Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI LAUT

Kelompok 1
Asisten : Vanylla Yolanda

Oleh:
Achmat Amar Fatoni 225080100111005
Sherly Dwi Kharismatika 225080100111006
Iftitah Farah Zannuba 225080100111022
Aprilia Dyah Seribuhana 225080100111038
Muhammad Arfiansyah Nugroho 225080100111059

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya serta memberi petunjuk

dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan

penulisan laporan praktikum Biologi Laut ini dengan lancar dan tepat pada

waktunya. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah

berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulisan

laporan praktikum Biologi Laut ini dapat selesai. Penulis memohon maaf jika ada

kesalahan kata dalam penulisan laporan praktikum Biologi Laut ini. Penulis

menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu

mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam

penulisan selanjutnya. Semoga penugasan ini dapat memberikan manfaat dalam

penerapan ilmu-ilmu yang telah dipelajari pada praktikum Biologi Laut.

Malang, 12 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL....................................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1


1.2 Tujuan......................................................................................................2
1.3 Tempat dan Waktu...................................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

2.1 Zonasi Intertidal.......................................................................................4


2.2 Zona Estuaria...........................................................................................5
2.3 Zona Mangrove........................................................................................6

BAB III. METODE..................................................................................................9

3.1 Alat...........................................................................................................9
3.1.1 Alat dan Fungsi Pengamatan di Zona Intertidal................................9
3.1.2 Alat dan Fungsi Pengamatan di Zona Estuari................................10
3.1.3 Alat dan Fungsi Pengamatan di Zona Mangrove...........................10
3.2 Bahan.....................................................................................................11
3.2.1 Bahan dan Fungsi Pengamatan di Zona Intertidal.........................11
3.2.2 Bahan dan Fungsi Pengamatan di Zona Estuari............................11
3.2.3 Bahan dan Fungsi Pengamatan di Zona Mangrove.......................12
3.3 Prosedur Kerja.......................................................................................12
3.3.1 Zona Intertidal.................................................................................12
3.3.2 Zona Estuari...................................................................................13
3.3.3 Zona Mangrove...............................................................................14

ii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................15

4.1 Zona Intertidal........................................................................................15


4.1.1 Biota Karang...................................................................................15
4.2 Zona Estuaria.........................................................................................16
4.2.1 Plankton..........................................................................................16
4.3 Zona Mangrove......................................................................................18
4.3.1 Mangrove........................................................................................18

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................19

5.1 Kesimpulan............................................................................................19
5.2 Saran.....................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

LAMPIRAN..........................................................................................................23

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pengamatan plankton laut....................................................................15


Tabel 2. Hasil pengamatan plankton estuari..............................................................17
Tabel 3. Hasil pengamatan mangrove.........................................................................19

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Kelimpahan Plankton..................................................25


Lampiran 2. Dokumentasi...................................................................................26

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema kerja pengambilan sampel plankton laut...................................12


Gambar 2. Skema kerja pengambilan sampel plankton estuari.............................13
Gambar 3. Skema kerja identifikasi mangrove..........................................................14

vi
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem laut dengan segala kekayaan dan kompleksitasnya,

menjadi fokus utama dalam praktikum biologi ini. Terumbu karang, hutan

mangrove, dan plankton merupakan tiga komponen kunci yang

mendefinisikan dinamika kehidupan laut. Terumbu karang sebagai

ekosistem yang terbentuk oleh koloni organisme karang menyediakan tempat

tinggal yang sangat penting bagi berbagai biota laut. Meskipun memiliki nilai

biologis dan ekologis yang tinggi, terumbu karang menghadapi berbagai

ancaman yang mengancam keberlanjutan, seperti pemanasan global (Global

warming) dan praktek penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan (Tapilatu,

2016). Sementara itu, hutan mangrove yang tumbuh di perbatasan laut dan

daratan memberikan perlindungan vital bagi garis pantai dan menjadi habitat

penting bagi ikan dan burung laut. Ancaman seperti penggundulan dan

konversi lahan mengancam stabilitas ekosistem ini. Plankton dengan

perannya sebagai organisme mikroskopis yang menjadi dasar rantai

makanan laut juga tidak luput dari tantangan, seperti perubahan iklim dan

polusi yang dapat mempengaruhi kelimpahan dan komposisi mereka

(Annisha et al., 2020) .

Sejumlah penelitian telah mengungkapkan bahwa terumbu karang

memiliki dampak positif yang signifikan pada ekonomi lokal dan global

melalui pariwisata dan pendukung kehidupan laut yang berlimpah. Penelitian

ini juga menyoroti perlunya langkah-langkah konservasi yang lebih efektif

untuk melindungi terumbu karang dari ancaman yang terus meningkat.

Literatur ilmiah juga menegaskan peran ekosistem mangrove dalam menjaga

1
keberlanjutan ekosistem pesisir. Meskipun telah terbukti efektif dalam

melindungi garis pantai dari badai dan gelombang tinggi, hutan mangrove

terus menghadapi tantangan yang serius, seperti perubahan iklim dan

aktivitas manusia (Irawan dan Hindrasti, 2018) . Studi plankton juga

menunjukkan bahwa perubahan iklim dan polusi dapat menyebabkan

pergeseran dalam komposisi dan distribusi plankton yang dapat berdampak

pada keseimbangan ekosistem laut keseluruhan (Burhanuddin, 2018).

Praktikum Biologi Laut menggali lebih dalam tentang kompleksitas

ekosistem laut melalui kajian terhadap terumbu karang, hutan mangrove, dan

plankton. Pemahaman yang didapatkan selama praktikum dapat mengindikasikan

bahwa perlindungan terhadap ketiga ekosistem ini adalah suatu keharusan

untuk menjaga keberlanjutan kehidupan laut dan keseimbangan ekosistem

global. Tantangan serius seperti perubahan iklim, polusi, dan aktivitas

manusia memerlukan upaya konservasi yang terkoordinasi dan terarah agar

keindahan dan keberagaman kehidupan laut tetap lestari untuk generasi

mendatang. Oleh sebab tu, pemahaman mendalam terhadap biologi laut

diperlukan untuk memelihara kesuburan perairan terutama laut. Pentingnya

penelitian dan aksi konkret dalam mendukung konservasi ekosistem laut

yang krusial ini dapat menjadi langkah awal dalam rangka penegasan pelestarian

perairan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan praktikum Biologi Laut sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi organisme yang mendiami zona intertidal (zona

pasang surut)

2. Untuk mengidentifikasi dan mengkaji organisme yang hidup di wilayah

estuari.

2
3. Untuk mengidentifikasi organisme pada zona mangrove.

1.3 Tempat dan Waktu

Praktikum lapang Biologi Laut dilaksanakan di Pantai Balekambang

pada tanggal 4 November dan di Laboratorium Hidrobiologi Gedung C FPIK

UB 15 november 2023. Praktikum ini wajib dihadiri oleh semua praktikan dari

mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan angkatan 2022.

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zonasi Intertidal

Zona intertidal atau zona pasang surut merupakan bagian dari tepi pantai

yang tergenang air pada saat air pasang atau menjadi perairan namun

menjadi kering pada saat air surut. Zona intertidal merupakan daerah yang

terletak diantara pasang tertinggi dan surut terendah yang mewakili peralihan

dari kondisi lautan ke kondisi daratan. Luas zona intertidal sangat terbatas,

akan tetapi memiliki faktor lingkungan yang sangat bervariasi, oleh karena itu

zona intertidal memiliki tingkat keanekaragaman organisme yang tinggi.

Hampir seluruh organisme yang hidup di wilayah intertidal ini merupakan

organisme bahari (Supratman et al., 2018). Wilayah pantai merupakan

wilayah yang kompleks dimana di dalamnya terjadi interaksi ekosistem biotik

dan abiotik, dimana ekosistem biotik merupakan ekosistem yang terdiri dari

berbagai jenis makhluk hidup termasuk mikroorganisme yang antara lain

adalah plankton. Plankton merupakan makhluk hidup yang hidupnya

mengapung, mengambang, atau melayang dalam air yang kemampuan

renangnya sangat terbatas sehingga selalu terbawa arus.

Intertidal berbatu tersusun dari bahan yang keras dan merupakan

daerah yang paling padat makroorganismenya serta mempunyai keragaman

terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan. Gastropoda

merupakan komponen penting dan melimpah pada zona intertidal berbatu.

Distribusi gastropoda pada intertidal dipengaruhi oleh berbagai faktor baik

faktor fisik maupun biologis seperti sejarah populasi dan interaksi kompleks

antara dinamika oseanografi dan sifat ekologi maupun kondisi mikrohabitat

dan predasi (Saleky et al., 2019). Sedangkan, plankton merupakan

4
sekelompok biota di dalam ekosistem akuatik (baik tumbuhan maupun

hewan) yang hidup mengapung secara pasif sehingga sangat dipengaruhi

oleh arus yang lemah sekalipun. Plankton terdiri dari dua kelompok besar

organisme akuatik (air) yang berbeda yaitu fitoplankton yang berukuran

sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, kisaran 2-

200µm (1 µm = 0,001mm) dan zooplankton dengan ukuran yang paling

umum berkisar 0,2-2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya

ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter (Imran, 2018).

Zona intertidal atau zona pasang surut merupakan suatu kawasan

pantai yang perairannya mengalami perubahan dari tergenang pada saat air

pasang hingga dangkal pada saat air surut. Letaknya di antara pasang

tertinggi dan terendah mencerminkan peralihan dari lingkungan laut ke

lingkungan darat. Meskipun luas permukaannya terbatas, zona intertidal

mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi karena

lingkungannya yang beragam. Wilayah pesisir merupakan ekosistem yang

kompleks dengan interaksi antara komponen biotik dan abiotik. Plankton

yaitu organisme yang mengapung di air dengan kemampuan berenang

terbatas, berperan penting dalam ekosistem ini. Faktor-faktor seperti sejarah

populasi, dinamika oseanografi, kondisi mikrohabitat, dan interaksi kompleks

antar organisme pasang surut mempengaruhi sebaran gastropoda di wilayah

tersebut. Pemahaman menyeluruh tentang zona intertidal dan peran plankton

di dalamnya sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem

pesisir dan kelangsungan hidup organisme di kawasan ini.

2.2 Zona Estuaria

Estuari dapat dianggap sebagai zona transisi antara habitat laut dan

5
perairan tawar sehingga memperlihatkan suatu karakteristik perairan yang

khas. Dalam sirkulasi estuari ini terjadi keseimbangan antara tekanan dan

gesekan internal yang disebabkan oleh viskositas air. Perbedaan densitas

antara tekanan perairan estuari dan air laut sekitarnya bergantung pada debit

sungai (tawar) dan kekuatan pasang surut di daerah tersebut (Syafriani dan

Apriad, 2015). Plankton diartikan sebagai hewan dan tumbuhan renik yang

hanyut dilaut. Nama plankton berasal dari akar kata Yunani “planet” yang

berarti pengembara. Istilah plankton pertama kali ditetapkan untuk organisme

di laut oleh Victor Hensen direktur Ekspedisi Jerman pada tahun 1889, yang

dikenal dengan “Plankton Expedition” yang khusus dibiayai untuk

menentukan dan membuat sistematika organisme laut. Plankton terdiri dari

dua kelompok besar organisme akuatik yang berbeda yaitu fitoplankton

(tumbuhan) dan zooplankton (hewani) (Imran, 2018).

Faktor fisika dan kimia air mempengaruhi kesuburan perairan serta

berpengaruh juga terhadap pertumbuhan biota yang ada di perairan

khususnya plankton. Parameter fisika yang berpengaruh antara lain suhu

yang memegang peranan yang sangat penting dalam berbagai proses kimia

dan aktivitas biologi perairan. Perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap

proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan dalam

mengendalikan kondisi ekosistem perairan algae dari filum Chlorophyta dan

diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu berturut-turut 30ºC–

35°C dan 20ºC–30ºC. Sedangkan filum Cyanophyta lebih dapat bertoleransi

terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan Chlorophyta

dan diatom (Dwirastina dan Wibowo, 2015).

Estuari menunjukkan ciri-ciri perairan yang unik karena berperan

sebagai zona transisi antara habitat laut dan perairan tawar. Sirkulasi dalam

estuari dipengaruhi oleh keseimbangan antara tekanan dan gesekan internal

6
yang berasal dari viskositas air serta perbedaan densitas yang terkait dengan

debit sungai dan pasang surut. Plankton yang terdiri dari fitoplankton dan

zooplankton, memainkan peran vital dalam ekosistem estuari dan

dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia air. Parameter seperti suhu air

memiliki peran krusial dalam proses fisika, kimia, dan biologi perairan.

Perubahan yang signifikan dalam suhu berpotensi mempengaruhi ekosistem

perairan, Sebagai contoh, alga dari filum Chlorophyta dan diatom tumbuh

optimal pada kisaran suhu tertentu. Oleh sebab itu, pemahaman mendalam

terhadap faktor-faktor ini diperlukan untuk menjaga kesuburan perairan dan

mendukung pertumbuhan biota, termasuk plankton.

2.3 Zona Mangrove

Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang tumbuh di daerah

pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, dan muara sungai)

yang komunitas vegetasinya bertoleransi terhadap kadar garam yang tinggi.

Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan di

wilayah pesisir yang memiliki fungsi ekologis yang penting. Mangrove

merupakan tanaman yang mampu tumbuh dalam kondisi air asin dan lumpur,

menjadikannya kunci dalam menjaga keberlangsungan ekosistem ini.

Tumbuhan mangrove ini menyediakan habitat yang unik untuk berbagai jenis

organisme, termasuk ikan, moluska, dan burung (Evitasari dan Sukendah,

2023). Keberadaan ekosistem mangrove memiliki peran penting dalam

menjaga keseimbangan ekologi pantai, mengurangi abrasi, serta

memberikan tempat bertelur bagi beberapa jenis fauna laut. Ekosistem

mangrove juga berfungsi sebagai daerah penyangga yang mengurangi

dampak badai dan gelombang besar ke daratan sekitarnya. Selain itu,

tumbuhan mangrove memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida,

7
berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim global dengan menyimpan

karbon dalam tanah lumpur mereka.

Beberapa faktor mempengaruhi ekosistem mangrove dan keragaman

biota yang hidup di dalamnya. Menurut Prinasti, et al. (2020), jenis tanah dan

substrat menjadi faktor pertumbuhan mangrove. Perubahan iklim seperti

kenaikan suhu dan perubahan pola hujan dapat merugikan ekosistem

mangrove. Aktivitas manusia seperti penebangan pohon mangrove untuk

kayu bakar atau tambak akan mengancam kelestarian ekosistem ini.

Pencemaran air oleh limbah industri dan domestik juga dapat merugikan

biota mangrove. Selain itu, fluktuasi air laut yang tidak terkendali dapat

memengaruhi keseimbangan hidrologis di mangrove. Upaya konservasi dan

rehabilitasi mangrove menjadi krusial untuk melindungi ekosistem ini dan

menjaga keanekaragaman hayati yang terdapat pada ekosistem mangrove.

Hutan mangrove adalah ekosistem penting di wilayah pesisir dengan

fungsi ekologis yang krusial. Kemampuan tanaman mangrove untuk tumbuh

dalam kondisi air asin dan lumpur menjadikannya kunci dalam menjaga

keberlangsungan ekosistem ini. Ekosistem mangrove memberikan habitat

unik untuk berbagai organisme laut dan memiliki peran vital dalam menjaga

keseimbangan ekologi pantai, mengurangi abrasi, serta memberikan tempat

bertelur bagi fauna laut. Selain itu, kemampuan tumbuhan mangrove

menyerap karbon dioksida berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim

global. Meskipun ekosistem mangrove memiliki peran penting, berbagai

faktor seperti perubahan iklim, aktivitas manusia, dan pencemaran air dapat

mengancam kelestariannya. Oleh sebab itu, upaya konservasi dan

rehabilitasi mangrove menjadi sangat penting untuk melindungi ekosistem.

8
BAB III. METODE

3.1 Alat
3.1.1 Alat dan Fungsi Pengamatan di Zona Intertidal

Alat yang digunakan untuk pengamatan di zona intertidal adalah sebagai

berikut:

 Kamera : Untuk dokumentasi pengambilan sampel

 Washing bottle : Untuk mensterilkan alat dan bahan sebelum

digunakan

 Plankton net : Untuk menyaring plankton

 Botol film : Untuk meletakkan plankton yang sudah disaring

 Ember : Untuk mengambil air sampel

 Cool box : Untuk menyimpan sampel plankton

 Kertas label : Untuk melabeli sampel plankton

9
3.1.2 Alat dan Fungsi Pengamatan di Zona Estuari

Alat yang digunakan untuk pengamatan di zona estuari adalah

sebagai berikut:

 Kamera : Untuk dokumentasi pengambilan sampel

 Washing bottle : Untuk mensterilkan alat dan bahan sebelum

digunakan

 Plankton net : Untuk menyaring plankton

 Botol film : Untuk meletakkan plankton yang sudah disaring

 Ember : Untuk mengambil air sampel

 Pipet tetes : Untuk meneteskan cairan lugol

 Cool box : Untuk menyimpan sampel plankton

 Kertas label : Untuk melabeli sampel plankton

3.1.3 Alat dan Fungsi Pengamatan di Zona Mangrove

Alat yang digunakan untuk pengamatan di zona estuari adalah sebagai

berikut:

 Kamera : Untuk dokumentasi pengambilan sampel

digital

 Gunting : Untuk memotong tali rafia

10
3.2 Bahan
3.2.1 Bahan dan Fungsi Pengamatan di Zona Intertidal

Bahan yang digunakan untuk pengamatan di zona intertidal adalah

sebagai berikut:

 Air sampel : Sebagai bahan untuk mengidentifikasi plankton

 Aquades : Untuk mensterilkan alat dan bahan sebelum

digunakan

 Es batu : Untuk menjaga suhu dalam cool box

3.2.2 Bahan dan Fungsi Pengamatan di Zona Estuari

Bahan yang digunakan untuk pengamatan di zona estuari adalah sebagai

berikut:

 Air sampel : Sebagai bahan untuk mengidentifikasi plankton

 Bahan : Untuk mengawetkan sampel plankton

preservasi

 Aquades : Untuk mensterilkan alat dan bahan sebelum digunakan

 Es batu : Untuk menjaga suhu dalam cool box

 Tissue : Untuk membersihkan alat dan bahan

11
3.2.3 Bahan dan Fungsi Pengamatan di Zona Mangrove

Bahan yang digunakan untuk pengamatan di zona mangrove adalah

sebagai berikut:

 Tali rafia : Untuk membuat batas zona yang akan diamati

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Zona Intertidal

Mengkalibrasi ember dan plankton net dengan air laut terlebih dahulu
dengan cara mencelupkannya ke dalam air laut selama beberapa kali.

Memasang botol film pada ujung plankton net dan kemudian diikat agar

tidak terlepas.
Mengambil air sampel sebanyak 10 L menggunakan ember dengan
kapasitas 5 L dengan 2 kali pengulangan.

Menuangkan air sampel ke dalam plankton net sambil digoyang


goyangkan.

Memberikan bahan preservasi (pengawet) sebanyak 3-4 tetes ke dalam


sampel plankton yang sudah terdapat pada botol film dan diberi label
keterangan yang ditulis menggunakan pensil.

Memasukkan sampel plankton yang sudah diberi label ke dalam cool box
yang berisi es batu dan disimpan dalam refrigerator dengan suhu 4°C.

Gambar 1. Skema kerja pengambilan sampel plankton laut

12
3.3.2 Zona Estuari

Kalibrasi terlebih dahulu plankton net dengan aquades dengan cara


disemprot menggunakan botol semprot diseluruh permukaan planktonet,
atau dengan air lokal (air yang akan diambil planktonnya) dengan cara
dicelupkan kedalam perairan sampai seluruh permukaan terkena air
kolam.

Botol film dipasangkan pada ujung plankton net dan diikat

Ambil sampel air dengan menggunakan water sampler/ ember dan


disaring menggunakan plankton net (pada saat air disaring plankton net
digoyangkan agar plankton yang menempel di permukaan jaring dapat
masuk ke botol film). Jumlah air yang disaring dicatat sebagai (W). Dalam
praktikum ini jumlah air yang disaring sebanyak 25 liter.

Konsentrat plankton yang tertampung dalam botol film (V) kemudian diberi
bahan preservasi (pengawet) sebanyak 3-4 tetes, kemudian diberi label.
Keterangan pada label ditulis menggunakan pensil.

Sampel plankton yang sudah diberi label dimasukkan ke dalam cool box
yang berisi es batu.

Kalau sampel tidak dianalisa pada hari itu maka bisa disimpan dalam
refrigerator dengan suhu 4°C.

Dibuat profil zona Estuaria. Digambar dari arah laut ke darat/difoto dengan
menggunakan kamera digital

Diamati jenis substrat (sedimentasi).

Gambar 2. Skema kerja pengambilan sampel plankton estuari

13
3.3.3 Zona Mangrove

Memotong tali rafia dengan panjang keseluruhan 40 m untuk membuat


lokasi pengamatan seluas 10 x 10 m.

Mengamati mangrove pada lokasi pengamatan dengan arah dari laut ke


darat.

Mendokumentasikan dengan kamera digital terhadap mangrove yang


teramati meliputi bagian akar, batang, daun, dan buah.

Mengidentifikasi jenis mangrove (termasuk jenis Avicennia, Sonneratia,


Rhizopora, atau Bruguiera).

Gambar 3. Skema kerja identifikasi mangrove

14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Zona Intertidal


4.1.1 Biota Karang

Jumla Gambar
Nama Klasifikasi Dokumentasi
h Literatur
- Kingdom :
Plantae
- Phylum :
Charophyta
- Class :
Gonatoz Conjugatophyc
ygon eae
1 - Order :
aculeatu
m Desmidiales
- Family :
Gonatozygace
ae
(iNaturalist, 2023)
- Genus :
Gonatozygon

Tabel 1. Hasil pengamatan plankton laut

Praktikum Biologi Laut 2023 yang dilaksanakan di Pantai Balekambang

dan Laboratorium Hidrobiologi telah dilakukan pengamatan pada salah satu

spesies plankton yang berada pada zona intertidal. Ketika di Pantai

Balekambang hanya dilakukan pengambilan sampel plankton menggunakan

plankton net. Sampel yang telah diambil kemudian dilakukan identifikasi spesies

di laboratorium menggunakan mikroskop. Berdasarkan hasil identifikasi yang

telah dilakukan diperoleh spesies plankton yaitu Gonatozygon aculeatum.

Spesies tersebut ditemukan pada zona intertidal atau zona pasang surut yang

berada di bagian tepi pantai.

Gonatozygon aculeatum merupakan plankton memiliki bentuk sel silindris

yang memanjang. Setiap sel Gonatozygon aculeatum tersebut terdapat dua

kloroplas berbentuk menyerupai pita (Fitria, 2021). Gonatozygon aculeatum

15
sendiri memiliki ukuran panjang sekitar 90-300 μm dan lebar 8-12,5 μm.

Gonatozygon aculeatum memiliki bentuk yang berfilamen maupun soliter dan

memiliki inti yang terletak antara kloroplas yang sebagian besar uniseluler dan

jarang yang berfilamen. Gonatozygon aculeatum memiliki sel silindris yang

panjangnya berukuran 7 kali dari lebarnya. Gonatozygon aculeatum juga memiliki

duri yang tersebar cukup padat, cukup kuat, dan memiliki panjang variabel yang

tidak teratur dan tidak terlalu padat (Shyndanovina dan Lukash, 2023). Spesies

ini berkembang biak secara vegetatif dengan melakukan pembelahan sel.

Gonatozygon aculeatum hidup di habitat air tawar, terutama di daerah asam dan

air lunak, seperti Spaghnum.

Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi diperoleh spesies

plankton pada zona intertidal yaitu Gonatozygon aculeatum. Gonatozygon

aculeatum sendiri memiliki ukuran panjang sekitar 90-300 μm dan lebar 8-12,5

μm. Gonatozygon aculeatum memiliki bentuk tubuh berfilamen maupun soliter

dengan inti yang terletak antara kloroplas yang sebagian besar uniseluler dan

jarang berfilamen. Spesies ini juga memiliki duri yang tersebar cukup padat di

tubuhnya dengan panjang variabel yang tidak teratur dan tidak terlalu padat.

Berdasarkan morfologi yang dimiliki oleh Gonatozygon aculeatum, dapat

disimpulkan bahwa spesies ini termasuk fitoplankton dimana memiliki peran

penting dalam ekosistem.

16
4.2 Zona Estuaria
4.2.1 Plankton

Jumla Gambar
Nama Klasifikasi Dokumentasi
h LIteratur
-Kingdom:
Bacteria
-Phylum:
Cyanobacteria
-Class:
Cyanophyceae
-Subclass:
Nostocophycid
Raphidio ae
psis 1 -Order:
curvata Nostocales
-Family:
Aphanizomeno
naceae (marinespecies, 2023)
-Genus:
Raphidiopsis
-Species:
Raphidiopsis
curvata
Tabel 2. Hasil pengamatan plankton estuari

Praktikum Biologi Laut yang telah dilaksanakan pada tanggal 4 November

2023 di Pantai Balekambang dan 15 November 2023 di Laboratorium

Hidrobiologi Gedung C FPIK UB didapatkan hasil jenis plankton pada zona

estuari. Sampel plankton diambil dengan menggunakan plankton net dan ember

yang selanjutnya disimpan pada botol film dan diberi larutan lugol untuk menjaga

sampel plankton agar tidak rusak. Identifikasi spesies plankton di lakukan di

laboratorium menggunakan mikroskop dengan 5 lapang pandang berbeda.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada 5 lapang pandang yang

berbeda, hanya ditemukan satu jenis plankton yaitu pada lapang pandang A.

Spesies plankton yang kelompok kami temukan setelah di identifikasi adalah

Raphidiopsis curvata yang berjumlah 1 sel/ml pada lapang pandang A.

Raphidiopsis curvata adalah spesies bakteri cyanobacteria, juga dikenal

17
sebagai alga biru-hijau. Cyanobacteria adalah bakteri fotosintetik yang dapat

ditemukan di berbagai lingkungan akuatik, termasuk danau air tawar, kolam,

sungai, dan bahkan beberapa lingkungan laut. Mereka memainkan peran penting

dalam ekosistem dengan berkontribusi pada produksi oksigen melalui

fotosintesis (Nurrachmi, 2021). Raphidiopsis curvata adalah cyanobacterium

yang pertama kali diisolasi dari kolam ikan di Wuhan, Cina. Bakteri ini diketahui

menghasilkan sianotoksin cylindrospermopsin dan deoxycylindrospermopsin.

Raphidiopsis curvata telah dikaitkan dengan pertumbuhan cyanobacteria yang

berbahaya, dan dominasinya dalam pertumbuhan ini telah dikaitkan dengan

ketersediaan cahaya yang lebih rendah. Habitat Raphidiopsis curvata tidak

secara khusus disebutkan, tetapi kemungkinan besar ditemukan di lingkungan air

tawar seperti kolam ikan dan danau, di mana ia telah diisolasi di masa lalu (Li et

al., 2016).

Kesimpulan dari Praktikum Biologi Laut di Pantai Balekambang dan

Laboratorium Hidrobiologi Gedung C FPIK UB, November 2023, mengungkapkan

temuan signifikan terkait plankton di zona estuari. Hasilnya menunjukkan satu

jenis plankton pada lapang pandang A, yaitu Raphidiopsis curvata dengan

jumlah 1 sel/liter. Raphidiopsis curvata, cyanobacterium pertama kali diisolasi

dari kolam ikan di Wuhan, Cina, bakteri ini menghasilkan sianotoksin

cylindrospermopsin dan deoxycylindrospermopsin. Habitat alaminya

kemungkinan di lingkungan air tawar seperti kolam ikan dan danau. Kesimpulan

ini memberikan wawasan mendalam tentang hasil praktikum dan pentingnya

pemahaman terhadap plankton dalam konteks ekosistem perairan.

18
4.3 Zona Mangrove
4.3.1 Mangrove

Nama Jumla Klasifikasi Dokumentasi Gambar


h LIteratur
Kingdom:
Plantae
Filum:
Tracheophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Rhizopor Ordo:
a Malpighiales
mucrona Famili:
ta Rhizophoracea
e
Genus:
(Dokumentasi
Rhizophora (GBIF, 2023)
Pribadi, 2023)
Spesies:
Rhizophora
mucronata
Kingdom:
Plantae
Filum:
Tracheophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Bruguier Malpighiales
a sp. Famili:
Rhizophoracea
e
Genus:
Bruguiera
Spesies:
Bruguiera (GBIF, 2023)
gymnorrhiza
Tabel 3. Hasil pengamatan mangrove

Praktikum biologi laut 2023 yang dilaksanakan di Pantai Balekambang

melakukan pengamatan terhadap jenis mangrove yang ada di sekitar pantai

tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat 2

spesies mangrove yakni Rhizophora mucronata dan Bruguiera gymnorrhiza.

Spesies mangrove dengan jenis Rhizophora mucronata ditemukan sebanyak () di

sekitar lokasi pengamatan. Adapun jumlah mangrove dengan jenis Bruguiera

19
gymnorrhiza adalah () dapat ditemukan di sekitar lokasi pengamatan. Kedua

spesies tersebut merupakan sesama famili Rhizophoraceae namun dengan

genus yang berbeda yaitu Rhizophora dan Bruguiera.

Setiap jenis mangrove pasti memiliki ciri khas tersendiri. Rhizophora

mucronata memiliki beberapa ciri-ciri morfologi yang khas. Adapun ciri khas dari

Rhizophora apiculata yakni pohonnya dapat tumbuh hingga 25 meter tingginya

dan memiliki akar penopang (stilt root) yang hadir untuk mendukung

pertumbuhannya. Batangnya berwarna abu-abu gelap dengan retakan

horizontal, sedangkan daunnya bersifat sederhana dengan tangkai daun,

tersusun secara berlawanan, berukuran rata-rata 17,90 cm panjang dan 9,40 cm

lebar, berbentuk elliptic-oblong, dengan permukaan daun yang berwarna hijau

gelap dan memiliki bintik hitam di bagian bawahnya. Selain itu, Rhizophora

mucronata juga memiliki buah yang viviparous, yaitu berkecambah sebelum jatuh

dari pohon dan memiliki warna merah pada stipula (Shazwan et al., 2021).

20
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Praktikum Biologi Laut 2023 yang telah dilaksanakan,

dapat disimpulkan bahwa:

1. Spesies plankton yang mendiami zona intertidal atau zona pasang surut

merupakan spesies Gonatozygon aculeatum. Gonatozygon aculeatum

sendiri memiliki ukuran panjang sekitar 90-300 μm dan lebar 8-12,5 μm.

Spesies Gonatozygon aculeatum ini termasuk fitoplankton dimana

memiliki peran penting dalam ekosistem.

2. Spesies plankton yang mendiami wilayah zona estuari atau zona

peralihan merupakan spesies Raphidiopsis curvata. Raphidiopsis curvata

telah dikaitkan dengan pertumbuhan cyanobacteria yang berbahaya.

Habitat alaminya kemungkinan di lingkungan air tawar seperti kolam ikan

dan danau

3. Pantai Balekambang memiliki zona mangrove di bagian hulu zona estuari.

Mangrove yang teridentifikasi dalam praktikum kali ini adalah mangrove

jenis Rhizopora mucronata dan Bruguiera gymnorrhiza. Rhizopora

mucronata memiliki akar tunjang dengan batang berwarna abu-abu gelap

dengan retakan horizontal, sedangkan daunnya berbentuk elliptic-oblong

5.2 Saran

Diharapkan dengan adanya laporan praktikum ini dapat memahami lebih

lanjut mengenai spesies plankton dan mangrove di beberapa zona laut. Laporan

21
ini mungkin belum sempurna dan perlu ditingkatkan lagi. Pengkajian yang lebih

dalam lagi terkait spesies plankton dan mangrove pada zona laut perlu

ditingkatkan. Diperlukan pembagian sama rata kepada para praktikan, agar

seluruh praktikan dapat memahami dengan baik terkait materi dari praktikum

tersebut. Semoga kedepannya Praktikum Biologi Laut program studi Manajemen

Sumberdaya Perairan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan

yang ada.

22
DAFTAR PUSTAKA

Annisha, D., Ibrohim, I., & Rochman, F. F. (2020). Handout biologi berbasis
potensi lokal pantai ujong blang untuk siswa smk perairan dan kelautan.
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 5(5), 693-
699.

Burhanuddin, A. I. (2018). Pengantar Ilmu Kelautan dan Perikanan. Deepublish.

Dwirastina, M., & Wibowo, A. (2015). Karakteristik fisika–kimia dan struktur


komunitas plankton perairan Sungai Manna, Bengkulu Selatan.
LIMNOTEK-Perairan Darat Tropis di Indonesia, 22(1), 80-87.

Evitasari, D., & Sukendah, S. (2023). Dampak degradasi dan strategi hutan
mangrove dalam menjaga ekosistem. Jurnal Ilmu Pertanian dan
Perkebunan, 5(1), 39-46.

Fitria, R. (2021). Keanekaragaman fitoplankton pada tempat perindukan larva


Aedes Spp.. Jurnal Perikanan, 6(4), 78-85

Gonatozygon aculeatum. GBIF. (2023). Diambil dari


https://www.gbif.org/species/2650052. Diakses pada tanggal 19
November 2023 jam 09.10 WIB.

Gonatozygon aculeatum. iNaturalist. (2023). Diambil dari


https://www.inaturalist.org/taxa/468197. Diakses pada tanggal 19
November 2023 jam 20.10 WIB.

Imran, A. (2018). Struktur komunitas plankton sebagai bioindikator pencemaran


di perairan Pantai Jeranjang Lombok Barat. Jurnal Ilmiah Mandala
Education, 2(1), 1-8.

Irawan, B., & (i, N. E. K. (2018). Framework literasi kelautan sebagai acuan
pembelajaran sains di negara maritim. Pedagogi Hayati, 2(1), 14-23.

Li, R., Carmichael, W. W., Brittain, S., Eaglesham, G. K., Shaw, G. R., Liu, Y., &
Watanabe, M. M. (2016). First report of the cyanotoxins
cylindrospermopsin and deoxycylindrospermopsin from Raphidiopsis
curvata (Cyanobacteria). Journal of Phycology, 37(6), 1121-1126.

Nurrachmi, I., Amin, B., Siregar, S. H., & Galib, M. (2021). Plankton community
structure and water environment conditions in the pelintung industry
area, dumai. Journal of Coastal and Ocean Sciences, 2(1), 15-27.

Prinasti, N. K. D., Dharma, I. G. B. S., & Suteja, Y. (2020). Struktur komunitas


vegetasi mangrove berdasarkan karakteristik substrat di Taman Hutan
Raya Ngurah Rai, Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences, 6(1),
90-99.

Raphidiopsis curvataI. Marinespecies. (2023). Diambil dari

23
https://www.marinespecies.org/hab/aphia.php?p=taxdetails&id=656423.
Diakses pada tanggal 18 November 2023 jam 17.00 WIB

Rhizophora mucronata. GBIF. (2023). Diambil dari


https://www.gbif.org/occurrence/4424554250. Diakses pada tanggal 19
November 2023 pukul 20.56 WIB.

Saleky, D., Leatemia, S. P., Yuanike, Y., Rumengan, I., & Putra, I. N. G. (2019).
Temporal distribution of gastropods in rocky intertidal area in North
Manokwari, West Papua. Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, 3(1),
1-10.

Shazwan, K. S., Shahari. R., Amri, C. N. A. C, Kassim, Z., & Ahmad, Z. (2021).
Morphological structures of Rhizophora apiculata Blume. and
Rhizophora mucronata LAM. Science, 5(1), 01-04.

Shyndanovina, I., & Lukash, O. (2023). New European locality of three rare
taxa (Zygnematophyceae, Streptophyta): cosmarium
pseudoprotuberans var. Sulcatum (nordstedt) coesel, gonatozygon
aculeatum wn hastings and pleurotaenium simplicissimum grönblad.
Ecological Questions, 34(4), 1-13.

Supratman, O., Farhaby, A. M., & Ferizal, J. (2018). Kelimpahan dan


keanekaragaman gastropoda pada zona intertidal di Pulau Bangka
bagian timur. Jurnal Enggano, 3(1), 10-21.

Syafriani, R., & Apriadi, T. (2018). Keanekaragaman fitoplankton di perairan


estuari Sei Terusan, Kota Tanjungpinang. LIMNOTEK-Perairan Darat
Tropis di Indonesia, 24(2),13-24.

Tapilatu, Y. H. (2016). Profil oseanografi biologi Laut Banda: Sebuah tinjauan


kritis. Omni-Akuatika, 12(2), 13-24.

24
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Kelimpahan Plankton

1. Plankton laut (Gonatozygon aculeatum):

T xV
N= xn
Lx v x P xW

(20 x 20) x 25
N= x1
0,196 x 2/22 x 5 x 20

400 x 25
N= x1
0,196 x 0 , 09 x 5 x 20

10.000
N= x1
1,764

N = 5.668.93 x 1

N = 5,668,93 sel/ml

2. Plankton estuari (Raphidiopsis curvata):

T xV
N= xn
Lx v x P xW

(20 x 20) x 25
N= x1
0,196 x 2/22 x 5 x 20

400 x 25
N= x1
0,196 x 0 , 09 x 5 x 20

10.000
N= x1
1,764

N = 5.668.93 x 1

N = 5,668,93 sel/ml

25
Lampiran 2. Dokumentasi

No DOKUMENTASI KETERANGAN

Pengambilan sampel plankton zona


1 intertidal

Pengamatan sampel plankton laut di


2 laboratorium

Identifikasi sampel plankton laut


3 menggunakan mikroskopo

Hasil identifikasi plankton laut di


4 zona intertidal (Gonatozygon
aculeatum)

Pengambilan sampel plankton di


5 zona estuari

26
Hasil identifikasi sampel plankton di
6 zona estuary (Schizothrix tinctoria
Gomont)

Pengamatan spesies mangrove di


7 zona mangrove

Pengamatan spesies mangrove di


8 zona mangrove

27

Anda mungkin juga menyukai