehkan
Parameter yang berhubungan
1
langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
Jumlah per 100
1) E. Coli 0
ml sampel
Jumlah per 100
2) Total Bakteri Koliform 0
ml sampel
b. Kimia an-organik
1) Arsen mg/l 0,01
2) Fluorida mg/l 1,5
3) Total Kromium mg/l 0,05
4) Kadmium mg/l 0,003
5) Nitrit, (sebagai NO₂-) mg/l 3
6) Nitrat, (sebagai NO₃-) mg/l 50
7) Sianida mg/l 0,07
8) Selenium mg/l 0,01
Parameter yang tidak langsung
2
berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1) Bau Tidak berbau
2) Warna TCU 15

6
3) TDS mg/l 500
4) Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak berasa
6) Suhu °C Suhu udara ± 3
b. Parameter Kimiawi
1) Alumunium mg/l 0,2
2) Besi mg/l 0,3
3) Kesadahan mg/l 500
4) Khlorida mg/l 250
5) Mangan mg/l 0,4
6) pH mg/l 6,5 – 8,5
7) Seng mg/l 3
8) Sulfat mg/l 250
9) Tembaga mg/l 2
10) Amonia mg/l 1,5

Sumber : Permenkes No 492 Tahun 2010

2.3 Persyaratan Penyediaan Air Bersih

1. Persyaratan Kualitatif
Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu atau kualitas dari air
baku air bersih.
a. Syarat-syarat fisik
Air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa.
b. Syarat-syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia.
c. Syarat bakteriologis atau mikrobiologis
Air minum tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitic.
d. Syarat-syarat radiologis
Air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan
yang mengandung radioaktif.
2. Persyaratan Kuantitatif
Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau
dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya, air baku tersebut dapat

7
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jumlah penduduk
yang akan dilayani.
3. Persyaratan Kontinuitas
Arti kontinuitas disini adalah bahwa air baku untuk air bersih
tersebut dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif
tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan (Kalensum,
2016).

2.4 Unit Air Baku

Menurut Permen PUPR 27 Tahun 2016, unit air baku adalah sarana dan
prasarana pengambilan dan/atau penyedia air baku, meliputi bangunan
penampungan air, bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran, dan
peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana
pembawa serta perlengkapannya. Sumber air baku terdiri dari :
1. Mata air;
2. Air tanah; dan
3. Air permukaan (sungai, danau, air laut, waduk, embung).
Bangunan penampungan air merupakan bangunan pengumpul air baku
sebelum disalurkan ke unit produksi. Tipe-tipe bangunan pengambilan air
baku dengan sumber air baku adalah air tanah dibedakan menjadi sumur
dangkal dan sumur dalam.
1. Sumur dangkal
 Pertimbangan pemilihan sumur dangkal adalah secara umum
kebutuhan air di daerah perencanaan kecil; potensi sumur dangkal
dapat mencukupi kebutuhan air bersih di daerah perencanaan (dalam
kondisi akhir musim kemarau/kondisi kritis.
 Perlengkapan bangunan sumur dangkal dengan sistem sumur gali,
meliputi: ring beton kedap air, penyekat kontaminasi dengan air
permukaan tiang beton, ember/pompa tangan. Sedangkan
perlengkapan sumur dangkal dengan sistem sumur pompa tangan

8
(SPT) meliputi pipa tegak (pipa hisap), pipa selubung, saringan, sok
reducer.
2. Sumur dalam
 Pertimbangan pemilihan sumur dalam adalah secara umum
kebutuhan air di daerah perencanaan cukup besar; di daerah
perencanaan potensi sumur dalam dapat mencukupi kebutuhan air
minum daerah perencanaan sedangkan kapasitas air dangkal tidak
memenuhi.
 Sumur dalam sumur pompa tangan (SPT) dalam meliputi pipa tegak
(pipa hisap), pipa selubung, saringan, sok reducer. Sumur pompa
benam (submersible pump) meliputi pipa buta, pipa jambang,
saringan, pipa observasi, pascker socket/reducer, dop socket, tutup
sumur, batu kerikil.

2.1

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum PDAM Tirta Handayani Gunungkidul

Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten yang terletak Daerah


Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Gunungkidul terletak 39 KM di sebelah
tenggara Yogyakarta. Kawasan Gunungkidul memiliki struktur batuan
dominan yaitu batuan karst. Topografi di permukaan karst umumnya
memiliki kondisi tanah yang kering dan gersang sebab kandungan air di
dalamnya sedikit. Air banyak ditemukan di retakan batuan, gua ataupun di
bawah tanah dalam sehingga di kawasan karst umumnya banyak ditemukan
sungai bawah tanah.
PDAM Tirta Handayani adalah perusahaan daerah di kabupaten
Gunungkidul yang turut serta memajukan gunungkidul melalui aliran air
bersih untuk masyarakat Gunungkidul. PDAM Tirta Handayani mempunyai
motto “Melayani Dengan Sepenuh Hati Tanpa Henti” menjadi pegangan
teguh dalam progresinisme kerja. Demi mencakup dan melancarkan
pelayanan yang prima, PDAM Tirta Handayani memiliki 4 kantor cabang
yakni kantor cabang Wonosari, kantor cabang Seropan, kantor cabang Baron
dan kantor cabang Bribin.

3.2 Kasus Pengelolaan Air Bersih di PDAM Tirta Handayani Gunungkidul

Kawasan Gunungkidul memiliki struktur batuan dominan yaitu batuan


karst. Topografi di permukaan karst umumnya memiliki kondisi tanah yang
kering dan gersang sebab kandungan air di dalamnya sedikit. Air banyak
ditemukan di retakan batuan, gua ataupun di bawah tanah dalam sehingga di
kawasan karst umumnya banyak ditemukan sungai bawah tanah.
Pendistribusian air pada sub sistem bribin di Kabupaten Gunungkidul
masih belum merata, baru 27% dari wilayah cakupan yang sudah teraliri oleh
air PDAM. Hal itu disebabkan karena keterbatasan dana dari PDAM untuk

10
memfasilitasi keseluruhan wilayah layanan sehingga pendistribusian air
bersih tidak merata.
Pada suatu lokasi di Gunungkidul, PATS (Pengangkatan Air Tenaga
Surya) dikelola oleh pengurus yang tidak memiliki latar belakang pendidikan
dan keahlian dalam hal operasional dan pengelolaan SPAM (Sistem
Penyediaan Air Minum) dan panel surya. Pompa secara bertahap mengalami
penurunan fungsi dan pada akhirnya satu per satu rusak. Hal ini disebabkan
salah satunya karena pengelola tidak melakukan pemeliharaan dan perawatan
yang memadai terhadap pompa maupun perangkat panel surya (Anonim,
2017). Sedangkan menurut Setiawan (2013), kondisi panel surya di Desa
Giricahyo, Kecamatan Purwosari masih dalam keadaan baik walaupun sudah
mengalami penurunan efisiensi. Selain itu, pompa mengalami kerusakan yang
disebabkan oleh efek korosi dan scaling pada komponen mekaniknya, namun
secara elektikal kondisi pompa masih dalam kondisi baik.

3.3 Analisis Pengolahan Air Bersih di PDAM Tirta Handayani Gunungkidul


3.3.1 Sumber Air Baku

Untuk mengidentifikasi sumber air baku, maka data yang dibutuhkan


adalah berupa kapasitas sumber air baku dan kapasitas produksi dari PDAM.
Berikut lokasinya :
PDAM sub sistem Bribin yang terletak di Desa Dadap Ayu, Kecamatan
Semanu, Kabupaten Gunungkidul menggunakan sumber air baku sungai
bawah tanah Bribin yang memiliki kapasitas sumber air baku yaitu 750 L/dt
dengan kapasitas produksi 135 L/dt sehingga jumlah sisa air baku adalah 750
L/dt – 135 L/dt = 615 L/dt, maka PDAM sub sistem Bribin dapat memenuhi
kebutuhan air baku dengan tetap menggunakan sungai bawah tanah Bribin
sebagai sumber air baku. Sampai dengan Bulan September 2018, sambungan
rumah yang sudah mengalir sebesar 8.517 unit dengan jumlah penduduk
terlayani 73.098 jiwa. Pada saat musim hujan, air baku pada Sungai Bribin
menjadi keruh sehingga dilakukan pengolahan air di WTP (Water Treatment

11
Plant) sebelum didistribusikan ke masyarakat. Dalam hal ini WTP hanya
digunakan pada saat kualitas air menurun atau pada saat tingkat kekeruhan air
tinggi, akan tetapi jika pada saat musim kemarau dengan kondisi air jernih
maka air dari sungai bawah tanah langsung dipompakan menuju reservoir
tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Terdapat bangunan
penangkap air berupa sumuran dengan konstruksi bangunan terbuat dari
pasangan batu dan beton.

3.3.2 Klasifikasi Air

Menurut PP No 82 Tahun 2001 terdapat klasifikasi mutu air yang


ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut;
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

3.3.3 Jenis Air

IPA (Instalasi Pengolahan Air) di SPAM Bribin menggunakan jenis


IPA Paket.

12
3.3.4 Aktivitas Pencemaran Air Baku

Air yang telah dipompa dari sumber air baku selanjutnya melalui
proses water treatment untuk menjaga kualitas air supaya aman dikonsumsi
oleh masyarakat. Tidak selalu air baku dari SPAM Bribin melalui pengolahan
di WTP karena sumber air baku cukup bersih sehingga hanya pada saat
musim hujan saja air baku melalui proses pengolahan karena air baku cukup
keruh.
Waktu operasional SPAM Bribin dengan kapasitas produksi 150
L/detik sudah mencapai 24 jam/hari sehingga hal ini tidak akan mengganggu
aktivitas masyarakat dalam konsumsi air bersih. Tipe bangunan pengolahan
air berupa IPA Paket dengan kapasitas 100 L/detik dengan konstruksi
bangunan dari baja.

3.3.5 Baku Mutu Kualitas Air Bersih Sesuai dengan Regulasi yang
Berlaku

Regulasi yang digunakan untuk baku mutu kualitas air bersih adalah
Permenkes No 492 Tahun 2010. IPA (Instalasi Pengolahan Air) di SPAM
Bribin menggunakan jenis IPA Paket. Untuk sampel air baku diambil dari
keran air yang belum melalui WTP. Hasil pengukuran on site berupa pH,
suhu dan TDS tercantum dalam Tabel 3.1. Sedangkan untuk hasil pengujian
kesadahan total dan total coliform telah disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.1 Hasil Pengujian Kualitas Air SPAM Bribin on Site


No Parameter Baku Mutu Air Baku Keterangan
Memenuhi baku
1 pH 6,5 – 8,5 7
mutu
Memenuhi baku
2 Suhu (°C) Suhu udara ± 3ºC 29,8
mutu
Memenuhi baku
3 TDS (ppm) 500 351
mutu

13
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Kesadahan Total Coliform pada Air Baku
No Sampel Baku Mutu Air Baku Keterangan
Kesadahan Memenuhi baku
1 500 348
Total (mg/l) mutu
Total Memenuhi baku
2 coliform 0 0 mutu
(CFU/100ml)

3.3.6 Baku Mutu Kualitas Air Bersih Olahan Sesuai dengan Regulasi
yang Berlaku

Regulasi yang digunakan untuk baku mutu kualitas air bersih adalah
Permenkes No 492 Tahun 2010. IPA (Instalasi Pengolahan Air) di SPAM
Bribin menggunakan jenis IPA Paket. Untuk sampel air hasil olahan langsung
diambil dari WTP yang tersedia.

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Kualitas Air Olahan SPAM Bribin on Site
No Parameter Baku Mutu Air Olahan Keterangan
Memenuhi baku
1 pH 6,5 – 8,5 7
mutu
Memenuhi baku
2 Suhu (°C) Suhu udara ± 3ºC 28,6
mutu
Memenuhi baku
3 TDS (ppm) 500 333
mutu

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Kesadahan Total Coliform pada Air Baku
Air Keterangan
No Sampel Baku Mutu
Olahan

14
Kesadahan Memenuhi baku
1 500 320
Total (mg/l) mutu
Total Memenuhi baku
coliform mutu
2 0 0
(CFU/100ml
)

3.3.7 Parameter yang Masih Menjadi Kendala / Belum Sesuai dengan


Baku Mutu Air Bersih

Tidak ada kendala dalam baku mutu air bersih maupun air hasil olahan
di SPAM Bribin. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, kualitas air baku
maupun air hasil olahan SPAM Bribin telah memenuhi baku mutu air minum
dengan 5 parameter yang diuji yaitu pH, suhu, TDS, kesadahan total dan total
coliform sehingga dapat dikatakan air bersih yang berasal dari SPAM Bribin
layak dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

3.3.8 Unit Distribusi

Daerah pelayanan dari SPAM Bribin mencakup Kecamatan Girisubo,


Rongkop, Tanjungsari, Tepus dan Semanu. Waktu pengaliran distribusi air
sudah mencapai 18 jam/hari dengan kapasitas distribusi 80 L/detik. Tingkat
kehilangan air mencapai 40.232 m atau 22,86% yang terdiri dari kebocoran
fisik dan kebocoran administrasi. Kebocoran fisik disebabkan oleh kerusakan
pada jalur perpipaan dan kurangnya tekanan air pada jalur pipa distribusi,
sedangkan kebocoran administrasi disebabkan oleh kesalahan pembacaan
meter, kerusakan water meter, sambungan liar dan operasional. Jika
dibandingkan dengan kriteria desain Departemen Pemukiman dan Prasarana
Wilayah Badan Penelitian dan Pengembangan : AB-K/RE-SK/TC/011/98
bahwa tingkat kebocoran yang diperbolehkan pada pipa distribusi adalah 15%
sampai dengan 30%, maka kebocoran air dari SPAM Bribin yaitu 22,86%

15
tidak melebihi dari kriteria desain yang telah ditentukan. Untuk
menanggulangi kebocoran tersebut, SPAM Bribin telah melakukan beberapa
cara sebagai berikut :
a. Untuk pipa GIP dengan mengelas bagian pipa yang bocor.
b. Untuk pipa PVC dengan memasang geboult joint.

Dalam operasional unit distribusi, SPAM Bribin mengalami beberapa


kendala yang dihadapi sebagai berikut :

a. Terjadinya pemadaman PLN secara mendadak.


b. Tegangan PLN yang tidak stabil sehingga pompa distribusi harus
dimatikan demi keamanan pompa.
c. Terjadinya kebocoran besar pada pipa.

Untuk mengatasi masalah diatas, berikut adalah upaya yang telah


dilakukan :

a. Selalu berkoordinasi dengan pihak PLN.


b. Penanggulangan perbaikan instalasi pompa maksimal 1x24 jam.

3.4

16
3.4 Metode Pengolahan Air Bersih
Untuk meningkatkan kebutuhan air yang berkualitas, PDAM memiliki
Water Treatment Plant (WTP) yang merupakan sebuah sarana instalasi
pengolahan air dari air baku terkontaminasi untuk mendapatkan perawatan
kualitas air.
Pada saat musim hujan, air baku pada Sungai Bribin menjadi keruh
sehingga dilakukan pengolahan air di WTP (Water Treatment Plant) sebelum
didistribusikan ke masyarakat. Dalam hal ini WTP hanya digunakan pada saat
kualitas air menurun atau pada saat tingkat kekeruhan air tinggi, akan tetapi
jika pada saat musim kemarau dengan kondisi air jernih maka air dari sungai
bawah tanah langsung dipompakan menuju reservoir tanpa melalui proses
pengolahan terlebih dahulu. Terdapat bangunan penangkap air berupa
sumuran dengan konstruksi bangunn terbuat dari pasangan batu dan beton.
Untuk memompakan air dari Goa Bribin, digunakan pipa jenis GIP
(Galvanized Iron Pipe) dan 4 pompa dengan spesifikasi pompa.

3.5 Diagram Alur Proses Pengolahan Air Bersih

Di dalam IPA tidak terdapat semua unit pengolahan air secara lengkap,
melainkan hanya unit pengolahan Preklorinasi, Koagulasi, Sedimentasi,
Filtrasi dan Desinfeksi saja. Skema unit pengolahan air pada SPAM Bribin
dapat dilihat pada Gambar

Intake Preklorinasi Koagulasi

Filtrasi Sedimentasi Flokulasi

Desinfeksi

17
Gambar 3.1 Instalasi Pengolahan Air SPAM Bribin

Bahan kimia yang digunakan dalam proses desinfeksi yaitu berupa


PAC, Kaporit dan Soda Ash. Pembubuhan bahan kimia menggunakan pompa
pembubuh berjenis doozing pump dengan merk Grundfos dengan rata-rata
tahun pemasangan pada 2017. Dalam pengolahan air, SPAM Bribin
mengalami beberapa kendala sebagai berikut:

a. Proses saringan pasir halus sering mampat karena antara lumpur dan
pasir halus menyatu sehingga terjadi pemadatan.
b. Backwash kurang berfungsi maksimal sehingga pada saat melakukan
pengurasan molekul pasir dan lumpur masih menyatu.
c. Sering terjadi kerusakan pada elektro motor.
d. Fuse breaker sering putus.

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
PDAM Tirta Handayani Gunungkidul membagi daerah pelayanannya
menjadi 4 sistem yaitu sistem Bribin, Seropan, Wonosari dan Baron.
Pendistribusian air pada sub sistem bribin di Kabupaten Gunungkidul masih
belum merata, baru 27% dari wilayah cakupan yang sudah teraliri oleh air
PDAM. Hal itu disebabkan karena keterbatasan dana dari PDAM untuk
memfasilitasi keseluruhan wilayah layanan sehingga pendistribusian air
bersih tidak merata.
Daerah pelayanan dari SPAM Bribin mencakup Kecamatan Girisubo,
Rongkop, Tanjungsari, Tepus dan Semanu. Waktu pengaliran distribusi air
sudah mencapai 18 jam/hari dengan kapasitas distribusi 80 L/detik. Tingkat
kehilangan air mencapai 40.232 m atau 22,86% yang terdiri dari kebocoran
fisik dan kebocoran administrasi. Kebocoran fisik disebabkan oleh kerusakan
pada jalur perpipaan dan kurangnya tekanan air pada jalur pipa distribusi,
sedangkan kebocoran administrasi disebabkan oleh kesalahan pembacaan
meter, kerusakan water meter, sambungan liar dan operasional.

PDAM sub sistem Bribin yang terletak di Desa Dadap Ayu, Kecamatan
Semanu, Kabupaten Gunungkidul menggunakan sumber air baku sungai
bawah tanah Bribin yang memiliki kapasitas sumber air baku yaitu 750 L/dt
dengan kapasitas produksi 135 L/dt sehingga jumlah sisa air baku adalah 750
L/dt – 135 L/dt = 615 L/dt, maka PDAM sub sistem Bribin dapat memenuhi
kebutuhan air baku dengan tetap menggunakan sungai bawah tanah Bribin
sebagai sumber air baku.

Tidak ada kendala dalam baku mutu air bersih maupun air hasil olahan
di SPAM Bribin. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, kualitas air baku
maupun air hasil olahan SPAM Bribin telah memenuhi baku mutu air minum

19
dengan 5 parameter yang diuji yaitu pH, suhu, TDS, kesadahan total dan total
coliform sehingga dapat dikatakan air bersih yang berasal dari SPAM Bribin
layak dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Di dalam IPA tidak terdapat semua unit pengolahan air secara lengkap,
melainkan hanya unit pengolahan Preklorinasi, Koagulasi, Sedimentasi,
Filtrasi dan Desinfeksi saja.

20
DAFTAR PUSTAKA

Nurmalia, Ulfa. 2019. Identifikasi Permasalahan Sistem Penyediaan Air Minum


di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tugas Akhir.
Universitas Islam Indonesia.

https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/14206

Anonim. 2017. Laporan Final Pemilihan Inovasi Teknologi Pengembangan


SPAM pada Kawasan Khusus. Jakarta. Direktorat Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum, Direktorat Jendral Cipta Karya.

Setiawan, C., Setiawan, A.A., Sihana. 2013. Kajian Sistem Pengangkatan Air
Tenaga Surya di Gua Plawan, Desa Giricahyo, Kecamatan Purwosari,
Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Skripsi. Universitas Gadjah Mada.

Kalensum, H. 2016. Perencanaan Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih di


Kelurahan Pengolombian Kecamatan Tomohon Selatan. Jurnal Sipil Statik,
Vol 4 (2), 105-115.

Permenkes RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas


Air Minum

[pdf-embedder url=”http://pamsimas.org/konten/pustaka/peraturan/PMK-
No-492-ttg-Persyaratan-Kualitas-Air-Minum.pdf”]

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia


Nomor 27/PRT/M/2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air
Minum https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/136665/Permen
%20PUPR%20Nomor%2027%20Tahun%202016.pdf

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air


dan Pengendalian Pencemaran Air.

21
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/53103/pp-no-82-tahun-2001

22

Anda mungkin juga menyukai