Anda di halaman 1dari 61

TUGAS BESAR

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM DI


KECAMATAN SINGKAWANG TENGAH

Disusun Oleh :
MARIO NAUFAL SOPRANO
D1051191073

Dosen Pembimbing :
ULLI KADARIA, ST. MT.
NIP. 198810192015042001

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Besar
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum di Kecaamatan Singkawang Tengah,
Kota Singkawang, Kalimantan Barat yang dapat di selesaikan dengan tepat waktu.

Selama menyelesaikan laporan ini, penyusun telah banyak menerima


bimbingan, pengarahan, petunjuk dan saran, serta fasilitas yang membantu dari awal
hingga akhir dari penulisan serta penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu ulli kadaria, ST. MT. sebagai dosen mata
kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum serta sebagai dosen
pembimbing yang telah membimbing saya hingga dapat menyelesaikan tugas besar
ini.
Penyusunan menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu, penyusun juga membutuhkan kritik dan saran dari rekan-
rekan mahasiswa maupun ibu dosen agar makalah ini menjadi lebih baik. Penyusun
berharap laporan ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi oleh mahasiswa Teknik
Lingkungan dalam menggali ilmu pengetahuan di bidang pengolahan air.

Pontianak, 3 Desember 2021

Mario Naufal Soprano


PBPAM
TUGAS BESAR .......................................................................................................... 1
BAB I ............................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 7
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 7
1.2 Gambaran Umum Lokasi Perencanaan................................................... 8
1.3 Aspek Kependudukan .............................................................................. 9
1.4 Proyeksi Penduduk ................................................................................. 10
1.6 Kondisi Sosial Ekonomi .......................................................................... 13
1.7 Cakupan Pekerjaan ................................................................................ 13
BAB II ......................................................................................................................... 15
SUMBER AIR BAKU ................................................................................................. 15
2.1 Sumber Air Baku ..................................................................................... 15

2.1.2 Air Tanah (groundwater) .............................................................................. 16


2.1.3 Air Hujan (rainwater) ................................................................................... 17
2.1.4 Mata Air ....................................................................................................... 17
2.2 Sumber Air Baku yang Digunakan .................................................................... 17
2.3 Perencanaan Bangunan Penangkap Air ................................................. 18

2.4 Sketsa Gambar PAH dan Komponennya ............................................... 23

BAB III ........................................................................................................................ 26


RANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR......................................................... 26
3.1 Standar Kualitas Air................................................................................ 26

3.2 Syarat Kualitas Air Bersih ...................................................................... 27

3.3 Jenis Sistem Pengolahan .......................................................................... 29

3.4 Sistem Pengolahan yang Direncanakan .................................................. 32

3.4.1 Filtrasi .......................................................................................................... 32


3.4.2 Desinfeksi ..................................................................................................... 34
3.4.2 Reservoir ...................................................................................................... 34
BAB IV ........................................................................................................................ 36
RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR ................................................. 36
4.1 Penampung Air Hujan (PAH) ................................................................. 36

4.1.1 Potensi Ketersediaan dan Kebutuhan Air ....................................................... 36


4.1.2 Perhitungan Dimensi Tangki Penampung Air Hujan...................................... 37
4.1.3 Perhitungan Talang Rambu ........................................................................... 38
4.1.4 Perhitungan Talang Tegak ............................................................................ 39
4.2 Perencanaan Unit Filtrasi ........................................................................ 39

4.3 Perencanaan Unit Desinfeksi ................................................................... 49

4.4 Perencanaan Uni Reservoir ..................................................................... 52

4.4 Pompa Distribusi ..................................................................................... 55

BAB V.......................................................................................................................... 57
RANCANGAN FASILITAS PENUNJANG............................................................... 57
5.1 Fasilitas Penunjang yang Diperlukan ..................................................... 57

5.2 Perhitungan Biaya Operasional .............................................................. 58

5.2.1 Anggaran Biaya Kimia.................................................................................. 59


5.2.2 Anggaran Biaya Listrik ................................................................................. 59
5.3 Total Biaya ............................................................................................... 60

BAB VI .......................................................................................................................... 61
PETA DAN GAMBAR RANCANGAN ..................................................................... 61
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Singkawang


Tengah tahun 2015-2019
Tabel 1.2 Jumlah Kependudukan Pada Kecamatan Singkawang Tengah Tahun 2015-
2019

Table 1.3 Proyeksi Penduduk 10 Tahun Kedepan

Tabel 1.4 Fasilitas Pendidikan Kecamatan Singkawang Tengah tahun 2015-2019

Tabel 1.5 Fasilitas Kesehatan Kecamatan Singkawang Tengah

Tabel 1.6 Tempat Ibadah Kecamatan Singkawang Tengah

Tabel 2.1 Tabel Komponen PAH

Tabel 2.2 Ketentuan Bahan Bak Penampung PAH

Tabel 2.3 Persyaratan Bahan Pembuatan PAH

Tabel 2.4 Komponen PAH menurut PU

Tabel 3.1 Parameter Fisik untuk Keperluan Higiene Sanitasi

Tabel 3.2 Parameter Biologi untuk Keperluan Higiene Sanitasi

Tabel 3.3 Parameter Kimia untuk Keperluan Higiene Sanitasi

Tabel 3.4 Alternatif Pengolahan Untuk Penyisihan Parameter yang Melebihi Baku
Mutu

Tabel 4.1 Dimensi Bak Penampung Air Hujan Berdasarkan Volume Tampungannya

Tabel 5.1 Anggaran Biaya Bahan Kimia

Tabel 5.2 Anggaran Biaya Listrik pada Unit Pengolahan


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan Singkwang Tengah


Gambar 2.1 Sketsa PAH
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi keberlangsungannya
makhluk hidup di bumi jika kebutuhan air tidak tercukupi dalam suatu wilayah
atau bahkan negara hal ini akan berdampak pada ekesehatan masyarakat bahkan
sosial. Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk, maka kebutuhan air
dengan sendirinya akan meningkat. Peningkatan ini diiringi pula dengan
peningkatan masalah yang berhubungan dengan kualitas air baku yang dapat
digunakan sebagai sumber air bersih. Permasalahan yang timbul yakni sering
dijumpai bahwa kualitas air sungai maupun air tanah yang digunakan masyarakat
kurang memenuhi syarat sebagai air minum yang sehat di beberapa tempat bahkan
tidak layak untuk diminum. Air yang layak diminum mempunyai standar
persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis, kimiawi dan bakteriologis.
Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar kualitas dapat menimbulkan
gangguan kesehatan, baik secara langsung dan cepat maupun tidak langsung dan
secara perlahan. Air bersih yang layak dan aman untuk dikonsumsi (terutama
untuk air minum) dapat diperoleh melalui suatu proses dari air baku menjadi air
yang layak digunakan melalui pengolahan yang bertujuan untuk memperbaiki
kualitas air.
Kecamatan Singkawang Tengah merupakan salah satu dari lima kecamatan
yang ada di Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat. Kecamatan
Singkawang Tengah memiliki luas daerah sebesar 31,57 𝑘𝑚2 , dengan jumlah
penduduk pada tahun 2020 sebanyak 68.022 jiwa, dengan kepadatan penduduk
2.155 jiwa/𝑘𝑚2 . Nilai ini akan terus bertambah seiring meningkatnya angka
kelahiran dan transmigrasi di daerah kota singkawang.
Berdasarkan target MDG’s 2015 yaitu separuh dari jumlah penduduk yang
belum terlayani air bersih saat ini akan mendapatkan akses pelayanan pada tahun
2015. Target pelayanan sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs)
adalah pada tahun 2019 target pelayanan mencapai 100% untuk cakupan
pelayanan air minum.

Pengolahan air bisa dimulai dengan menggunakan sistem yang sederhana dan
dapat juga dengan pengolahan yang lengkap sesuai dengan tingkat kebutuhan
yang diperlukan tergantung dari kualitas badan air yang akan diolah. Keberhasilan
proses pengolahan air berkaitan dengan pemilihan unit proses dan unit operasi
yang akan dipakai dengan mempertimbangkan proses-proses yang terjadi pada
pengolahan fisik, kimia dan biologi. Dengan mengetahui kriteria perencanaan dan
perancangan dari suatu bangunan pengolahan air maka tujuan yang hendak
dicapai untuk mendapatkan air bersih yang baik aman dan layak (terutama untuk
pemenuhan kebutuhan air minum) dari segi investasi dan operasi dapat tercapai.

1.2 Gambaran Umum Lokasi Perencanaan


Lokasi Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum yaitu di daerah
Kecamatan Singkawang Tengah, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan
Barat.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan Singkwang Tengah

Kecamatan Singkawang Tengah secara geografis terletak di antara


0°44'55,85” - 1°01'21,51"LS dan 108°051'47,6”-109°010'19”BT. Kecamatan
Singkawang Tengah mempunyai luas wilayah 31,57 km². Kecamatan ini
dibatasi oleh beberapa kecamatan yang berada di sekitar Kecamatan
Singkawang Tengah. Kecamatan Singkawang Tengah mempunyai 6
kelurahan.
Berdasarkan BPS Kecamatan Singkawang Tengah (2018). Kecamatan
Singkawang Tengah berbatasan dengan empat kecamatan dan laut, batas-batas
Kecamatan Singkawang Tengah adalah sebagai berikut:
1. Utara : Kecamatan Singkawang Utara
2. Timur : Kecamatan Singkawang Tengah.
3. Selatan : Kecamatan Singkawang Barat .
4. Barat : Kecamatan Singkawang Barat dan Laut Natuna
Secara umum wilayah Kota Singkawang beriklim tropis dengan suhu rata-
rata berkisar antara 21,8 °C sampai dengan 30,05 °C. Iklim tropis di wilayah
Kota Singkawang termasuk klasifikasi iklim tropis basah dengan curah hujan
rata-rata 2.819 mm/tahun atau 235 mm/bulan. Jumlah rata-rata hari hujan 157
hari/tahun atau rata-rata 13 hari hujan/bulan. Rata-rata kelembaban udara di
kota Singkawang adalah 70%. Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan
September sampai dengan Januari dan curah hujan terendah antara bulan Juni
sampai dengan Agustus. Kota Singkawang memiliki wilayah datar dan
sebagian besar merupakan dataran rendah antara 50 meter s/d 100 meter diatas
permukaan laut. Kota Singkawang yang terletak pada 0° LS dan 109° BT,
wilayahnya merupakan daerah hamparan dan berbukit serta sebelah Barat
berada pada pesisir laut.

1.3 Aspek Kependudukan


Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan.
Penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang
menikmati hasil pembangunan. Jumlah penduduk yang terus menerus berubah
setiap tahun tentu saja berdampak terhadap perencanaan dan pengelolaan
pembangunan pada suatu wilayah. Jumlah penduduk merupakan faktor
terpenting dalam menentukan lingkup dari suatu perkembangan pembangunan
yang salah satunya adalah pengelolaan penyediaan kebutuhan air minum.
Kebutuhan air yang diperkirakan bertujuan memberikan gambaran pada
perencanaan dan pembiayaan pembangunan. Perencanaan penyediaan air
minum yang baik harus bisa melayani konsumen secara berekelanjutan.
aspek kependudukan di kecamatan singkawang tengah meliputi jumlah
penduduk, jumlah Rukun Warga (RW), jumlah Rukun Tetangga (RT), Kepala
Keluarga (KK), dan jumlah kepadatan penduduk. Berikut adalah tabel berdasarkan
aspek-aspek kependudukan tersebut selama 5 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2015-
2019.
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Singkawang
Tengah tahun 2015-2019

Jenis Kelamin Jumlah


Tahun Kepadatan/Km2
Laki-Laki Perempuan Total

2015 31953 31397 63350 2007

2016 32511 32033 64544 2044

2017 33091 32069 65700 2081

2018 33655 33192 66847 2117

2019 34247 33775 68022 2155

Sumber : BPS Kecamatan Singkawang Tengah dalam Angka 2016 – 2020


1.4 Proyeksi Penduduk
Perhitungan proyeksi penduduk dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode, diantaranya yaitu Metode Aritmatika, Metode Geometrik,
dan Metode Least Square. Perhitungan proyeksi penduduk selama 10 tahun
kedepan pada Kecamatan Singkawang Tengah akan dihitung dengan
menggunakan metode Least Square. Metode ini dipilih berdasarkan pemilihan
metode yang telah dilakukan perhitungan sebelumnya. Perhitungan metode
Least Square dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑃𝑛 = 𝑎 + (𝑏. 𝑛)

Keterangan :
Pn : Jumlah penduduk pada tahun ke-n
n : Selisih tahun yang dihitung terhadap tahun awal
a : Konstanta
b : Koefisien arah regresi linier
Berikut data jumlah penduduk di Kecamatan Singkawang Tengah pada
tahun 2015 hingga tahun 2019.

Tabel 1.2 Jumlah Kependudukan Pada Kecamatan Singkawang Tengah Tahun


2015-2019

Jumlah
Tahun
Total

2015 63350

2016 64544

2017 65700

2018 66847

2019 68022

Sumber : BPS Kecamatan Singkawang Tengah dalam Angka 2016 – 2020

Berdasarkan data jumlah penduduk tersebut, maka dapat ditentukan


proyeksi penduduk dengan menggunakan metode Least Square. Berikut
proyeksi penduduk 10 tahun kedepan yaitu dari tahun 2019 hingga tahun 2029
untuk Kecamatan singkawang tengah dengan menggunakan metode Least
Square.
Table 1.3 Proyeksi Penduduk 10 Tahun Kedepan
Tahun Jumlah Penduduk
2020 69187
2021 70352
2022 71517
2023 72682
2024 73847
2025 75012
2026 76177
2027 77341
2028 78506
2029 79671
Sumber : Hasil Analisis, 2020

1.5 Fasilitas Umum


Fasilitas umum yang ada di Kecamatan Singkawang Tengah adapun meliputi
fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, serta fasilitas keagamaan. Berikut
merupakan data tentang fasilitas tersebut.
1.5.1 Pendidikan
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 – 2019, fasilitas
pendidikan di Kecamatan Singkawang Tengah meliputi TK, SD, SMP, dan
SMA. Banyaknya ketersediaan fasilitas pendidikan di Kecamatan Singkawang
Tengah dapat di lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.4 Fasilitas Pendidikan Kecamatan Singkawang Tengah tahun 2015-2019
Tingkat Pendidikan
Tahun Kategori
TK SD SMP SMA
Jumlah 13 22 13 10
2015 Murid 6616 3533 2599
Guru 371 252 253
Jumlah 11 19 8 5
2016 Murid 5889 2325 1332
Guru 321 137 87
Jumlah 12 19 12 7
2017 Murid 5792 2524 1294
Guru 278 140 80
Jumlah 8 18 7 5
2018 Murid 5888 2424 1301
Guru 231 135 90
Jumlah 8 18 7 4
2019 Murid 5607 2329 1286
Guru 238 125 83
Sumber : BPS Kecamatan Singkawang Tengah dalam Angka 2015 – 2019
1.5.2 Kesehatan
Menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun 2015 – 2019, fasilitas kesehatan
di Kecamatan Singkawang Tengah meliputi Puskesmas, Poskesdes, Posyandu dan
Pustu. Banyaknya ketersediaan fasilitas kesehatan di Kecamatan Singkawang
Tengah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.5 Fasilitas Kesehatan Kecamatan Singkawang Tengah
Sarana Tahun
Kesehatan 2015 2016 2017 2018 2019
Rumah
1 1 1 1 1
Sakit
Poliklinik 8 8 8 6 6
Sumber : BPS Kecamatan Singkawang Tengah dalam Angka 2015 – 2019
1.5.3 Keagamaan
Tempat ibadah yang ada di Kecamatan Singkawang Tengah tahun 2017
tercatat sebanyak 18, terdiri dari beberapa jenis sarana ibadah diantaranya adalah
Masjid, Surau, dan Gereja. Jumlah tempat peribadatan di Kecamatan Singkawang
Tengah menurut jenis agama dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.6 Tempat Ibadah Kecamatan Singkawang Tengah
Tahun
Tempat
2015 2016 2017 2018 2019
Masjid 9 5 4 5 42
Surau/ Langgar 8 9 18 9 28
Gereja - - - 6 9
Vihara 6 6 8 8 5
Sumber : BPS Kecamatan Singkawang Tengah dalam Angka 2015 – 2019

1.6 Kondisi Sosial Ekonomi


Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah bukan hanya diarahkan pada
usaha pembangunan fisik saja, melainkan juga mengupayakan tingkat
kesejahteraan sosial masyarakat yang lebih baik. Usaha tersebut menyangkut
masalah hak fakir miskin, penderita cacat, korban bencana alam, dan penyandang
masalah sosial lainnya untuk mendapat pelayanan tersendiri/khusus dari
pemerintah sesuai dengan asas Pancasila dan UUD 1945.

1.7 Cakupan Pekerjaan


Cakupan pekerjaan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum ini adalah
untuk merencanakan bangunan pengolahan air minum di Kecamatan singkawang
tengah yang terdiri dari :
1. Menentukan lokasi sumber air baku.
2. Merencanakan intake pada sumber air baku.
3. Menentukan lokasi penempatan bangunan pengolahan air minum.
4. Menentukan dan merancang sistem pengolahan air minum.
5. Merancang fasilitas penunjang.
6. Memperkirakan rencana anggaran biaya operasional.
7. Menggambar denah dan rancangan unit pengolahan air minum
BAB II

SUMBER AIR BAKU

2.1 Sumber Air Baku


Air merupakan senyawa kimia yang paling berlimpah di alam, namun
demikian sejalan dengan meningkatnya taraf hidup manusia, maka kebutuhan air pun
meningkat pula. Di kota-kota besar, tidak mudah mendapatkan sumber air bersih untuk
dipakai sebagai bahan baku air bersih yang bebas dari pencemaran, karena air banyak
tersedot oleh kegiatan industri yang diperlukan untuk menunjang produksinya. Di sisi
lain, tanah yang merupakan celengan air sudah banyak ditutup untuk keperluan seperti
perumahan dan industri tanpa memperdulikan fungsi dari tanah tersebut sebagai
wahana simpanan air untuk masa depan (Susana, 2003).

Pengertian air dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.32 tahun 2017


dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan air adalah Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk media Air dan Keperluan Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik,
kimia, dan biologi yang dapat berupa parameter wajib dan tambahan. Air untuk
keperluan Higiene Sanitasi tersebut digunakan untuk memelihara kebersihan
perorangan seperti mandi, sikat gigi, dan untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan
makan, dan pakaian. Selain itu, air untuk keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan
sebagai air baku untuk air minum (Permenkes No 32 tahun 2017).

Jumlah air yang terdapat di muka bumi ini relatif konstan, meskipun air
mengalami pergerakan arus, tesirkulasi karena pengaruh cuaca dan juga mengalami
perubahan bentuk. Sirkulasi dan perubahan bentuk tersebut antara lain melalui air
permukaan yang berubah menjadi uap (evaporasi), air yang mengikuti sirkulasi dalam
tubuh tanaman (transpirasi), dan air yang mengikuti sirkulasi dalam tubuh manusia
dan hewan (respirasi). Air yang menguap akan terkumpul menjadi awan kemudian
jatuh sebagai air hujan. Air hujan ada yang langsung bergabung di permukaan, ada
pula yang meresap masuk ke dalam celah batuan dalam tanah, sehingga menjadi air
tanah. Air tanah dangkal akan diambil oleh tanaman, sedangkan air tanah dalam akan
keluar sebagai mata air. Sirkulasi dan perubahan fisis akan berlangsung terus menerus
sampai akhir zaman (Ross, 1970).

Air dapat diperoleh dari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia, sumber air tersebut meliputi air hujan (rainwater), air permukaan (surface
water), air tanah (ground water), dan mata air. Air tersebut tidak dapat langsung
dimanfaatkan, karena bercampur dengan pengotor-pengotor tertentu yang berasal dari
bermacam-macam sumber pengotor (industri, rumah tangga, pertanian, dan lain-lain.

2.1.1 Air Permukaan (surface water)

Air permukaan adalah air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber


atau bahan baku air minum antara lain:

a) Air waduk (berasal dari air hujan)

b) Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)

c) Air danau (berasal dari air hujan, mata air dan atau air sungai)

Air permukaan merupakan air hujan yang mengalir di atas permukaan


bumi. Selama pengalirannya, air permukaan mendapat pengotor dari lumpur,
batang-batang kayu, dan sebagainya.

2.1.2 Air Tanah (groundwater)


Air tanah adalah air yang keberadaannya di bawah permukaan air
tanah. Air tanah adalah sumber air yang utama tapi bukan satu-satunya untuk
sumber air minum. Kelayakan air tanah menjadi masalah utama. Air tanah
adalah air yang keluar dengan sendirinya ke permukaan. Mata air yang
bersumber dari tanah dalam tidak dipengaruhi serta kualitas dan kuantitasnya
sama dengan keadaan air di dalam tanah.

Air tanah yang berada di dalam tanah harus digali atau di bor untuk
mendapatkannya agar air keluar ke permukaan tanah. Pada umumnya, air tanah
yang berasal dari air hujan yang melalui proses infiltrasi secara langsung atau
tidak langsung dari air sungai, danau, rawa, dan genangan air lainnya.
2.1.3 Air Hujan (rainwater)
Terjadinya air hujan dikarenakan proses penguapan, terutama air
permukaan laut yang naik ke atmosfer dan mengalami pendinginan kemudian
jatuh ke permukaan bumi. Selama proses penguapan tersebut berlangsung,
misalnya saat butiran hujan jatuh ke permukaan bumi, sebagian butiran hujan
lainnya akan menguap sebelum sampai di permukaan bumi. Sebagian lainnya
akan tertahan pada tumbuhan dan oleh matahari akan diuapkan kembali ke
atmosfer. Air hujan yang sampai di bumi dan sebagian akan mengalir di
permukaan bumi.

2.1.4 Mata Air


Mata air adalah air tanah yang dapat mencapai permukaan tanah
melalui celah bebatuan karena adanya perbedaan tekanan. Mata air bersumber
dari deposit air tanah yang memiliki tekanan tertentu dan keluar melalui dasar
permukaan tanah melalui celah batuan. Karakteristik air dari mata air ini
meliputi air tanah yaitu bebas bakteri patogen bila cara pengambilannya baik,
dapat langsung diminum tanpa pengolahan khusus, dan banyak mengandung
mineral.

2.2 Sumber Air Baku yang Digunakan


Iklim mikro Kota Singkawang termasuk iklim tropis dengan udara lebih sejuk
dari Kota Singkawang karena fisiomorfologinya yang unik. Curah hujan kota ini cukup
tinggi yaitu rata-rata 2.780 mm pertahun dengan rata-rata 134 hari hujan pertahun.
Curah hujan relatif tinggi terjadi pada bulan April – Juli dan Oktober-Desember
dengan curah hujan maksimum 490 mm terjadi pada bulan Desember dengan 20 hari
hujan. Keadaan iklim mikro di Kota Singkawang dapat dikatakan tidak menentu
dengan suhu udara berkisar antara 21,8oC sampai 30,05oC, dan masih dipengaruhi
oleh angin muson dan perubahan iklim laut.

Sumber air baku yang digunakan dalam perencanaan bangunan pengolah air
minum kali ini yaitu dengan menggunakan sumber air baku dari air hujan. Rata-rata
hujan per tahun yang berada di Kecamatan singkawang tengah pada tahun 2019
sebesar 2.780 mm.

Saat proses pembentukan butiran air hujan biasanya terdapat inti higroskopis
yang sebagian berasal dari zat polutan yang melayang di udara. Hal inilah yang
kemudian membentuk sifat kimia pada air hujan.

2.3 Perencanaan Bangunan Penangkap Air


Air hujan digunakan sebagai air baku dalam perencanaan air minum di wilayah
Kecamatan singkawang tengah. Oleh karena itu, diperlukan bangunan
pemanen/penangkap air hujan sebagai air baku yang penggunaannya bisa bersifat
individual atau skala komunal, dan dilengkapi saringan. Pemanen Air Hujan (PAH)
adalah teknik pengumpulan dan penampungan air hujan ke dalam tangki. Air hujan
dialirkan menuju pipa penghubung yang dipasang di atap-atap rumah menuju tempat
penampungan dibawahnya.

Ada tiga komponen dasar yang harus ada di sistem pemanenan air hujan, yaitu
permukaan atap untuk penangkapan air hujan; talang untuk alat penyaluran air hujan
ke tempat penampungan dan bak atau kolam untuk tempat penyimpanan air hujan.
Ukuran Bak Pemanen Air Hujan harus disesuaikan dengan kebutuhan air bersih di
Kecamatan singkawang tengahagar jumlahnya tidak terbatas bahkan saat musim
kemarau.

1. Ketentuan PAH

Adapun ketentuan penyelenggaraan PAH harus memenuhi kriteria


sebagai berikut : (Kementrian PU, 2009)

a. PAH harus dilaksanakan oleh orang yang berpengalaman.


b. Lokasi tempat PAH dipilih pada daerah-daerah kritis dengan curah hujan
minimal 1.300 mm per tahun.
c. Pelaksanaan konstruksi PAH harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Penempatan PAH harus dapat menampung air hujan dan/atau pada
kondisi tertentu dapat menampung air minum dari PDAM yang
didistribusikan melalui mobil tangki air/kapal tangki air.
e. Adanya partisipasi masyarakat setempat dalam pelaksanaan
pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan PAH.
f. PAH dapat digunakan secara individual maupun kelompok masyarakat.
g. Air hujan jatuh pertama setelah musim kemarau tidak boleh langsung
ditampung.
h. PAH harus kedap air.
2. Komponen PAH
PAH terdiri dari beberapa komponen sebagaimana dicantumkan dalam
tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1 Tabel Komponen PAH


No Komponen Fungsi Keterangan
1. Bidang Menangkap air hujan sebelum Atap rumah terbuat
penangkap air mencapai tanah dari genting atau
2. Talang air/ Mengumpulkan atau menangkap air Talang
seng dilengkapi
pembawa dengan alat pengalih
hujan yang jatuh pada bidang
(talang rambu aliran untuk mengatur
penangkap dan mengumpulkan ke bak
dan talang arah aliran menuju
penampung
tegak) bak penampung

3. Saringan Menyaring air hujan dari kotoran. Diletakkan di atas


Media penyaring dapat berupa pasir bak penampung
dengan kerikil/pecahan bata/marmer dan/atau sebelum
sebagai penyangga. kran.
4. Lubang periksa Memberikan akses untuk masuk ke Harus ditutup
dalam bak penampung pada saat
(manhole)
memperbaiki dan/atau membersihkan
5. Bak penampung Berfungsi sebagai reservoir/bak untuk Terbuat dari bahan
menampung air hujan dengan aman ferro semen,
yang dikumpulkan sewaktu musim pasangan bata,
hujan atau dapat juga digunakan untuk drum besi,
menampung air bersih yang fiberglass
didistribusikan melalui mobil tangki reinforced plastic
air/kapal tangki air. Air (FRP)
6. Pipa masukan Mengalirkan air ke dalam
ini akan dimanfaatkan baksebagai
hanya
penampung.
air minum. Dengan adanya PAH ini
diharapkan kebutuhan air minum
7. Pipa peluap Meluapkan air hujan yang melebihi Harus ditutup
keluarga akan terjamin pada musim
kapasitas penampung dan berfungsi dengan kasa
kemarau.
sebagai pipa udara/ventilasi. nyamuk

8. Kran pengambil Untuk mengeluarkan atau mengambil


air air dari bak penampung bagi
konsumen.

9. Kran/pipa Untuk jalan air ke luar saat menguras


penguras PAH.

10. Saluran Untuk menyalurkan air buangan agar


pembuangan PAH tetap bersih dan kering.

11. Pipa udara Untuk mengeluarkan gas-gas yang


terlarut dalam air hujan.

12. Lantai Tempat bangunan PAH dan tempat


aktifitas mengambil air.
Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum

3. Kapasitas Bak Penampung


Kapasitas bak penampung ditentukan berdasarkan :
a. Tinggi curah hujan minimal 1.300 mm per tahun.
b. Luas bidang penangkap air (minimal sama dengan luas satu atap rumah).
c. Kebutuhan pokok pemakaian air (10–15) L/orang/hari.
d. Jumlah penduduk terlayani.
4. Komponen Media Penyaring
Ketentuan komponen media penyaring adalah sebagai berikut:
a. Pasir dengan ketebalan (300-400) mm, ukuran diameter efektif (0,30-
1,20) mm, koefisien keseragaman (1,2-1,4) mm, dan porositas 0,4.
b. Kerikil dengan ketebalan 200-350 mm dan diameter (10-40) mm.

5. Spesifikasi Bahan

Bak penampung PAH dapat terbuat dari bahan ferro semen, pasangan
bata, dan fibreglass reinforced plastic (FRP) dengan ketentuan sesuai Tabel 2.
Sedangkan bahan dari besi (drum) tidak direkomendasikan untuk digunakan
sebagai bak PAH karena sifatnya yang mudah berkarat dan mudah menyerap
panas.

Tabel 2.2 Ketentuan Bahan Bak Penampung PAH


Bahan Acuan
No Volume maksimal perencanaan/ Keterangan
bak penampung
1. Ferro semen Sesuai perhitungan b
Pt S-04-2000-C Individual/skala
a
perencanaan kelompok
h
2. Pasangan bata Sesuai perhitungan Pt S-05-2000-C Individual/skala
masyarakat
a
perencanaan kelompok
n
3. FRP 4 m3 Sesuai ketentuan Individual/skala
masyarakat
dalam modul kelompok
terminal air masyarakat

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan PAH harus memenuhi


syarat sebagaimana dicantumkan pada tabel berikut :
Tabel 2.3 Persyaratan Bahan Pembuatan PAH
No Bahan-bahan Persyarata Keterangan
1. Semen Semen yang digunakan n adalah semen Sesuai:
Portland yang memenuhi syarat harus
- SNI 15-2530-1991,
mempunyai kehalusan dan sifat ikat yang
baik dan disarankan. - SNI 15-2531-1991,
- SNI 03-4805-1998,
- SNI 03-4806-1998,
- SNI 03-4807-1998,
- SNI 19-6426-2000,
- SNI 03-6468-2000
- SNI 03-6412-2000,

2. Pasir dan kerikil Pasir yang digunakan adalah pasir beton -Sesuai:
SNI 03-6825-2002,
yang bersih, berbutir tajam, dan keras. Pasir -- SNI
SNI 03-6826-2002,
03-6388-2000,
dan kerikil harus bergradasi baik, bersih dan
-- SNI
SNI 03-6861.1-
03-6827-
bebas dari kandungan bahan organik. Kerikil
2002, dan/atau
2002,
untuk beton berukuran 2-3 cm, bersih, keras,
padat, dan tidak berpori. - SNI 03-6863-2002
03-2461-2002,
3. Besi beton Besi beton yang dipakai adalah besi beton -Sesuai
SNI 03-6820-
dengan mutu U.24, bersih, tidak berkarat dan 2002, dan/atau
SNI 03-6861.2-2002
bebas dari minyak.
- SNI 03-6889-2002
4. Kawat ayam Kawat ayam adalah kawat dengan kualitas
baik

5. Batu bata merah Batu bata merah yang dipergunakan


minimum kelas 25 kg/cm2
6. Air Air yang digunakan untuk membuat Sesuai
campuran perekat harus bersih, bebas dari
SNI 03-6817-2002
minyak, tidak asam/basa, dan bebas bahan
tersuspensi lainnya.
7. Bahan tambahan Bahan tambahan bila diperlukan, disarankan Sesuai:
sesuai dengan Spesifikasi Bahan Tambahan
- SNI 03-2460-1991,
untuk Beton
- SNI 03-2495-
1991, dan/atau
8. Pipa dan Pipa dan perlengkapannya baik pipa PVC, PE, Sesuai:
- SNI 03-2834-2000
perlengkapannya GIP, FRP memenuhi standar yang berlaku.
- SNI 03-6419-2000
- SNI 06-4829-2005
- SNI 6785:2010
Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum

2.4 Sketsa Gambar PAH dan Komponennya


Sketsa gambar Penampung Air Hujan (PAH) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Sketsa PAH


PAH terdiri dari beberapa komponen sebagaimana berikut menurut
Kementrian PU :

Tabel 2.4 Komponen PAH menurut PU


No Komponen Fungsi Keterangan
1. Bidang Menangkap air hujan sebelum mencapai Atap rumah terbuat
penangkap air tanah dari genting atau
seng
2. Talang Mengumpulkan atau menangkap air Talang dilengkapi
air/pembawa hujan yang jatuh pada bidang penangkap dengan alat
(talang rambu dan mengumpulkan ke bak penampung pengalih aliran
dan talang tegak) untuk mengatur
arah aliran menuju
bak penampung
3. Saringan Menyaring air hujan dari kotoran. Media Diletakkan di atas
penyaring dapat berupa pasir dengan bak penampung
kerikil/pecahan bata/marmer sebagai dan/atau sebelum
penyangga. kran.
4. Lubang periksa Memberikan akses untuk masuk ke dalam Harus ditutup
(manhole) bak penampung pada saat memperbaiki
dan/atau membersihkan
5. Bak penampung Berfungsi sebagai reservoir/bak untuk Terbuat dari bahan
menampung air hujan dengan aman yang ferro semen,
dikumpulkan sewaktu musim hujan atau pasangan bata,
dapat juga digunakan untuk menampung drum besi,
air bersih yang didistribusikan melalui fiberglass
mobil tangki air/kapal tangki air. Air ini reinforced plastic
akan dimanfaatkan hanya sebagai air (FRP)
minum. Dengan adanya PAH ini
diharapkan kebutuhan air minum
keluarga akan terjamin pada musim
kemarau.
6. Pipa masukan Mengalirkan air ke dalam bak
penampung.
7. Pipa peluap Meluapkan air hujan yang melebihi Harus ditutup
kapasitas penampung dan berfungsi dengan kasa
sebagai pipa udara/ventilasi. nyamuk
8. Kran pengambil Untuk mengeluarkan atau mengambil air
air dari bak penampung bagi konsumen.
9. Kran/pipa Untuk jalan air ke luar saat menguras
penguras PAH.
10. Saluran Untuk menyalurkan air buangan agar
pembuangan PAH tetap bersih dan kering.
11. Pipa udara Untuk mengeluarkan gas-gas yang
terlarut dalam air hujan.
12. Lantai Tempat bangunan PAH dan tempat
aktifitas mengambil air.
BAB III

RANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR

3.1 Standar Kualitas Air


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua,
dan Pemandian Umum yaitu standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk media air
untuk keperluan higiene sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang
dapat berupa parameter wajib dan parameter tambahan. Air untuk keperluan higiene
sanitasi tersebut digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi
dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan dan pakaian.
Selain itu, air untuk keperluan higiene sanitasi dapat digunakan sebagai air minum.
Standar air bersih untuk sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan sanitasi yaitu air yang
tidak berbau dan tidak berasa, air yang tidak keruh atau memiliki tingkat kekeruhan
yang rendah. Selain itu, air tersebut juga tidak mengandung bakteri E-coli, air yang
mengandung kadar kimiawi yang rendah. Kadar kimiawi itu seperti pH, zat besi,
deterjen, sianida, pestisida, timbal, seng, dan lain-lain.
Standar untuk air bersih seharusnya terlindung dari sumber pencemaran,
binatang yang membawa penyakit, dan tempat perkembangbiakan hewan atau bakteri
seperti jentik-jentik, dan lain-lain. Selain itu, secara fisik kita pun mampu untuk
menentukan air tersebut layak diminum atau tidak dengan cara memperhatikan air itu.
Air yang bersih yaitu harus tidak berbau, warnanya jernih, rasanya tawar, dan tidak
terpapar secara langsung dengan sinar matahari atau memiliki suhu sejuk sekitar 10-
25 derajat Celcius, dan tidak memiliki endapan di bagian bawah air. Kemudian, air
juga layak diminum apabila tidak mengandung kuman atau bakteri penyakit seperti E-
coli dan bakteri Salmonella yang merupakan penyebab penyakit diare. Air layak
diminum dapat diketahui dengan melakukan pengujian di laboratorium ke dinas-dinas
terkait seperti Dinas Perairan, dan lain-lain.
3.2 Syarat Kualitas Air Bersih
Pemerintah Indonesia sudah menetapkan Standar Air Bersih. Standar ini
tercantum pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan
Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solusi Per Aqua, Dan
Pemandian Umum. Standar air bersih untuk Sanitasi, air yang sesuai untuk kebutuhan
sanitasi yaitu air yang tidak berbau dan tidak berasa, air yang tidak keruh atau memiliki
tingkat kekeruhan yang rendah. Selain itu, air tersebut juga tidak mengandung bakteri
E-Coli, air yang mengandung kadar kimiawi yang rendah. Kadar kimiawi itu seperti
PH, zat besi, deterjen, sianida, pestisida, timbal, seng, dll.
Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari sebaiknya adalah air yang
memenuhi kriteria sebagai air bersih. Air bersih merupakan air yang dapat digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak. Sedangkan yang dinamakan air minum adalah
air yang melalui proses pengolahan atau tahapan proses pengolahan memenuhi syarat
kesehatan dan langsung diminum. Jenis-jenis air minum seperti yang dimaksud
meliputi air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga, air yang
didistribusikan melalui tangki air, air kemasan, air yang digunakan untuk produksi
bahan makanan dan minuman yang disajikan untuk masyarakat. Persyaratan kesehatan
untuk air minum dan air bersih meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi dan fisik
(Waluyo, 2009). Adapun syarat ketentuan parameter fisika, kimia, dan biologi adalah
sebagai berikut :

Tabel 3.1 Parameter Fisik untuk Keperluan Higiene Sanitasi

No Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu

1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. Zat padat terlarut
mg/l 1000
(Total Dissolved Solid)
4. Suhu °C suhu udara ± 3
5. Rasa Tidak berasa
6. Bau Tidak berbau
Sumber : Permenkes RI Nomor 32 Tahun 2017

Tabel 3.2 Parameter Biologi untuk Keperluan Higiene Sanitasi


Parameter
No. Unit Standar Baku Mutu
Wajib
1. Total coliform CFU/100 50
ml
2. E. coli CFU/100 0
ml
Sumber : Permenkes RI Nomor 32 Tahun 2017

Tabel 3.3 Parameter Kimia untuk Keperluan Higiene Sanitasi


No Parameter Unit Standar Baku Mutu

Wajib
1. pH mg/l 6,5=8,5
2. Besi mg/l 1
3. Fluorida mg/l 1,5
4. Kesadahan (CaCo3) mg/l 500
5. Mangan mg/l 0,5
6. Nitrat, sebagai N mg/l 10
7. Nitrit, sebagai N mg/l 1
8. Sianida mg/l 0,1
9. Deterjen mg/l 0,05
10. Pestisida Total mg/l 0,1
Tambahan
1. Air raksa mg/l 0,001
2. Arsen mg/l 0,05
3. Cadmium mg/l 0,005
4. Kromium (valensi 6) mg/l 0,05
5. Selenium mg/l 0,01
6. Seng mg/l 15
7. Sulfat mg/l 400
8. Timbal mg/l 0,05
9. Benzene mg/l 0,01
10. Zat organik mg/l 10
(KMNO4)10
Sumber : Permenkes RI Nomor 32 Tahun 2017

3.3 Jenis Sistem Pengolahan


Pengolahan air merupakan usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-
sifat suatu zat terhadap air baku agar menjadi air bersih yang memenuhi persyaratan
kualitas sebagai air bersih atau air minum dengan menggabungkan beberapa proses
pengolahan. Untuk menanggulangi pencemaran yang terjadi, baik parameter fisika
maupun parameter kimia maka perlu dipertimbangkan alternatif pengolahan yang
paling efektif untuk menghasilkan air yang sesuai dengan standar kualitas air minum,
berdasarkan Kepmenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010
tentang Syarat-Syarat dan pengawasan Kualitas Air Minum.
Ada dua macam pengolahan air yang sudah dikenal, yaitu (Chandra, 2007):
1. Pengolahan lengkap, disini air baku mengalami pengolahan lengkap, yaitu
pengolahan fisik, kimiawi dan bakteriologis. Pengolahan ini biasanya
dilakukan pada air sungai yang keruh/kotor. Pada proses pengolahan lengkap
terdapat 3 tingkat pengolahan, yaitu :
a. Pengolahan fisik. Pengolahan ini bertujuan untuk
mengurangi/menghilangkan kotoran-kotoran kasar, penyisihan lumpur
dan pasir, mengurangi zat-zat organik yang ada pada air yang akan
diolah. Proses pengolahan fisik dilakukan tanpa penambahan zat kimia.
b. Pengolahan kimia. Pengolahan ini bertujuan untuk membantu proses
pengolahan selanjutnya, misalnya pembubuhan tawas supaya
mengurangi kekeruhan yang ada.
c. Pengolahan biologi. Pengolahan ini bertujuan membunuh atau
memusnahkan bakteri-bakteri terutama baktri penyebab penyakit yang
terkandung di dalam air, misalnya baketri E. coli. Salah satu proses
pengolahan adalah dengan desinfektan seperti kaporit.
2. Pengolahan sebagian, disini air baku hanya mengalami proses pengolahan
kimia dan/ atau pengolahan bakteriologis. Pemilihan masing-masing unit
operasi yang digunakan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis dan
karakteristik air, variasi debit, kualitas hasil olahan yang diinginkan,
pertimbangan kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan yang berkaitan
dengan ketersediaan teknologi dan tenaga terampil serta aspek ekonomis
menyangkut biaya yang harus disediakan untuk pembangunan instalasi serta
biaya operasionalnya. Sedangkan pengolahan air secara khusus yang
disesuaikan dengan kondisi sumber air baku dan atau keperluan/peruntukan
penggunaannya dapat dilakukan diantaranya dengan reverse osmosis, ion
exchange, adsorbsi, dan pelunakan air.

Sistem pengolahan air meliputi 2 unit yaitu unit proses dan unit operasi. Kedua
unit tersebut diklasifikasikan sebagai pengolahan secara fisik, kimia atau biologi
sesuai dengan prinsip dasarnya. Unit operasi adalah unit pengolahan secara fisik
sedangkan unit proses adalah unit pengolahan secara kimia dan biologis.

Tabel 3.4 Alternatif Pengolahan Untuk Penyisihan Parameter yang Melebihi Baku
Mutu
No Parameter yang Unit Pengolahan
Meleihi
1. pH Koagulasi dan desinfeksi.
2. BOD Koagulasi (pengendapan dengan bahan kimia),
filtrasi, dan desinfeksi.
3. COD Koagulasi (pengendapan dengan bahan kimia),
filtrasi, dan desinfeksi.
4. Kadar Besi (Fe) Koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi
5. Nitrat (N) atau Zat Filtrasi dan desinfeksi.
Organik

6. TSS Koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi


7. Total Coliform Filtrasi dan desinfeksi.
Sumber: Tambo, 1974 dalam Oktiawan, 2012.

Skema pengolahan air bersih terdiri dari bangunan intake dan water treatment
plant (WTP). Bangunan intake atau bangunan pengumpul digunakan untuk pertama
kalinya air masuk dari sumber air, kebanyakan sumber air diperoleh dari air sungai.
Pada proses ini dilakukan penyarikan kasar yaitu untuk menyaring benda-benda kasar
yang terapung di air seperti sampah, daun dan lain-lain. Sedangkan water treatment
plant terdiri dari beberapa unit pengolahan yaitu sebagai berikut:
a. Koagulasi. Proses ini bertujuan untuk memisahkan partikel koloid yang
terdapat pada air kotor. Umumnya air sungai mengandung banyak partikel
koloid yang menyebabkan warna air sungai menjadi kecoklatan. Pada sistem
ini dilakukan pengadukan cepat dan terjunan dengan tujuan untuk
mempercepat proses pemisahan air dan pengotor yang ada dalam air itu.
b. Flokulasi. Flok adalah pengotor yang mengendap, tahap ini adalah untuk
proses pengendapan pengotor. Pada proses pembentukan flok masih
diperlukan pengadukan tetapi pengadukan lambat, dan juga diperlukan aliran
air yang tenang agar flok tidak naik lagi. Bahan kimia ditambahkan untuk
mengikat flok-flok.
c. Sedimentasi. Pada tahap ini terjadi proses pengendapan partikel-partikel koloid
yang sudah di destabilisasi.
d. Filtrasi. Tahap ini dilakukan penyaringan melalui media butiran-butiran.
Butiran-butiran yang digunakan di antaranya pasir silika, antrasit, dan kerikil
dengan ukuran yang tidak sama.
e. Desinfeksi. Air yang masuk pada proses ini berarti sudah bebas dari pengotor,
namun tidak menutup kemungkinan air tersebut masih mengandung kuman
dan bakteri. Oleh sebab itu, diperlukan zat kimia yang mampu menghilangkan
kuman dan bakteri. Zat kimia yang digunakan antara lain sinar ultraviolet,
ozonisasi, klor, dan pemanasan.
f. Reservoir. Reservoir adalah penampungan air bersih sementara sebelum
didistribusikan ke konsumen.

3.4 Sistem Pengolahan yang Direncanakan


Berdasarkan dari kondisi mutu air hujan, maka pengolahan yang direncanakan
merupakan sistem pengolahan sebagian. Dalam pengolahan ini parameter yang akan
sesuaikan dengan baku mutu adalah Parameter Biologis (E-Coli), sehingga air yang
dihasilkan sesuai dengan baku air minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010. Berikut ini skema
perencanaan sistem pengolahan air minum yang direncanakan:

PAH (Pemanen Air


Hujan)

Filtrasi

Desinfetan Desinfeksi

Reservoir

3.4.1 Filtrasi
Filtrasi merupakan proses pengolahan dengan cara mengalirkan air melewati
suatu media filter yang disusun dari bahan-bahan butiran dengan diameter dan tebal
tertentu. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak
terlarut (Biological Floc) yang masih tersisa setelah pengolahan secara biologis.
Berdasarkan kontrol terhadap laju filtrasinya, filter dibedakan menjadi :

 Filter dengan aliran tetap (Constant Rate Filter)


 Filter dengan aliran menurun (Declining Rate Filter)

Berdasarkan driving force-nya, filter dibedakan menjadi :

 Filter dengan gravitasi


 Filter bertekanan

Berdasarkan susunan media penyaring di dalamnya, filter dapat dibedakan menjadi


:

 Filter dengan media tunggal, media filter yang digunakan hanya satu lapisan
dari jenis media yang sama, biasanya berupa pasir atau hancuran antrasit.
 Filter dengan media ganda, media filter yang digunakan dua lapisan dari jenis
media yang berbeda, biasanya berupa pasir atau hancuran antrasit.
 Filter dengan multi media, media filter yang digunakan lebih dari dua lapisan
yang bermacam-macam, biasanya berupa pasir, hancuran antrasit, dan garnet.

Berdasarkan laju filtrasinya (hydraulic loading), filter dibedakan menjadi :

 Saringan pasir cepat (rapid sand filter)


 Saringan pasir lambat (slow sand filter)

Pada perencanaan instalasi pengolahan air minum umumnya digunakan adalah


saringan pasir lambat. Hal ini dilakukan karena filter media ganda memiliki kelebihan
yaitu apabila air baku dialirkan ke saringan pasir lambat, maka kotoran-kotoran yang
ada didalamnya akan tertahan pada media pasir, oleh karena adanya akumulasi kotoran
baik dari zat organik maupun zat anorganik pada media filternya maka terbentuk
lapisan (film) biologis. Terbentuknya lapisan ini maka di samping proses penyaringan
secara fisika terjadi pula penghilangan kotoran (impuritis) secara bio-kimia. Dengan
demikian zat besi, mangan dan zat-zat yang menimbulkan bau dapat dihilangkan. Hasil
dengan cara pengolahan ini mempunyai kualitas yang baik.
3.4.2 Desinfeksi
Desinfeksi air bersih dilakukan untuk menonaktifkan dan menghilangkan
bakteri patogen untuk memenuhi baku mutu air minum. Desinfeksi sering
menggunakan klor sehingga desinfeksi dikenal juga dengan khlorinasi. Keefektifan
desinfektan dalam membunuh dan menonaktifkan mikroorganisme berdasarkan pada
tipe desinfektan yang digunakan, tipe mikroorganisme yang dihilangkan, waktu
kontak air dengan desinfektan, temperatur air, dan karakter kimia air (Qasim, Motley,
& Zhu, 2000).
Klorin biasanya disuplai dalam bentuk cairan. Salah satu klorin yang umum
digunakan adalah sodium hipoklorit. Sodium hipoklorit hanya bisa dalam fase liquid,
biasanya mengandung konsentrasi klorin sebesar 12,5-17 % saat dibuat. Sodium
hipoklorit bersifat tidak stabil, mudah terbakar, dan korosif. Sehingga perlu perhatian
ekstra dalam pengangkutan, penyimpanan, dan penggunaanya. Selain itu larutan
sodium hipoklorit dapat dengan mudahnya terdekomposisi karena cahaya ataupun
panas, sehingga harus disimpan di tempat yang dingin dan gelap, dan juga tidak
disimpan terlalu lama. Metode yang dapat digunakan untuk mencampur klorin dengan
air adalah metode mekanis, dengan menggunakan baffle, hydraulic jump, pompa
booster pada saluran (Tchobanoglous, 2003).
Klorinasi memiliki beberapa kriteria desain, diantaranya :

 Jumlah feeder: minimal 2 buah dengan 1 sebagai cadangan.


 Sisa klor: 0,3-0,5 mg/L. Setelah proses desinfeksi perlu diperiksa nilai pH dan
agresivitas akhir yang akan menentukan perlu atau tidaknya penambahan
kapur.

Desinfeksi juga disebut dengan pengolahan post-klorinasi.

3.4.2 Reservoir
Reservoir adalah tangki penyimpanan air yang berlokasi pada instalasi (Qasim,
Motley & Zhu, 2000). Reservoir memiliki arti penting dalam pendistribusian air
minum. Fungsi reservoir antara lain :
 Equalizing Flows, yaitu untuk menyeimbangkan aliran-aliran, sedangkan debit
yang keluar bervariasi atau berfluktuasi, unsur ini diperlukan suatu
penyeimbangan aliran yang selain melayani fluktuasi juga dapat dipergunakan
untuk menyimpan cadangan air untuk keadaan darurat.
 Equalizing Pressure atau menyeimbangkan tekanan, pemerataan tekanan
diperlukan akibat bervariasinya pemakaian air di daerah distribusi.
 Sebagai distributor, pusat atau sumber pelayanan

Sistem distribusi mencakup aliran secara gravitasi penggunaan pompa


bertekanan, dan suatu kombinasi aliran secara gravitasi dan dengan pompa.
Perhitungan kapasitas reservoir distribusi dilakukan berdasarkan pemakaian air
dari jam ke jam yang selalu berbeda, selain itu metode pengaliran juga
mempengaruhi besarnya kapasitas reservoir yang harus disediakan.

Variasi reservoir disesuaikan dengan sistem pengaliran, yaitu :

 Reservoir tinggi, yaitu pengalihan distribusi dilakukan secara gravitasi,


reservoir ini bisa berupa ground tank (reservoir), atau berupa reservoir menara
(roof tank) yang ketinggiannya harus diperhitungkan agar pada titik kritis
masih ada sisa tekan.
 Reservoir rendah yaitu pengaliran distribusi dilakukan dengan pemompaan,
reservoirnya berupa ground tank.
 Penggunaan reservoir pembantu, misalkan karena adanya batasan konstruksi,
sehingga volume yang keluar dari reservoir tidak mencukupi.
BAB IV

RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR

4.1 Penampung Air Hujan (PAH)


Penampungan Air Hujan (PAH) adalah wadah untuk menampung air hujan
sebagai air baku, yang penggunaannya bersifat individual atau skala komunal, dan
dilengkapi saringansi. PAH dapat dimanfaatkan secara individu atau masyarakat
secara umum jika saat musim kemarau, persediaan air sedikit atau kering. Dipilih pada
daerah-daerah kritis dengan curah hujan minimal 1.300 mm per tahun, dipasang di
lokasi atau daerah rawan air minum.

4.1.1 Potensi Ketersediaan dan Kebutuhan Air


Curah hujan rata-rata tahunan di Kota Singkawang sebesar 2.780 mm/tahun
(BPS Kota Singkawang, 2019). 1 mm hujan yang jatuh di atas 1 m2 atap akan
menghasilkan 0,8 liter air dikarenakan adanya penguapan dan kehilangan air lainnya.

 Diketahui :

Curah hujan rata-rata tahunan = 2.780 mm/tahun

Luas atap = 50 m2

Curah hujan per 1 m2 atap = 0,8 liter

Jumlah penduduk = 68.022

 Penyelesaian
Jumlah air hujan yang dipanen = 50 x 2.780 x 10-3 x 0,8
= 111,2 m3/tahun
= 111,200 liter/tahun
Kebutuhan air satu kelurahan = 10 liter/org/hari x 68.022
= 680,22 liter/kelurahan/hari
4.1.2 Perhitungan Dimensi Tangki Penampung Air Hujan
Untuk menampung air hujan diperlukan bak penampung berdasarkan
volumenya, berikut tabel dimensi bak penampungan air hujan berdasarkan volumenya.

Tabel 4.1 Dimensi Bak Penampung Air Hujan Berdasarkan Volume Tampungannya
Tank Capacity Diameter of Tank
1,60 1,21
2,40 1,48
3,20 1,71
4,00 1,91
4,80 2,09
5,60 2,26
6,40 2,41
7,20 2,56
8,00 2,70
9,60 2,95
11,20 3,19
12,00 3,30
12,80 3,41
14,40 3,62
16,00 3,81
16,80 3,91
19,20 4,18
20,00 4,26
Sumber : Bebas Banjir, 2015

Berdasarkan tabel diatas dapat ditentukan bahwa diameter tangki air yang
diperlukan untuk menampung air hujan yang dipanen dikawasan perencanaan
sebanyak 12,04 m3/tahun maka diameter tangki nya sebesar 3,41 m. Tinggi muka air
sebesar 1,40 m dan tinggi jagaan sebesar 0,20 m, maka untuk menghitung tinggi tangki
total yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
Tinggi tangki total = tinggi muka air + tinggi jagaan

= 1,40 m + 0,20 m

= 1,60

Hasil ini menunjukkan bahwa tangki air yang dibutuhkan sebanyak 1


buah dengan diameter 3,41 dan tinggi 1,60 m.

4.1.3 Perhitungan Talang Rambu


Diameter talang dapat ditentukan berdasarkan debit air hujan rata-rata. Dalam
menentukan dimensi talang dapat ditentukan dengan :

d = 2r

Dimana : d = diameter talang

r = jari-jari talang

Diketahui :

Debit rata-rata air hujan = 0,122 m3/hari (Refrensi Jurnal)

v = 0,2 m/detik

Tinggi jatuh (h) = 3m

Perhitungan talang rambu :

𝑄 0,122
 A= = = 0,61 m2
𝑣 0,2

1
A = 𝜋𝑟²
2

2𝐴 2(0,61)
 r=√ = √ = 0,62 m
𝜋 3,14
= 62 cm
= 24,4 Inchi
Jadi untuk jari-jari talang rambu sebesar 24 inchi.
4.1.4 Perhitungan Talang Tegak
Perhitungan talang tegak dapat dihitung sebagai berikut :

 v = √2𝑔ℎ = √2 (9,8) (3) = 7,6 m/detik


𝑄 0,122
 A= = = 0,016 m2
𝑣 7,6
1
A = 2 𝜋𝑟²

2𝐴 2 (0,016)
 r=√ =√ = 0,10 m
𝜋 3,14

Diamater talang tegak = 2r

= 2 (0,10)

= 0,2 m = 20 cm = 7,8 inchi ≈ 8 inchi

Jadi untuk jari-jari talang tegak sebesar 8 inchi.

4.2 Perencanaan Unit Filtrasi


Filtrasi merupakan proses mengalirkan air melalui media pasir atau kombinasi
dari materi granular yang bertujuan memisahkan sebanyak mungkin suspended solid
dari air olahan.

a. Kriteria Desain

Adapun kriteria desain dari unit filtrasi adalah sebagai berikut (SNI
196774-2002) :

- Kecepatan filtrasi (Vf) = 6 – 12 m/jam


- Kecepatan backwash (vbw) = 36 – 50 m/jam
- Persentase ekspansi backwash = 30 – 50%
- Ketebalan media pasir (Ip) = 60 – 70 cm
- ES pasir = 0,3 – 0,7 mm
- UC pasir = 1,2 – 1,4
- Porositas = 0,4
- Kadar SiO2 = > 95%
- Ketabalan media kerikil (Ik) = 8 – 10 cm
- ES kerikil = 2 – 5 mm
- Kehilangan tekanan = 0,2 – 0,5 m

Sistem underdrain (Fair & Geyer, 1968) :


- Rasio luas orifice : luas bed (Aor : Af) = (0,0015 – 0,005) : 1
- Rasio luas lateral : luas orifice (Al : Aor) = (2 – 4) :1
- Rasio luas manifold : luas lateral (Am : Al) = (1,5 – 3) :1
- Diameter orifice (Do) = 0,6 – 2 cm
- Jarak antar orifice = jarak antar lateral (Wlat) = 7,5 – 30 cm

Sistem perpipaan (Droste, 1997) :


- Kecepatan pipa inlet (vi) = 0,6 – 1,8 m/detik
- Kecepatan pipa outlet (vo) = 0,9 – 1,8 m.detik
- Kecepatan pada drain (vd) = 1,2 – 2,4 m/detik
- Kecepatan pada wash line (vw) = 2,4 – 3,7 m/detik

b. Perencanaan
- Debit pengolahan = 0,122 m3/detik = 2,78 mgd
- Kecepatan filtrasi (vf) = 8 m/jam = 2,224 x 10-3 m/detik
- Diameter oriface (Dor) = 2 cm = 0,02 m
- A oriface (Aor) = 0,003 x Af
- Wlat = 20 cm = 0,2 m
- Kecepatan backwash (v) = 40 m/jam
- Tebal lapisan pasir (Lp) = 65 cm = 0,65 m
- Tebal lapisan kerikil (Lk) = 10 cm = 0,1 m
- Diameter pasir (Dp) = 0,6 mm = 6 x 10-4 m
- Diameter kerikil (Dk) = 3 mm = 3 x 10-3 m
- Porositas awal (Po) = 0,4
- υ = 0,893 x 10-6 m2/detik
- NRe pasir =<5
- NRe kerikil =>5
- ψ pasir = 0,82 (bulat)
- Luas lateral (Alat) = 2 x Aor
- Luas manifold (Aman) = 1,5 x Alat
- Ekspansi kerikil akibat Vbw = 10%
- Tbw = 10 menit = 600 detik

c. Perhitungan
 Jumlah bak
n bak = 1,2 x √𝑄
= 1,2 x √2,78
= 2 = 2 bak
 Dimensi bak
- Debit tiap filter (Qf)

1
Qf =𝑛 xQ

1
= 2 x 0,122

= 0,061 m3/detik

- Luas tiap unt filter (AF)


𝑄𝑓
Af = 𝑣𝑓
0,061
= 2,24 𝑥 10¯³

= 27,2 m2

Jika P : L = 2 : 1, maka :

Af = P . L = 2L x L

27,2 = 2L2
L2 = 13,6

L = 3,68 m

P = 2L

= 2 x 3,68

= 7,36 m

H =3m

 Sistem Underdrain
- Orifice
Luas bukaan (Aor)
1
Aor = 4 𝜋D2
1
Aor = 4 (3,14) (0,02)2

= 3,14 x 10-4 m2
- Jumlah lubang tiap filter (nor)
0,003
nor = x Af
𝐴𝑜𝑟
0,003
= x 27,2
3,14 𝑥 10¯⁴

= 259,87261 ≈ 260 lubang


- Lateral

Luas bukaan (Alat) = 2 x Aor x n

= 2 (3,14 x 10-4) x 260


= 0,16 m2
- Manifold
Luas total (Aman) = 1,5 x Alat
= 1,5 x 0,16
= 0,24 m2

4 𝑥 𝐴 𝑚𝑎𝑛
Diameter (Dman) =√
𝜋
4 𝑥 0,24
=√
3,14

= 0,55 m
Panjang manifold (Pman) = Panjang Bak
= 7,36
- Jumlah pipa lateral (nlat)
𝑃 𝑚𝑎𝑛
nlat = x2
𝑤 𝑙𝑎𝑡
7,36
= x2
0,2

= 73,6 ≈ 74 buah
- Jumlah pipa lateral tiap sisi (n)
𝑛 𝑙𝑎𝑡
n =
2
74
=
2

= 37 buah
- Panjang pipa lateral tiap sisi (Plat)

𝐿 𝑏𝑎𝑘− 𝐷𝑚𝑎𝑛−(2 𝑥 𝑊𝑙𝑎𝑡)


Plat =
2

3,68 − 0,55 −(2 𝑥 0,2)


=
2

= 1,3 m

- Diameter pipa lateral (Dlat)


𝐴 𝑙𝑎𝑡
4 𝑥 𝑛 𝑙𝑎𝑡
Dlat =√
𝜋

0,16
4𝑥
=√ 74
3,14

= 0,052 m
- Jumlah oriface tiap lateral (n)
Σ oriface
n =
𝛴 𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙
260
=
74

= 3,5 = 4 lubang
 Perhitungan Sistem Inlet

D inlet sama dengan diameter pipa manifold (Dman) yaitu


sebagai pipa masuknya air yaitu sebesar 0,55 m.

 Perhitungan Backwash
- Pasir
Kecepatan backwash (vbw)
vbw = 6 x vf
= 6 x (2,224 x 10-3)
= 0,0133 m/detik

Porositas saat ekspansi :

1 1
1
𝑣 4,5 𝑝𝑤 𝑣𝑏𝑤 3
Pe = 2,95 x 1 x[ ] 3,6 x 1
𝑝𝑠−𝑝𝑤 𝐷𝑝2
𝑔 3,6
1 1
1
(0,893 𝑥 10¯⁶)4,5 997 (0,0133)3
= 2,95 x 1 x[ ] 3,6 x 1
2600−997 (6 𝑥 10¯4 )2
(9,81)3,6

= 2,95 x [(0,045
1,88
0,24
) (0,88) (0,024 )]

= 2,95 x 0,024 x 0,88 x 10


= 0,623 m2
Presentase Ekspansi (Leks)
𝑃𝑒−𝐿𝑝
% Ekspansi = x 100
1 − 𝐿𝑝
0,623−0,4
= x 100
1− 0,623

= 0,59 %
Tinggi Ekspansi (Leks)
𝐿𝑒𝑘𝑠−𝐿𝑝
% Ekspansi = x 100
𝐿𝑝
𝐿𝑒𝑘𝑠−0,62
0,59 = x 100
0,62
Leks – 0,6 = 0,354
Leks = 0,954 m = 1 m

- Kerikil
Tinggi Ekspansi :
𝐿𝑒𝑘𝑠−𝐿𝑘
% Ekspansi = x100
𝐿𝑘
𝐿𝑒𝑘𝑠−0,1
0,59 =
0,1
Leks – 0,1 = 0,059
Leks = 0,16 m

Porositas saat Ekspansi :


𝑃𝑒−𝑃𝑜 𝐿𝑒𝑘𝑠−𝐿𝑘
=
1−𝑃𝑒 𝐿𝑘
𝑃𝑒−0,4 0,16−0,1
=
1−𝑃𝑒 0,1
Pe = 0,63
- Debit Backwash (Qbw)
Qbw = vbw x Abak
= 0,0133 m/detik x 27,2 m2
= 0,36 m3/detik
- Volume Backwash (Vbw)
Vbw = Qbw - Tbw
= 0,36 x 600
= 216 m3

 Sistem Outlet
Air yang telah disaring akan dialirkan melalui pepa outlet yang
bersambungan dengan pipa manifold menuju ke reservoir. Diameter
pipa outlet sama dengan pipa manifold yaitu sebesar 0,55 m.

 Kehilangan Tekanan
Headloss pada media yang masih bersih.
- Pasir
Cek bilangan Reynold
𝜑 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑥 𝐷𝑝 𝑥 𝑣𝑓
NRe =
𝑣
0,82 𝑥 ((6 𝑥 10)¯4 ) 𝑥 (2,224 𝑥 10¯3 )
=
0,893 𝑥 10¯⁶

= 1,23 < 5 (OK)


Koefisien Drag (CD)
24 3
CD = (𝑁𝑅𝑒 ) + + 0,34
√𝑁𝑅𝑒
24 3
=( )+ + 0,34
1,23 √1,23

= 22,56
Headloss pada pasir
1,067 CD 𝑣𝑓² 1
Hfp = x x Lp x x
𝜑 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑔 𝑃𝑜⁴ 𝐷𝑝

1,067 1,067 (2.224 x 10¯3 )² 1


= x x 0,65 x x
0,82 9,81 (0,4)⁴ 6 𝑥 10¯⁴

= 0,62 m
- Kerikil
Cek bilangan Reynold
1 𝑣𝑓 𝑥 𝐷𝑘
NRe = x
1−𝑝𝑜 𝑣

1 2,224 𝑥 10¯3 𝑥 (3 𝑥 10¯3 )


= x
1−0,4 0,893 𝑥 10¯⁶

= 12,45 > 5 (OK)


Headloss pada kerikl
𝑣 (1−𝑝𝑜)² 𝑣𝑓
Hfk = 180 x x x x Lk
𝑔 𝑝𝑜³ 𝐷𝑘²

0,893 𝑥 10¯⁶ (1−04)² 2,224 𝑥 10¯³


= 180 x x x x 0,1
9,81 (0,04)³ (3 𝑥 10¯2 )²

= 0,022 m
Headloss Total
Hf media = Hf pasir + Hf kerikil
= 0,62 + 0,022
= 0,642

 Headloss System Underdrain


- Oriface
0,122
Debit tiap liter = = 0,061 m3/s
2
Debit oriface (Qor)
𝑄
Qor =
𝑛𝑜𝑟
0,061
=
260

= 2,3 x 10-4 m3/detik


Kecepatan oriface (vor)
𝑄𝑜𝑟
Vor =
𝐴𝑜𝑟
2,3 𝑥 10¯⁴
=
3,14 𝑥 10¯⁴

= 0,73 m/detik
Headloss oriface (Hfor)
𝑣𝑜𝑟²
Hfor = 1,7 x
2𝑔
0,73²
= 1,7 x
2 (9,81)

= 0,046 m
- Lateral
Debit lateral (Qlat)
𝑄
Qlat =
𝑛𝑙𝑎𝑡
0,061
=
74

= 8,2 x 10-4 m3/detik


Kecepatan Leteral (vlat)
𝑄𝑙𝑎𝑡
vlat =
𝐴𝑙𝑎𝑡
8,2 𝑥 10¯4
=
0,16

= 0,0051 m/detik

Headloss Lateral (Hflat)


Hflat = 1,3 x hf
𝑃 𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑣 𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙
= 1,3 x f x x
𝐷 𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 2𝑔
1,3 0,0051
= 1,3 x 0,026 x x
0,052 2 (9,81)

= 2,1 x 10-4 m

 Manifold
Debit manifold (Qman)
𝑄
Qman =
𝑛 𝑚𝑎𝑛
0,061
= = 0,061 m3/detik
1
Kecepatan manifold (vman)
𝑄𝑚𝑎𝑛
vman =
𝐴𝑚𝑎𝑛
0,061
= = 0,254 m/detik
0,24

Headloss manfold (Hfman)


Hfman = 1,3 x hf
𝑃 𝑚𝑎𝑛 𝑣 𝑚𝑎𝑛
= 1,3 x f x x
𝐷 𝑚𝑎𝑛 2𝑔
7,36 0,254
= 1,3 x 0,026 x x 2 (9,81)
0,55

= 0,0058 m
Headloss underdrain
Hunderdrain = Hfor + Hflat + Hfman
= 0,046 + 2,1 x 10-4 + 0,0058
= 0,052 m

 Headloss Media pada saat Backwash


Hfbw = Hfmedia + Hunderdrain
= 0,642 + 0,052
= 0,694 m
 Pompa Backwash
Headloss pada pompa
Hf pompa = Hfbw + Hs + sisa tekan
= 0,694 + 5 + 1
= 6,694 m
𝑝 𝑥 𝑔 𝑥 𝑄𝑏𝑤 𝑥 𝐻𝑓𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
Daya pompa =
0,75
997 (9,81)(0,36) 𝑋 6,694
=
0,75

= 31426,14 watt
= 31.4261 kWh

4.3 Perencanaan Unit Desinfeksi


Secara umum, Desinfeksi adalah proses pemusnahan mikro-organisme yang
dapat menimbulkan penyakit. Desinfeksi merupakan benteng manusia terhadap
paparan mikro-organisme pathogen penyebab penyakit, termasuk didalamnya virus,
bakteri, dan protozoa parasit (Biton,1994).
Desinfeksi air bersih dilakukan untuk menghilangkan bakteri patogen untuk
memenuhi baku mutu air minum. Desinfeksi sering menggunakan khlor, sehingga
desinfeksi disebut juga khlorinisasi. Keefektifan desinfektan dalam membunuh dan
menonaktifkan mikoorganisme berdasar pada tipe desinfektan yang digunakan, tipe
mikroorganisme yang dihilangkan, waktu kontak air dengan desinfektan, temperatur
air, dan karakter kimia air (Qasim, mothley dan zuu, 2000).
Kemampuan dari desinfektan ini adalah menghilangkan bau, mematikan alga,
dan mengoksidasi Fe (II) menjadu Fe (III) sehingga konsentrasi di air turun. Faktor
yang dapat mempengaruhi efisiensi desinfeksi adalah waktu kontak, konsentrasi
desinfektan, jumlah mikroorganisme, tempeeatur air, pH, dan adanya senyawa lain
dalam air (Joko, 2010).
a. Kriteria Desain
Adapun kriteria dari unit desinfeksi sebagai berikut (Joko,
2010) :
- Daya pengikat khlor (DPC) = 1,2 mg/L
- Berat jenis kaporit (ρ) = 0,86 kg/L
- Sisa khlor = 0,2 – 0,4 mg/L
- Kadar khlor dalam kaporit = 60%
- Waktu detensi = 10 – 60 detik

b. Perencanaan
- Desinfeksi menggunakan kaporit (Ca(Cl)2
- Kadar klor dalam kaporit = 60%
- Berat jenis kaporit = 0,86 kg/l
- Kapasitas pengolahan (Q) = 0,122 m3/detik = 122 l/detik
- Konsentrasi larutan (C) = 5%
- Daya pengikat klor (DPC) = 1,2 mg/l
- Pembubuhan kaporit dilakukan setiap 8 jam sehari
- Sisa klor = 0,2 mg/l
- Dosis klor = DPC + sisa klor
= (1,2 + 0,2) mg/l
= 1,4 mg/l
= 0,0014 kg/l
c. Perhitungan
100 %
 Kebutuhan kaporit = x Dosis khlor x Q
60 %
100
= x 1,4 mg/l x 122 l/det
60
= 284,6 mg/detik
= 24,58 kg/hari
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑝𝑜𝑟𝑖𝑡
 Volume Kaporit = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑘𝑎𝑝𝑜𝑟𝑖𝑡
24,58
=
0,86

= 28,58 l/hari
100%−5%
 Volume pelarut = x V kaporit
5%
100%−5%
= x 28,58
5%
= 543 l/hari
 Volume larutan kaporit = V kaporit + V pelarut
= 28,58 l/hari + 543 l/hari
= 571,58 l/hari
571,58 𝐿/ℎ𝑎𝑟𝑖
 Kebutuhan khlor 8 jam =
3

= 190,5 L/8 jam


 Dimensi bak pembubuh
- Diketahui :
Q = 122 l/detik = 0,122 l/detik
td = 60 detik
- Penyelesaian :
Volume bak = Q x td
= 0,122 x 60
= 7,32 m3
Dimensi bak = P : L : H
=1:1:1
V =PxLxH
7,32 = 1 L3
Lebar bak :
L = 3√7,32
L = 1,94 m
Kedalaman bak :
H = Lbak + Freeboard
= 1,94 + 0,3
= 2,24 m
Panjang bak :
V =pxlxh
7,32 = p x 1,94 x 2,24
P = 1,68 m
 Daya Pompa
Data perencanaan yang digunakan untuk pompa
pembubuh kaporit pada bak desinfeksi yaitu sebagai berikut :
Debit pengolahan = 0,122 m3/detik
Efisiensi pompa = 0,85
Head pompa (H) = 10 m
Massa jenis larutan = 1000 kg/m3
Rumus daya pompa :
𝜌𝑥𝑔𝑥ℎ𝑥𝑄
P =
𝜂
1000 𝑥 9,81 𝑥 10 𝑥 0,122
=
0,85

= 14.080,23 watt
= 14,0802 kWh

4.4 Perencanaan Uni Reservoir


Reservoir merupakan bangunan penampungan air sebelum dilakukan
pendistribusian ke pelanggan/masyarakat, yang dapat ditempatkan di atas permukaan
tanah maupun di bawah permukaan tanah. Bangunan reservoir umumnya diletakkan
di dekat jaringan distribusi pada ketinggian yang cukup untuk mengalirkan air secara
baik dan merata ke seluruh daerah konsumen. Reservoir berfungsi sebagia cadangan
air saat darurat, mengurangi pemakaian pompa, dan meningkatkan kemudahan
operasi. Selain itu, sebagai pengaman untuk gelombang tekanan balik. Kemudian, air
yang ditampung dalam bak reservoir langsung didistribusikan melalui pipa distribusi.
a) Perencanaan Menurut (Joko, 2010)
Tipe : Ground Reservoir
 Kecepatan inlet desain (vi) = 1,77 m/detik
 Faktor peak (fp) = 2,5
 Kecepatan outlet desain (vo) = 3 m/detik
 Waktu pengurasan (tk) = 2 jam
 Kecepatan pengurasan (vk) = 2,5 m/detik
 Kecepatan overflow (vow) = 1,77 m/detik
 Kecepatan ventilasi desain (vud) = 4 m/detik
 Persentase Qin = 4,17%
 Persentase volume reservoir = 27,66%

b) Volume Reservoir
Vr = 27,66% x Qrata x waktu
= 0,2766 x 0,122 x 86.400
= 2.915,58 m3
c) Dimensi Reservoir
 Volume
2.915,58
Vr = = 1.457,8 m3
2
 Direncanakan kedalaman reservoir (Hr) = 8 m
𝑉𝑟 1.457,8
Ar = = = 182,225 m2
𝐻𝑟 8
 P:L =3:1
Ar = 3 x L2
182,225 = 3 x L2
L2 = √60,7
L = 7,8 m
P = 3 x 7,8
= 23,4 m
d) Perpipaan Reservoir
 Pipa Inlet
 Debit inlet = Qi = ½ x Qr
= ½ x 0,122 m3/detik
= 0,061 m3/detik

4 𝑥 𝑄𝑖
 Diameter pipa inlet = Di =√
𝜋 𝑥 𝑣𝑖

4 𝑥 0,061
=√
3,14 𝑥 1,77

= 0,209 m
 Pipa Outlet
 Debit outlet = Qo = Qi x fp
= 0,061 x 2,5
= 0,152 m3/detik

4 𝑥 𝑄𝑜
 Diameter pipa outlet = Do = √
𝜋 𝑥 𝑣𝑜

4 𝑥 0,152
=√
3.14 𝑥 3

= 0,25 m
 Pipa pengurasan
o Tinggi pengurasan, Hk = 5
o Volume pengurasan (Vk)
Vk = Pr x Lr x Hk
= 23,4m x 7,8m x 5m
= 912,6 m3
o Debit Pengurasan (Qk)
𝑉𝑘 912,6
Qk = = = 0,126 m3/detik
𝑡𝑘 2 𝑥 3600
o Diameter pipa pengurasan

4 𝑥 𝑄𝑘 4 𝑥 0,126
Dk =√ =√ = 0,253 m
𝜋 𝑥 𝑣𝑘 3,14 𝑥 2,5

 Pipa Overflow
o Debit overflow (Qow) = Qi = 0,061 m3/detik
o Diameter overflow (Dow) = Diameter Inlet (Di) = 0,209
 Pipa Ventilasi
Direncanakan 4 pipa vent untuk reservoir
o Debit pengaliran
(𝑄𝑜−𝑄𝑖)
Qud =
4
(0,152 − 0,061)
=
4

= 0,022 m3/detik
 Diameter pipa vent

4 𝑥 𝑄𝑢𝑑
Dv =√
𝜋 𝑥 𝑣𝑢𝑑

4 𝑥 0,022
=√
3,14 𝑥 4

= 0,083 m
4.4 Pompa Distribusi
Diketahui :
Kerapatan air = 1000 (kg/m3)
Debit air yang dipompa = 0,059677 m3/detik
Elevasi =1
H total = S x L + elevasi
= 0,0225 x 121,03 + 1
= 3,7 m = 4 m

Kriteria Desain :
Efisiensi Pompa () = 40 – 90% (Sularso, 2000)
Kecepatan air dalam pipa untuk air baku (0,6 – 2) m/detik
Pw = (Q . ρ . H)/n
Pw = (0,05968 . 1000 kg/m³ . 4)/0,85
Pw = 280,84 watt = 0,28084 kWh
Sehingga daya pompa yang diperlukan untuk mengalirkan air bersih dari
reservoir air bersih menuju konsumen dengan debit 0,059677 m3/detik sebesar
0,28084 kw.
BAB V

RANCANGAN FASILITAS PENUNJANG

5.1 Fasilitas Penunjang yang Diperlukan


Fasilitas penunjang dalam instalasi pengolahan air (IPA) merupakan hal sangat
penting. Adapun fasilitas penunjang yang harus ada dalam bangunan instalasi
pengolahan air adalah sebagai berikut :
1. Laboratorium, diperlukan dalam pengolahan air minum. Laboratorium
berfungsi sebagai tempat pengujian terhadap air baku dan air minum yang
sudah diolah. Letak bangunan laboratorium sebaiknya dibangun di dekat
proses pengolahan air minum (IPA) sehingga jarak untuk membawa sampel
tidak jauh.
2. Kantor, merupakan fasilitas yang memiliki fungsi sebagai tempat pengaduan
jika terdapat masalah dalam distribusi air, seperti kebocoran. Selain itu juga
kantor berfungsi sebagai tempat administrasi dan penyimpan data-data
/dokumen penting.
3. Reservoir, merupakan bangunan yang terletak setelah proses pengolahan air
selesai. Fungsi dari bak ini adalah sebagai penampung air dan sebagai
penyeimbang tekanan air. Sebelum didistribusikan air akan masuk ke bak
reservoir.
4. Pos Jaga, merupakan bangunan yang diperlukan untuk memantau dan menjaga
keamanan di sekitar daerah produksi air. Sehingga mengurangi kemungkinan
kehilangan baran-barang yang tidak diinginkan.
5. Ruang pembubuh, merupakan fasilitas bangunan yang memiliki fungsi sebagai
tempat pembubuhan bahan kimia sebelum dialirkan ke dalam bak pengolahan.
Di ruang pembubuh inilah bahan kimia yang akan digunakan dicampurkan
terlebih dahulu dengan air dengan perbandingan yang telah ditentukan
sebelumnya.
6. Ruang Pompa & Genset, merupakan bangunan yang diperlukan untuk
menyimpan pompa dan genset agar pompa terlindungi dari hujan dan panas
sehingga tidak cepat rusak. Pompa berfungsi untuk membantu tekanan air agar
dapat mengalir dengan baik.
7. Gudang, merupakan bangunan yang diperlukan untuk menyimpan barang-
barang yang diperlukan dalam suatu instalasi pengolahan air bersih.
8. Ruang penyimpanan bahan kimia, merupakan bangunan fasilitas penunjang
yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yang
diperlukan dalam pengolahan air bersih.

Adapun bahan dan bangunan pelengkap harus memenuhi ketentuan berikut :


a. Struktur bangunan instalasi pengolahan air dan bangunan penampung
air minum dari beton bertulang, baja atau bahan lainnya berdasarkan
pertimbangan kondisi lapangan.
b. Ruang genset harus kedap suara, tahan getaran dan tidak mudah
terbakar, dilengkapi dengan peralatan pemeliharaan yang memenuhi
ketentuan yang berlaku.
c. Ruang pembubuh dan penyimpan bahan kimia dilengkapi exhaust fan,
drainase dan perlengkapan pembersihan.
d. Bangunan penunjang lainnya menggunakan bahan bangunan yang
memenuhi ketentuan yang berlaku.
e. Pondasi bangunan sesuai dengan kondisi setempat yang memenuhi
ketentuan yang berlaku.

5.2 Perhitungan Biaya Operasional


Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Bersih, diperlukan perhitungan
rencana anggaran biaya yang yaitu untuk bahan kimia dan listrik. Perhitungan biaya
operasional dilakukan dengan pertimbangan bahwa bahan ini sudah memadai menjadi
bahan yang dipergunakan dalam Perencanaan Pengolahan Air Bersih di Kelurahan
Bangka Belitung Darat. Untuk keperluan mengalirkan air dari rumah pompa ke IPA
maka diperlukan pompa. Perencanaan pompa harus memberikan debit aliran air dan
tekanan yang memadai.
5.2.1 Anggaran Biaya Kimia
Perhitungan biaya pada perencanaan ini berdasarkan pada bahan kimia yang
digunakan untuk pengolahan air bersih. Proses desinfeksi menggunakan kaporit.
Adapun anggaran biaya untuk bahan kimia yaitu:

Tabel 5.1 Anggaran Biaya Bahan Kimia


Kebutuhan
No. Material Harga Total (Rupiah/bulan)
(Kg/hari)
1. Kaporit Ca(Cl)2 24,58 Rp. 23.000/kg 16.960.200
Total Rp. 16.960.200

Jadi total biaya yang diperlukan untuk penggunaan bahan kimia setiap
bulan sebear Rp. 16.960.200.

5.2.2 Anggaran Biaya Listrik


Sumber energi yang dipakai yaitu menggunakan sumber listrik. Diketahui
langsung dari PT. PLN Persero bahwa harga listrik/kWh yaitu sebesar Rp. 1.467.
Listrik yang digunakan pada saat penggunaan untuk menghidupkan pompa.
Perhitungan anggaran listrik yaiitu sebagai berikut :

Tabel 5.2 Anggaran Biaya Listrik pada Unit Pengolahan


No. Proses Pengolahan Daya (Watt)
1. Filtrasi 31.426,14
2. Desinfeksi 14.080,23
3. Pompa Distribusi 280,84
Total 45.787,21

Biaya yang dikeluarkan adalah :


45.787,21
Biaya = x 24 jam
1000
= Rp. 1.098.893,04 x 30 hari
= Rp. 32.966.791,2 / bulan

5.3 Total Biaya


Berdasarkan Istichori, dkk. (2018), tarif air bersih yang direncanakan dapat
berkisar antara Rp.3.500 hingga Rp4.000 untuk tiap 1 m3 air. Jadi, total biaya yang
dibutuhkan untuk operasional pengolahan bangunan air bersih per bulan dengan
kapasitas 0,059677 m3/detik yaitu sebesar :
a. Bahan kimia = Rp. 16.960.200
b. Anggaran listrik = Rp. 32.966.791,2 +
= Rp. 49.926.991,2
Jadi total biaya yang dibutuhkan dalam perencanaan ini adalah sebesar Rp.
49.926.991,2.
BAB VI

PETA DAN GAMBAR RANCANGAN

Sebuah perencanaan tentunya dibutuhkan peta layout dan gambar rancangan


sebagai hasil perencanaan dan untuk mempermudah dalam proses pelaksanaan
pembangunan. Gambar rancangan memberikan gambaran mengenai bentuk
perencanaan baik dari dimensi dan detail bangunan yang akan dibangun. Dalam bagian
ini, gambar rancangan yang akan ditampilkan meliputi skema unit pengolahan
keseluruhan, denah, potongan A-A, serta potongan B-B dari masingmasing unit
pengolahan air terpilih. Denah biasanya merupakan tampak atas dari sebuah
bangunansedangkan potongan adalah gambaran dari suatu bangunan yang dipotong
vertikal pada sisi yang ditentukan (tertera pada denah) dan memperlihatkan isi atau
bagian dalam bangunan tersebut. Fungsi potongan untuk menunjukkan struktur
bangunan dan dimensi tinggi ruang pada bangunan tersebut. Potongan A-A adalah
potongan yang membagi bangunan antara bagian depan dan belakang, sehingga pada
saat penggambaran potongan memperlihatkan isi bangunan dari depan/belakang.
Potongan B-B adalah potongan yang membagikan bagunan antara sisi samping kanan
dan kiri,sehingga pada saat penggambaran potongannya memperlihatkan isi bangunan
yang ada di sebelah samping kanan dan kiri

Anda mungkin juga menyukai