Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nur Hayati

NPM : 230210180067
Shift : 01 (Ganjil)

Analisis Hubungan Arah Arus dengan Tinggi Permukaan Laut pada Selatan Pulau Jawa

Gambar 1. Data Visual Arah dan Tinggi Arus Daerah Selatan Pulau Jawa

Data visualisasi pada gambar 1 didapatkan dari https://coastwatch.pfeg.noaa.gov dan telah


diolah dan dianalisis menggunakan aplikasi ODV (Ocean Data View). Gambar 1 mevisualisasikan
wilayah lautan selatan Pulau Jawa yang termasuk sebagian dari samudera Hindia. Data yang
digunakan adalah data pada tanggal 15 Agustus 1999. Data visualisasi memaparkan arah vektor
arus dan mevisualisasikan tinggi permukaan air laut dari skala warna, mulai dari 3 hingga 3,4 m.
Terlihat terdapat 2 arus eddy yang jelas. Yang pertama ada dibagian kiri atas dan juga
kanan atas, arah putarannya searah jarum jam. Pada pusat putaran memiliki tinggi permukaan laut
yang lebih rendah dibandingkan daerah pusaran lainnya. Dari gambar tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa eddy yang searah dengan arah jarum jam akan menimbulkan tinggi permukaan
laut menjadi lebih rendah (dengan ditandainya perubahan warna kedalaman), dan ketika ada
bagian permukaan air laut yang lebih rendah, akan terjadi upwelling karena kekosongan massa air.
Upwelling sendiri merupakan gerak vertikal arus laut dari dasar laut yang memiliki temperatur
yang dingin serta kaya akan nutrisi, ke arah permukaan laut (Azis, 2004).
Pada arus eddy sebelahnya yang berlawan arah, pada pusat pusaran memiliki tinggi
permukaan yang lebih tinggi dibandingkan bagian pusaran lainnya. Terlihat pula arus eddy ketiga
bentuknya tidak sebulat eddy pertama, yakni bentuknya agak sedikit oval. Dari hal tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa eddy yang berlawanan arah jarum jam akan menimbulkan tinggi
permukaan laut menjadi lebih tinggi, sehingga akan ada penumpukan massa air di permukaan air
laut dan menyebabkan downwelling. Downwelling merupakan gerak vertikal dari permukaan laut
yang hangat ke arah bawah yang membawa kandungan senyawa oksigen (Azis, 2004).
Adanya arus eddy pada hasil gambar tersebut disebabkan karena stress angina dan
kecepatan angina, sehingga jika semakin tinggi gaya coriolos akan semakin tinggi pula
kemungkinan eddy terbentuk. Arus tidak bergerak searah dengan arah angin tetapi dibelokan ke
arah kanan dari arah angin di belahan bumi utara dan arah kiri di belahan bumi selatan. Jadi angin
dari selatan (di belahan bumi utara) akan membangkitkan arus yang bergerak ke arah timur laut.
Arus yang dibangkitkan angin ini kecepatannya berkurang dengan bertambahnya kedalaman dan
arahnya berlawanan dengan arah arus di permukaan. Aktivitas dari gaya coriolis akan
menyebabkan pusaran yang ada pada gambar 1 yang dinamakan arus eddy. Banyaknya arus eddy
yang terjadi juga disebabkan karena pada bulan Agustus merupakan musim peralihan 1 dimana
arah angina tidak sekonsisten pada muson barat maupun muson timur (Supangat dan Susanna,
2003).

Gambar 2. Angin yang menimbulkan upwelling di belahan bumi selatan

Diantara dua arus eddy pada gambar tersebut, terlihat terdapatnya dua arus yang bergerak
dari arah timur menuju barat. Walaupun memiliki arah yang sama, terdapat garis batas yang cukup
jelas yang membedakan tinggi permukaan laut. Perbedaan yang ada kurang lebih sekitar 0,1 m.
Arus tersebut merupakan Arus Khatulistiwa Selatan (AKS) yang bergerak dari Australia bergerak
kearah barat menuju Samudera Hindia Selain AKS, ada juga ARLINDO yang memiliki arah
pergerakan arus yang sama dengan AKS. Perbedaan tinggi permukaan laut disebabkan karena
pusaran eddy itu sendiri yang membawa ketinggian permukaan lautnya masing-masing sehingga
menyebabkan perbedaan tinggi permukaan air laut pada AKS. Terlihat pada AKS pun terdapat
daerah pertemuan dua tinggi permukaan laut dan daerah campuran dari pertemuan keduanya.
Menurut Nining (2002), eddy adalah pusaran massa air di laut yang dapat terbentuk di
sepanjang batas arus samudera. Eddy muncul akibat adanya dorongan arus yang terhalang oleh
topografi pulau sehingga terbentuk suatu pusaran besar massa air. Terdapat dua tipe arus eddy, tipe
pertama adalah yang terbentuk akibat interaksi aliran arus dengan topografi, dan yang kedua
adalah akibat angin (Mann, 2006). Arus eddy yang bergerak berlawan jarum jam menimbulkan
downwelling, hal ini disebabkan gaya Coriolis yang membelokkan arus ke kiri di BBS (Belahan
Bumi Selatan), sehingga massa air bergerak menuju pusatnya (konvergensi). Proses konvergensi
menyebabkan terjadinya penumpukkan massa air, sehingga air cenderung bergerak turun menuju
ke kedalaman laut (downwelling). Arus eddy yang bergerak searah jarum jam menimbulkan
upwelling, hal ini disebabkan adanya gaya Coriolis yang membelokkan arus ke kiri di BBS,
sehingga masa air akan bergerak menjauhi pusatnya (divergensi). Proses divergensi menyebabkan
terjadinya kekosongan massa air dibagian pusatnya, sehingga massa air akan bergerak dari lapisan
dalam menuju ke permukaan laut (upwelling) (R, Setiyono, & Helmi, 2015).

Gambar 3. Skematik gerakan eddy dan akibatnya terhadap pergerakan vertical massa air di bumi belahan
selatan (Ganachaud, 2011)

Arus merupakan AKS mengalir dari barat daya Australia dan terjadi sepanjang tahun
bergerak ke arah barat Madagaskar. AKS juga menyebabkan tingginya TPL karena aliran AKS
mengalir kuat pada bulan ini. Frekuensi eddy pada selatan Jawa juga dipengaruhi akibat interaksi
ketidakseimbangan arus akibat AKS dan Arlindo (Pranowo, Tussadiah, Syamsuddin, Purba, &
Riyantini, 2016). Analisis ini menunjukkan bahwa eddy di selatan Jawa dapat terjadi pada musim-
musim peralihan dan sangat dipengaruhi oleh anomali muka laut dan kecepatan angin. Pada musim
normal tidak terbentuk eddy di selatan Jawa karena angin yang berarah konstan. (Ismoyo & Putri,
2014)
Kesimpulan yang dapat diambil praktikan yakni arus eddy merupakan arus yang muncul
akibat adanya dorongan arus yang terhalang oleh topografi pulau sehingga terbentuk suatu pusaran
besar massa air. Faktor penyebab Arus eddy pada selatan Jawa disebabkan oleh AKS, ARLINDO,
gaya Coriolis dan stress angin. Dampak dari arus eddy yang bergerak berlawan jarum jam
menimbulkan downwelling, Arus eddy yang bergerak searah jarum jam menimbulkan upwelling.
Perbedaan TPL pada arus yang mengarah ke barat terjadi karena interaksi ketidakseimbangan arus
akibat AKS dan Arlindo.
Bibliography
Azis, M. Furqon. 2006. Gerak Air Dilaut. Jurnal Oseana. Volume XXXI nomor 4, tahun 2006 :
9-21.
Ganachaud, A. (2011). Observed and Expected Changes to The Tropical Pacific Ocean.
Vulnerability of Tropical Pacific Fisheries and Aquaculture to Climate Change, 101-187.
Ismoyo, D. O., & Putri, M. R. (2014). Identifikasi Awal Eddies di Perairan Selatan Jawa.
Oseanografi Indonesia, 12-21.
Mann, K. L. (2006). Dynamics of Marine Ecosystems. Biological-Physical Interactions in the
Oceans, 444.
Nining, S. N. 2002. Oseanografi Fisis. Kumpulan Transparansi Kuliah Oseanografi Fisika,
Program Studi Oseanografi, ITB.
Pranowo, W. S., Tussadiah, A., Syamsuddin, M. L., Purba, N. P., & Riyantini, I. (2016).
Karakteristik dan Variabilitas Eddy di Samudera Hindia Selatan Jawa. Jurnal Segara,
159-165.
R, R. D., Setiyono, H., & Helmi, M. (2015). Arus Geostropik Permukaan Musiman berdasarkan
Data Satelit Altimetri Tahun 2012-2013 di Samudera Hindia. Jurnal Oseanografi, 756-
764. (1983).
Supangat, A. dan Susanna. 2003. Pengantar Oseanografi. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber
Daya Non Hayati: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai