Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI KUALITAS BIOEKOLOGI DI PERAIRAN SUNGAI SAMPANAHAN


KECAMATAN SAMPANAHAN KABUPATEN KOTABARU PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN BERDASARKAN BIOINDIKAROR PLANKTON DAN
BENTOS

Oleh :
Alan Zikirramadlan
1910716210012

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur Kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala Rahmat dan
Ridha-Nya kepada kita, Shalawat dan Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam serta para Sahabat dan Keluarganya yang
telah mengantarkan kita hingga berada di peradaban yang mulia saat ini. Dalam penyusunan
Proposal Penelitian ini penulis melalui berbagai hal dan kendala, yang Alhamdulillah mampu
penulis hadapi dan lalui, namun segalanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
moral, materil, ataupun do’a kepada penulis hingga terbitlah Proposal Penelitian yang berjudul
Studi Kualitas Bioekologi Di Perairan Sungai Sampanahan Kecamatan Sampanahan
Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan Berdasarkan Indikator Plankton Dan
Bentos
Ungkapan rasa terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing akademik Ibu Ira
Puspita Dewi. S.Kel, M.Si dan dosen pembimbing skripsi Bapak Nursalam, S.Kel, M.S dan
Bapak Yuliyanto, ST. M.Si yang telah mengarahkan dan membimbing penulis hingga prnulis
dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan informasi bagi
pembaca, penulis menyadari Proposal Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan Propsal Penelitian
ini.

Banjarbaru, …. …. ….

Alan Zikirramadlan
1910716210012
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
.........................................................................................................................................................2
BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................................................3
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2. Tujuan dan Manfaat..........................................................................................................4
1.3. Batasan..............................................................................................................................4
1.4. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
2.1. Daerah Aliran Sungai (DAS)............................................................................................5
2.2.Plankton...................................................................................................................5
2.3.Bentos......................................................................................................................6
2.4.Kualitas Air.............................................................................................................7
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................................9
3.1. Waktu dan Tempat........................................................................................................9
3.2. Alat dan Bahan..............................................................................................................9
3.3. Metode Perolehan Data...............................................................................................11
3.3.1.Penentuan Lokasi Sampling...........................................................................11
3.3.2.Pengambilan Sampel Plankton.......................................................................12
3.3.3.Pengambilan Sampel Bentos..........................................................................13
3.3.4.Pengambilan Sampel Air................................................................................13
3.4. Metode Analisis Data..................................................................................................14
3.4.2.Analisis Data Bentos.......................................................................................16
A. Indeks Keanekaragaman (H’).........................................................................................16
B. Analisis Indeks Pencemaran...........................................................................................19
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ekosistem yang merupakan tempat unsur organisme
dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat
keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Ekosistem DAS terdiri dari beberapa
komponen, yaitu: manusia, hewan, vegetasi, tanah, iklim, dan air. Masing-masing komponen
tersebut memiliki sifat yang khas dan keberadaannya tidak berdiri sendiri, namun berhubungan
dengan komponen lainnya membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem).

Apabila fungsi dari suatu DAS terganggu, maka sistem hidrologi akan terganggu,
penangkapan curah hujan, resapan dan penyimpanan airnya sangat berkurang, atau memiliki
aliran permukaan (run off) yang tinggi. Vegetasi penutup dan tipe penggunaan lahan akan kuat
mempengaruhi aliran sungai, sehingga adanya perubahan penggunaan lahan akan berdampak
pada aliran sungai.

Perubahan pada aliran sungai juga akan berdampak pada ekosistem perairan. Ekosistem
perairan dibedakan menjadi dua yaitu, ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Ekosistem
perairan lotik atau perairan mengalir adalah suatu ekosisitem yang didalamnya terdapat adanya
arus. Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang selalu mengalami perubahan kualitas dan
kuantitas akibat pengaruh variasi abiotic tersebut. Oleh karena itu, organisme perairan harus
dapat beradaptasi dalam mencari nutrisi dan menjalankan kelangsungan hidup. Pengaruh
variasi abiotik ini juga sebagai penunjang lingkungan secara keseluruhan yang memungkinkan
adanya perubahan produktivitas biologis (Sony, dkk,2009).

Sampanahan merupakan satu desa yang terletak di kabupaten kotabaru provinsi


Kalimantan selatan, wilayah ini memiliki daerah aliran sungai yang luas dan banyak kegiatan
masyarakat di sekitar wilayah tersebut seperti menangkap udang dan ikan, hal ini menunjukan
kondisi daerah aliran sungai sampanahan juga berpengeruh terhadap kegiatan masyarakat.
Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis kualitas bioekologi di sungai Sampanahan pra
kontruksi pembangunan pelabuhan oleh PT.SDE. Pemantauan pencemaran air umumnya
digunakan kombinasi fisika, kimia dan biologi. Chahaya (2003) menyatakan bahwa penggunaan
komponen fisika dan kimia saja hanya akan memberikan gambaran kualitas lingkungan sesaat
dan cenderung memberikan hasil dengan penafsiran dan kisaran yang luas, oleh sebab itu
penggunaan komponen biologi juga sangat diperlukan karena fungsinya yang dapat
mengantisipasi perubahan pada lingkungan kualitas perairan (Trisnaini, dkk 2018).

1.2. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis Bentos Di Sungai Sampanahan
2. Mengetahui Kelimpahan Plankton Di Sungai Sampanahan
3. Mengetahui Kondisi Perairan Sungai Sampanahan
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai data dan informasi mengenai kondisi bioekologi
yang terdapat Di Sungai Sampanahan, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan,
sebagai sumber data bagi masyarakat dan pihak yang membutuhkan.

1.3. Batasan
Mengingat luasnya pembahasan, maka permasalahan di batasi pada:
1. Kondisi Bentos di Sungai Sampanahan
2. Kondisi Plankton di Sungai Sampanahan
3. Kualitas Air Sungai Sampanahan
1.4. Rumusan Masalah
1. Pengaruh aktifitas Kontruksi di Sungai Sampanahan terhadap kondisi Bioekologi
2. Pengaruh bioekologi terhadap lingkungan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daerah Aliran Sungai (DAS)


Air menutupi sekitar 71% permukaan bumi yang sebagian besar (97,4%) asin. Sisanya
sekitar 2,586% berupa air tawar yang tersimpan sebagai es di kutub dan di dalam tanah, dan
hanya 0,014% lainnya yang dapat langsung dimanfaatkan terdapat dalam bentuk uap air, air
tanah yang dapat digunakan, sungai dan danau. Sungai menjadi salah satu pemasok air
terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan
manusia (Trisnaini, dkk 2018).

2.2. Plankton

Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung atau
melayang di dalam air yang kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas hingga
hanyut terbawa arus. Plankton berbeda dengan nekton yang merupakan hewan yang
berkemampuan aktif berenang bebas tidak tergantung pada arus, misal ikan dan cumi-cumi.
Lain pula dengan benthos yang merupakan biota yang hidupnya melekat, menancap,
merayap atau meliang didasar laut, misalnya bintang laut, kerang, teripang (Nontji, 2008).
Plankton adalah benda hidup berukuran kecil yang melayang di dalam air, baik air
laut maupun air tawar. Plankton dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fitoplankton dan
zooplankton. Fitoplankton adalah golongan tumbuhan berdinding sel yang melayang bebas
dalam air, karena merupakan tumbuhan fitoplankton disebut sebagai mikroalga. Fitoplankton
merupakan bagian dari rantai makanan yaitu sebagai produktivitas primer. Zooplankton
adalah hewan yang bisa melawan arus atau melayang dalam air dan memiliki ukuran antara
0,1- 0,3 mm (Kuncoro, 2004).
Berdasarkan fungsinya plankton dapat dibedakan menjadi 2 yakni fitoplankton dan
zooplankton (Nichols dan Williams, 2009). Fitoplankton merupakan plankton nabati yang
mempunyai fungsi sebagai produktivitas primer perairan dan sebagai rantai makan paling
bawah. Fitoplankton juga mempunyai kemampuan dalam menyediakan oksigen terlarut bagi
biota lain dari hasil proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari, sedangkan
zooplankton memiliki fungsi sebagai produktivitas sekunder merupakan konsumen langsung
fitoplankton dan penting dalam transfer energi melalui rantai makanan (Afif, 2014).
Menurut Aunurohim (2008) dalam Salam (2010), fitoplankton memiliki klorofil yang
berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air yang
digunakan sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan diperairan. Namun , fitpoplankton
tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas air apabila jumlahnya berlebih. Tingginya
populasi fitoplankton beracun diperairan dapat menyebabkan kematian berbagai makhluk air
lainnya, misalnya Alexandrium spp, Gymnodinium spp. Dinopysis spp.

2.3. Bentos
bentos memiliki sifat istimewa di mana kondisi makroskopisnya memungkinkan untuk
digunakan sebagai biomonitor yaitu metode pemantauan kualitas air dengan menggunakan
indikator biologis dengan memanfaatkan partisipasi masyarakat. Beberapa jenis dari bentos
salah satunya yang berasal dari kelas gastropoda diketahui memiliki peran sebagai
bioremidiator lingkungan dengan salah satunya ditunjukkan dengan kemelimpahan
jumlah/kerapatan untuk sepesies tertentu pada perairan tercemar (Indrowati dkk, 2003).
Hewan bentos relatif hidup menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk
kualitas lingkungan dimana akan diketahui seberapa besar pencemaran yang terjadi
diperairan tersebut, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya.
Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor
lingkungan dari waktu ke waktu. Dimana bentos terus menerus terdesak oleh air yang
kualitasnya berubah-ubah. Diantara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan
peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam
kelompok invertebrata makro (Kimball, 1983).
Hewan bentos dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh yang bisa melewati
lubang saring yang dipakai untuk memisahkan hewan dari sedimennya.
Berdasarkan kategori tersebut bentos dibagi atas :
1. Makrozoobentos, kelompok hewan yang lebih besar dari 1,0 mm. Kelompok ini adalah
hewan bentos yang terbesar, jenis hewan yang termasuk kelompok ini adalah molusca,
annelida, crustaceae, beberapa insekta air dan larva dari diptera, odonata dan lain
sebagainya.
2. Mesobentos, kelompok bentos yang berukuran antara 0,1 mm -1,0 mm. Kelompok ini
adalah hewan kecil yang dapat ditemukan di pasir atau lumpur. Hewan yang termasuk
kelompok ini adalah molusca kecil, cacing kecil, dan crustaceae kecil.
3. Mikrobentos, kelompok bentos yang berukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Kelompok ini
merupakan hewan yang terkecil. Hewan yang termasuk ke dalamnya adalah protozooa
khususnya cilliata.(Lakitan, 1987)
Hewan ini memegang peranan penting dalam perairan seperti dalam proses
dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan. Hewan bentos,
terutama yang bersifat herbivor dan detrivor dapat menghancurkan makrofit akuatik yang
hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-
potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya
menjadi nutrien bagi produsen perairan (Lakitan, 1987).
Kestabilan ekosistem perairan merupakan kemampuan ekosistem yang
mempertahankan keseimbangannya dalam menghadapi perubahan atau guncangan yang
disebabkan oleh pengaruh dari luar. Suatu ekosistem perairan dengan tingkat keseimbangan
yang bersifat fluktuatif akan memberikan dampak yang cukup nyata bagi kehidupan yang
berada di dalamnya, sehingga dengan sendirinya akan menjadi suatu tempat yang tidak
kondusif bagi organisme yang hidup di dalam ekosistem perairan tersebut. Bentos
merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik
yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran
penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik
yang memasuki perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik. Hewan bentos
terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang
hidup maupun yang mati dan masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang
lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi
produsen perairan (Setiadi, 2008)

2.4. Kualitas Air


Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan dengan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115
tahun 2003). Kualitas air dinyatakan dalam beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu,
kekeruhan, padatan terlarut), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam) dan
parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri) dan lain sebagainya. Beberapa karakteristik
atau indikator kualitas air yang disarankan untuk dianalisis sehubungan pemanfaatan
sumberdaya air untuk berbagai keperluan, antara lain parameter fisika, kimia dan biologi
(Effendi, 2003).
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan
atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi:
 Pengamatan secara fisik, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau
dan rasa.
 Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia
yang terlarut dan perubahan pH.
 Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri patogen.
Indikator yang umum digunakan pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau
konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen
biokimia (Biochemical Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical
Oxygen Demand, COD). Pemantauan kualitas air pada sungai perlu disertai dengan
pengukuran dan pencatatan debit air agar analisis hubungan parameter pencemaran air dan
debit badan air sungai dapat
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini di lakasanakan pada tanggal 7 februari 2023 di Sungai Sampanahan,
Kecamatan Sampanahan, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Analisis
kualitas air, Bentos, dan Plankton bertempat di Laboratorium Balai Standarisasi Dan
Pelayanan Jasa IIA Industri Banjarbaru. Peta lokasi pengambilan sampel di Sungai
Sampanahan dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian

3.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 di
bawah ini.
Tabel 3.2.1. Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan dan menganalisis sampel
adalah sebagai berikut:
No Alat Keterangan
1. GPS (Global Positioning System) Memberi tanda posisi
2. ATK (Alat Tulis Kerja) Mencatat data
3. Plankton net Mengambil sampel plankton
4. Kamera Mendokumentasikan kegiatan
5. Botol Jrigen 2 liter Wadah sampel air
6. Botol plankton Wadah sampel plankton
7. Grab Sampler Mengambil sampel bentos
8. Plastik Sampel Wadah sampel bentos
9. Water Cheker Alat ukur kualitas air
10. Kapal transfortasi air
11. Tisu Membersihkan Alat
12. Pipet Tetes Memasukan lugol kedalam botol plankton
13. Cool box Menyimpan botol sampel air dan sampel
plankton

Tabel 3.2.2. Alat-alat Laboratorium


No. Nama Alat Kegunaan
1. Spektofotometer Mengukur absorbansi
2. Buret Meneteskan larutan
3. Pipet Tetes Mengambil larutan
4. Gelas Ukur Sebagai tempat untuk sampel air
5. Mikroskop Untuk membantu mengamati sampel plankton
6. Cover glass Menutup sampel di atas kaca preparat
7. Kaca preparat Tempat untuk mengamati sampel plankton

Tabel 3.2.3. Bahan yang digunakan dalam Penelitian


No Bahan Keterangan
1. Lugol Mengawetkan sampel plankton
2. Tisu Mengawetkan sampel air
3. Regen fosfat, nitrat, nitrit, logam berat Membersihkan wadah sampel
(Fe)
4. Aquades Membersihkan alat-alat penelitian
5. Buku identifikasi plankton Membantu proses identifikasi plankton
6. Sampel plankton Bahan penelitian yang diidentifikasi
7. Sampel Air Bahan penelitian yang diidentifikasi
3.3. Metode Perolehan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan jenis deskriptif. Metode penelitian deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang
dimaksudkan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
ataupun fenomena buatan manusia yang bisa mempengaruhi aktivitas, karakteristik,
perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena
lainnya (Sukmadinata, 2017).

3.3.1. Penentuan Lokasi Sampling


Penentuan lokasi sampling menggunakan metode purposive sampling, yakni teknik
yang dalam penelitian sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2006).
Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Sampanahan, Kecamatan Sampanahan, Kabupaten
Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Penentuan lokasi pengambilan sampel ditentukan
berdasarkan titik sampling yang sudah ditentukan. Penentuan stasiun penelitian ini dilakukan
dengan melihat kondisi tertentu berdasarkan karakteristik wilayah tersebut. Jumlah titik
sampling pada lokasi penelitian berjumlah 5 titik. Dalam setiap lokasi sampling atau stasiun
diambil 3 sampel pada 1 titik yaitu sampel air, sampel plankton, dan sampel bentos. Dalam
penelitian ini, lokasi sampel yang diambil diharapkan dapat mewakili kondisi lingkungan
seluruh masing-masing yang dapat mewakili perairan sungai Sungai Sampanahan,
Kecamatan Sampanahan, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. sebagaimana
disajikan pada Gambar 3.2.

Tabel 3.3.1. Tabel Stasiun Pengambilan Sampel


Koordinat
No. Stasiun Koordinat x Koordinat y Keterangan

1
BA-1 116° 13' 23.7" E 02° 41' 05.023" S Bentos & Plankton
2
BA-2 116° 13' 06.082" E 02° 41' 10.77" S Bentos & Plankton
3
BA-3 116° 13' 27.35" E 02° 41' 17.65" S Bentos & Plankton
4
BA-4 116° 12' 59.483" E 02° 41' 26.671" S Bentos & Plankton
5
BA-5 116° 12' 55.361" E 02° 41' 45.36" S Bentos & Plankton
6
AS-1 116° 13' 23.7" E 02° 41' 05.023" S Air Sungai
7
AS-2 116° 13' 06.082" E 02° 41' 10.77" S Air Sungai
8
AS-3 116° 13' 27.35" E 02° 41' 17.65" S Air Sungai
9
AS-4 116° 12' 59.483" E 02° 41' 26.671" S Air Sungai
10
AS-5 116° 12' 55.361" E 02° 41' 45.36" S Air Sungai

Gambar : 3.3.1. Lokasi Titik Sampling

3.3.2. Pengambilan Sampel Plankton


Metode Pengambilan sampel plankton dilakukan di 5 titik dengan melakukan
penyaringan sampel air yang diambil menggunakan ember bervolume 10 liter sebanyak 10
kali dengan menggunakan plankton net atau jaring plankton berukuran 25 µ m yang
dilengkapi tabung pengumpul plankton berukuran 50 ml. Sampel air yang mengandung
plankton tersebut dikonsentrasikan ke dalam botol sampel plankton berukuran 1 ml dan
diawetkan dengan larutan lugol sebanyak 4 % atau sekitar 3-4 tetes sampai warna sampel air
menjadi kuning. Selanjutnya dilakukan pencatatan pada botol sampel yang telah disiapkan.
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan antara sampel yang satu dengan sampel
lainnya. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam cool box untuk identifikasi. pada tahap
selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium untuk dilakukan identifikasi jenis dan dihitung
kerapatannya. Identifikasi jenis dilakukan melalui pengamatan di bawah mikroskop dan
dibantu buku identifikasi plankton. c

3.3.3. Pengambilan Sampel Bentos


Metode pengambilan sampel bentos (makro invertebrate) dilakukan pada titik yang sama
dengan lokasi pengambilan plankton dengan cara mengambil sampel lumpur/substrat dengan
menggunakan Grab Sampler. Sampel bentos yang sudah diambil selanjutnya di masukan
kedalam plastik sampel lalu diikat menggunakan karet gelang. Pengambilan sampel bentos
dilakukan.. Sampel bentos yang sudah diambil selanjutnya diidentifikasi di laboratorium

3.3.4. Pengambilan Sampel Air


Pengambilan Sampel Air di lakukan pada 5 Titik Sampling dengan 2 tahapan analisis
utama yaitu analisis sampel di tempat (Insitu) dan analisis sampel di laboratorium (Eksitu).
Pengambilan sampel air diambil pada permukaan sungai menggunakan ember dan di analisis
menggunakan alat WQC (Water Quality Checker). Parameter yang dianalisis meliputi suhu,
pH, salinitas dan oksigen terlarut. Volume sampel air yang diambil untuk pemeriksaan
kualitas air di laboratorium sebanyak 2 liter. Contoh wadah air yang digunakan adalah botol
Winkler, botol PE, botol gelas dan botol gelas yang sudah disterilisasi. konsentrasi analit
terhadap beberapa parameter akan dilakukan pengujian, sehingga hasil pengujian akan
menunjukan nilai sebenarnya sesuai dengan sampel sebenarnya. Metode penanganan air yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Langkah-langkah pengukuran parameter oksigen terlarut (DO) dilakukan dengan
menggunakan Water Quality Checker, sebagai berikut:
1. Mencelupkan alat pengukur oksigen terlarut ke dalam sampel air.
2. Membiarkan display 2 – 5 menit sampai angka yang ditunjukkan stabil.
3. Mencatat nilai oksigen terlarut yang telah ditampilkan pada display.
b. pH
Langkah-langkah pengukuran parameter pH dilakukan dengan menggunakan Water
Quality Checker, sebagai berikut:
1. Mencelupkan alat pengukur pH ke dalam sampel air.
2. Membiarkan display 2 – 3 menit sampai angka yang ditunjukkan stabil.
3. Mencatat nilai pH yang telah ditampilkan pada display.

c. Salinitas
Langkah-langkah pengukuran parameter salinitas dilakukan menggunakan Water
Quality Checker, sebagai berikut:
1. Mencelupkan alat pengukur salinitas ke dalam sampel air
2. Membiarkan display 2 – 3 menit hingga angka yang ditunjukkan stabil.
3. Mencatat nilai salinitas yang telah terbaca pada display.
d. Suhu
Langkah-langkah pengukuran parameter suhu dilakukan menggunakan Water Quality
Checker, Sebagai berikut:
1. Mencelupkan alat pengukur ke dalam sampel air
2. membiarkan 2 – 3 menit hingga display menunjukkan angka yang stabil.
2. Mencatat pembacaan suhu yang terbaca pada display.

3.4. Metode Analisis Data


3.4.1. Analisis Data Plankton
Data plankton dihitung dan dianalisis dengan menggunakan beberapa parameter sebagai
berikut

A. Indeks Kelimpahan

Pengukuran kelimpahan plankton dihitung dengan menggunakan metode zigzag. Adapun


rumus untuk menghitung kelimpahan plankton (APHA, 1989) dalam Ariana (2013) adalah:

X 1
N=Z x x
Y V
Keterangan :
N : Kelimpahan (ind/L)
Z : Jumlah sel plankton yang ditemukan
X : Volume air sampel yang tersaring (100 ml)
Y : Volume 1 tetes air (0,06 ml)
V : Volume air yang disaring (100 L)

B. Indeks Keanekaragaman (H’)

Indeks keanekaragaman jenis (H’) menggambarkan keanekaragaman, produktivitas,


tekanan pada ekosistem dan kestabilan ekosistem pantai yang akan diteliti. Untuk itu
dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan dari Shannon-Wiener (Krebs, 1989)
dalam Kusumaningsari (2015) adalah

H'= -∑ (Pi)(ln Pi)


Keterangan :
H’ : Indeks keanekaragaman
Pi : Proporsi jenis ke-i (ni/N)
ni : Jumlah individu jenis ke-i (ind/l)
N : Jumlah total individu (ind/l)
Menurut Krebs (1998) dalam Setyowardani (2021) kisaran dari nilai keanekaragaman
dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :
H’ < 1 : keanekaragaman kecil
1 ≤ H’ ≤ 3 : keanekaragaman sedang
H’ > 3 : keanekaragaman tinggi

C. Indeks Dominansi (C)

Indeks dominansi (C) digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu kelompok biota
mendominansi kelompok lain, umumnya digunakan “indeks dominansi spesies” atau disebut
“indeks simpson”. Dominansi yang cukup besar akan mengarah pada komunitas yang labil
maupun tertekan. Dominansi ini diperoleh dari rumus Odum (1996) dalam Munthe (2012)

n 2
C=∑ ¿ ( )
i=1 N

Keterangan :
C : Indeks dominansi
ni : Jumlah individu ke-i (ind/l)
N : Jumlah total individu (ind/l)
S : Jumlah genus
Kriteria indeks dominansi adalah
0 < C ≤ 0,5 : Tidak ada genus yang mendominasi
0,5 < C < 1 : Terdapat genus yang mendominasi

3.4.2. Analisis Data Bentos


Benthos adalah organisme yang hidup di dasar laut dengan melekatkan diri pada
substrat atau membenamkan diri di dalam sedimen. Mereka tinggal di dekat sedimen laut
lingkungan dari kolam pasang surut di sepanjang tepi pantai ke benua rak dan kemudian
turun kedalaman abyssal. Daerah terkaya akan jumlah dan macam organisme pada sistem
muara laut ialah daerah bentik (Hakim, 2009).
A. Indeks Keanekaragaman (H’)
Indeks keanekaragaman (H') memberikan gambaran matematis status populasi
organisme untuk memudahkan analisis data jumlah individu setiap spesies dalam suatu
komunitas. Perhitungan demikian dilakukan dengan memanfaatkan persamaan Shannon-
Wiener (Krebs,1989).

Sumber : Kendeigh (1980)

Keterangan:
H = Indeks diversitas (keanekaragaman)
ni = jumlah individu setiap jenis
N = jumlah total individu
Tabel 3.4.2.1 menampilkan parameter untuk mengidentifikasi variasi dan jumlah
pencemaran sungai menurut (H').

Tabel 3.4.2.1 Kriteria Indeks Shannon-Wiever


H’ Klasifikasi
0<H’<2,3 Keanekaragaman rendah
2,3 < H’< 6,9 Keanekaragaman sedang
H’>6,9 Keanekaragaman tinggi
Sumber : (Michael, 1994)

B. Indeks Dominansi (C)


Simpson(1949) dan Odum (1993), mengungkapkan cara menghitung indeks dominasi ini
yaitu:
C = Σ [(ni )/N]^2
Keterangan :
C = Indeks dominasi;
Ni= jumlah individu jenis i
N = Jumlah individu

Ketika nilai D mendekati 1, jenis tertentu mendominasi (Odum, 1993)

Tabel 3.4.2.2 Indeks Dominansi Simpson


Indeks Dominasi Tingkat Dominasi
0,00<C<0,30 Keanekaragaman rendah
0,30 < C<0,60 Keanekaragaman sedang
0,60 < C<1,00 Keanekaragaman tinggi

C. Kelimpahan Relatif (KR)


Rumus untuk menghitung kelimpahan Odum (1993):

Keterangan:
KR = Kelimpahan Relatif
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah individu seluruh spesies

D. Indeks Keseragaman (E)


Indeks kemerataan didasarkan pada fungsi Shannon-Wiener untuk menghitung distribusi
setiap jenis hewan makrobentik di daerah pengamatan (Fachrul, 2007).

Ε = H^1/(H maks)
Keterangan :
E = Indeks Keseragaman
H’ maks = ln s (s adalah spesies)
H’ = Indeks Keaneragaman
Indeks keseragaman bervariasi antara 0 dan 1. Jika nilai E > 0,60, nilai keseragaman
tinggi(Kreb, 1989).
Biota mencakup bentos yang menempel, merayap dan meliang di dasar laut. Kelompok
biota ini hidup di dasar perairan mulai dari garis pasang surut sampai dasar abisal. Contoh
biota menempel ialah sepon, teritip dan tiram; biota merayap kepiting dan udang karang; dan
biota meliang yaitu cacing.

3.4.3. Analisis Data Kualitas Air


A. Analisis Parameter Air
Ada beberapa parameter yang diukur untuk parameter kimia yaitu sebagai berikut:
a) BOD. Masukkan sampel air ke dalam gelas ukur, lalu hitung DO 5 menggunakan water
checker, lalu tunggu higga nilai keluar.
b) COD. Masukkan air sampel 100 ml ke dalam gelas ukur, kemudian tambahkan KMNO 4
10 ML, H2SO46N ke dalam gelas ukur tersebut sampai berubah menjadi warna merah
muda. Masukkan batu didih ke dalam gelas ukur kemudian panaskan sampai mendidih
±10-15 menit. Tambahkan oksalat 10 ml. Kemudian dititrasi dengan KMNO 4 sampai
warna berubah menjadi merah muda atau coklat muda.
c) TDS (Total Dissolve Solid). Encerkan sampel air sebesar 50 kali, tuang air ke dalam gelas
ukur, lalu ukur dengan alat water checker dengan cara mencelupkan ke dalam sampel air.
Tunggu sampai nilai keluar.
d) TSS. Nyalakan alat spektrofotometer. Masukkan sampel air pada 2 botol kuvet masing-
masing 10 ml. Masukkan salah satu botol kuvet pada alat sebagai blank selama beberapa
saat, setelah itu masukkan botol kuvet yang kedua ke dalam alat, tunggu beberapa saat
lalu akan muncul nilainya.
e) Nitrat. Nyalakan alat spektrofotometer cari kode 355. Masukkan sampel air pada 2 botol
kuvet masing-masing 10 ml. Masukkan salah satu botol kuvet pada alat sebagai blank
selama beberapa saat, lalu botol lainnya dimasukkan reagent lalu kocok selama 1 menit,
setelah itu diamkan selama 5 menit. Setelah itu masukkan botol kuvet yang sudah diberi
reagent ke dalam alat, tunggu beberapa saat lalu akan muncul nilainya.
f) Fospat. Nyalakan alat spektrofotometer cari kode 490. Masukkan sampel air pada 2 botol
kuvet masing-masing 10 ml. Masukkan salah satu botol kuvet pada alat sebagai blank
selama beberapa saat, lalu botol lainnya dimasukkan reagent lalu kocok sampai reagent
larut, setelah itu diamkan selama 2 menit. Setelah itu masukkan botol kuvet yang sudah
diberi reagent ke dalam alat, tunggu beberapa saat lalu akan muncul nilainya.
g) Nitrat. Nyalakan alat spektrofotometer lalu masukkan sampel air pada 2 botol kuvet
masing-masing 10 ml. Masukkan salah satu botol kuvet pada alat sebagai blank selama
beberapa saat, lalu botol lainnya dimasukkan reagent lalu kocok sampai reagent larut,
setelah itu diamkan selama 20 menit. Setelah itu masukkan botol kuvet yang sudah diberi
reagent ke dalam alat, tunggu beberapa saat lalu akan muncul nilainya.
h) Logam berat (tembaga). Nyalakan alat spektrofotometer cari kode 370. Masukkan sampel
air pada 2 botol kuvet masing-masing 10 ml. Masukkan salah satu botol kuvet pada alat
sebagai blank selama beberapa saat, lalu botol lainnya dimasukkan reagent lalu kocok
sampai reagent larut, setelah itu diamkan selama 2 menit. Setelah itu masukkan botol
kuvet yang sudah diberi reagent ke dalam alat, tunggu beberapa saat lalu akan muncul
nilainya.

B. Analisis Indeks Pencemaran


Analisis indeks pencemaran menggunakan rumus sebagai berikut:


2 2
(Ci /Lij )M +(Ci / Lij )R
PIJ =
2
Dimana:
Ci = Konsentrasi parameter kualitas air
Li = Nilai baku mutu
PIJ = Nilai indeks pencemar

Evaluasi terhadap nilai PI adalah sebagai berikut:


 0 ≤ PIJ ≤ 1,00 = memenuhi baku mutu (tidak tercemar)
 1 ¿ PI J ≤5,0 = tercemar ringan
 5,00 ¿ PIJ ≤ 10 = tercemar sedang
 PIJ ¿ 10 = tercemar berat
BAB.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai