Disusun oleh :
Kelompok 2 / Kelautan
Rd. Salsa Dewi Kusuma 230210180008
Muhammad Haiman A. 230210180064
Farhan Taufiq Rahman 230210180066
Nur Hayati 230210180067
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Kelas Kelautan
Asisten Laboratorium
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum dengan judul
Osmoregulasi Pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ini
dengan baik.
Penyusunan laporan ini ditujukan untuk memenuhi syarat nilai praktikum mata kuliah
Eko-Fisiologi Hewan Laut di Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Laporan
ini dapat terselesaikan dengan baik oleh penyusun karena bantuan banyak pihak. Oleh sebab
itu, pada kesempatan kali ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada :
• Ibu Sri Astuty dan Bapak Walim Lili selaku dosen mata kuliah Eko-Fisiologi Hewan
Laut.
• Kang Adrian Cahyo dan dan Teh Irene Retno Cahya Prihastaningtyas selaku asisten
laboratorium mata kuliah Eko-Fisiologi Hewan Air.
• Semua pihak yang ikut membantu penysun dalam pembuatan laporan ini.
Meskipun sudah terselesaikan, kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih
banyak terdapat kekurangan. Sehingga sangat besar harapan kami bahwa semua pihak
khususnya pembaca bisa memberikan saran dan kritik membangun untuk meningkatkan
kualitas laporan ini kedepannya dan semoga bisa bermanfaat untuk semua pihak.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
No Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 6
1.2 Tujuan............................................................................................................. 1
1.3 Manfaat ........................................................................................................... 1
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1.1 Klasifikasi Ikan Bandeng
Berdasarkan ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas menurut Nelson (1984),
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Gonorhynchiformes
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
3
yang sesuai dapat bertahan hidup (Fujaya, 2004). Menurut Ville, et. al (1988), konsumsi
oksigen digunakan untuk menilai laju metabolisme ikan sebab sebagian besar energi berasal
dari metabolisme aerobik. Oksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk
berbagai metabolisme.
(Sumber: http://biologi-i.blogspot.com/2015/07/laporan-praktikum-anatomi-fisiologi_17.html)
4
2.3 Osmoregulasi
Osmoregulasi adalah menjaga keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut yang
ada di dalam tubuh. Proses ini dilakukan untuk mempertahankan keseimbangan antara jumlah
air dan zat terlarut pada tingkatan yang tepat karena adanya perbedaan konsentrasi. Jika
sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, sedangkan jika menerima
terlalu sedikit air maka sel akan mengerut serta mati. Proses inti dalam osmoregulasi yaitu
osmosis atau pergerakan air dari cairan yang mempunyai kandungan air lebih tinggi menuju
ke yang lebih rendah (Susilo dan Sukmaningrum, 2010).
Osmoregulasi adalah mekanisme pengaturan air dan ion dalam tubuh dengan
sejumlah mekanisme yang dilakukan untuk mengatasi problem osmotik dan mengatur
perbedaan diantara intra sel dan ekstra seldan diantara ekstra sel dengan lingkungan secara
kolektif, mekanisme osmoregulasi meliputi volume air, kandungan zat terlarutdan distribusi
zat terlarut (Evans, 1988).
a. Insang
Insang berfungsi mengambil garam dari lingkungan sekitar untuk menjaga agar tidak
dehidrasi. Sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel chloride yang terletak pada
5
dasar-dasar lembaran insang. Studi mengenai fungsi dan biokimiawi insang teleostei
mengindikasikan bahwa insang teleostei merupakan pompa ion untuk chloride (Cl-), sodium
(Na+) dan potasium (K+). Ion Na+ dibutuhkan dalam proses pemompaan NH+ dan H+ dari
dalam tubuh ikan ke lingkungannya. Penambahan NH+ ke lingkungan ikan akan berjalan
lambat bila pada waktu yang sama tingkat penambahan Na+ juga turun (Fujaya, 2004).
Korelasi antara amonium dan hidrogen dengan Na+, mirip korelasi yang ditemukan
pada Cl- dan HCO3-. Bilamana amonia melewati sel-sel chloride maka akan diekskresi oleh
insang setelah diubah menjadi amonium. Carbonic anhydrase juga hadir dalam peranannya
untuk menggabungkan H+ (dari HCO3-) dengan NH3 menjadi NH4. Perubahan ion ini
menyebabkan level amonia dalam darah ditemukan sangat rendah. Proses ini sangat penting
karena amonia merupakan produk ekskresi dari katabolisme protein yang dalam konsentrasi
nyata tidak dapat ditolerir (Fujaya, 2004).
Perubahan ion pada sel-sel Chlorida osearodrom berbeda dengan patdrom. Pada
diadrom selama migrasi antara air tawar dan air laut membran dan mitokondria sel
mengalami perubahan besar sehingga dapat bersifat seperti oseadrom bila berada di air laut
dan potadrom bila di air tawar (Yunus, 2009).
b. Ginjal
Fungsi utama ginjal yaitu mengekskresikan sebagian besar produk akhir metabolisme
tubuh dan mengatur konsentrasi bagian tubuh. Ginjal menyerap garam–garam, serta
mengeluarkannya ketika kondisi garam pada tubuh sudah terlalu banyak dalam bentuk urin.
Glomerolus berfungsi menyaring cairan, sedangkan tubulus mengubah cairan yang disaring
menjadi urin. Dengan demikian nefron dapat membersihkan atau menjernihkan plasma darah
dari zat-zat yang tidak dikehendaki ketika ia melalui ginjal. Filtrasi dapat terjadi pada
glomerolus karena jaringan kapiler glomerolus merupakan jaringan bertekanan tinggi
sedangkan jaringan kapiler peritubulus adalah jaringan bertekanan rendah (Tang, 2009).
c. Usus
Sumber utama air pada teleostei oseanodrom adalah dengan meminum air laut yamg
diperlukan untuk mengembalikan air yang hilang sebagai akibat dari difusi insang, ginjal, dan
lewat kulit. Setelah masuk ke dalam usus, dinding usus aktif mengambil ion-ion monovalen
(Na+, K+, Cl-) dan air, sebaliknya membiarkan lebih banyak ion-ion divalen (Mg++, Ca++,
SO4-) tetap di dalam usus sebagai cairan rektal agar osmolaritas usus sama dengan darah. Hal
6
ini penting dilakukan untuk menghindarkan air yang telah diserap usus kembali ke dalam
rektal (Fujaya, 2004).
Sebagaimana fungsi tubuh yang lain, keterlibatan beberapa organ osmoregulasi diatur
oleh hormon (Fujaya, 1999). Lebih lanjut dinyatakan bahwa kelenjar endokrin yang
bertanggung jawab terhadap proses osmoregulasi antara lain pituitary, ginjal, dan urophisis
melalui aksi beberapa hormonnya.
Hormon lain yang terlibat dalam osmoregulasi dan bekerja secara sinergis antara lain
growth hormone dan insulin-like growth factor, thyroxine, dan tri-iodothyrosine,
catecholamines, glucagon, somastomastin, stanniocalcin, urotensin, dan natriuretic peptides.
a. Hormon Prolaktin
Prolaktin disekresikan oleh sel-sel yang berada di kelenjar pituitari ikan dan berperan
penting dalam mencegah difusi Na+ keluar melalui membran permeable pada ikan-ikan air
tawar dan sebaliknya pada air laut.
b. Hormon Kortisol
Hormon steroid yaitu kortisol, diproduksi dalam sel-sel internal di ginjal bagian atas
(head kidney) dan berperan penting pada proses adaptasi ikan-ikan euryhaline pada perairan.
Kortisol pada ikan teleostei euryhaline berperan dalam mengekskresikan ion melalui insang
dengan menstimulasi sel-sel kloride untuk aktivitas proliferasi, diferensiasi, dan ekskresi
karena level plasma kortisol meningkat selama periode migrasi atau transfer dari air tawar ke
air laut (Morgan, 1997).
Oleh karena itu, kortisol dikenal sebagai “hormon air laut”. Lebih lanjut dilaporkan
pada beberapa penelitian terakhir menyatakan bahwa kortisol juga berperan dalam
osmoregulasi pada beberapa ikan air tawar.
7
2.3.3 Osmoregulasi pada Ikan Air Tawar dan Air Laut
8
b. Osmoregulasi pada Ikan Air Laut
9
5.4 Faktor yang Mempengaruhi Osmoregulasi
Toleransi suhu dan pertumbuhan optimal ikan dipengaruhi oleh salinitas karena
interaksi keduanya berpengaruh terhadap osmoregulasi. Samakin tinggi salinitas maka
semakin tinggi tekanan osmotiknya. Hal ini membuktikan bahwa salinitas berhubungan
dengan tekanan osmotik air (Gordon, 1982).
Tingkat osmotik yang diperlukan berbeda-beda. Ikan air tawar tidak mampu
beradaptasi terhadap lingkungan dengan salinitas tinggi karena sifatnya yang hiperosmotik.
Salinitas yang optimla bagi ikan air tawar adalah 20 ppt, karena pada salinitas ini konsentrasi
cairan tubuh ikan mendekati isoosmotik dengan konsentrasi cairan lingkungan. Perubahan
salinitas medium yang menyababkan perubahan osmolalitas plasma juga menghasilkan
perubahan kapasitas osmoregulasi (Gordon, 1982).
10
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.2.1 Alat
Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan saat praktikum:
Tabel 2. Alat-alat praktikum
No Nama Alat Fungsi
1. Akuarium Sebagai tempat ikan untuk dilakukannya penelitian
2. DO Meter Sebagai alat untuk mengukur kadar DO air
3. Refraktometer Sebagai alat untuk mengukur nilai salinitas air
4. Jaring kecil Sebagai alat untuk memindahkan ikan
5. Aerator Sebagai alat untuk menyupai oksigen pada akuarium
6. Neraca analitik Sebagai alat untuk menimbang bahan
7. Tissue Untuk membersihkan alat
8. Label nama Untuk melabeli akuarium
3.2.2 Bahan
Berikut ini adalah bahan-bahan yang digunakan saat praktikum:
Tabel 3. Bahan-bahan praktikum
No Nama Bahan Fungsi
1. Ikan bandeng Sebagai sampel ikan yang diuji
2. Ikan nila Sebagai sampel ikan yang diuji
3. Air tawar Sebagai media air tempat ikan tinggal
11
4. Garam Sebagai bahan untuk mempengaruhi nilai salinitas air
5. Akuades Sebagai bahan untuk mengkalibrasi alat
6. Pakan ikan Sebagai bahan untuk pakan sampel ikan uji
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan mengenai Osmoregulasi Pada Ikan
Bandeng (Chanos chanos) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) didapatkan hasil seperti
berikut:
Tabel 4. Hasil Pengamatan Praktikum Osmoregulasi Ikan Bandeng (Chanos chanos)
13
6 5 10 Tidak ada
7 6 0 Sedikit
8 7 - -
9 8 0 Cukup banyak
10 9 0 Sedikit
11 10 1 Cukup banyak
12 11 7 Sangat banyak
13 12 0 Sedikit
14 13 8 Sedikit
15 14 0 Sedikit
16 15 0 Sangat banyak
14
Massa pakan ikan = 210.29 x 3%
Massa pakan ikan = 420 x 3
100
Massa pakan ikan = 6.3087 gram
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan osmoregulasi pada ikan bandeng kelompok 2 yaitu dengan
salinitas yang cukup tinggi yakni 15 ppt memperlihatkan tingkah laku ikan yang pasif pada
awal pemindahan dikarenakan ikan masih beradaptasi dengan media dilingkungannya. Tetapi
beberapa saat setelahnya, ikan cenderung bergerak aktif. Pada hari ke 2 terdapat 2 ekor ikan
yang mati, disusul pada hari ke 3, 4 ekor lagi mati. Sehingga tidak ada seekor pun ikan yang
bertahan hidup. Dan yang terjadi pada kelompok lain pun sama, tidak ada seekor ikan pun
yang bertahan hingga 1 minggu pengamatan.
Menurut Legendre et al., (2000) dalam (Ath-thar dan Gustiono, 2010) menyatakan
bahwa kemampuan ikan untuk bertahan pada media bersalinitas tergantung pada kemampuan
untuk mengatur cairan tubuh sehingga ikan mampu mempertahankan tingkat tekanan osmotik
yang mendekati normal. Kemungkinan ikan yang berukuran lebih besar mempunyai
kemampuan mengatur cairan tubuh yang lebih baik. Kesempurnaan organ dari ikan uji
merupakan salah satu faktor utama yang mendukung keberhasilan dari adaptasi ikan-ikan uji
yang digunakan terhadap perlakuan yang diberikan.
Bandeng adalah ikan asli air laut yang dikenal sebagai petualang ulung walaupun
dapat hidup di tambak air payau, maupun dipelihara di air tawar. Ikan ini dapat berenang
mulai dari perairan laut yang salinitasnya tinggi, 35 ppt atau lebih (ini adalah habitat aslinya),
kemudian dapat masuk mendekat ke muara muara sungai (salinitas 15-20 per mil) dan dapat
masuk ke sungai dan danau yang airnya tawar. Sehingga bandeng digolongkan sebagai ikan
euryhaline. Dengan syarat, ia mampu beradaptasi dengan berkala, tidak secara tiba-tiba
berada di lingkungan yang salinitasnya tinggi. Jika seperti itu kecil kemungkinan ikan
bandeng akan bertahan hidup karena apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari kadar
garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan dan garam masuk
ke dalam darah, akibatnya ikan bandeng terdehidrasi dan akhirnya akan mati. (Rukmana,
1997).
15
Dan juga ikan bandeng adalah ikan yang memerlukan temperatur atau suhu air
optimal antara 15-40oC. Apabila temperatur air kurang, ikan bandeng bisa stres dan akhirnya
mati. Perairan disekitar ikan bandeng pun harus dalam keadaan jernih agar memudahkan
dalam ia dalam bernafas, jika kondisi airnya keruh, maka ia akan sulit untuk bernafas dan air
yang masuk kedalam insang akan tercampur pasir. Sedangkan keadaan air dalam percobaan
sangat keruh akibat feses mereka dan terdapat busa dipermukaan yang bercampur lender dan
ditambah padat penebaran pakanyang terlalu tinggi sehingga pakan yang terlalu lama dalam
air berubah menjadi toxic.
Penggunaan dosis pakan yang tinggi akan berdampak pada menurunnya kualitas air
budidaya dikarenakan semakin bertambahnya tingkat buangan dari sisa pakan dan kotoran
(feses). Peningkatan kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan sehingga pada
kepadatan tertentu pertumbuhan akan terhenti karena telah mencapai titik carrying capacity
(daya dukung lingkungan). Peningkatan padat penebaran akan diikuti dengan peningkatan
jumlah pakan, buangan metabolisme tubuh, konsumsi oksigen dan dapat menurunkan kualitas
air. Penurunan kualitas air akan mengakibatkan ikan menjadi stress sehingga pertumbuhan
menurun dan ikan rentan mengalami kematian (Sidik, 1996).
Pada saat ikan sakit, luka atau stres, proses osmosis akan terganggu sehingga air akan
lebih banyak masuk ke dalam tubuh ikan dan garam lebih banyak keluar dari tubuh.
Akibatnya beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya
meningkat. Apabila hal tersebut terus berlangsung dapat menyebabkan ginjal menjadi rusak
sehingga ikan mati (Yunus, 2009).
Sedangkan dari lendir yag dihasilkan pada pengamatan ikan bandeng tergolong
banyak. Pada pengamatan saat ikan mati sebanyak 6 buah, terlihat ikan yang mati matanya
berwarna merah tubuhnya berlendir. Hal tersebut dikarenakan ikan bandeng yang sebelum
kematiannya mengeluarkan lendir untuk mempertahankan bentuk tubuhnya. Lendir juga
berfungsi sebagai pertahanan tubuh, Pada ikan sistem pertahanan itu berupa lendir, sisik, dan
kulit (Bruno & Wood, 1999).
Pada percobaan kedua yakni ikan nila dengan perlakuan diberi salinitas sebanyak 1
ppm memperlihatkan tingkah laku yang pasif sedari awal hingga beberapa menit kemudian.
Selang beberapa waktu, ikan-ikan nila mulai berenang ke permukaan dikarenakan mereka
membutuhkan oksigen, serta mengeluarkan cukup banyak feses.
16
Sebagai organisme air ikan nila memerlukan kadar oksigen terlarut yang tersedia di
dalam air. Kadar oksigen yang cukup baik untuk ikan nila berkisar antara 3 – 5 ml/L
(Djarijah, 2002). Dan kadar salinitas selama penelitian berkisar antara 10‰, 20‰, 30‰, dan
0 masih dalam batas toleransi benih ikan nila merah tumbuh dan bertahan hidup. ikan nila
dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14 – 38 °C. Untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan, suhu optimum bagi ikan nila adalah 25 – 30°C (Wahyurini, 2005).
Cara berenang pasif pada ikan tergantung dengan aktivitas fisiologis seperti
penggunaan energi, kadar DO dan juga salinitas atau perlakuan yang diberikan. Beberapa
penulis lainnya me-ngemukakan adanya hubungan yang erat antara aktivitas renang dengan
aktivitas fisiologis seperti penggunaan energi, konsumsi oksigen dan suhu badan (Lagler et
al,. 1977).
Sedangkan dari lendir yag dihasilkan pada pengamatan tergolong sedikit dikarenakan
ikan tidak perlu mempertahankan bentuk ikan dari tekanan yang diberikan oleh air, pada
pengamatan saat ikan mati sebanyak 10 buah, terlihat ikan yang mati tubuhnya terkoyak, hal
tersebut bisajadi dikarenakan ikan mati tidak mengeluarkan lender untuk mempertahankan
bentuk tubuhnya. Lendir juga berfungsi sebagai pertahanan tubuh, Pada ikan sistem
pertahanan itu berupa lendir, sisik, dan kulit (Bruno & Wood, 1999).
Alasan terbesar mengapa ikan pada percobaan tidak ada yang hidup adalah karena
kami lupa memberi makan saat hari ke 3 sehingga pada hari ke 5 semua ikan mati.
Keterlambatan memberi pakan sehingga membuat metabolisme ikan melambat, kelaparan
dan mati. Berbeda dengan kelompok 1 (0 ppt), 3 (2 ppt), 5 (4 ppt), 6 (5 ppt), 11 (10 ppt), 12
(11 ppt), 14 (13 ppt) yang ikannya masih bertahan hingga hari ke 7 pengamatan dengan nilai
salinitas yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa ikan nila dapat melakukan
osmoregulasi dengan baik dengan variasi salinitas ±1-13 ppt.
17
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Ikan bandeng dan ikan nila adalah ikan digolongkan sebagai ikan euryhaline yakni
dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam yang tinggi. Hal ini dengan syarat, ia mampu
beradaptasi dengan berkala, tidak secara tiba-tiba berada di lingkungan yang salinitasnya
tinggi. Jika seperti itu kecil
Dari hasil pengamatan pertama terlihat ikan bandeng dari semua kelompok tidak ada
satupun yang hidup. Hal ini dikarenakan suasana salinitas lingkungan airnya yang berubah
mendadak, yakni 15 ppt. Hal ini mengakibatkan air akan keluar dari tubuh ikan dan garam
masuk ke dalam darah, akibatnya ikan bandeng terdehidrasi dan akhirnya akan mati.
Pergerakan ikan bandeng pun pasif dan lendir yang awalya hanya ada sedikit menjadi
banyak.
Dari hasil pengamatan kedua yakni ikan nila mati semua pada salinitas sebesat 1 ppt.
Hal ini dikarenakan keterlambatan memberi pakan sehingga membuat metabolisme ikan
melambat, kelaparan dan mati. Pergerakan ikan nila pun pasif dan lendir yang konsta yaitu
sedikit. Didapatkan pula dari hasil semua kelompok yakni ikan nila dapat melakukan
osmoregulasi dengan baik dengan variasi salinitas ±1-13 ppt, hal ini menunjukkan bahwa
studi literatur terbukti.
5.2 Saran
Pengamatan seharusnya dilakukan dengan waktu yang tepat, kesalahan pengamatan
yang tidak pas selama 24 jam bisa jadi memicu kesalahan pada data, jadi pengamatan
seharusnya dilakukan lebih tepat waktu agar data yang dihasilkan lebih baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Saparinto, M. C. 2009.Yogyakarta: Laju Konsumsi Oksigen.
Sidik, A.S. 1996. Pemanfaatan Hidroponik dalam Budidaya Perikanan Sistem Resirkulasi
Air Tertutup. Samarinda: Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman, 43 hlm.
Sudrajat, A. 2008. Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Susilo, U dan Sukmaningrum, S. 2010. Osmoregulasi Ikan Sidat Anguilla bicolor Mc
Clelland Pada Media Dengan Salinitas Berbeda. Sains Akuatik 10 (2) : 111-119.
Tang, H,C. 2009. Journal of Constant Muscle Water Content and Renal HSP90 Expression
Reflect Osmotic Homeostasis in Euryhaline Teleosts Acclimated to Different
Environmental Salinities. Taiwan.
Wahyurini T.E. 2005. Pengaruh Perbedaan salinitas Air Terhadap Tingkat Kelangsungan
Hidup benih Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). [Jurnal]. Porgram Studi
Agrobisnis perikanan. Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura.
Yunus. 1975. Kualitas Air untuk Akuakultur. Bogor: Fakultas Perikanan IPB.
Yunus. 2009. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola
Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Program
Pascasarjana. Semarang: Universitas Diponegoro.
20
LAMPIRAN
21
Lampiran 1. Alat yang digunakan
22
Lampiran 2. Bahan yang di gunakan
Pakan ikan
(Sumber: Dokumentasi
pribadi)
23
Lampiran 3. Prosedur Praktikum
A. Persiapan Media
Ikan bandeng dan nila diambil sesuai perlakuan (Ikan bandeng 6 ekor, ikan
nila 10 ekor)
24
Lampiran 4. Kegiatan Praktikum
25
5. Pengukuran salinitas dengan menggunakan
refraktometer
26
Lampiran 5. Tabel Hasil Pengamatan
27
2