Anda di halaman 1dari 17

OSEANOGRAFI UMUM DI PANTAI KETAPANG KABUPATEN

PESAWARAN
(Laporan Praktikum Oseanografi Umum)

Oleh
Afif Fahza Nurmalik
1754221004
Kelompok 4

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Afif Fahza Nurmalik


NPM : 1754221004
Judul Praktikum : Oseanografi Umum Di Pantai Ketapang
Kabupaten Pesawaran
Tanggal Praktikum : 29 Maret – 1 April 2018
Tempat Praktikum : Pantai Ketapang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten
Pesawaran
Program Studi : Ilmu Kelautan
Jurusan : Perikanan dan Kelautan
Fakultas : Pertanian
Universitas : Universitas Lampung
Kelompok : 4 (Empat)

Bandar Lampung, 18 April 2018


Mengetahui,
Asisten Dosen I Asisten Dosen II

Muhammad Royhan Ahbari S. Cheline Anugerah Naibaho


NPM 1614201021 NPM 1614201009
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Oseanografi merupakan bidang ilmu yang memaparkan kondisi lautan


yang secara umum menjelaskan aspek utama laut mulai dari gambaran
dasar laut, sifat dasar fisika dan kimia air laut serta dinamika pergerakan
massa air laut seperti arus (sirkulasi massa air), gelombang dan pasang
surut serta proses biologi dan produktivitas yang terjadi di laut. Secara
spesifikasi empat bidang utama oseanografi adalah geologi, biologi, kimia
dan fisika. (Nondji, 2007)

Parameter utama dalam oseanografi umum antara lain parameter fisika


(suhu, arus, gelombang, dan pasang surut), Parameter tersebut merupakan
penentu karakteristik lautan yang paling utama dimana suhu
mencerminkan kondisi cuaca dan iklim pada perbedaan penerimaan
intensitas cahaya matahari di darat maupun di laut, arus menentukan
kondisi pergerakan massa air di lautan, gelombang menentukan arah angin
dan kecepatannya di laut, pasang surut menentukan tipe berdasarkan gaya
gravitasi bulan dan letak lintang, salinitas menentukan kadar garam dan
mineral-mineral dari proses sedimentasi pada wilayah tersebut, serta DO
(oksigen terlarut) menentukan bagaimana kadar oksigen pada daerah
tersebut. (Dianovita, 2011)

Lokasi yang digunakan untuk mengambil sampel dari parameter ini adalah
di Pantai Ketapang kecamatan Padang Cerimin Kabupaten Pesawaran.
dengan koordinat S 5°35’31.6644” E 105º14’7.4364” terletak 32,8 km
arah Timur dari kota Bandar Lampung merupakan kawasan yang terletak
di Teluk Ratai, sehingga bisa untuk menentukan parameter parameter
tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membandingkan kondisi yang


sebenarnya dengan kondisi dari hasil praktikum laboratorium.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lokasi Pantai Ketapang

Pantai Ketapang terletak di Desa Ketapang (Batu Menyan) Kecamatan


Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Pantai ini bisa ditempuh 40-60 menit
dari pusat Kota Bandar Lampung menggunakan kendaraan roda dua maupun
roda empat. Jalanan yang akan Anda lewati lumayan mulus hanya di beberapa
bagian saja yang jalannya kurang terurus. Sepanjang jalan menuju kawasan
pantai ini Anda akan disuguhi dengan deretan pantai-pantai lainnya yang
terletak di pesisir Teluk Lampung ini. Pantai yang juga dikenal dengan nama
Pantai Ketapang ini terletak paling ujung di Desa Ketapang. Di kawasan ini
hanya ada tiga rumah warga. Namun, sebelum memasuki pantai ini Anda akan
banyak menemukan rumah penduduk.
2.2 Pasang Surut

Menurut Oktavinta (2009), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik


turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda
angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. dan pasang
surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya
tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan
bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih
jauh atau ukurannya lebih kecil. Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya
tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah
luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi
berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik
matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih
dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke
arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh
deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari (Oktavianta, 2009).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori


kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap
matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori
dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya
coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal
yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut,
lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki
ciri pasang surut yang berlainan. Bulan dan matahari keduanya memberikan
gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada
besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan
gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan
karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih
dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71%
permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan.
Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air
yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan
permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi
matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih
kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut
selama periode sedikit di atas 24 jam (Rampengan, 2009).

2.3 Panjang Gelombang

Panjang gelombang adalah jarak mendatar antara dua puncak dan lembah.
Sedangkan periode gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak
yang berurutan untuk melalui satu titik. Ukuran besar kecilnya gelombang
umumnya ditentukan berdasarkan tinggi gelombang. Antara panjang
gelombang dengan tinggi gelombang tidak terdapat suatu hubungan yang
pasti. Akan tetapi gelombang yang mempunyai panjang yang jauh akan
mempunyai kemungkinan mencapai gelombang yang tinggi pula. Pengukuran
panjang gelombang dilakukan oleh dua orang praktikan dengan menggunakan
tali rafia. Pada saat gelombang datang pada orang pertama, lalu orang kedua
mengikuti gelombang tersebut. Saat gelombang kembali datang ke orang
pertama, maka orang kedua berhenti. Lalu di ukur panjang gelombangnya.
Pengukuran ini dilakukan sebanyak 3 kali. (Diposaptono, 2009)

Panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak atau dua lembah
gelombang berturut-turut. Panjang gelombang dapat diukur dengan melihat
waktu yang dibutuhkan oleh puncak gelombang. Berikutnya yang melalui satu
titik kemudian dicatat jarak atau panjang gelombang dari waktu yang
diperlukan dua gelombang puncak tersebut. Gelombang laut telah menjadi
perhatian utama dalam catatan sejarah. Namun, sampai sekarang, pengetahuan
tentang mekanisme pembentukan gelombang dan bagaimana gelombang
berjalan di lautan masih belum sempurna. Ini sebagian karena pengamatan
karakteristik gelombang di laut sulit dilakukan dan sebagian karena model
matematika tentang perilaku gelombang didasarkan pada dinamika fluida
ideal, dan perairan laut tidak sepenuhnya ideal. Maka dari itu saat mengukur
panjang gelombang faktor angin mempengaruhi panjang atau tidaknya suatu
gelombang, (Romomohtarto, 2009)

2.4 Tinggi Gelombang

Tinggi gelombang (H) adalah perubahan tinggi secara vertikal antara puncak
gelombang dan lembahnya. Tinggi gelombang adalah dua kalinya amplitudo
gelombang (a). Panjang gelombang (L) adalah jarak antara dua rangkaian
puncak gelombang (atau memalui 2 puncak berturut-turut). Kecuraman
idefinisikan sebagai pembagian tinggi gelombang dengan panjang gelombang
(H/L) seperti terlihat dalam Gambar 1, kecuraman tidak sama dengan
kemiringan/ slope antara puncak gelombang dan lembahnya.Interval waktu
antara dua puncak yang berurutan yang melalui suatu titik tetap disebut
sebagai perioda (T), dan diukur dalam detik. Jumlah puncak (atau jumlah
lembah) yang melewati suatu titik tetap tiap detik disebut frekuensi (f).
(Gusrina, 2008)

Menurut Ekariadi (2014) antara panjang dan tinggi gelombang tidak ada satu
hubungan yang pasti akan tetapi gelombang mempunyai jarak antar dua
puncak gelombang yang makin jauh akan mempunyai kemungkinan mencapai
gelombang yang semakin tinggi. Tinggi gelombang rata-rata yang dihasilkan
oleh angin merupakan fungsi dari kecepatan angin, waktu dimana angin
bertiup, dan jarak dimana angin bertiup tanpa rintangan.Umumnya semakin
kencang angin bertiup semakin besar gelombang yang terbentuk dan
pergerakan gelombang mempunyai kecepatan yang tinggi sesuai dengan
panjang gelombang yang besar. Gelombang yang terbentuk dengan cara ini
umumnya mempunyai puncak yang kurang curam jika dibandingkan dengan
tipe gelombang yang dibangkitkan dengan angin yang berkecepan kecil atau
lemah. Saat angin mulai bertiup, tinggi gelombang, kecepatan, panjang
gelombang seluruhnya cenderung berkembang dan meningkat sesuai dengan
meningkatnya waktu peniupan berlangsung. (Ekariadi, 2014)

2.5 Periode Gelombang

Periode gelombang adalah sejumlah besar gelombang yang melintasi suatu


titik dalam suatu waktu tertentu, biasanya didefinisikan dalam satuan detik,
namun pada praktikum kali ini, periode gelombang menggunakan satuan
waktu menit. Angin yang berhembus sangat kencang akan menyebabkan
terjadinya gelombang yang cepat dan besar. Pasang surut juga merupakan
salah satu pengaruh periode gelombang, saat pasang periode gelomnbang
besar, saat surut periode gelombang sedikit. periode gelombang adalah waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan satu gelombang. Jadi bisa disimpulkan
rumus untuk mencari periode gelombang adalah waktu yang dibutuhkan
dibagi jumlah gelombang. Dalam Sistem Internasional (SI), periode
dilambangkan dengan T dan memiliki satuan sekon (s). Pada video selanjut
saya akan membahas tentang besaran-besaran gelombang lainnya seperti
frekuensi gelombang, panjang gelombang dan cepat rambat gelombang. Anda
bisa klik link videonya di bawah ini. (Irwan, 2016)

Periode gelombang dalam mengukur suatu gelombang pada air laut bisa
dipengaruhi oleh angin. Frekuensi gelombang atau periode gelombang adalah
sejumlahbesar gelombang yang melintasi suatu titik dalam suatu waktu
tertentu, biasanya didefinisikan dalam satuan detik, namun pada praktikum
kali ini, periode gelombang menggunakan satuan waktu menit. Angin yang
berhembus sangat kencang akan meyebabkan terjadinya gelombang yang
cepat dan besar. Pasang surut juga merupakan salah satu pengaruh periode
gelombang, saat pasang periode gelomnbang besar, saat surut periode
gelombang sedikit. Pengukuran periode gelombang dilakukan sebelum
gelombang itu pecah yang artinya tidak dilakukan perhitungan jika gelombang
pecah. (Wirasatriya, 2006)

2.6 Sudut Reflaksi

Refraksi gelombang yaitu merupakan peristiwa pembelokan gelombang yang


diakibatkan oleh perubahan kedalaman air pada saat gelombang menjalar ke
garis pantai. Pembiasan gelombang biasanya terjadi ketika gelombang
menyebrangi perbatasan dua medium yang berbeda. Mula-mula gelombang
laut merambat melalui air laut. Ketika mendekati garis pantai, permukaan laut
tentu semakin dangkal. Pada saat gelombang memasuki bagian laut yang
dangkal, laju gelombang menjadi berkurang. Berkurangnya laju gelombang
laut mengakibatkan terjadinya pembelokkan arah perambatan gelombang
(gelombang laut dibiaskan). Dengan kata lain, berkurangnya laju gelombang
laut ketika memasuki bagian laut yang dangkal menyebabkan gelombang laut
dibelokkan hingga sejajar garis pantai. (Dicky, 2017)

Refraksi gelombang dianalisa untuk mengetahui dan memprediksi arah


datangnya gelombang pada saat ia menghampiri pantai. Hal ini sangat penting
dalam memahami proses dinamika pantai dan menjaga kestabilannya. Besar
sudut gelombang dan tinggi gelombang yang datang pada gilirannya
menentukan besar sediment transport yang terjadi dalam arah sejajar dan tegak
lurus pantai. Informasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk memperkirakan
besar dan arah erosi ataupun akresi di suatu pantai. Sifat refraksi gelombang
saat dipengaruhi oleh perubahan kedalaman air yang mereduksi kecepatan
gelombang dan mengakibatkan pembelokan. (Poerbondonodan, 2005)

2.7 Kemiringan Pantai

Kemiringan pantai ditentukan dengan cara mengukur perbedaan ketinggian


pada dua titik horizontal yang jarak antara kedua titik telah diketahui.
Kemiringan pantai sangat berperan dalam drainase air terutama dalam usaha
budidaya pantai. Kemiringan yang sangat besar sangat tidak baik buat
budidaya. Sebaliknya, pantai yang datar cukup menyulitkan dalam proses
pengeringan kolam tambak. Pantai yang landai menyebabkan jangkauan
pasang surut mencapai ratusan meter, sedangkan pantai yang terjal
menyebabkan jangkauan pasang surut hanya mampu mencapai beberapa puluh
meter saja. Tipe kemiringan pantai ada 3, yaitu: datar (± 5%), landai (± 10%)
dan curam (± 20%) (Triatmodjo, 2011).

Pengukuran kemiringan pantai dilakukan untuk mengetahui jenis pantai dan


penyebab terbentuknya pantai. Hasil pengukuran dapat digunakan sebagai
pedoman pelestarian dan pemanfaatan pantai selanjutnya. Kemiringan pantai
diukur berdasarkan jarak antara vegetasi yang mewakili batas daratan hingga
bibir pantai sebagai batas lautan. Pengukuran dilakukan terhadap tiga vegetasi
berbeda yang terdekat dengan bibir pantai. kemiringan dapat dinyatakan
dalam derajat maupun persen. Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang
mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk kemiringan 10%. Kecuraman
sebesar 100% sama dengan kecuraman 45o. (M. Iskandar, 2017)

2.8 Kecepatan Arus

Jenis-jenis arus dibedakan menjadi dua bagian yaitu berdasarkan penyebab


terjadinya dan berdasarkan kedalaman. Arus berdasarkan penyebab terjadinya
diantaranya arus ekman, arus termohalin, arus pasut, arus geostropik, dan
wind driven current. Sedangkan arus berdasarkan kedalaman diantaranya arus
permukaan dan arus dalam. Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua
faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
diantaranya adalah perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan
gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal yaitu gaya tarik matahari dan
bulan yang dipengaruhi oleh gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya
gravitasi, gaya tektonik dan angin. (Indriawan, 2006)

Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkaan arus pantai yang
berpengaruh terhadap proses sedimentasi/ abrasi di pantai. Pola arus pantai ini
ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang
yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang itu cukup besar, maka akan
terbentuk arus pantai yang disebabkan oleh perbedaan tekanan hidrostatik.
arus dipengaruhi oleh kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan
menyebabkan arus semakin kuat dan semakin dalam mempengaruhi lapisan
air.(Nondji,2017)
III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Oseanografi kali ini dilaksanakan di sekitar wilayah Pantai


Ketapang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Wilayahnya
dibagi menjadi dua wilayah pengamatan. Wilayah pertama pengamatan
dilakukan di sekitar tengah laut hampir kearah palung untuk melakukan
gelombang pasang surut. Wilayah kedua dilakukan pengamatan di pantai
pinggiran pantai ketapang untuk melakukan pengamatan gelombang,
kemiringan pantai dan parameter lainnya.. Khusus untuk pengamatan pasang
surut dilakukan sejak tanggal 29 Maret 2018 pada pukul 17.00 WIB hingga 2
April 2018 pukul 17.00 per 60 menit. Selebihnya pengamatan hanya dilakukan
di Pantai Ketapang saja.

3.2 Alat dan Bahan

Alat alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi Umum adalah sebagai
berikut :

1. Tiang Pancang 9. Alat tulis


2. Pelampung 10. Botol Pelampung
3. Senter 11. Tali rafia
4. Sepatu karet 12. Pedoman Praktikum
5. Stopwatch 13. Tiang ukur
6. Kompas 14. Roll meter
7. Busur kayu 15. Papan ujian
8. Kertas kalkir 16. Alat Snorkel

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pasang Surut

Pada praktikum kali ini digunakan metode sebagai berikut :


1. Disiapkan alat berupa Tiang pancang
2. Dilakukan pemasangan Tiang pancang pada daerah yang terhindar dari
gerak naiknya air laut dan pada tempat yang mudah diamati
3. Kemudian dicatat hasil pengamatan berupa ketinggian air setiap 1 jam
dalam interval waktu 72 jam.

3.3.2 Panjang Gelombang

Pada praktikum panjang gelombang, digunakan cara sebagai berikut :


1. Disiapkan alat berupa tali rafia yang dihubungkan dengan salah satu
praktikan.
2. Kemudian diantara dua praktikan tersebut dipersiapkan untuk berdiri
disaat gelombang mencapai titik puncak, sedangkan praktikan yang lain
mengejar puncak gelombang berikutnya.
3. Jarak antara kedua praktikan dihubungkan dengan tali rafia dan kemudia
dikonversi kedalam satuan ukuran yang berlaku, dan pengukuran
dilakukan di beberapa titik lokasi yang sudah ditemukan.

3.3.3 Tinggi Gelombang

Pada praktikum tinggi gelombang, digunakan cara sebagai berikut :


1. Disiapkan alat dan bahan berupa tiang ukur,
2. Diukur titik pengamatan menggunakan roll meter
3. Diletakkan tiang ukur pada titik tersebut, dicatat hasil yang terdapat pada
tiang ukur.
4. Tinggi gelombang didapatkan dengan mengurangi nilai tertinggi
gelombang dengan nilai tinggi gelombang terendah.
5. Dilakukan pengukuran di beberapa titik lokasi yang sudah ditentukan

3.3.4 Periode Gelombang

Pada praktikum periode gelombang, digunakan cara pengukuran sebagai


berikut :
1. Disiapkan alat dan bahan berupa Stopwatch
2. Praktikan masuk ke dalam air dan dilakukan pengamatan dengan cara
mencatat banyaknya gelombang yang menerpa tubuh praktikan.
3. Pengukuran dilakukan sebelum gelombang itu pecah
4. Pengukuran dilakukan di beberapa titik lokasi yang ditentukan.

3.3.5 Sudut Reflaksi

Pada praktikum sudut refraksi, dilakukan dengan cara sebagai berikut :


1. Disiapkan alat dan bahan berupa kertas kalkir yang masih bersih dan
belum terkena air dan kemudian spidol
2. Dilakukan pengamatan dengan cara melihat gelombang yang datang
kemudian menandai gelombang yang terkena kertas kalkir tersebut dengan
spidol.
3. Setelah mengetahui sudut refraksinya, lalu membuat garis di kertas kalkir
tersebut dan dihitung sudut refraksi gelombang menggunakan busur
4. Dilakukan pengukuran di beberapa titik lokasi yang sudah ditentukan.

3.3.6 Kemiringan Pantai

Pada praktikum kemiringan pantai, dilakukan dengan cara sebagai berikut:


1. Disiapkan alat dan bahan berupa patok, tali rafia dan roll meter
2. Dari patok diukur sepanjang 3 meter tegak lurus dengan patok selanjutnya
menggunakan tali rafia
3. Kemudian dihitung jarak permukaan pasir dengan tali tersebut, konversi
satuan sudut dengan metode phytagoras
4. Diulangi hingga jaraknya pantai mencapai 20 meter, dan kemudian
lakukan pada tiap titik berbeda dengan jarak 10 meter.

3.3.7 Kecepatan Arus

Pada praktikum kecepatan arus, dilakukan dengan cara sebagai berikut :


1. Disiapkan alat dan bahan berupa tali rafia dan botol 600 ml yang diisi air
¾
2. Kemudian dihanyutkan tali tersebut di permukaan air pada jarak tertentu
dengan menggunakan tali
3. Diperhatikan waktu hingga tali itu menegang, dan hitung waktu
menggunakan stopwatch.
4. Kemudian diukur menggunakan kompas ke arah utara dan dibidikan ke
arah tali dan diukur pada titik yang sudah ditentukan.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pasang Surut

4.1.1 Hasil dari pengamatan pada parameter pasang surut adalah sebagai
berikut :

NO Pasang Surut Tiang Pancang 1 Tiang Pancang 2

1. Pasang tertinggi 213 145

2. Pasang Terendah 65 25

4.1.2 Pembahasan

Tabel diatas menunjukkan hasil dari pasang tertinggi dan pasang


terendah yang terdapat pada tiang pancang 1 dan 2, yang dimana pada
tinjauan pustaka yang dikemukakan oleh (Oktavianta, 2009) fenomena
pasang surut ini naik turunnya air laut karena akibat adanya gaya tarik
benda benda angkasa terutama matahari dan bulan. Gaya tarik gravitasi
ini menarik air laut ke arah bulan dan matahari menghasilkan dua
tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yang kemudian di
tabel tersebut tertera pasang tertinggi dan terendah dari kedua tiang
pancang tersebut. (Oktavianta, 2009)

Faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut yaitu karena


revolusi bulan terhadap matahari, sedangkan berdasarkan pengaruh
rotasi bumi dan gesekan dasar. Pasang surut terbentuk karena rotasi
bumi yang berada dibawah muka air yang menggelembung ini yang
mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah
pesisir. Gaya tarik matahari juga memiliki efek yang sama namun
dengan derajat yang lebih kecil. Dan pada tabel diatas faktor terjadinya
pasang surut ini sudah terbukti secara teori. (Rampengan, 2009)
4.2 Panjang Gelombang

4.2.1 Hasil

Hasil dari pengamatan pada parameter Panjang Gelombang adalah


sebagai berikut :

Titik Ke
NO. PUKUL
I II III

1.

2.

3.

4.2.2 Pembahasan

4.3 Tinggi Gelombang

4.3.1 Hasil dari pengamatan pada parameter Tinggi Gelombang adalah


sebagai berikut :

Titik Ke
NO. PUKUL
I II III

1.

2.

3.

4.3.2 Pembahasan
4.4 Periode Gelombang

4.4.1 Hasil

Hasil dari pengamatan pada parameter Periode Gelombang adalah


sebagai berikut :

Titik Ke
NO. PUKUL
I II III

1.

2.

3.

4.4.2 Pembahasan

4.5 Sudut Refraksi

4.5.1 Hasil dari pengamatan pada parameter Sudut Refraksi adalah sebagai
berikut :

Titik Ke
NO. PUKUL
I II III

1.

2.

3.

4.5.2 Pembahasan
4.6 Kemiringan Pantai

4.6.1 Hasil

Hasil dari pengamatan pada parameter Kemiringan Pantai adalah


sebagai berikut :

Titik Ke
NO. PUKUL
I II III

1.

2.

3.

4.6.2 Pembahasan

4.7 Kecepatan Arus


4.7.1 Hasil dari pengamatan pada parameter Kecepatan Arus adalah sebagai
berikut :

Titik Ke
NO. PUKUL
I II III

1. 07.00 WIB

2. 13.00 WIB

3. 19.00 WIB
4.7.2 Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai