Anda di halaman 1dari 6

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode hidroakustik memiliki kemampuan menganalisis distribusi kelimpahan
atau agregasi atau juga kumpulan dengan jangkauan jarak yang luas terhadap suatu
organisme yang tidak merusak lingkungan dan menggambarkan kondisi saat itu juga.
Pendekatan hidroakustik untuk estimasi ikan pelagis secara shoaling ikan akan lebih
efisien dalam upaya penangkapan dan lebih accountable dalam upaya estimasi stok ikan
berdasarkan spesies. Selama ini metode identifikasi spesies shoaling ikan yang paling
umum digunakan yaitu dengan melakukan sampling trawl atau purse seine untuk
kemudian dicocokkan atau dibandingkan dengan target secara akustik yang ada pada
echogram (Fauziyah et al. 2010).
Bidang akustik kelutan atau hydro acoustic biasa untuk mendapatkan data
mengenai suatu wilayah laut menggunakan perangkat akustik contoh nya survey
hidrografi. Survei hidrografi umumnya banyak dimanfaatkan untuk memetakan dasar
laut yang digunakan untuk berbagai kegiatan di laut yaitu seperti pengerukan, navigasi,
pengendalian sedimentasi dan banjir. Singlebeam echosounder merupakan alat ukur
kedalaman air yang menggunakan pengirim dan penerima sinyal gelombang suara
tunggal. Perubahan kondisi hidrografi umumnya disebabkan oleh beberapa faktor
seperti pengikisan pantai oleh gelombang, sedimentasi, penggunaan lahan di wilayah
pesisir, dan lain sebagainya (Fachrurrozi et al. 2013).
Pada kegiatan survey hidrografi, menggunakan perangkat alat akustik yang
diintegrasikan dan dipasang di kapal. Alat akustik ini akan merekan data selama kapal
berjalan. Data akustik tersebut direkam secara terus-menerus dalam hard disk komputer.
Data yang diperoleh di lapangan berupa data gram yang kemudian diubah menjadi data
threshold untuk keperluan analisis. Setelah mendapatkan data yang direkam, lalu data
akan dianalisis lebih lanjut menggunakan berbagai macam metode, salah satunya
menggunakan software yang bernama echoview (Mahiswara et al. 2009).
Teknologi inderaja berfungsi mendeteksi objek tanpa harus bersentuhan
langsung dengan objek tersebut. Jarak objek yang mampu dideteksi lebih dari 20 meter.
Teknologi itu sangat berguna untuk memberikan informasi mengenai kondisi perairan
kepada nelayan. Teknologi inderaja kebanyakan digunakan di permukaan laut. Oleh
karena itu, untuk kebutuhan pencarian ikan, diperlukan teknologi penginderaan yang
dapat mencapai dasar laut yang disebut underwater acoustic (akustik bawah laut) atau
hydroacoustic. Hal ini tentu dapat memudahkan proses pengambilan data yang
seharusnya sangat sulit bila dilakukan secara manual (Susilawati et al. 2015).
Hidroakustik merupakan ilmu yang mempelajari gelombang suara dan
perambatannya dalam suatu medium, dalam hal ini mediumnya. Data hidroakustik
merupakan data hasil estimasi echo counting dan echo integration melalui proses
pendeteksian bawah air. Pendeteksian bawah air menggunakan perangkat akustik yang
melakukan pemeruman secara terus menerus dan merekam data. Echo yang diperoleh
dapat mengestimasi beberapa data antara lain Target strength, Scattering volume,
densitas ikan, batimetri, panjang ikan, lapisan dasar perairan dan dapat diaplikasikan
untuk kegiatan lainnya (Manik dan Ma’mun, 2009).
Dalam survey hidrografi, ada beberapa data yang biasanya diambil. Data data
yang didapat selama suurvey Selanjutnya, data diolah menggunakan software echoview
untuk mendapatkan nilai kepadatan akustik (ñA). Nilai kepadatan akustik dilihat dari
nilai nautical area scattering coefficient, di mana nautical area scattering coefficient
merupakan besar nilai acoustic backscattering strength atau yang lainnya sesuai dengan
kebutuhan (Mahiswara et al. 2009).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan prinsip kerja software Echoview dalam pengolahan data akustik untuk
identifikasi dan pendugaan kelimpahan plankton.
2. Mengoperasikan software Echoview dengan baik dan benar.
3. Melakukan pendugaan kelimpahan plankton menggunakan metode hidroakustik.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
menjelaskan prinsip kerja software Echoview dalam pengolahan data akustik untuk
identifikasi dan pendugaan kelimpahan plankton, mengoperasikan software Echoview
dengan baik dan melakukan pendugaan kelimpahan plankton menggunakan metode
hidroakustik.
II TINJAUAN PUSTAKA

Mertode hydro acoustic memiliki beberapa elemen seperti Transmitter


menghasilkan listrik dengan frekuensi tertentu, kemudian disalurkan ke transduser.
Transduser akan mengubah energi listrik menjadi suara, kemudian suara tersebut dalam
berbentuk pulsa suara dipancarkan dengan satuan ping. Suara yang dipancarkan
tersebut akan mengenai objek, kemudian suara itu akan dipantulkan kembali oleh obyek
dalam bentuk echo dan kemudian diterima kembali oleh tranduser. Echo yang diperoleh
tersebut diubah kembali menjadi energi listrik di transduser kemudian diteruskan ke
receiver. Pemrosesan sinyal echo dengan menggunakan metode echo integration.
Elemen elemen ini harus diintegrasikan bersama agar data akurat (Manik dan Ma’mun,
2009).
Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut dengan
mempertimbangkan proses-proses perambatan suara, karakteristik suara (frekuensi,
pulsa, intensitas), faktor lingkungan/medium, kondisi target dan lainnya. Aplikasi
metode ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem akustik pasif dan sistem akustik aktif. Salah
satu aplikasi dari sistem aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk penentuan
batimetri. Sonar (Sound Navigation And Ranging) berupa sinyal akustik yang
diemisikan dan refleksi yang diterima dari objek dalam air (seperti ikan atau kapal
selam) atau dari dasar laut. Bila gelombang akustik bergerak vertikal ke dasar laut dan
kembali, waktu yang diperlukan digunakan untuk mengukur kedalaman air (Susilawati
et al. 2015).
Metode akustik yang dipergunakan untuk mengeksplorasikan sumberdaya hayati
laut mempunyai keunggulan komparatif yakni berkecepatan tinggi (great speed),
estimasi stok ikan secara langsung (direct estimation) karena tidak tergantung dari
statistik perikanan atau percobaan tagging, memungkinkan memperoleh dan memproses
data secara real time, tepat, dan akurat, tidak berbahaya atau merusak bagi si pemakai
alat maupun target atau obyek survei dan dilakukan dengan jarak jauh (remote sensing),
serta dapat dipakai jika dengan metode lain tidak bisa (Fachrurrozi et al. 2013).
Penelitian yang ada di bidang kelautan salah satunya yaitu pendeteksian ikan
dan survey batimetri. Penelitian tersebut akan sangat sulit bila dilakukan pengambilan
data secara manual, maka dari itu dapat dilakukan pendekatan melalui teknologi akustik
. Metode hidroakustik merupakan metode pendeteksian objek bawah air yaitu dengan
menggunakan peralatan transduser yang menghasilkan gelombang suara. Gelombang
suara tersebut kemudian merambat di medium air, dan pada saat membentur objek,
maka gelombang suara selanjutnya akan dipantulkan kembali dalam bentuk gema
(echo) untuk dianalisis lebih lanjut. Penggunaan metode hidroakustik dapat menjamin
ketepatan dalam menduga potensi sumberdaya ikan serta menjadi rujukan untuk
kesesuaian akurasi dengan data hasil tangkapan dari data statistik perikanan (Achmadi
et al. 2014).
Deskriptor akustik adalah variabel atau peubah yang menggambarkan ciri atau
sifat dari pantulan akustik. Pengolahan data sebaran ikan demersal menggunakan
software Echoview yang diawali dengan menentukan bottom, variabel properties dan
thresshold (nilai ambang batas). Nilai threshold antara 24,00 db sampai -60,00 db.
Selanjutnya gerombolan ikan ditandai pada setiap file dan setiap lintasan survey
dengan cara melakukan digitasi pada setiap gerombol. Nilai-nilai hasil integrasi
selanjutnya ditabulasikan kedalam Ms.Excel. Selain nilai-nilai tersebut juga dilakukan
pengukuran besar dan tingginya gerombol yang ditemukan dan tipe gerombol tersebut
yang akan memperkaya informasi yang didapat (Susilawati et al. 2015).
Metode akustik adalah proses pendeteksian target di bawah air dengan
memanfaatkan perambatan suara dalam medium air melalui sebuah instrumen yaitu
transducer. Beberapa fungsi dari metode pengukuran bawah air ini adalah
mengeksplorasi sumberdaya alam yang terdapat di bawah air, mengetahui objek apapun
yang berada di dalam air, serta mengukur kedalaman suatu perairan. Metode akustik
memiliki kelebihan untuk mengetahui objek dan kedalaman secara real time, tepat, dan
akurat, serta tidak menimbulkan bahaya bagi lingkungan dan objek yang di amati.
Metode ini juga dapat dipakai jika dengan metode lain tidak bisa atau tidak mungkin
dilakukan karena akan terlalu makan banyak usaha dan waktu bila menggunakan
metode manual dalam pengambilan data (Ma’mun et al. 2013).
Survey hidrografi yang dilakukan akan menghasilkan data akustik apabila
menggunakan teknologi akustik dalam pengambilan data. Data akustik yang telah di
peroleh pada hasil survei lapangan dapat di olah menjadi sebuah data. Program
pemprosesan data tersebut umumnya menggunakan program Echoview. Echoview
merupakan salah satu software pengolahan data dari echosounder dan sonar. Echoview
didirikan pada tahun 1995 dan merupakan software unggulan Myriax. Aplikasi
Echoview ini akan membantu dalam proses analisis lebih lanjut mengenai data akustik
yang didapat sehingga data dapat digunakan kembali pda kegiatan lainnya (Hamuna et
al. 2018).
III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktkum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 14 Februari 2020, pukul 13.30
WIB sampai dengan selesai, bertempat di Laboratorium Eksplorasi Sumber Daya
Hayati dan Akustik Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini, yaitu :
No Alat Fungsi
1. PC/Laptop Mengolah data menggunakan software
Echoview
2. Mouse Mempermudah pengoperasian PC/Laptop
3. Software Echoview Mengolah data akustik
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi A, Totok H, Henry MM. 2014. Deteksi shooling ikan pelagis dengan metode
hidroakustik di perairan teluk Palu, Sulawesi Tengah. Jurnal Teknologi
Perikanan dan Kelautan Vol 5 (2) : 131-139

Fachrurrozi M, Widada S, Helmi M. 2013. Studi pemetaan batimetri untuk keselamatan


pelayaran di pulau Parang, kepulauan Karimunjaya, kabupaten Jepara, provinsi
Jawa tengah. Jurnal Oseanografi Vol. 2 (3) : 310-317

Fauziyah, Nungsih EN, Wijopriono. 2010. Densitas schooling ikan pelagis pada musim
timur menggunakan metode hidroakustik di Perairan Selat Bangka. Jurnal
Penelitian Sains Vol 13 (2) : 17-22

Hamuna B, Pujiyati S, Natih NMN, Dimara L. 2018. Analisis hambur balik akustik
untuk klasifikasi dan pemetaam substrat dasar perairan di Teluk Yos Sudarso,
kota Jayapura. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol 10 (2) : 291-300

Ma’mun A, Manik HM, Hestirianoto T. 2013. Rancang bangun algoritma dan


aplikasinya pada akustik single beam untuk pendeteksian bawah air. Jurnal
Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 4 (2) : 173-183

Mahiswara, Widodo AA., Priatna A. 2009. Sebaran kepadatan akustik ikan pelagis di
bawah pengaruh cahaya lampu pada perikanan pukat cincin di laut Jawa. Lit.
Perikanan Ind Vol. 15 (2) : 151-159

Manik HM., Ma’mun A. 2009. Rancang bangun system informasi data hidroakustik
berbasis web. Aplikasi Teknologi Informasi Vol 1 (1) : 13-16

Susilawati, Mulyadi A., Mubarak. 2015. Analisis sebaran schooling ikan demersal di
perairan Tarakan Kalimantan Utara menggunakan metode hidroakustik.. Jurnal
Online Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau
Vol. 2 (1) : 1-16

Anda mungkin juga menyukai