PLANKTONOLOGI
Disusun oleh
Kelompok 3
Akbar
1613521009
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan akhir praktikum planktonologi ini. Laporan yang berjudul
“tingkat keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi plankton di pantai serangan”
penulis susun untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh
ujian praktikum biologi dasar Jurusan Manjemen Sumberdaya Perairan pada Fakultas
Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.
Dalam kesempatan ini juga, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bantuan, dan bimbingan sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat kepada:
Bapak/Ibu selaku dosen pengampu mata kuliah Planktonologi, Sang Ayu Indah
Sukma Dewi selaku asisten praktikum Planktonologi, Serta pihak-pihak lainnya yang
membantu dalam pembuatan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini, masih
terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi terciptanya karya tulis yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
3.2.1 Alat............................................................................................................. 19
iii
3.2.2 Bahan ......................................................................................................... 24
LAMPIRAN ................................................................................................................ 95
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas dengan sistem perairan
menutupi 3/4 bagian dari permukaan bumi yang dibagi dalam dua kategori utama,
yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Dari kedua sistem perairan tersebut
air laut mempunyai bagian yang paling besar yaitu lebih dari 97%, sisanya adalah air
tawar yang sangat penting artinya bagi manusia untuk aktivitas hidupnya. Suatu
perairan merupakan suatu ekosistem yang kompleks sekaligus merupakan habitat dari
berbagai jenis makhluk hidup, baik yang berukuran besar seperti ikan dan berbagai
jenis makhluk hidup berukuran kecil yang hanya dapat dilihat dengan bantuan
mikroskop. Salah satu jenis makhluk hidup berukuran kecil adalah Plankton, dengan
kata lain plankton merupakan mokroorganisme yang berukuran kecil yang hidupnya
berenang besar diperairan karena plankton hidup melayang dan terbawa oleh arus,
plankton juga tidak memiliki alat gerak sehingga plankton tidak bisa berenang
melawan arus. (Nontji, 2008).
Pada dasarnya, plankton terbagi atas dua kelompok besar yaitu plankton
tumbuhan (fitoplankton) dan plankton hewani (zooplankton). Dalam suatu ekosistem
fitoplankon dan zooplankton berperan penting dalam kesuburan suatu perairan karena
kesuburan suatu perairan dapat diketahui antara lain dari jumlah dan komposisi
organisme plankton. Komunitas plankton merupakan suatu komponen yang penting
dalam suatu ekosistem perairan. Sebab organisme plankton khususnya phytoplankton
mempunyai peranan penting dalam siklus rantai makanan di lingkungan perairan.
Phytoplankton mengandung pigmen klorofil maupun melaksanakan proses
fotosintesis dimana air dan karbondioksida dengan adanya sinar surya dan garam-
garam basa dapat menghasilkan senyawa organik. Sehingga phytoplankton disebut
sebagai produsen primer. Sebagai produsen primer phytoplankton merupakan pangkal
rantai makanan dan dasar yang mendukung kehidupan seluruh organisme perairan
lainnya. (Nybakken, 1992).
1
Plankton dapat ditemukan di hampir seluruh habitat perairan dengan kelimpahan
dan komposisinya yang bervariasi. Variasi kelimpahan dan komposisinya bergantung
pada kondisi suatu lingkungan. Beberapa faktor lingkungan abiotik seperti paramater
fisik-kimia (suhu, intensitas cahaya, salinitas, dan pH) merupakan faktor-faktor yang
berperan penting dalam menentukan perkembangbiakan zooplankton di perairan. Di
samping itu, faktor biotik seperti tersedianya pakan (fitoplankton) dan banyaknya
predator serta perilaku jenis-jenis zooplankton dalam bersaing memperebutkan
makanan merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kelimpahan dan
komposisi jenis-jenis zooplankton itu sendiri Selain itu, Plankton dapat digunakan
sebagai untuk mengetahui kualitas dan kesuburan suatu perairan yang sangat
diperlukan untuk mendukung sumberdaya pesisir dan laut. (Arinardi, 1997).
2
3. Untuk mengukur kualitas fisik badan air: temperature udara dan badan air,
kedalaman air, arah arus air (kalau ada pasang-surut) dan penetrasi/
transparansi cahaya matahari.
4. Untuk mengamati berbagai aktifitas atau kegiatan yang mempengaruhi
ekosistem perairan lokasi yang dijadikan studi pada praktikum ini.
b. Untuk Masyarakat
1. Sebagai media informasi mengenai kondisi kualitas perairan di dermaga pantai
serangan
2. Memberikan informasi tentang keanekaragaman komunitas plankton di
dermaga pantai serangan.
3. Memberikan informasi kepada berbagai pihak yang membutuhkan data
mengenai kondisi perairan di dermaga pantai serangan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pantai Serangan
Salah satu daerah di Bali yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi
pariwisata bahari yaitu kawasan pesisir Pantai Serangan. Desa Serangan memiliki
luas asli 111 ha yang terdiri dari 6,465 ha lahan permukiman, 85 ha tegalan dan 19 ha
rawa atau hutan (Profil Keluraharan Serangan, 2014).
4
laut, atau air tawar. Plankton ditentukan oleh niche ekologi mereka dari pada
taksonomi filogenetik atau klasifikasi. Mereka menyediakan sumber makanan penting
yang lebih besar, lebih dikenal organisme akuatik seperti ikan dan cetacea. Meskipun
banyak spesies planktik (atau bagian plankton lihat di Terminologi) berukuran mikro
dalam ukuran, plankton termasuk organisme meliputi berbagai ukuran, termasuk
organisme besar seperti ubur-ubur (Purnama, A, A, 2011).
5
Gambar 2.3 macam macam fitoplankton
Sumber : (Evendi .E, 2011)
2.2.1.1 Peranan Fitoplankton
Fitoplankton merupakan makanan alami bagi berbagai jenis ikan dan udang
yang menempati tingkat produser pertama dalam aliran energi. Fitoplankton sebagai
produser primer diperairan merupakan salah satu kehidupan bagi seluruh organisme
hewani. Disamping itu juga fitoplankton sebagai penghasil oksigen terlarut dalam
perairan. Beberapa fungsi dan peranan fitoplankton, yaitu 1) sebagai produser
oksigen dalam air, 2) merupakan makanan alami zooplankton, beberapa jenis ikan
dan udang masih kecil/muda, 3) fitoplankton yang mati akan tenggelam di dasar
dalam keadaan anaerob akan diuraikan menjadi bahan organik, serta 4) membantu
menyerap senyawa yang berbahaya bagi organisme dasar. Banyak sedikitnya
plankton yang terdapat di suatu perairan yang berpengaruh terhadap populasi ikan
dan biota lainnya yang terdapat di perairan itu. Jelas tidaknya suatu perairan dapat
dilihat dari banyak sedikitnya fitoplankton yang terdapat di perairan tersebut
(Pramudji, 2010).
2.2.1.2 Habitat Fitoplankton
Fitoplankton banyak ditemukan pada zona eufotik. Zona eufotik adalah
daerah pada kedalaman air tertentu yang intensitas sinarnya cukup untuk melakukan
fotosintesis semua kelompok fitoplankton ini dapat hidup di air laut dan air tawar
kecuali Euglenophyta (Sachlan, 1982).
2.2.1.3 Morfologi Fitoplankton
Fitoplankton ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200µm (1 µm = 0,001mm).
6
fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk
rantai. Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan
sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air laut
(Nontji, 1993).
2.2.1.4 Jenis-jenis Fitoplakton
1. Cyanophyta
Cyanophyceae atau ganggang hijau biru merupakan fitoplankton yang bersifat
prokariotik. Bentuk sel Cyanophyceae umumnya berupa sel tunggal, koloni atau
filamen. Dalam bentuk koloni atau filamen alga ini mampu melakukan proses fiksasi
nitrogen sehingga dapat menyebabkan ledakan populasi blooming baik diperairan
tawar maupun perairan laut (Sachlan, 1982).
Menurut Sumich (1992) Cyanophyceae umumnya ditemukan melimpah didaerah
intertidal dan estuari tetapi dapat dijumpai pula diperairan tropis dan sub tropis. Salah
satu jenis Cyanophyceae yang sering ditemukan diperairan yang mengandung zat
hara yang rendah adalah dari jenis Tricodesmium. Pada kelas cyanophyceae adaptasi
pengapungannya yaitu dengan memanfaatkan bentuk sel-selnya untuk membentuk
rantai seperti pada Tricodesmium.
Fitoplankton dari kelas Cyanophyceae mempunyai sifat-sifat khas, antara lain :
1. memilki toleransi terhadap keadaan kering biasanya dari genus Oscillatoria;
2. memilki toleransi terhadap suhu tertentu pada genus (Oscillatoria);
3. beberapa jenis alga biru mampu mengikat molekul zat lemas (N2) dari udara,
apabila dalam tanah tidak terdapat nitrat;
4. belum mempunyai inti yang sempurna (Sachlan, 1982). Reproduksi
Cyanophyceae dengan pembelahan diri (cell division). Pada proses ini terjadi
pemisahan sel keturunan yang kemudian tumbuh dan berkembang membentuk
koloni atau filament (Bold and Wyne, 1985). Bentuk koloni dan fillament
Cyanophyceae dihasilkan oleh fragmentasi sel induk yang kemudian memisah
dan menjadi individu baru. Potongan fragment dari trichome disebut hormogonia
dan dihasilkan dari proses pemisahan pada dinding sel trichome atau oleh sel
yang mati dan menjadi separation disc (Sharma, 1992).
7
Gambar 2.4 Cyanophyta
Sumber : (Sumich,1992)
2. Chloropyhta
Nama yang popular untuk Chlorophyceae adalah alga hijau. Hal itu
dikarenakan warna yang dimilikinya. Warna itu diakibatkan oleh klorofil yang
terdapat dalam tubuhnya yaitu klorofil a dan b yang terdiri dari : α, β, γ carotenes
dan beberapa xanthophylls, 2-5-thylakoids/stack (Bold dan wyne, 1985). Produk yang
dihasilkan dari alga ini adalah berupa kanji (amilose dan amilopektin), beberapa
dapat menghasilkan produk berupa minyak. Alga ini sangat penting sebagai sumber
makanan bagi protozoa dan hewan air (Kimball, 1996)
Banyak diantara anggota divisi ini yang benar-benar menyerupai tumbuhan.
Keberadaan dinding sel yang terdiri dari klorofil a dan b adalah ciri-ciri tumbuhan
dan hal ini menunjukkan bahwa alga hijau merupakan kerabat dekat protista.
Reproduksi dilakukan dengan pembelahan biasa. Dinding sel terbuat dari selulosa,
hydroxyl-proline glucosides, xilans, dan mannans. Kelas ini biasanya melimpah pada
perairan yang relatif tenang. (Arinardi et al., 1997).
Menurut Sumic
Gambar 2.5 Contoh fitoplankton (Chlorophyta)
Sumber : (Istamar Syamsuri, 2007)
8
3. Crysophyta
Algae ini mempunyai pigmen yang berbeda-beda sehingga ada yang disebut
algae kuning hijau (Xanthophyceae), dan algae keemasan (Chrysophyceae).
Diaotomae yang termasuk Bacillariophyceae juga termasuk anggota algae ini.
Pigmen fotosintetik terdiri atas klorofil a dan c, karoten, fukoxantin, dan beberapa
xantofil. Divisi chrysophyta memiliki 3 kelas, berdasarkan pada, persediaan
karbohidrat, struktur kloroplas dan heterokontous flagelata. Selain berdasarkan hal
tadi divisi chrysophyta juga dapat dibagi ke dalam 3 klas yaitu gangang hijau-kuning,
gangang coklat-emas dan diatom (Sachlan, 1982).
4. Euglenophyta
Phylum ini hidup 90% dalam air tawar dimana terdapat banyak bahan organik.
Beberapa genera dari euglenaceae, dapat membentuk kista yang menutupi seluruh
permukaan perairan yang berwarna merah hijau dan kuning mempunyai titik merah
bagian anterior dalam tubuhnya yang sensitive terhadap sinar dan dianggap sebagai
matanya (Sachlan, 1978; 73). Menurut Nontji (1993), fitoplankton yang dapat
tertangkap dengan planktonet standar (no. 25) adalah fitoplankton yang memiliki
ukuran ≥ 20 μm. Fitoplankton yang bisa tertangkap dengan jaring umumnya
tergolong dalam tiga kelompok yakni Diatom, Dinoflagellata dan alga biru
(Cyanophyceae).
9
Gambar 2.7 Contoh Fitoplankton (Euglenophyta)
Sumber : Sachlan. 1982)
5. Pyrrophyta
Phyrophyta merupakan produsen nomor dua di laut setelah diatom. Nama
Phyrrophyta ini didasarkan atas adanya phyrrophyl, suatu chronophyl yang terdiri
dari phycopyrin, piridinin, dan chlorophylin. Ini menunjukkan bahwa adanya macam-
macam pigmen yang digunakan untuk mengklasifikasikan alga dalam berbagai phylla
flora. Dinoflagelata adalah grup fitoplankton yang sangat umum ditemukan di laut
setelah diatom Dinaoflagelata termasuk dalam kelas Dinophyceae (Sachlan, 1982).
10
Gambar 2.9 Macam-macam zooplankton
Sumber : (Evendi. E, 2011)
11
tahapan zooplankton. Oleh karenanya pengenalan terhadap ciri dan karakterisitik
anatomi, morfologi dan fisiologi sangatlah diperlukan. Hal ini juga terkait dengan
proses interaksi diantara zooplankton dengan habitatnya sebagai bagian dari strategi
untuk mempertahankan kehidupan. (Rohmimohtarto, 1999).
Peranan zooplankton sebagai produsen sekunder ataupun sebagai konsumen
primer sangat besar. Zooplankton sering melakukan gerakan naik turun pada perairan
yang disebut sebagai migrasi vertical. Gerakan tersebut dimaksudkan untuk mencari
makanan yaitu phytoplankton gerakan naik ke permukaan biasanya dilakukan pada
malam hari, sedang gerakan ke dasar perairan dilakukan pada siang hari. Gerakan
pada malam hari lebih banyak dilakukan karena adanya variasi makanan yaitu
phytoplankton lebih banyak, selain itu dimungkinkan karena zooplankton
menghindari sinar matahari langsung. (Nontji, 1993).
2.2.2.2 Habitat Zooplankton
Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan
dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke
permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang
hidup di dasar laut (benthos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton
yakni ketika masih berupa telur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa,
sifat hidupnya yang bermula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau benthos
(Nontji, 2008).
Menurut Nybakken (1992), Zooplankton melakukan migrasi harian dimana
Zooplankton bergerak ke arah dasar pada siang hari dan ke permukaan pada malam
hari. Rangsangan utama yang menyebabkan migrasi vertikal harian adalah Cahaya.
Zooplankton akan bergerak menjauhi permukaan bila intensitas cahaya di permukaan
meningkat, dan Zooplankton akan bergerak ke permukaan laut apabila intensitas
cahaya di permukaan menurun (Davis, 1955).
2.2.2.3 Morfologi Zooplankton
Zooplankton disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya
mengapung, atau melayang dalam laut. kemampuan renangnya sangat terbatas hingga
keberadaannya sangat ditentukan kemana arus membawanya. Zooplankton bersifat
12
heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari
bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya, ia sangat bergantung
pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi zooplankton
lebih berfungsi sebagai konsumen bahan organik. Ukurannya paling umum berkisar
0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa
berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain
kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipid (amphipod),
kaetognat (chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai,
perairan estuaria didepan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan
tropis hingga ke perairan kutub (Nontji, 2008).
2.2.2.4 Jenis-Jenis Zooplankton
1. Phylum Rotifera
Jumlah anggota filum ini sedikit, merupakan hewan yang berukuran mikroskopis.
Rotifera adalah hewan bersel banyak (setiap species memiliki jumlah sel tertentu).
Hewan ini seringkali menempel di objek yang ada dalam air, dengan mempergunakan
“jari kaki”. Makanan rotifera berupa mikroorganisme yang ada dalam air. Disekitar
mulut terdapat silia yang tersusun secara melingkar (Madical, 2010).
13
Menurut Black (2010), menyatakan bahwa ciri umum: kaki tampak seperti
bersendi-sendi atau bersegmen –segmen; segmen biasanya bersatu menjadi 2/3
daerah yang jelas. Sebagian hewan itu tubuhnya dilindungi oleh kulit yang keras (zat
kitin) yang berfungsi sebagai rangka luar anggota tubuh bersegmen berpasangan (asal
penamaan arthropoda).
14
Gambar 2.12 Copepod sp.
Sumber : (Zeva, 2010)
2.3 Faktor- faktor pendukung kehidupan plankton
2.3.1 Parameter Kimia
Parameter-parameter kimia yang biasa digunakan kualitas air dan kandungan
limbah minyak kelapa sawit meliputi pH (derajad keasaman), DO, COD, BOD, TSS,
serta Minyak dan Lemak (Effendi, 2003).
1. pH
Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara
asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam
larutan (Effendi, 2003). Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang
mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah smpai basa
lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisma air pada umumnya terdapat
antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa
akan membahayakan kelangsungan hidup organisma karena akan menyebabkan
terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).
2. Oksigen terlarut
Oksigen merupakan faktor yang paling penting bagi organisme air. Semua
tumbuhan dan hewan yang hidup dalam air membutuhkan oksigen yang terlarut
untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara dan hasil
fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang ada dalam air. Oksigen dari udara terlarut masuk
dalam air karena adanya difusi langsung dan agitasi permukaan air oleh angin dan
arus turbulen (Suin, 2002).
Kelarutan oksigen dalam air sangat dipengaruhi oleh faktor suhu dan jumlah
garam terlarut dalam air. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan
oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara dan dari proses
fotosintesis. Selanjutnya air kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke
atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme air (Barus, 2004).
15
3. Fosfor dan fosfat
Di perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,
melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat)
dan senyawa organik yang berupa partikulat. Fosfat merupakan bentuk fosfor yang
dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan. Karakterikstik fosfor sangat berbeda
dengan unsur-unsur utama lain yang merupakan penyusun biosfer karena unsur ini
tidak terdapat di atmosfer. Fosfor juga merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan
tingkat tinggi dan algae, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan
dan algae akuatik serta mempengaruhi tingkat produktivitas perairan (Effendi, 2003).
4. Nitrit dan nitrat
Nitrogen dan senyawanya tersebar secara luas dalam biosfer. Meskipun
ditemukan dalam jumlah yang melimpah di lapisan atmosfer, akan tetapi nitrogen
tidak dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup secara langsung. Nitrogen harus
mengalami fiksasi terlebih dahulu menjadi NH3, NH4, dan NO3. Meskupun
demikian, bakteri Azetobacter dan Clostridium serta beberapa jenis algae hijaubiru
(blue-green algae/ Cyanophyta), misalnya Anabaena, dapat memanfaatkan gas N2
secara langsung dari udara sebagai sumber nitrogen (Effendi, 2003).
5. Ammonium dan amoniak
Limbah domestik dari hasil penguraian bahan organik seperti lemak dan protein
dapat menimbulkan masalah dalam perairan yaitu zat amoniak (NH3) dan ammonium
(NH4 +). Dari hasil penelitian diketahui bahwa kesetimbangan antara ammonium dan
amoniak di dalam air dapat dipengaruhi oleh nilai pH air (Baur, 1987; Berneff, 1982
diacu oleh Barus, 2004). Semakin tinggi nilai pH akan menyebabkan keseimbangan
antara ammonium dengan amoniak semakin bergeser ke arah amoniak, artinya
kenaikan pH akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang diketahui bersifat sangat
toksik bagi organisme air.
6. Salinitas
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan.
Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam
dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium
16
(Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan
bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau permil (o/oo)
(Effendi, 2003).
17
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan
ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan
secchi disk. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran,
kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan
pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah
(Effendi, 2003).
Kekeruhan perairan sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesa
fitoplankton, sehingga dapat menghambat pertumbuhannya dan juga berpengaruh
terhadap biota lainnya karena fitoplankton merupakan produktivitas primer suatu
siklus kehidupan di lingkungan perairan (Mukhtasor, 2007). Suatu studi menjelaskan
bahwa kecerahan air berkurang sampai 30% pada permukaan air dan menjadi kurang
dari 1% pada kedalaman 12 meter, karena adanya kekeruhan yang disebabkan oleh
aktivitas pengerukan (Bishop, 1983 dalam Mukhtasor, 2007).
4. Penetrasi Cahaya
Penetrasi cahaya masuk kedalam air dipengaruhi oleh intensitas dan sudut datang
cahaya, kondisi permukaan air, dan bahan yang terlarut serta tersuspensi di dalam air.
Hal tersebut juga mempengaruhi tingkah laku organisme akuatik Seperti pada
Ceratium hirudinella melakukan pergerakan vertical pada kolom air. (Soedirjan
Resosoedarmo,1992).
18
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
19
3. Refraktometer Untuk mengukur salinitas
pada sampel air
20
9. Aquadest Untuk membersihkan alat
pengukur kualitas air agar
tetap steril
21
15 Fitoplanktonet Untuk mengambil sample
fitoplankton
22
mikroskop.
23
3.2.2 Bahan
Tabel 3.2 Bahan pada praktikum plankton
No Gambar bahan Nama bahan Fungsi bahan
1 Sampel Untuk diamati kelimpahan
Fitoplankton jenis fitoplankton
24
3.3 Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum planktonologi ini ada dua yaitu
metode purposive sampling (pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan
persyaratan sampel yang diperlukan) dilakukan pada saat dalam pengambilan data
sample dan metode sapu bersih (dengan melihat dan menghitung plankton pada setiap
kotakan di sedgewick rafter) dilakukan pada saat pengamatan plankton.
c. Pengukuran DO
1. Dipersiapkan peralatan terlebih dahulu
2. Dibersihkan DO meter terlebih dahulu dengan aquades dengan cara ditotol-totol
3. Dipersiapkan sampel air dalam wadah
4. DO meter dinyalakan, dipastikan tombol switch berada pada DO
25
5. Sensor dimasukkan kedalam air secara perlahan
6. Ditunggu layar hingga menunjukkan angka yang stabil
7. Angka yang ditunjukkan dalam layar dicatat dalam lembar data
d. Pengukuran suhu
1. Dipersiapkan peralatan terlebih dahulu
2. Dimasukkan sampel air dalam wadah
3. pH Pen diambil, lalu dimasukkan dalam wadah berisi air laut
4. Ditunggu hingga angka muncul pada layar
5. Dicatat angka yang ditunjukkan pada lembar data
e. Pengukuran kecerahan
1. Dimasukkan secchi disk dalam perairan hingga tak terlihat pertamakali
2. Tali secchi disk ditarik keatas sampai terlihat pertamakalinya
3. Dihitung kecerahan dengan menggunakan rumus perhitungan kecerahan
4. Dicatat hasil perhitungan pada lembar data
26
3. Volume ember harus sudah diketahui terlebih dahulu
4. Air sampel kemudian disaring dengan menggunakan plankton net dengan volume
tampung 30 ml
5. Air hasil saringan kemudian dipindahkan kedalam botol sampel, selanjutanya
diberi 7 tetes lugol dan 2 tetes formalin 4%
6. Air sampel kemudian diberi label
7. Air sampel kemudian dimasukan kedalam coolbox sebagai penyimpanan
sementara, sebelum dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengamatan.
27
b. Pengamatan zooplankton
1. Mikroskop dihidupkan terlebih dahulu, kemudian optic lab dipansang dan
dihubungkan ke komputer/laptop
2. Objek glass Sedgwick Rafter dan cover glass-nya dibersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan aquades, yaitu dengan cara membilas semua bagian
Sedgwick Rafter. Kemudian dibersihkan dengan mengunakan tissue
3. Botol sample diambil, kemudian dikocok supaya Zooplankton yang akan diamati
merata,
4. Contoh zooplankton diambil dengan mengunakan pipet tetes sebanyak 1 ml pada
Objek glass Sedgwick Rafter dengan posisi tegak lurus. Contoh akan tertutup
dengan sendirinya oleh cover glass, pastikan tidak ada gelembung udara
didalamnya.
5. Letakkan Objek glass Sedgwick Rafter pada meja preparat kemudian diamati
jumlah zooplankton pada tiap kotakan dengan menggunakan teknik zig-zag, jika
jumlah zooplankton banyak makan pengamtan dilakukan secara acak,
6. Catat jumlah individu pada setip kotakan pada lembar pengamatan
1. Kelimpahan plankton
Kelimpahan plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah sel/liter.
𝐴 𝐶 1
𝑁=𝑛𝑥 ( ) 𝑥 ( ) 𝑥 ( )
𝐵 𝐷 𝐸
Keterangan:
N = Kelimpahan (sel/m3)
n = Jumlah individu perlapang pandang
A = Jumlah kotakan pada Sedgwich Rafter
B = Jumlah kotakan yang diamati (100 kotakan)
28
C = Volume air sampel yang tersaring (ml)
E = Volume air yang disaring (m3)
2. Indeks Keanekaragaman
Indeks Keanekaragaman Indeks diartikan sebagai suatu gambaran secara
matematik yang melukiskan struktur masyarakat kehidupan. Indeks keankaragaman
akan mempermudah dalam menganalisa informasi–informasi mengenai jumlah
individu dan jumlah spesies suatu organisme (Kaswadji, 1976 dalam Lukman 2001).
Indeks keanekaragaman dapat dijadikan petunjuk seberapa besar tingkat pencemaran
suatu perairan. Indeks Shannon-Wiener digunakan untuk menghitung indeks
keanekaragaman (diversity index) jenis, indeks keseragaman, Odum (1998) dengan
rumus sebagai berikut : Indeks keanekaragaman
𝑠
′
𝐻 = − ∑ 𝑃𝑖 ln 𝑃𝑖
𝑛=1
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S = Banyaknya jenis
Pi = Ni/N
N = Jumlah total individu
Tabel 3.1 Tabel tingkta keanekaragaman
0 ≤ H’ ≤ 2,303 Tingkat kenaekaragaman rendah
2,303 ≤ H’ ≤ 6,909 Tingkat keanekaragaman sedang
H’ > 6,909 Tingkat keanekaragaman tinggi
Sumber : (Kaswadji, 1976)
3. Indeks Keseragaman
Dalam suatu komunitas, kemerataan individu tiap spesies dapat diketahui dengan
menghitung indeks keseragaman. Indeks keseragaman ini merupakan suatu angka
yang tidak bersatuan, yang besarnya antara 0 – 1, semakin kecil nilai indeks
keseragaman, semakin kecil pula keseragaman suatu populasi, berarti penyebaran
29
jumlah individu tiap spesies tidak sama dan ada kecenderungan bahwa suatu spesies
mendominasi populasi tersebut. Sebaliknya semakin besar nilai indeks keseragaman,
maka populasi menunjukkan keseragaman, yang berarti bahwa jumlah individu tiap
spesies boleh dikatakan sama atau merata (Pasengo, 1995).
𝐻′
𝐸= −
𝐻 𝑀𝑎𝑘𝑠
E = Indeks keseragaman
Hmax = Indeks keanekaragaman maksimum (Hmaks= ln S, dimana S = Jumlah jenis)
4. Indeks Dominansi
Dominasi jenis fitoplankton dapat diketahui dengan menghitung Indeks
dominansi (C). Nilai indeks dominansi mendekati satu jika suatu komunitas
didominasi oleh jenis atau spesies tertentu dan jika tidak ada jenis yang dominan,
maka nilai indeks dominansinya mendekati nol (Sudardja, 1987 dalam Pasengo,
1995).
𝑁𝑖 2
D = ∑( )
𝑁
D = Indeks dominansi simpson
Ni = Jumlah individu jenis ke-i
30
N = Jumlah total individu seluruh jenis
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Parameter Kualitas Air
Tabel 4.1 Kualitas Air di Titik 1 Pantai Serangan
No Acuan Data Pengulangan Rata - Rata
I II III
1 Do 4,8 3,7 3,9 4,13 ppm
2 Ph 8,43 8,05 8,10 8,19
3 Salinitas 30 30 33 31
4 Suhu 28,7 28,5 28,8 28,7 oC
5 Kecerahan (100+100)/2 100 cm
6 Kekeruhan 3,57 2,13 2,50 2,73 NTU
7 Titik Koordinat S 08 . 72143O
E 115 . 23982O
8 Warna Air Jernih
9 Kondisi cuaca Cerah
32
9 Kondisi Cuaca Cerah
33
4.1.2 Pengamatan Fitoplankton
4.1.2.1 Fitoplankton Titik 1
Tabel 4.5 Pengamatan Fitoplankton Pada Titik 1
1. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: 10 x 10
34
Jumlah Spesies/koloni: 10 Sumber: (Peter J Brgant, 2012)
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: + Kingdom : Chrysophyta
Senyawa Toksik: (+) Filum : Bacillariophyceae
(Kuning Kehijauan Kelas : Chaetoceraceae
Penjelasan lainnya: Ordo : Centrales
Chaetoceros sp merupakan sel Family : Chaetocerotaceae
tunggal dan dapat membentuk rantai Genus : Chaetoceros
menggunakan duri seperti petri dish. Spesies : Chaetoceros sp
Jika dilihat dari samping organisme
ini berbentuk persegi dengan panjang
12-14 mdan lebar 15-17 m dengan
duri yang menonjol dari bagian
pojok.populer sebagai pakan rotifer,
kerang-kerangan, tiram dan larva
udang.
Sumber : (Isnansetyadan kuniastut, Sumber: (Yamaji, 1986)
1995).
3. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: 10 x 10
35
Skeletonema sp merupakan Ordo : Bacillariales
fitoplankton dari jenis diatome yang Family : Coscinodiscaceae
bersel tunggal dan ukuran sel Genus : Skeletonema
berkisar antara 4-5 μm. Sel diatome Spesies : Skeletonema sp
memiliki ciri khas yaitu selnya terdiri
atas dua bagian seperti cawan petri.
Dinding sel atau yang disebut
epitikal. Dinding sel memiliki
frustula yang dapat menghasilkan
skeletal eksternal yang berbentuk
silindris. Sumber : (Isnansetyo dan kurniastuty,
Sumber : (Haryati, 2011). 1995)
4. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: 10 x 10
36
menjadi filamen baru yang panjang.
Setiap filamen pada Oscillatoria sp
terdiri atas trikoma dapat berosilasi
seperti pendulum
Sumber : (Guiry, 2014). Sumber: (Guiry, 2011)
5 Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran : 10x10
37
sel vegetative yang membelah dari
dinding sel antara dua sel anak.
Sumber : (Davidovich & Bates, Sumber : (Botes, 2001)
2002)
6 Penjelasan Umum Gambar literatur
Perbesaran : 10x10
38
Sumber : (Triastono, 1967). Sumber : (Tjiptrosoepomo, 1989)
7 Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran : 10x10
39
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophytina
1. Sel-sel berbentuk batang Tonjolan-to Ordo : Tabellariales
njolan pada tersusun menyirip Family : tabellariaceae
ditengah-tengah panser terdapat Genus : Tabellaria
celah celah membujur dinamakan Spesies : Tabellaria sp.
cup. Dapat bergerak maju mundur
yang disebabkan oleh pergeseran
alas dari arus plasma. Reproduksi
seksual dengan oogami, Hidup
berkoloni, Habitatnya di air tawar.
40
ini disebut sebagai permata laut Spesies : Licmophora sp
karena kecantikannya yang luar
biasa. Sel-sel umumnya tumbuh
tangkai yang melekat pada batu
atau ganggang. Sering ditemukan
dalam jumlah yang rendah di
lingkungan dangkal.
Sumber : (Kutzing, F.T, 1844) Sumber : (Kutzing, F.T, 1844)
2. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: (10x10)
41
3. Gambar Pengamatan Gambar Literature
Perbesaran: (10x10)
42
Senyawa Toksik: - Filum : Baciliariophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophyceae
Merupakan genus besar yang Ordo : Pennales
selnya berbentuk elips narrow Family : Nitzchiaceae
linear, gelinding atau sigmaoid Genus : Nitzchia
pada tampilan katupnya. Spesies : Nitzchia seriata
Dibeberapa spesies terdapat dua
kloroplas besar, dimana tiap
bagian kloroplas berada di akhir
sentral. Hidup soliter dan
memiliki gerakan yang
bermacam-macam
Sumber : (Bellinger dan Sigee, Sumber: (Prasetyo, 1987)
2010)
5. Gambar Pengamatan Gambar Literature
Perbesaran: (10x10)
43
dinding sel, silika mirip dengan
cangkang kerang
Sumber : (Sze, 1986) Sumber: (Boney, 1989)
6. Gambar Pengamatan Gambar Literature
Perbesaran: (10x10)
:
Jumlah spesies: 4 Sumber : (Loch Gorm, 2003)
44
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: + Kingdom : Plantae
Senyawa Toksik: - Filum : Bacillariophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophyceae
Organisme yang masuk Ordo : Pennales
kedalam kelompok diatom Family :Achnanthaceae
(Bacillariophyta) dinding selnya Genus : Achnanthes
memiliki susunan yang khusus. Spesies : Achnanthes sp.
Sel ini memiliki inti dan
kromatofora berwarna kuning
/coklat yang mengandung
klorofil a, karotin dan karatenoid.
Sumber : (Rachmawati, 2012) Sumber: (Sumich, 1999)
8 Gambar Pengamatan Gambar literatur
Pembesaran: (10 x10)
45
protoplasmanya berbentuk
cawan. Biasanya hidup di air
tawar dan air laut. Bereproduksi
secara aseksual, dan hidup pada
perairan dengan salinitas tinggi
sumber : (Isnasetyo dan Sumber : (Bold dan Wynne, 1985)
Kurnastary, 1995)
9 Gambar Pengamatan Gambar literatur
Perbesaran : (10x10)
46
Sumber: Kutzing,1844 Sumber : (Kutzing, F.T, 1844)
10 Gambar Pengamatan Gambar Literature
Perbesaran: (10x10)
47
Kesimetrian: iya simetris Kingdom : Chromista
Senyawa Toksik: - Filum : Ochrophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophycea
Selnya berbentuk seperti Ordo : fragilariales
pemukul bola (katup). Jika Family : Fragilariaceae
Meridion sp. Bergabung maka Genus : Meridion
akan membentuk koloni yang Spesies : Meridion sp.
berbentuk kipas.
48
4.1.2.3 Fitoplankton Titik 3
49
Pembesaran : (10x10)
:
Jumlah spesies: 1 Sumber : (Sachlan, 1978)
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: + Kingdom : Plantae
Senyawa Toksik: - Filum : Bacillariophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophyceae
Memilki bentuk sel batang Ordo : Pennales
atau wadah beraneka macam Family : Surirellaceae
(pennateae), berwarna hijau Genus : Surirella
kekuning - kuningan. Sel Spesies : Surirella sp
mengandung karotine dan
Xantophy. Dinding selnya berbahan
silikat, flagel tidak sama panjang.
Sumber : (Sachlan, 1978) Sumber : (Sachlan, 1978)
3. Gambar Pengamatan Gambar Literature
Perbesaran: (10x10)
50
Skeletonema costatum merupakan Ordo : Centrales
diatom dari golongan centrales Family : Coscinodiscaceae
yang mempunyai bentuk silinder Genus : Skeletonema
dan sebagian besar hidup di air laut. Spesies : Skeletonema costatum
Fitoplankton ini merupakan jenis
alga bersel tunggal.
Sumber : (Djariijah, 1995). Sumber: (A.Smith, 2006)
4. Gambar Pengamatan Gambar Literature
Perbesaran: (10x10)
51
Jumlah spesies: 14
Sumber : (Round, F.E, dkk, 1990)
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: Simetris Kingdom : Chromista
Senyawa Toksik: - Filum : Bacillariophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophytina
Sel-selnya berbentuk batang, Ordo : Tabellariales
tonjolan-tonjolan pada panser Family : tabellariaceae
terdapat celah membujur. Dapat Genus : Tabellaria
bergerak maju mundur. Spesies : Tabellaria sp.
Reproduksinya seksual dengan
isogami. Hidpnya berkoloni dan
habitatnya di permukaan
Sumber: (Champbell, 2000) Sumber : (Kutzing, F.T, 1844)
6 Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: (10x10)
52
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophyceae
Chaetoceros sp. Memiliki sel yang Ordo : Centrales
tidak berantai dan bercangkang Family : Chaetoceratoceae
cembung. Dapt hidup pada Genus : Chaetoceros
temperature 25-30⁰C, pada suhu Spesies : Chaetoceros sp
40⁰C masih dapat hidup namun
tidak dapat berkembang. Daerah
penyebarannya meliputi muara
sungai, pantai, dan laut pada daerah
tropis dan subtropis.
Sumber : Isnansetyo dan Sumber : (Ehrenberg, 1844)
Kurniastuty, 1995
7 Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Pembesaran : (10x10)
53
lebarnya 4,5-16µm. nitzchia hidup
soliter dan sebagai bentik ataupun
plankton.
Sumber: (Bellinger dan Sigee, 2010 Sumber : (Prasetyo, 1987)
54
Sumber : (Hasle G.R, 1992) Sumber : (Schmid, 1983)
2. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: (10x10)
55
Jumlah spesies: 17 Sumber: (Vaucher ex Gomont, 1822)
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: Simetris Kingdom : Protista
Senyawa Toksik: - Filum : Cyanohyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Cyanophyceae
Oscillatoria sp berbentuk filamen Ordo : Oscillatoriales
yang panjang, bagian dalam terlihat Family : Oscillatoriaceace
seperti adanya garis sekat – sekat Genus : Oscillatoria
yang cukup banyak, sehingga Spesies : Oscillatoria sp
terlihat seperti kumpulan dari kotak
– kotak. Filamen mungkin sendiri
atau tumpang tindih dengan filamen
– filamen lain, membentuk suatu
lapisan yang luasnya tidak terbatas.
Setiap individu trikoma tidak
bercabang, berbentuk silindris ada
yang berselubung dan ada yang
tidak.
56
Jumlah spesies: 1 Sumber: (Isnansetyo, 1995)
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: Simetris Kingdom : Protista
Senyawa Toksik: - Filum : Chrysophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophyceae
Skeletonema costatum alga bersel Ordo : Centrales
tunggal dengan ukuran 4 – 15 𝜇. Family : Skeletonemoidae
Dapat membentuk untaian rantai Genus : Skeletonema
yang terdiri dari beberapa sel. Spesies : Skeletonema costatum
Berbentuk kotak terdiri atas epiteka
dan bagian bawah hipoteka. Bagian
hipoteka mempunyai lubang –
lubang yang berpola khas dan indah
yang terbuat dari silikon oksida.
Setiap sel dipenuhi oleh sitoplasma.
Hidup di air tawar dan laut.
Perbesaran: 10X10
57
Jumlah spesies/koloni: 3 Sumber: (Hoek, 1998).
58
Jumlah spesies: 1 Sumber: (C. Agardh, 1824)
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: Simetris Kingdom : Protista
Senyawa Toksik: - Filum : Baciliariophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophyceae
Achnanthes sp adalah orgaisme Ordo : Mastogloiales
yang masuk ke dalam kelompok Family : Achatnaceae
diatom (Bacillariophyta) dinding Genus : Achananthes
selnya memiliki susunan yang Spesies : Achananthes sp.
khusus. Sel ini memiliki inti dan
kromalofosa. Mengandung klorofil
a, kerotin, santofil dan karatenoid.
59
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophyceae
Amphora sp merupakan Ordo : Talassiophysales
fitoplankton yang memiliki bentuk Family : Catenulaceae
seperti batang. Fitoplankton jenis Genus : Amphora
ini bergerak merayap maju mundur Spesies : Amphora sp
terjadi karena adanya pergeseran
antara diar dan juga anus. Amphora
sp biasa melekat pada tumbuhan.
60
Perbesaran: 10X10
Perbesaran: 10X10
61
Jumlah spesies/koloni: 1 Sumber:(Gran, H.H, 1897)
Perbesaran: 10X10
62
Jumlah spesies/koloni: 2 Sumber:(Sachlan, 1982)
63
Jumlah Spesies/koloni: 4 Sumber: (Muller, 1785)
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: - Kingdom : Animalia
Senyawa Toksik: - Filum : Arthropoda
Penjelasan lainnya: Kelas : Crustacea
Nauply sp berbentuk lonjong Ordo : Copepoda
memiliki enam kaki. Diujung kaki Family : Copepodidae
terdapat bulu-bulu halus dan Genus : Naupli
bagian posterior terdapat bulu- Spesies : Naupli sp
bulu yang meruncing. Naupli
merupakan larva tingkat pertama
dengan memanfaatkan kaki
renang dan umbai umbai
mulutnya yang mnenghasilkan
pusaran air dan arus yang
membawa partikel makanan ke
saringan maksila yang seterusnya
di bawa ke mulut
Sumber : (Nontji, 2008). Sumber: (Muller,1969)
2. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: 10 x 10
64
Jumlah Spesies/koloni: 5 Sumber: (Caligus Flagatus Van
Hodwan, 1832)
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: - Kingdom : Animalia
Senyawa Toksik: - Filum :Arthropoda
Penjelasan lainnya: Kelas : Maxillapoda
Copepoda sp merupakan Ordo : Calanoida
kelompok crustacea yang Family : Calanidae
berenamh di laut memiliki Genus : Copepod
exoside cleton yang keras. Banyak Spesies : Copepoda sp
kaki yang digunakan untuk
berenang dan mengumpulkan
makanannya, badannya
bersegmentasi dan disambung
pelengkap.
Sumber : (David, 2003) Sumber: (David, 2003)
3. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: (10 x 10)
65
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: - Kingdom : Animalia
Senyawa Toksik: - Filum : Arthropoda
Penjelasan lainnya: Kelas : Branchropoda
Secara morfologi pembagian Ordo : Cladocera
segmen pada tubuh Daphnia sp Family : Daphnidae
hampir tidak terlihat pada bagian Genus : Daphnia
tubuh menyatu dengan kepala. Spesies : Daphnia sp
Bentuk tubuh membungkuk
kearah bagian bawah. Hal ini
dapat terlihat adalah mata, antena
dan sepasang setae.
Sumber : (Pennak, 1989) Sumber : (Pennak,1989)
Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: 10x10
66
zooplankton yang memiliki flagel
untuk bergerak. Diaptomus sp
makan dengan cara memangsa
fitoplankton.
Sumber: (Turner, 1910) Sumber: (Westwood, 1836)
Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran : 10x10
67
urosome memiliki segmen genital
yang sangat pendek. Distribusi
umumnya di neritic. Terkadang
hidup di air payau.
Sumber : (Claus, 1863). Sumber : (Claus, 1863)
68
2 Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: (10X10)
69
Jumlah Spesies/koloni: 11 Sumber: (David, 2003)
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: - Kingdom : Animalia
Senyawa toksik: - Filum : Arthropoda
Penjelasan lainnya: Kelas : Maxillopoda
Copepoda berati “kaki dayung” Ordo : Calanoida
merupakan kelompok krustasea Family : Calanidae
yang berenang dilaut. Memiliki Genus : Copepoda
exoskeleton yang keras, banyak Spesies : Copepoda sp
kaki yang digunakan untuk
berenang dan mengumpulkan
makanannya, badannya
tersegmentasi, dan di sambung
pelengkap. Tidak memiliki mata
majemuk, mata sederhananya
hanya dapat membedakan gelap
dan terang. Memiliki dua pasang
antena, satu pasang pendek dan
satu pasang panjaang, hidup
memakan bakteri diatom, dan sel
tunggal laiinya.
Sumber : (David, 2003) Sumber: (David, 2003)
Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: 10 x 10
70
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: - Kingdom : Animalia
Senyawa Toksik: - Filum : Arthropoda
Penjelasan lainnya: Kelas : Crustacea
Nauply sp berbentuk lonjong Ordo : Copepoda
memiliki enam kaki. Diujung kaki Family : Copepodidae
terdapat bulu-bulu halus dan Genus : Naupli
bagian posterior terdapat bulu- Spesies : Naupli sp
bulu yang meruncing. Naupli
merupakan larva tingkat pertama
dengan memanfaatkan kaki
renang dan umbai umbai
mulutnya yang mnenghasilkan
pusaran air dan arus yang
membawa partikel makanan ke
saringan maksila yang seterusnya
di bawa ke mulut
Sumber : (Nontji, 2008) Sumber: (Muller,1969)
71
Senyawa Toksik: - Filum : Arthropoda
Penjelasan lainnya: Kelas : Maxiliopoda
Daphnia sp adalah filum Ordo : Cladocera
Arthropoda yang hidup secara Family : Daphnidae
umum di perairan tawar. Spesies- Genus : Daphnia
spesies dari genus Daphnia Spesies : Daphnia sp
ditemukan mulai dari daerah
tropis hingga arktik dengan
berbagai ukuran habitat.
Mekanisme reproduksi dengan
cara partenogenesis.
Sumber : (Delbaere & Dhert, Sumber: (Pennak, 1989)
1996)
2. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: 4x10
72
dengan range 6-33 ppt.
Makanannya adalah fitoplankton
dan bakteri serta zat-zat organik Sumber: (Lilljeburg,1853)
sumber : (Sachan, 1972).
3. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: 4x10
73
Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: 10x10
74
Jumlah Spesies/koloni: 1 Sumber: (Ralf Wgner, 2004)
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: Tidak Simetris Kingdom : Animalia
Senyawa Toksik: - Filum : Arthropoda
Penjelasan lainnya: Kelas : Maxiliopoda
Nauplius sp merupakan Ordo : Calanoida
larva tingkat pertama dari kelas Family : Diaptomidae
crustacea. Memiliki tubuh Genus : Nauplius
berbentuk lonjong dan dilengkapi Spesies : Nauplius sp
oleh enam kaki, dibagian ujung
kaki terdapat bulu – bulu yang
meruncing dan juga terdapat
dibagian posterior. Untuk
membawa partikel makanan ke
jaringan maksila, Nauplius sp
memanfaatkan kaki – kakinya dan
umbul – umbul mulutnya yang
menghasilkan puasaran dan arus.
Perbesaran: 4x10
75
Jumlah Spesies/koloni: 1 Sumber: (Ralf Wgner, 2004)
Perbesaran: 10 x10
76
Jumlah Spesies/koloni: 2
Perbesaran: 10X10
77
Jumlah spesies/koloni: 1 Sumber: (Zacharias, 1898)
𝐴 𝐶 1
𝑁 = 𝑛𝑥 𝐵 x 𝐷 x 𝐸
1000 100 𝑚𝑙 1
𝑁 = 27 𝑥 1000 x x 0,1 𝑚3
1 𝑚𝑙
78
N = 27 x 103 sel/m3
b. Perhitungan Menggunakan Sadgwich Rafter di Titik 2
𝐴 𝐶 1
𝑁 = 𝑛𝑥 𝐵 x 𝐷 x 𝐸
1000 100 𝑚𝑙 1
𝑁 = 40 𝑥 1000 x x 0,1 𝑚3
1 𝑚𝑙
N = 40 x 103 sel/m3
c. Perhitungan Menggunakan Sadgwich Rafter di Titik 3
𝐴 𝐶 1
𝑁 = 𝑛𝑥 𝐵 x 𝐷 x 𝐸
1000 100 𝑚𝑙 1
𝑁 = 92 𝑥 1000 x x 0,1 𝑚3
1 𝑚𝑙
N = 92 x 103 sel/m3
d. Perhitungan Menggunakan Sadgwich Rafter di Titik 4
𝐴 𝐶 1
𝑁 =𝑛𝑥 x𝐷x𝐸
𝐵
1000 100 𝑚𝑙 1
𝑁 = 47 𝑥 x x 0,1 𝑚3
1000 1 𝑚𝑙
N = 47 x 103 sel/m3
Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Sadgwich Titik 1
79
3. Bacillariophtina 1 1 ×10-3 sel/m3
80
Indeks Dominansi
0.476
(C)
81
Bacillariophyceae 28 47 0.596 0.355 -0.518 -0.309 1.099 1.672
Cyanophyceae 17 47 0.362 0.131 -1.017 -0.368 1.099 1.672
Chlorophyceae 2 47 0.043 0.002 -3.157 -0.134 1.099 1.672
Indeks
Keanekaragaman 0.811
(H’)
Indeks
Keseragaman 0.738
(E)
Indeks
0.488
Dominansi (C)
A C 1
𝑁=𝑛 × × ×
B D E
1000 100𝑚𝑙 1
𝑁 = 9× × ×
1000 1𝑚𝑙 0,1
N = 9×10-3 sel/m3
d. Perhitungan Menggunakan Sadgwich Rafter di Titik 4
A C 1
𝑁=𝑛 × × ×
B D E
1000 100𝑚𝑙 1
𝑁 = 38 × × ×
1000 1𝑚𝑙 0,1
N = 38×10-3 sel/m3
82
Tabel 4.20 Hasil Pengamatan Sadgwich Titik 1
No Nama Kelas Jumlah Kelimpahan Kelas
1. Crustasea 6 6×10-3 sel/m3
2. Branchiopoda 1 1×10-3 sel/m3
3. Hexanauplia 3 3×10-3 sel/m3
Tabel 4.21 Hasil Pengamatan Sadgwich Titik 2
No Nama Kelas Jumlah Kelimpahan Kelas
1. Crustacea 6 6×10-3 sel/m3
2. Maxilopoda 12 12×10-3 sel/m3
3. Branchiopoda 1 1×10-3 sel/m3
Tabel 4.22 Hasil Pengamatan Sadgwich Titik 3
No Nama Kelas Jumlah Kelimpahan Kelas
1. Branchiopoda 1 1×10-3 sel/m3
2. Maxillopoda 7 7×10-3 sel/m3
3. Crustacea 1 1×10-3 sel/m3
Tabel 4.23 Hasil Pengamatan Sadgwich Titik 4
No Nama Kelas Jumlah Kelimpahan Kelas
1. Branchiopoda 27 27×10-3 sel/m3
2. Cyaniphyceae 17 17×10-3 sel/m3
3. Maxillopoda 1 1×10-3 sel/m3
4. Crustacea 2 2×10-3 sel/m3
5. Monogononta 1 1×10-3 sel/m3
83
- -
Maxillopoda 3 13 0,230769 0,053254 1,46634 0,33839 1,386294
- -
Hexanaupliia 4 0,307692 0,094675
13 1,17865 0,36266 1,386294
-
Branchiopoda 2 O,153846 0,023669 -1,8718
13 0,28797 1,386294
Indeks
Keanekaragaman
(H`) -1.0351681195
Indeks
Keseragaman ( E ) -0.975031878
Indeks Dominansi
(D) 0.266272189
Indeks Dominansi
(D) 0.567867036
84
(H`)
Indeks
Keseragaman ( E ) 0.503258335
Indeks Dominansi
(D) 0.802469136
4.2 Pembahasan
4.2.1 Komunitas planton di perairan pantai serangan.
Plankton merupakan organisme kecil yang hidupnya melayang dan mengapung
diperairan. Dari hasil data yang telah di dapatkan dari pantai serangan komunitas
plankton yang didapat cukup beragam karena keberadaan plankton sendiri sangat
berpengaruh terhadap kondisi suatu perairan baik itu parameter fisika maupun
kimiawi. Perbedaan tersebut tentunya dipengaruhi oleh struktur ekologis setiap
titiknya. Komunitas plankton dipantai serangan sangat beragam baik dari jenis
fitoplankton maupun zooplankton. Berdasarkan hasil plankton yang telah di
identifikasi mengunakan mikroskop di dapatkan hasil bahwa jenis plankton yang
banyak di temukan adalah dari fitoplankton dengan spesies Bacillariophyceae yang
banyak mendominasi perairan pantai serangan.
85
1. Kelimpahan Fitoplankton
Dari hasil data yang diperoleh di dapatkan bahwa spesies yang terdapat dalam
pada titik 1,2,3, dan 4 yaitu Oschilatoria, Bacillariales, Bacillariophyceae,
Cyanophytaceae, Bacillariophtina, Madiophyceae, Trebouxiophyceae, Maxillapoda,
Branchipoda, Choephceae. Pada praktikum kali ini jenis fitoplankton yang banyak
ditemukan diperairan pantai serangan dari kelas Bacillariophyceae mulai dari titik
1,2,3, dan 4 merupakan kelas yang lebih banyak ditemukan di perairan.
Dari hasil praktikum identifikasi plankton diperoleh bahwa pada titik 1
banyak ditemukan fitoplankton dari kelas Oschilatoria, Bacillariales,
Bacillariophycee. Pada titik 2 di temukan fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae,
Cyanophytaceae, Bacillariophtina, Madiophyceae, Trebouxiophyceae, Maxillapoda.
Di titik 2 banyak sekali kita menemukan spesies fitoplankton dikarenakan kondisi
perairan yang bagus ataupun dari teknik pengambilan sampel, karena fitoplankton
menyukai cahaya matahari atau juga oleh faktor arus. Sedangkan pada titik 3
Bacillariales, Bacillariophyceae, Maxillapoda, Branchipoda, dan yang terakhir titik 4
yaitu Bacillariophyceae, Cyanophytaceae, Choephceae. Faktor yang mendukung
kelimpahan plankton itu tergatung dari parameter kualitas air baik itu suhu, salinitas,
pH, Do, kekeruhan maupun kecerahan suatu perairan. Dari faktor tersebut kita tahu
apakah fitoplankton yang ada dapat bertahan ataupun tidak.
Dari hasil kelimpahan plankton bahwa dari kelas Bacillariophyceae sebanyak
70×10-3 sel/m3 yang paling banyak ditemukan. Hal ini terjadi karena pada musim
kemarau proses dekomposisi bahan organik berjalan lebih cepat karena massa
tinggal air di sungai lebih lama sehingga unsur-unsur hara dapat dimanfaatkan
secara optimum oleh fitoplankton untuk tumbuh. Dan faktor kecerahan juga
berdampak terhadap fotosintesis dari plankton itu sendiri, Tingginya nilai kecerahan
perairan dapat memudahkan sinar matahari masuk ke dalam perairan secara
optimum, sehingga proses fotosintesis fitoplankton dapat berjalan dengan baik
sehingga jenis fitolankton yang sedikit ditemukan dari kelas Madiophyceae sebanyak
1 ×10-3 sel/m3, kelas Bacillariophtina 1 ×10-3 sel/m3, dan dari kelas Branchipoda
sebanyak 1×10-3 sel/m3.
86
Kelimpahan Fitoplankton
Titik 1 Ttitk 2 Tiitik 3 Titik 4
80 70
70
60
50
40 35
30 26
16 17 14
20
10 3 3 3 4 5 2 2
1 1 1 1
0
2. Kelimpahan Zooplankton
Dari hasil data yang diperoleh di dapatkan bahwa spesies yang terdapat dalam
pada titik 1,2,3, dan 4 yaitu Crustacea, Branchipoda, Bacillariophyceae, Hexanauplia,
Maxillapoda, Monogonanta, Cyaniphyceae. Pada praktikum kali ini jenis
Zooplankton yang banyak ditemukan diperairan pantai serangan dari kelas
Bacillariophyceae mulai dari titik 1,2,3, dan 4 merupakan kelas yang lebih banyak
ditemukan di perairan.
Dari hasil praktikum identifikasi plankton diperoleh bahwa pada titik 1
banyak ditemukan Zooplankton dari kelas Crustacea, Branchipoda, Hexanauplia.
Pada titik 2 di temukan Zooplankton dari kelas Crustacea, Branchipoda, Maxillapoda.
Sedangkan pada titik 3 Crustacea, Branchipoda, Maxillapoda. dan yang terakhir titik
4 yaitu Bacillariophyceae, Crustacea, Branchipoda, Maxillapoda, . Faktor yang
mendukung kelimpahan plankton itu tergatung dari parameter kualitas air baik itu
suhu, salinitas, pH, Do, kekeruhan maupun kecerahan suatu perairan. Dari faktor
tersebut kita tahu apakah fitoplankton yang ada dapat bertahan ataupun tidak.
Dari hasil kelimpahan plankton bahwa dari kelas Bacillariophyceae sebanyak 27×10-3
sel/m3 yang paling banyak ditemukan. Hal ini terjadi karena pada musim kemarau
87
proses dekomposisi bahan organik berjalan lebih cepat karena massa tinggal air
di sungai lebih lama sehingga unsur-unsur hara dapat dimanfaatkan secara
optimum oleh fitoplankton untuk tumbuh. Keberadaan zooplankton sangat
berdampak pada keberadaan dari fitoplankton karena makan dari zooplankton itu
sendiri berasal dari fitoplankton karena sifat dari zooplankton sendir yaitu berifat
heterotroph artinya tidak dapat menghasilkan makan sendiri jadi peran dalam
ekosistem zooplankton sebagai konsumen primer bagi fitoplankton. Kelas
Zooplankton yang sedikit ditemukan dari kelas Monogonanta 1×10-3 sel/m3.
Kelimpahan Zooplankton
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4
30 27
25
20 17
15 12
10 7
6 6
5 3
1 2 1 1 1 1 1
0
88
sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan
dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas
dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (SALMIN.
2000). Untuk titik 1,2 dan 3 Do yang dibutuhkan masih bagus karena kondisi air yang
berada di titik 1,2,3, masih bagus. Berbeda dengan titik 4 nilai Do yang sangat tinggi
sebanyak 8, 36 ppm dikarenakan ada faktor-faktor yang mempengaruhi perairan
tersebut seperti terjadinya pencemaran karena pada saat kami melakukan praktikum
di titik 4 terdapat pembuangan saluran air yang mengarah langsung ke perairan laut
sehingga mengakibatkan perairan tersebut sedikit tercemar karena yang kita ketahui
Do yang baik disuatu perairan atau untuk keberlangsungan biota adalah 5 ppm.
2. pH
Pada titik 1 nilai rata pH sebanyak 8,19, pada titik 2 senilai 8,44, pada titik 3
senilai 8,39 sedangkan pada titik 4 senilai 8,44. Ini menunjukan bahwa organisme
hidup masih bisa berkembang biak diperairan tersebut Derajat keasaman pH air akan
sangat menentukan aktivitas mikroorganisme sehingga pH air laut berkisar antara
6,5– 8,5 aktivitas mikroorganisme sangat baik. Pada pH yang sangat kecil atau sangat
besar, mikroorganisme tidak aktif, atau bahkan akan mati.
Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun
CO2.Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam
telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi
tetapi dengan cara perlahan.Tingkat pH lebih kecil dari 4,8 dan lebih besar dari
9,2 sudah dapat dianggap tercemar (Sary, 2006). Pada konsentrasi yang besar
CO2 juga masuk kedalam perairan sehingga mengakibatkan perubahan parameter
kualitas air khususnya pH air dan sistem karbonat. Seperti yang dikatakan oleh sari,
2006 bahwa perairan yang tercemar adalah berkisar antara di bawah 4,8 dan di atas
89
9,2 maka apabila melewati nila pHtersebut kemungkinan besar organisme yang ada
tidak dapat bertahan hidup. Dan dari data yang telah kami lakukan untuk mengukur
kualitas air bahwa pH yang di dapat berkisar antara 8 sehingga masih bisa organisme
lain untuk bertahan hidup.
3. Suhu
Titik 1 Suhu yang didapat senilai 28,7 oc, pada titik 2 senilai 29,5 oc, pada titik
3 senilai 29,6 oc dan pada titik 4 senilai 30 oc ini menunjukan bahwa suatu perairan
masih bisa ditumbuhi oleh plankton. Karena perkembangan plankton optimal terjadi
dalam kisaran suhu anatara 25 oc-30 oc. Suhu air dapat mempengaruhi sifat fisika
kimia perairan maupun biologi, antara lain kenaikan suhu dapat menurunkan
kandungan oksigen serta menaikkan daya toksit yang ada dalam suatu perairan. Suhu
air mempengaruhi kandungan oksigen terlarut dalam air, semakin tinggi suhu maka
semakin kurang kandungan oksigen terlarut. Suhu air mempunyai pengaruh yang
besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolism dari makhluk hidup.
4. Salinitas
Dari praktikum yang telah kami lakukan bahwa di dapat salinitas di titik 1
senilai 31, pada titik 2 senilai 29,7, pada titik 3 senilai 26,6 dan pada titik 4 senilai
31,3 dari hasil data yang diperoleh bahwa untuk plankton sendiri masih bisa
berkembang dalam suhu di atas dari 20 ppt. Hampir semua organisme laut dapat
hidup pada daerah yang mempunyai perubahan salinitas yang sangat kecil, misalnya
daerah estuaria adalah daerah yang mempunyai salinitas rendah karena adanya
sejumlah air tawar yang masuk yang berasal dari daratan dan juga disebabkan karena
adanya pasang surut di daerah ini kisaran salinitas yang normal untuk kehidupan
organisme di laut adalah berkisar antara 30-35 ppm (Gosari, 2002). Salinitas
berperanan penting dalam kehidupan organisme, misalnya distribusi biota akuatik.
Untuk Pankton sendiri sanilitas yang toleran salinitas yang lebih besar dari 20 ppt
hidup plankton air laut.
90
5. Kecerahan
Pada titik 1 tingkat kecerahan 100 cm, pada titik 2 tingkat kecerahan 76 cm, pada
titik 3 tingkat kecerahan 31 cm, dan pada titik 4 sebanyak 65 cm. pada titik 3 dan 4
tingkat kecerahanna sangat rendah dikarenakan kurangnya cahaya matahari yang
masuk disuatu perairan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kecerahan Semakin
besar nilai kecerahan akan meningkatkan hasil produktifitas primer dalam bentuk
biomassa yang merupakan pendukung utama kehidupan komunitas pada lingkungan
tertentu.
6. Kekeruhan
Pada titin 1 nilai kekeruhan senilai 2,73 NTU, pada titik 2 senilai 2,22 NTU,
pada titik 3 sebanyak 2,61 NTU dan titik 4 sebanyak 2,43 NTU. Jadi tingkat
kekeruhan dari pantai serangan adalah keruh. Kekeruhan sangat mempengaruhi
perkembangan plankton, apabila kekeruhan tinggi maka cahaya matahari tidak dapat
menembus perairan dan menyebabkan fitoplankton tidak dapat melakukan proses
fotosintesis. Di pantai serangan sendiri tingkat kekeruhan cukup keruh akan tetapi
masih ada proses fotosintesis di dalam nya di karenakan masih mendapat cahaya
matahari.
91
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Komunitas plankton di badan perairan dipengaruhi oleh struktur ekologis
yang didiami oleh biota tersebut, semakin tinggi kelimpahan fitoplankton
maka semakin tinggi komunitas zooplankton dibadan perairan. Dari hasil
perhitungan kominitass plankton yang paling melimpah adalah dari kelas
Bacillariophyceae.
2. Kelimpahan fitoplankton dipengaruhi oleh faktor kimia yaitu, pH rata-rata
7,60-7,63 yang merupakan pH yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton.
Sedangkan suhu diperoleh sebesar 29,30C, salinitas sebesar 27,1 ppt, fiosfat
sebesar 0,324 mg/L, dan nitrat sebesar 0,948 mg/L. Faktor kimia tersebut
saling mempengaruhi keberadaan nitrat dan fosfat secara langsung
dipengaruhi oleh perubahan nilai pH, jika pH bersifat asam maka kandungan
oksign rendah, hal ini mempengaruhi kegiatan fitoplankton dalam suatu
perairan. Keseluruhan sifat kimia berada pada ambang sedang.
3. Struktur komunitas plankton dipengaruhi oleh faktor fisik lingkungan
perairan, parameter fisika rat-rata yaitu kecerahan dan kekeruhan, tingkat
kecerahan yang diperoleh tergolong rendah dan kekeruhan tergolong tinggi,
kedua parameter menunjukkan bahwa sifat fisik peraian yang dijadikan
tempat praktikum rendah.
4. Pada lokasi praktikum ditemukan bahwa adanya aktivitas wisatawan dan
masyarakat lokal yang berkunjung dikawasan tersebut. Adanya wisatawan
yang membuang sampah semabrangan mengakibatkan terjadinya pencemaran,
pada lokasi prkatikum ditemukan adanya sampah yang menumpuk disekitar
kawasan tersebut. Kondisi perairan lokasi praktikum tergolong tercemar
sesuai dengan indeks kenekaragaman yang dipeoleh rendah.
92
5.2 Saran
Dengan diketahuinya bahwa kondisi perairan pantai melasti sudah tercemar
dan mengalami penurunan kualitas air, dihimbau bagi selurah kalangan
masyarakat dan juga mahasiswa untuk menjaga kelestaraian kawasan pelestarian
manggrove.
93
DAFTAR PUSTAKA
Arinardi et al., 1997. Plankton; Fitoplankton dan Zooplankton. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kenisius,hlm. 57.
Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kenisius, hlm. 51
Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Buku 2. LIPI.
Jakarta.182 hal.
Nontji, Anugerah. 2008. Plankton Laut. Jakarta: LIPI Press
Nybakken J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Edisi kedua. PT
Gramedia. Jakarta.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa H.M.
Eidman,
Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta
Gramedia
Rohmimohtarto K. dan S. Juwana. 1999. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang.
Djambatan. Jakarta.
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Semarang : UNDIP
Sachlan. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro:
Semarang.
Soedirjan Resosoedarmo, dkk, Pengantar Ekologi cet 8, (Bandung :Remaja
Rosydakarya, 1992), hlm. 117.
Sumich, J. L. 1992. Introduction to the Biology of Marine Life. 5th Edition.
WCB,Wm. C. Brown Publishers, USA. 348 p.
94
LAMPIRAN
95