Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Perekayasaan Budidaya Air Payau dan Laut No.

14 Tahun 2019
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.

PEMBESARAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer)


DENGAN SISTEM RESIRKULASI RACEWAY
Mizab Asdary1, Doni Prastowo2, Yuliana3, Indah Kusumaningrum4

Abstrak

Salah satu alternatif sistem pembesaran kakap putih adalah dengan menggunakan sistem
Recirculating Aquaculture System (RAS). Sistem ini adalah sebuah sistem produksi ikan yang
menggunakan sistem tertutup dimana penggantian air hanya karena adanya penguapan saja
atau kotoran yang ekstrim dengan pembersihan. Tujuan dari kegiatan perekayasaan ini
adalah penerapan sistem raceway untuk produksi kakap di BPBAP Situbondo.Sasaran yang
diharapkan dari kegiatan perekayasaan ini adalah dapat diketahui kondisi lingkungan
pemeliharaan kakap pada bak raceway dan dapat diketahui pertumbuhan kakap yang
dipelihara dalam bak race way. Perlakuan perekayasaan adalah sebagai berikut: Perlakuan
(A) sebagai kontrol: Penebaran sebanyak 560 ekor. Perlakuan (B) ditebar dalam bak dengan
volume air 5 ton dengan pergantian air total setiap pagi & sore (total + 100%). Penebaran
sebanyak 560 ekor. Ditebar dalam bak dengan volume air 5 ton dengan sistem raceway . Hasil
pengukuran kualitas air untuk Perlakuan (A) sebagai kontrol :Suhu ( °C) 28+1,3; Oksigen
terlarut (mg/L) 5,8+0,3; pH 7,9375+ 0,425; Salinitas (0/00) 33,5 + 0,5 ; Nitrit (mg/L) 0,007 +
0,0005; Amoniak (mg/L) 0,0035 + 0,0025; TAN 0,2315 + 0,2215; Intensitas cahaya (Lx) 654-
+15; Total Bakteri (3,3+0,6) x 104 Total Vibrio (2,5+0,4) x 103 Growth Rate 271,36 SR 71.6 %
Perlakuan (B) Kecepatan arus (m/det) 0,0058+ 0,0008 (sirkular); Suhu ( °C) 29+1,2; Oksigen
terlarut (mg/L) 6,2+0,6; pH7,42+0,2; Salinitas (0/00) 30,5+0,7; Nitrit (mg/L) 8,793+5,368;
Amoniak (mg/L) 0,0025+0,0005; TAN 0,275 + 0,198; Intensitas cahaya (Lx) 654+15.Total
Bakteri (2,8+0,9) x 105 ;Total Vibrio (1,8+0,2) x 104 ; Growth Rate 303,26; SR 74.1%.
Pembesaran kakap putih dengan sistem resirkulasi raceway memberikan hasil yang lebih baik
secara deskriptif dari segi pengukuran paramater kualitas air, penggantian air, hasil
pengukuran panjang & berat ikan daripada perlakuan pemliharaan ikan dengan pergantian air
100-200% per hari. Keuntungan aplikasi sistem resirkulasi race way ini adalah efisiensi
penggunaan air laut sehingga teknologi ini bisa dipakai di lokasi yang kesulitan suplai air laut.

Kata Kunci: RAS, Arus Air, Kualitas Air

Abstract: Cultivations of Barramundi (Lates calcalifer) with Raceway Recirculation


System

An alternative on the white snapper enlargement system is using the Recirculating


Aquaculture System (RAS) system. This system is a fish production system that uses a closed
system where water replacement is only due to evaporation or extreme disposal with
maintenance. The purpose of this engineering activity is the application of a raceway system
for snapper production at BPBAP Situbondo. The expected target of this engineering activity
is to ensure the suit Culture environment in raceway tanks and the growth of the snapper in
raceway tanks. Engineering treatments are as follows: Treatment (A) as a control: Spread as
much as 560 tails. Treatment (B) is spread in a tub with a water volume of 5 tons with a total

1 Perekayasa pada BPBAP Situbondo


2 Perekayasa pada BPBAP Situbondo
3 Pengendali Hama dan Penyakit Ikan pada BPBAP Situbondo
4 Litkayasa pada BPBAP Situbondo

64
65 ASDARY, ET AL. Jurnal Perekayasaan Budidaya Air Payau dan Laut
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.

water change every morning & evening (total + 100%). Spread as much as 560 tails. Stocked
in a tub with 5 tons of water volume with a raceway system. Water quality for treatment (A) as
controls: Temperature (° C) 28 + 1.3; Dissolved oxygen (mg / L) 5.8 + 0.3; pH 7.9375+ 0.425;
Salinity (0/00) 33.5 + 0.5; Nitrite (mg / L) 0.007 + 0.0005; Ammonia (mg / L) 0.0035 + 0.0025;
TAN 0.2315 + 0.2215; Light intensity (Lx) 654+15; Total Bacteria (3.3 + 0.6) x 104 Total Vibrio
(2.5 + 0.4) x 103 Growth Rate 271.36 SR 71.6% Treatment (B) Current velocity (m / sec)
0.0058+0,0008 (circular); Temperature (° C) 29+1.2; Dissolved oxygen (mg / L) 6.2+0.6;
pH7.42+0.2; Salinity (0/00) 30.5+0.7; Nitrite (mg / L) 8,793 + 5,368; Ammonia (mg / L) 0.0025+
0.0005; TAN0.275 + 0.198; Light intensity (Lx) 654+15. Total Bacteria (2.8 + 0.9) x 105; Total
Vibrio (1.8 + 0.2) x 104; Growth Rate 303.26; SR 74.1%. Enlargement of white snapper with a
raceway recirculation system gives better results descriptively in terms of water quality
measurement, water replacement, the results of measurements of fish length & weight by
applying fish with a change of water 100-200% per day. The advantage of the application of
this race recirculation system is the efficiency of seawater use so that this technology can be
used in locations that have difficulty supplying sea water.

Keywords: RAS, Water Flow, Water Quality

I. PENDAHULUAN jenis kakap. Negara anggota Uni Eropa yang


menjadi negara tujuan ekspor produk perikanan
1.1. Latar Belakang Indonesia yang disertai SHTI (Sertifikat Hasil
Tangkapan Ikan) didominasi oleh Jerman,
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Inggris, Italia dan Spanyol.Tidak hanya negara
(KKP) berupaya keras mengembangkan
Uni Eropa, importir di Thailand juga meminta
budidaya kakap putih. Diperkirakan dibutuhkan
SHTI menyertai produk perikanan Indonesia
sekitar 3,6 juta ekor benih per tahun. Adapun
yang diekspor ke Thailand. Hal ini karena produk
kebutuhan pakan bisa mencapai 2.900 ton per
perikanan tersebut merupakan bahan baku bagi
tahun. Kondisi tersebut akan menarik investor
industri pengolahan di Thailand yang
untuk berinvestasi pada industri budidaya,
industri benih ikan, dan industri pakan sehingga selanjutnya akan dipasarkan ke Uni Eropa. Pada
tahun 2014 nilainya mencapai USD 4,64 miliar
akan menyerap banyak tenaga kerja. Hal ini
dengan tujuan ekspor Uni Eropa, dimana negara
berhungan dengan potensi perikanan budidaya
ini merupakan negara tujuan utama ke-4,
di Indonesia masih sangat luas. Indikasinya,
potensi budidaya laut mencapai 12,1 juta Ha setelah Amerika Serikat, Jepang, dan
ASEAN.Sepanjang tahun 2013, total ekspor
dengan pemanfaatan hanya 2,36 persen.
produk perikanan ke Uni Eropa mencapai
Adapun potensi budidaya air payau sebesar
100.500 ton atau senilai USD 533,5 juta
2,88 Ha dengan pemanfaatan 24,83 persen
(kabarnusa.com, 2017).
persen dan potensi budidaya air tawar sebesar
Salah satu alternatif sistem pembesaran
2,83 Ha dengan pemanfaatan 11,32 persen.
kakap putih adalah dengan menggunakan
Melihat potensi perikanan budidaya serta
sistem Recirculating Aquaculture System (RAS).
pentingnya ikan sebagai sumber pangan
Sistem ini adalah sebuah sistem produksi ikan
berprotein tinggi, maka Ditjen Perikanan
yang menggunakan sistem tertutup dimana
Budidaya menetapkan target produksi dari 19,5
penggantian air hanya karena adanya
juta ton pada tahun 2015 menjadi 31,3 juta ton
penguapan saja atau kotoran yang ekstrim
pada tahun 2019, atau meningkat sebesar 15,07
dengan pembersihan. Sistem ini telah
persen per tahun (DJPB, 2017). Daya dukung
berkembang di negara-negara maju seperti
komersial yang tinggi dan menjadi rekreasi
perikanan di Australia dan Papua Nugini, dan Amerika dan Eropa. Beberapa keuntungannya
adalah sebagai berikut : kebutuhan air yang
budidaya di Thailand, Malaysia, Indonesia,
minimal, sarana budidaya yang dirancang dan
Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan di Australia,
dioperasikan dapat mengurangi kebutuhan air
dapat di budidayakan di air payau dan air tawar,
lebih dari 5% setiap hari, membutuhkan sedikit
serta di keramba jaring apung di pantai
lahan (beberapa sistem bisa merduksi
(Kungvankij dkk, 1984dalam Schipp et al, 2007).
kebutuhan lahan sampai 1/20 sistem
Selama periode 2010-2015 ekspor
konvensional), membutuhkan lebih sedikit
perikanan Indonesia didominasi oleh lima jenis
tenaga kerja, kontrol terhadap kualitas air lebih
ikan yakni: tuna, octopus, udang, swordfish dan
No. 14 Tahun 2019 PEMBESARAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer) 66
DENGAN SISTEM RESIRKULASI RACEWAY

terjamin, terhindar dari pengaruh buruk kondisi sebagai prasarana pengaturan arus air dibuat
cuaca yang ekstrim dan mengurangi potensi dari asbes.
pencemaran lingkungan Untuk memudahkan pengontrolan dan
Balai Perikanan Budidaya Air Payau pengelolaannya bak raceway jangan terlalu
Situbondo sebagai salah satu Unit Pelaksana besar, ukuran yang ideal untuk digunakan
Teknis dari Ditjen Perikanan Budidaya yang volume total 10m3 tergantung kemampuan debit
salah satu fungsinya adalah melakukan air. Di sisi dalam bak diletakkan Air Lift untuk
rekayasa produksi perikanan budidaya, terus mengatur arus air di dalam bak. Sebelum
melakukan berbagai upaya untuk menjaga dilakukan pengisian air terlebih dahulu dilakukan
keberlanjutan usaha budidaya ikan kakap. Salah persiapan bak yaitu : pencucian bak dengan
satu upaya yang dilakukan pada tahun anggaran deterjen dan khlorin, dilanjutkan dengan
2018 adalah melakukan rekayasa pembilasan air tawar kemudian dikeringkan.
pengembangan produksi ikan kakap dalam bak b. Persiapan Air Bak
terkontrol dengan sistem race way. Setelah bak siap maka dilakukan pengsian
air laut dengan ketinggian air 80 cm. Air sebelum
1.2. Tujuan masuk ke bak difilter dengan filter gravitasi.
Tujuan dari kegiatan perekayasaan ini Dalam pembentukan koloni bakteri yang
adalah penerapan raceway system untuk menguntungkan digunakan probiotik yang
produksi kakap di BPBAP Situbondo. mengandung Bacillus subtilis. Setelah terbentuk
koloni bakteri, ikan siap ditebarkan. Chua &
1.3. Sasaran Teng (1978) dalam Langkosono (2007),
Sasaran yang diharapkan dari kegiatan menyatakan bahwa kualitas perairan yang
perekayasaan ini adalah : optimal untuk pertumbuhan ikan kakap, seperti
- Dapat diketahui kondisi lingkungan suhu berkisar antara 24-31°C dan pernyataan
pemeliharaan kakap dalam bak raceway. Kordi (2005) yang menyatakan bahwa kisaran
- Dapat diketahui pertumbuhan kakap yang suhu optimum bagi kehidupan ikan adalah 24-32
dipelihara dalam bak race way °C.
c. Penebaran Ikan
II. METODOLOGI Benih yang ditebar di bak adalah benih ikan
kakap dengan panjang rerata 10-12 cm.
Penebaran dilakukan pada pagi hari yang
2.1. Alat dan Bahan tujuannya untuk mengurangi tingkat stress,
Kegiatan perekayasaan ini merupakan perlakuan :
kegiatan uji coba yang bersifat kualitatif dan Perlakuan (A) : Penebaran sebanyak 560
kuantitatif yaitu dengan melakukan uji coba ekor. Ditebar dalam bak dengan volume air 5
pemeliharaan hasil hibridisasi yang dipelihara ton dengan pergantian air total setiap pagi &
dalam bak sistem raceway dengan sistem sore (total + 100%)
resirkulasi tertutup. Perlakuan (B) : Penebaran sebanyak 560
a. Persiapan Bak ekor. Ditebar dalam bak dengan volume air 5
Kontruksi bak raceway bisa dibuat dari fibre ton dengan sistem raceway
glass atau bak semen. Untuk partisi tengah

Gambar 1. Desain Sistem RAS Sederhana


67 ASDARY, ET AL. Jurnal Perkeyasaan Budidaya Air Payau dan Laut
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.

d. Pengukuran kualitas air Hasil pengukuran yang diperoleh dari


Selama pemeliharaan ikan kakap di bak current drouge ini merupakan kecepatan arus
dengan perlakuan (A) tidak dilakukan pergantian rerata selama selang waktu pengukuran.
air budidaya tetapi dilakukan penambahan air e. Pengelolaan pakan
yang hilang akibat penguapan dan pembuangan Pakan (pellet) dengan kadar protein 48 – 50
air limbah budidaya melalui penyiponan % diberikan dengan cara ditebar merata pada
maksimal 5%. Penambahan air dilakukan 3 pinggir bak .Pemberian pakan dilakukan dengan
(tiga) hari sekali untuk mempertahankan frekuensi adlibitum. Pemberian pakan dilakukan
ketinggian air seperti semula. Air yang dengan dosis 10 - 30 % TBW/hari.
digunakan untuk penambahan terlebih dahulu f. Monitoring Penyakit
disterilisasi seperti prosedur yang dijelaskan di Untuk mengetahui kesehatan ikan kakap
atas. Untuk mempertahankan kualitas air selama pemeliharaan dilakukan monitoring
digunakan probiotik sebanyak 1-2 ppm. penyakit yang meliputi pengamatan bakteri
Parameter kualitas air yang diukur adalah arus vibrio dan Tes PCR
air, suhu (°C), oksigen terlarut(mg/L), pH, (jika terlihat tanda-tanda sakit meliputi : VNN
salinitas (0/00), nitrit (mg/L), amoniak (mg/L). dan irridovirus). (Kharisma, A. dan A. Manan.
Pengukuran arus air terutama di Perlakuan 2012)
(A) dilakukan dengan "current drouge" untuk g. Parameter yang diamati
mengukur kecepatan dan arah arus secara • Pertumbuhan (Berat/Panjang)
langsung dan sederhana dengan biaya murah
serta mudah dibuat, akan tetapi secara ilmiah Pertumbuhan Bobot Mutlak
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. 𝑊𝑚 = 𝑊𝑡 − 𝑊𝑜
Alat ini yang merupakan modifikasi dari
jenis current drouge dari Hydrographic Average Daily Growth (ADG)
Department (1983), Jepang. Alat "current (𝑊𝑡 − 𝑊𝑜)
𝑎=
drouge" ini juga dapat untuk mengetahui lintasan 𝑡
arus (current lagrange). Rumus yang Wt = Bobot rerata ikan di akhir pengamatan
dipergunakan adalah : Wo = Bobot rerata ikan di awal pengamatan
t = lama periode pengamatan (hari)
V = L : T x m/det • Keseragaman ikan
Dilakukan secara visual dinyatakan
V = Kecepatan arus seragam bila ≥ 80 % dari populasi benih
L = Jarak tempuh "current drouge", dalam seragam dan ≤ 20% berukuran lebih kecil
satuan meter atau lebih besar dari ukuran standar.
T = Waktu yang ditempuh oleh current • Survial Rate
drouge dalam satuan detik. Perbandingan jumlah ikan yang hidup di
akhir pengamatan & jumlah ikan wakt awal

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengamatan Pertumbuhan


Parameter yang diamati pada pertumbuhan
adalah :
a. Pertumbuhan (Perbandingan rerata
panjang)
b. Pertumbuhan (Perbandingan rerata berat)
Hasil yang tertera di Tabel 1 secara
deskriptif menunjukkan bahwa perlakuan (B)
memiliki keunggulan komparatif daripada
perlakuan (A).

Gambar 2. Desain dan Alat Current Drouge


No. 14 Tahun 2019 PEMBESARAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer) 68
DENGAN SISTEM RESIRKULASI RACEWAY

Diagram Rerata Panjang Perlakuan (A) & (B)


25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Rerata Panjang A (cm) 10 11,75 12,8 13,3 14,8 15,3 16,5 17,25 18 19 21
Rerata Panjang B (cm) 10 12 13,5 14,25 15,25 16,1 17,75 18,75 19 20,5 22,5

Gambar 3. Diagram Rerata Panjang Perlakuan (A) dan (B)

Diagram Rerata Berat Perlakuan (A) & (B)


400
350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rerata berat A (gr) 38,85 98,975 120,25 182,748 198,141 230,212 260,879 275,487 300,214 310,212
Rerata Berat B (gr) 38,85 110,975 132,25 194,748 210,141 250,212 275,879 283,487 323,214 342,112

Gambar 4. Diagram Rerata Berat Perlakuan (A) dan (B)

Tabel 1. GR, ADG, & SR Perlakuan (A) dan (B)


Perlakuan
Parameter
A (Kontrol) B (Raceway )
Growth Rate / Pertumbuhan Bobot Mutlak 271,36 303,26
Average Daily Growth (ADG)/Pertumbuhan Harian Rata-Rata 1,652 1,814
Survival Rate/Sintasan 71.6 % 74.1%

Pada kegiatan perekayasaan ini tidak Pemberian probiotik dilakukan setiap 2 hari
dilakukan penghitungan secara statisitik karena sebanyak 1 liter per 4 ton air. Hasil dari
faktor pembeda perlakuan bukan hanya satu pengkuran paramater biologis air media
faktor melainkan satu sistem yang utuh yaitu disajikan pada Tabel 2.
sistem raceway (filterisasi, aplikasi probiotik, Hasil pengukuran parameter biologis
sistem Air Lift, & pengaturan arus). (Nazir, 2009) terlihat bahwa secara umum pada Perlakuan (B)
3.2. Probiotik total bakteri & total vibrio lebih tinggi daripada
Dalam pembentukan koloni bakteri yang Perlakuan (A). Hal ini sesuai dengan kondisi
menguntungkan digunakan probiotik yang perlakuan (B) diberi asupan Probiotik setiap 2
mengandung Bacillus subtilis. Setelah terbentuk hari. Secara umum untuk total bakteri serta total
koloni bakteri, ikan siap ditebarkan.
69 ASDARY, ET AL. Jurnal Perkeyasaan Budidaya Air Payau dan Laut
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.

Tabel 2. Penghitungan Bakteri


Perlakuan
Parameter
A ( Kontrol ) B ( Raceway )
Total Bakteri (3,3+0,6) x 104 (2,8+0,9) x 105
Total Vibrio (2,5+0,4) x 103 (1,8+0,2) x 104

Tabel 3. FCR Perlakuan (A) dan (B)


Perlakuan
Parameter
A ( Kontrol ) B ( Raceway )
FCR 1,4 1,5

Tabel 4. Data Kualitas Air Perlakuan (A) dan (B)


Perlakuan
Parameter Spesifikasi Method
A ( Kontrol ) B ( Raceway )
Kecepatan Arus (m/det) - 0,0058+ 0,0008 Current drouge
(spiral Ekman) (sirkular)
Suhu (°C) 28+1,3 29+1,2 Thermometer
Oksigen terlarut(mg/L) 5,8+0,3 6,2+0,6 DO – meter
pH 7,9375+ 0,425 7,42+0,2 IKM/5.4.15/BPBAPS
Salinitas (0/00) 33,5 + 0,5 30,5+0,7 Refraktometrik
Nitrit (mg/L) 0,007 + 0,0005 8,793+5,368 IKM/5.4.13/BPBAPS
Amoniak (mg/L) 0,0035 + 0,0025 0,0025+0,0005 IKM/5.4.14/BPBAPS
TAN 0,2315 + 0,2215 0,275 + 0,198 IKM/5.4.14/BPBAPS
Intensitas cahaya (Lx) 654+15 654+15 Luxmeter

vibrio masih mendukung kehidupan ikan kakap 3.5. Hama dan Penyakit
putih secara baik. Selama perlakuan tidak ditemui penyakit
yang berpotensi membahayakan kesehatan
3.3. FCR (Feed Converting Rate) ikan. Hanya ditemui jamur & bisa diatasi dengan
FCR pada perlakuan (A) dan (B) pda perendaman di air tawar. Perendaman dengan
kegiatan perekayasaan ini adalah : air tawar ini dimaksudkan untuk menghilangkan
Data dari Tabel 3 menunjukkan parasit-parasit yang menempel pada permukaan
gambarbahwa perlakuan (A) mengkonsumsi tubuh ikan kakap putih.
pakan secara lebih efisien daripada perlakuan
(B). Hal tersebut bisa dijelaskan sebagai hasil
kerja probiotik yang secara kontinyu diasupkan IV. KESIMPULAN DAN SARAN
sehingga memperbaiki sistem pencernaan ikan.
4.1. Kesimpulan
3.4. Pengamatan Parameter Fisika dan Kimia Pembesaran kakap putih dengan sistem
Kualitas Air resirkulasi raceway memberikan hasil yang lebih
Parameter suhu, salinitas, pH dan DO baik secara deskriptif dari segi pengukuran
berada dalam batas normal. Sedangkan paramater kualitas air, penggantian air, hasil
Kandungan amoniak dalam air pemeliharaan pengukuran panjang dan berat ikan daripada
masih dalam batas normal untuk perlakuan (A) perlakuan pemliharaan ikan dengan pergantian
& (B) dan masih mendukung kehidupan ikan air 100-200% per hari. Keuntungan aplikasi
kakap putih. Sedangkan total bakteri serta total sistem resirkulasi race way ini adalah efisiensi
vibrio masih dalam kadar toleransi bologis penggunaan air laut sehingga teknologi ini bisa
kehidupan ikan kakap putih . dipakai di lokasi yang kesulitan suplai air laut.
No. 14 Tahun 2019 PEMBESARAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer) 70
DENGAN SISTEM RESIRKULASI RACEWAY

4.2. Saran Manalu, Tiur Natalia. 2014. Makanan Dan


Kebiasan Makan. Universitas Sumatera
Berdasarkan perekayasaan diatas maka Utara. Medan.
untuk pembesaran kakap putih dengan sistem Mathew, Grace. 2009. Taxonomy, identification
resirkulasi raceway disarankan untuk dilakukan and biology of Seabass (Lates calcarifer).
perekayasaan lanjutan dengan : Central Marine Fisheries Research
1. Penyempurnaan desain RAS dan raceway. Institute. Kerala, India.
2. Penggunaan bibit dengan kualitas baik Mulyono, Mugi. 2011. Budidaya Ikan Kakap
(grade A) dan jumlah yang mencukupi. Putih (Lates Calcalifer, bloch). Pusat
3. Adanya ulangan perlakuan. Penyuluhan Kelautan Dan Perikanan.
Dilakukan perbandingan dengan Jakarta.
pertumbuhan pembesaran di tambak dan KJA. Nazir, Mohammad. 2009. Metode Penelitian.
Ghalia Indonesia: Jakarta.
SNI 01-6493-2000 Ikan Kakap Putih (Lates
DAFTAR PUSTAKA calcarifer Bloch) Kelas Pembesaran,
Ringkasan SNI Perikanan Budidaya,
Bond, Manja Meyky, Nono Hartono, dan Hanafi. 2012.
2005. Pembenihan Kakap Putih (Lates Sudarto, Pembuatan Alat Pengukur Arus Secara
calcalifer). Loka Budidaya Laut Batam. Sederhana, Oseana, Volume XVIII,
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Nomor 1 : 35 - 44 ISSN 0216-1877 .
Departemen Kelautan dan Perikanan. Schipp, Glenn, Jerome Bosmans, and John
Batam Humphrey. 2007. NorthenTerritory
Direktorat Jenderal Perikanan. 2001. Budidaya Barramundi Farming Handbook.
Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch) Department Of Primary Industri, Fisheries
Di Keramba Jaring Apung. Departemen And Mines. Australia.
Petanian. Jakarta Soetomo H.A., Moch. 1997. Teknik Budidaya
kabarnusa.com, Ikan Kakap Putih di Air Laut, Air Payau,
2017.http://www.kabarnusa.com/2016/01 dan Air Tawar. Trigenda Karya. Bandung.
/tuna-dan-kakap-merah-dominasi-ekspor- Thia.2012. Pola Kebiasaan Makan Si Ikan Ada
ri_19.html Ikan. Seputar dunia air.blogspot.co.id. (di
Kharisma, A. dan A. Manan.2012. Kelimpahan akses tanggal 17 November 2015 pukul
Bakteri Vibriosp Pada Air Pembesaran 22.08 Wib).
Udang Vanamei sebagai deteksi Dini Utama, Febryanto Wardhana. 2008. Analisi
Serangan Penyakit Vibriosis.Jurnal Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Kakap di
Perikanan dan Kelautan: Vol. 4 No. 2. Pulau Panggang, Kabupaten Administratif
Universitas Airlangga: Surabaya. Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.Skripsi.
Kordi.2005. Pengelolaan Kualitas Air dalam Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Budidaya Perairan. Rineka Cipta: Jakarta. Bogor: Bogor.
Langkosono.2007. Budidaya Ikan Kakap
(Serranidae) dan Kualitas
Perikanan.Neptunus. 14(1): 61-67.
Malone, R. 2013, Recirculating Aquaculture
TankProduction Systems. A Review of
Current Design Practice, SRAC
Publication No. 453, October 2013.

Anda mungkin juga menyukai