Anda di halaman 1dari 8

IDENTIFIKASI STATUS GIZI

*Pengertian Status Gizi


Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang di akibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat
gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu
berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai. (Gibson, 1990)

*Macam-macam status gizi


1. Untuk anak di bawah usia 5 tahun
Indikator yang biasa dipakai untuk anak usia ini adalah berat badan terhadap umur (BB/U),
tinggi badan terhadap umur (TB/U), dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Ketiga
indikator ini dapat menunjukkan apakah seorang anak memiliki status gizi yang kurang,
pendek (stunting), kurus (wasting), dan obesitas.

 Berat kurang (underweight)


Underweight merupakan klasifikasi dari status gizi BB/U. BB/U menunjukkan
pertumbuhan berat badan anak terhadap umurnya, apakah sesuai atau tidak. Jika berat
badan anak di bawah rata-rata anak seusianya, maka dikatakan anak
tersebut underweight. Namun, jangan khawatir karena berat badan anak dapat selalu
berubah dengan mudah. Sehingga, indikator ini tidak memberi indikasi masalah gizi yang
berat pada anak.
 Pendek (stunting)
Stunting merupakan klasifikasi dari indikator status gizi TB/U. Anak yang
dikatakan stunting adalah ia yang memiliki tinggi badan tidak sesuai dengan umurnya,
biasanya ia akan lebih pendek daripada anak seusianya. Stunting merupakan akibat dari
kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang panjang, sehingga anak tidak bisa
mengejar ketertinggalan pertumbuhan tinggi badannya.
 Kurus (wasting)
Wasting merupakan salah satu klasifikasi dari indikator status gizi BB/TB. Anak yang
dikatakan kurus adalah mereka yang memiliki berat badan rendah yang tidak sesuai
terhadap tinggi badan yang dimilikinya. Wasting biasanya terjadi pada anak selama masa
penyapihan atau selama 2 tahun pertama kehidupannya. Setelah anak berumur 2 tahun,
biasanya risiko ia mengalami wasting akan menurun. Wasting merupakan tanda bahwa
anak mengalami kekurangan gizi yang sangat berat, biasanya terjadi karena kurangnya
asupan makanan atau penyakit infeksi, seperti diare.
 Gemuk
Merupakan lawan dari kurus, di mana sama-sama didapatkan dari pengukuran BB/TB.
Anak yang dikatakan gemuk adalah mereka yang mempunyai berat badan lebih terhadap
tinggi badan yang dimilikinya.
2. Untuk anak usia 5-18 tahun
Anak usia 5-18 masih mengalami banyak pertumbuhan dan perkembangan. Anda bisa
mengetahui status gizi dari anak usia 5-18 tahun dengan menggunakan indikator TB/U dan
IMT/U.

 Pendek (stunting)
Sama seperti penjelasan di atas, stunting didapatkan dari pengukuran tinggi badan
terhadap umur. Pada usia 5-18 tahun tinggi anak masih terus bertambah dan anak masih
bisa mengejar ketertinggalannya, walaupun mungkin kesempatannya hanya sedikit untuk
bisa mencapai tinggi badan normal.
 Kurus, gemuk, dan obesitas
Merupakan status gizi yang bisa didapatkan dari pengukuran IMT/U. IMT adalah indeks
massa tubuh seseorang yang didapatkan dari perhitungan berat badan dibagi dengan
tinggi badan. Kemudian, IMT ini disesuaikan dengan umur yang dimiliki anak. Jika IMT
anak lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata anak seusianya, maka dikatakan anak
tersebut kurus. Sebaliknya, jika IMT anak lebih tinggi atau lebih sangat tinggi
dibandingkan dengan rata-rata anak seusianya, dikatakan anak tersebut memiliki status
gizi yang gemuk atau obesitas.
3. Dewasa (lebih dari 18 tahun)
Berbeda dengan anak-anak, untuk mengetahui status gizi dewasa, Anda cukup mengetahui
indeks massa tubuh (IMT) Anda. IMT merupakan indikator dari komposisi tubuh Anda,
seperti massa lemak tubuh dan komposisi tubuh lainnya selain lemak (seperti tulang dan air).

*IMT

Indeks massa tubuh adalah metrik standar yang digunakan untuk menentukan siapa saja yang
masuk dalam golongan berat badan sehat dan tidak sehat. Indeks massa tubuh alias BMI
membandingkan berat badan Anda dengan tinggi badan Anda, dihitung dengan membagi berat
badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.

Misalnya, Anda ingin mencari tahu apakah Anda normal atau obesitas. Anda memiliki berat
badan 80 kilogram dan tinggi 1,75 m (175 centimeter).

Pertama, kalikan tinggi badan dalam kuadrat: 1,75 x 1,75 = 3,06. Selanjutnya, bagi angkat berat
badan dengan hasil kuadrat tinggi badan: 80/3,06 = 26,1. Terakhir, bandingkan angka BMI Anda
(26,1) dengan kategori berat badan yang tercantum di bawah ini:

 Di bawah 18,5 = Berat badan kurang


 18,5 – 22,9 = Berat badan normal
 23 – 29,9 = Berat badan berlebih (kecenderungan obesitas)
 30 ke atas = obesitas

*Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Orang Dewasa

1. Usia
Semakin bertambahnya umur maka akan semakin meningkat pula kebutuhan zat tenaga bagi
tubuh. Zat tenaga diperlukan untuk membantu tubuh untuk melakukan beragam aktivitas fisik.
Namun kebutuhan zat tenaga akan berkurang saat usia mencapai 40 thn keatas. Berkurangnya
kebutuhan tersebut dikarenakan menurunnya kemampuan metabolisme tubuh, sehingga tidak
membutuhkan tenaga yang berlebihan karena dapat menyebabkan terjadinya penumpukan
lemak di dalam tubuh sehingga menimbulkan terjadinya obesitas.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukan besar kecilnya asupan nutrisi yang dikonsumsi. Umumnya
perempuan lebih banyak memerlukan keterampilan dibandingkan tenaga, sehingga kebutuhan
gizi perempuan lebih sedikit dibandingkan laki-laki.
3. Pendapatan
Pendapatan mempengaruhi daya beli terhadap makanan. Semakin baik pendapatan maka akan
semakin baik pula makanan yang dikonsumsi baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Sebaliknya, pendapatan yang kurang mengakibatkan menurunnya daya beli terhadap makanan
secara kualitas maupun kuantitas.
4. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan berpengaruh terhadap
pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Semakin tinggi pendidikan
seseorang makaakan semakin baik status gizinya. Ini dikarenakan seseorang yang mengenyam
pendidikan biasanya lebih memahami dalam menerima informasi-informasi mengenai gizi.
5.Sosial Budaya
Budaya memiliki pengaruh besar dalam pemilihan dan pengolahan pangan menjadi makanan.
Budaya juga mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Salah satu contohnya, pada suku
Melayu mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan yang berkuah santan.
6. Perilaku Makan
Perilaku makan merupakan suatu wujud tindakan seseorangdalam memilih dan
mengkonsumsi makanan yang terbentuk melalui pengetahuan dan sikap. Jika keadaan ini
terus-menerus berlangsung maka akan menjadi kebiasaan makan dan akan membentuk pola
makan. Perilaku makan yang tidak seimbang akan mengakibatkan masalah gizi.
7. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapatmempengaruhi status gizi. Aktivitas fisik yang kurang akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan lemak dan dapat menyebabkan obesitas.
8. Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan perilaku
makan yang selanjutnya akan mempengaruhi status gizi.

*Identifikasi Status Ibu dan Ayah


*Aktivitas
Dari segi aktivitas, Ibu merupakan sosok yang rajin bekerja, aktivitas sehari-harinya adalah
layanaknya seperti ibu rumah tangga (Beres-beres rumah, memasak, mencuci, dll). Tidak
terlepas dari itu, Ibu sering olahraga setiap pagi baik itu lari lari kecil ataupun senam.
Pola Tidur 8 jam yang cukup.
*Kebutuhan Gizi seimbang
1. Karbohidrat,
Seperti padi, gandum,kentang, singkong, ubi jalar, roti dll. Tak jarang ibu mengonsumsi
karbohidrat, menurut pengamatan saya, ibu mengonsumsi karbohidrat yang cukup, dengan
makan nasi 3x sehari, pagi, siang dan sore.
2. Protein
Seperti susu, telur, jagung, kacang-kacangan. Menurut pengamatan saya Ibu mengonsumsi
Protein yang cukup. Kadang setiap pagi ibu sesekali meminum susu. Lalu jika Ibu memasakpun
misalnya sayur suka ditambah dgn bahan lainnya seperti kacang-kacangan
3. Lemak
Sumber lemak berasal dari daging, telur, minyak jagung, minyak kacang, kedelai, ikan, susu dll.
Menurut pengamatan saya Ibu sering mengonsumsi lemak. Dilihat dari segi fisik Ibu memiliki
berat badan yang lebih. Tetapi masih bisa di batasi pola makannya.
4. Vitamin
Vitamin dibagi menjadi dua kelas besar yaitu vitamin larut dalam air (Vitamin C, B1, B2, B6,
B12) dan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K). Menurut pengamatan saya Ibu
mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin. Terutama vitamin C, tiada hari tanpa makan
buah-buahan. Dari segi makanan, makanan yang dikonsumsi Ibu setiap harinya adalah seperti
daging, sayur-sayuran / lalap, buah2an, kacang2an.
5. Mineral
Kebutuhan mineralnya cukup
6. Air
Bagian terbesar zat pembentuk tubuh manusia, sumber air dari air teh, air putih, air susu dll.
Sangat jarang Ibu mengonsumsi air dingin, kopi, bersoda. Ia sering mengonsumsi air putih yang
cukup.

*Faktor resiko obesitas


1. Genetik
Genetik alias keturunan adalah salah satu komponen terbesar yang bisa memicu obesitas.
Anak dari orangtua yang obesitas jauh lebih berisiko mengalami obesitas dibanding anak
yang orangtuanya memiliki berat badan ideal.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di Journal of Clinical Investigastion diketahui bahwa
orang yang membawa gen FTO biasanya cenderung banyak makan makanan berlemak dan
tinggi gula. Selain itu orang dengan gen tersebut juga biasanya membutuhkan waktu lebih
lama untuk merasa kenyang. Nah, hal tersebutlah yang menyebabkan orang dengan gen FTO
lebih mungkin untuk mengalami obesitas.
Meski begitu bukan berarti obesitas sepenuhnya ditentukan oleh genentik. Pasalnya, apa yang
Anda konsumsi juga memiliki efek besar pada gen yang dapat memicu obesitas. Ya, jika
Anda memiliki gen obesitas dan Anda memiliki kebiasaan hidup yang tidak sehat, maka hal
tersebut justru akan meningkatkan risiko Anda berkali-kali lipat untuk mengalami obesitas.
Sebaliknya, jika Anda memiliki gen obesitas, tapi Anda secara teratur menerapkan pola hidup
sehat dengan memerhatikan asupan makanan serta rajin olahraga, maka risiko Anda terkena
obesitas pun akan menurun.
2. Junk food
Junk food adalah jenis makanan yang tinggi kandungan gula, lemak, garam, dan minyak.
Tanpa sadar, orang yang sering makan junk food menumpuk banyak kalori dan lemak di
tubuhnya.
Nah, hal inilah yang menyebabkan Anda mengalami kenaikan berat badan yang pada
akhirnya memicu obesitas. Jika sudah obesitas, maka Anda berisiko terkena penyakit kronis
lainnya.
3. Obat-obatan tertentu
Banyak obat-obatan dengan/tanpa resep dokter dapat menyebabkan penambahan berat badan
sebagai efek samping. Misalnya antidepresan yang sudah lama dikaitkan dengan kenaikan
berat badan secara perlahan-lahan.
Beberapa obat-obatan lain yang bisa memicu kenaikan berat badan adalah obat diabetes dan
antipsikotik yang sering digunakan untuk meredakan masalah mental. Obat-obatan ini
mengubah fungsi tubuh dan otak Anda, menyebabkan meningkatkan nafsu makan dan
berkurangnya tingkat metabolisme Anda. Hal tersebutlah yang memicu kenaikan berat badan.
4. Stres
Siapa sangka, stres nyatanya juga bisa jadi penyebab obesitas. Ya, stres sangat mungkin
menyebabkan obesitas. Pasalnya pada saat Anda mengalami stres, Anda akan lebih mudah
untuk lebih banyak makan, terutama makanan manis, guna sekadar meredakan stres dan
memperbaiki suasana hati.
Padahal tanpa disadari, konsumsi makanan di saat-saat seperti itu justru akan membuat Anda
mengonsumsi makanan ebih banyak, yang pada akhirnya akan menumpuk kalori, gula, serta
lemak di dalam tubuh. Nah, hal inilah yang menyebabkan Anda mengalami kenaikan berat
badan.
5. Malas gerak
Dengan adanya televisi, komputer, video game, mesin cuci, ponsel pintar, dan perangkat
kenyamanan modern lainnya, hidup kebanyakan orang memang jadi lebih santai. Sayangnya,
hal tersebut justru membuat banyak orang minim melakukan aktivitas fisik.
Padahal kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan perlambatan metabolisme dalam tubuh.
Ya, semakin sedikit Anda bergerak, maka semakin pula kalori yang Anda bakar.
Akibatnya, kalori akan lebih banyak menumpuk di dalam tubuh. Bahkan tak hanya soal kalori
saja. Aktivitas fisik yang minum juga memengaruhi kinerja hormon insulin dalam tubuh. Jika
kadar insulin dalam tubuh tidak stabil, maka erat kaitannya dengan penambahan berat badan.
6. Tidak cukup tidur
Penelitian telah menemukan bahwa jika Anda tidak cukup tidur, Anda berisiko dua kali lipat
untuk mengalami obesitas. Risiko ini berlaku untuk orang dewasa dan anak-anak. Hal ini
berdasarkan penelitian dilakukan di Warwick Medical School di University of Warwick.
Para ahli dalam penelitian tersebut meninjau bukti di lebih dari 28.000 anak dan 15.000 orang
dewasa. Hasil penelitian jelas menunjukkan bahwa kurang tidur secara signifikan
meningkatkan risiko obesitas pada kedua kelompok.
Kurang tidur dapat menyebabkan obesitas melalui peningkatan nafsu makan akibat dari
perubahan hormonal. Jika Anda tidak cukup tidur, Anda menghasilkan Ghrelin, hormon yang
merangsang nafsu makan. Kurang tidur juga mengakibatkan tubuh Anda memproduksi lebih
sedikit Leptin, hormon yang menekan nafsu makan.
6. Pertambahan Usia
Makin tua usia kita, maka makin besar pula risiko bertambahnya berat badan. Hal ini
diakibatkan oleh metabolisme tubuh yang menurun dan massa otot yang berkurang.

Anda mungkin juga menyukai