Anda di halaman 1dari 5

Nama : Marich Nur Maqsalina

NIM : 131510501146

Pengelolaan Lahan Basah dengan Budidaya Mina Padi

BAB 1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki area lahan basah
yang cukup luas dengan variasi tipe dan ukuran yang beragam serta tersebar di
berbagai pulau. Lahan basah (wetlands) yaitu daerah rawa, payau, lahan gambut
dan perairan, alami atau buatan, tetap atau sementara, dengan air tergenang atau
mengalir, tawar, payau atau asin, termasuk wilayah perairan laut yang
kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu air surut (Nirarita et al.
1996). Untuk menunjang keberlanjutan dari lahan basah maka diperlukan suatu
pengelolaan. Dalam pengelolaan lahan basah dapat dilakukan dengan menerapkan
sistem pertanian terpadu. Budidaya mina padi merupakan salah satu implementasi
dari sistem petanian terpadu yang dapat diterapkan di lahan basah. Penerapan
sistem pertanian terpadu dengan mina padi atau pemanfaatan sawah sebagai
tempat penanaman padi sekaligus sebagai tempat pemeliharaan ikan, dapat
diterima oleh masyarakat karena pemeliharaan kedua komoditas tersebut bersifat
komplementer. Artinya, kegiatan ini dapat berjalan sekaligus tanpa mengganggu
keberhasilan satu sama lain sehingga pada akhirnya diperoleh hasil yang optimal.

BAB 2. DATA
Gambar1. Grafik budidaya ikan tawar tahun 2008-2012 di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa
Barat.

Sumber : Badan Pusat Statistik (2012).


BAB 3. PEMBAHASAN
Data tersebut menunjukkan tingkat produksi ikan air tawar beserta
keuntungan yang didapatkan dari budidaya ikan tawar pada tahun 2008-2012 di
Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Data ini mengambil contoh dari Kabupaten
Tasikmalaya yang merupakan salah satu wilayah dimana kebanyakan petani
didaerah tersebut menerapkan sistem pertanian terpadu mina padi. Dari data
tersebut dapat dilihat bahwa tingkat produksi ikan air tawar dari tahun ke-tahun
semakin meningkat. Begitu juga dengan keuntungan yang diperoleh dari produksi
ikan tawar dari tahun ke tahun juga turut meningkat. Produksi ikan tawar ini
dihasilkan dari budidaya ikan kolam, tambak ikan, dan mina padi.
Pada tahun 2008 menuju tahun berikutnya yaitu tahun 2009, peningkatan
produksi ikan tawar hanya sekitar 3 Ton saja. Meskipun peningkatan tersebut
tidak seberapa, keuntungan yang didapat lumayan banyak sekitar 42 juta. Pada
tahun 2009-2010, terjadi peningkatan produksi ikan tawar lebih banyak
dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu sekitar 4 Ton. Dengan peningkatan
produksi tersebut maka keuntungan yang diperoleh juga meningkat yaitu sebesar
81 juta. Dan begitu juga yang terjadi pada tahun-tahun berikutnya, antara produksi
ikan tawar dan keuntungan yang didapatkan terjadi peningkatan yang signifikan.
Dari keseluruhan produksi ikan tawar, peningkatan yang sangat menakjubkan
terjadi pada tahun 2010 menuju tahun 2011 yaitu sekitar 10 Ton ikan tawar dan
keuntungan yang didapatkan dari produksi tersebut sebesar 65 juta.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi ikan tawar
dari tahun ke-tahun di Kabupaten Tasikmalaya terjadi peningkatan begitu pula
keuntungan yang didapatkan dari produksi ikan tawar juga ikut meningkat. Dan
salah satu penyumbang dari produksi ikan tawar tersebut adalah dari mina padi.
Menurut data Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya
tahun 2013, dari 49.000 hektar yang digunakan untuk budidaya mina padi baru
sekitar 4.000 hektar sawah. Meskipun penerapan pola budidaya tersebut belum
besar, namun mina padi telah menghasilkan 6.872 ton beragam jenis ikan.
Berdasarkan hal tersebut, sistem budidaya minapadi dapat dijadikan salah satu
alternatif untuk meningkatkan produksi ikan khususnya ikan air tawar.dan juga
memberikan keuntungan yang dapat menunjang pendapatan para petani seperti
halnya yang terjadi di Kabupaten Tasikmalaya.
Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan lahan basah dapat dilakukan
dengan budidaya perikanan terutama dengan sistem pertanian terpadu yaitu
budidaya mina padi. Dengan potensi lahan persawahan Indonesia yang cukup
besar yakni mencapai 7 juta hektar maka produksi perikanan yang cukup besar
bisa diperoleh dari penerapan mina padi. Sehubungan dengan besarnya potensi
tersebut maka Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengembangkan
program ”Gerakan sejuta hektar mina padi” atau disingkat GENTANADI. Dari
program tersebut selain produksi ikan nasional akan meningkat juga memberi
manfaat bagi meningkatnya kesejahteraan masyarakat khususnya petani.
Seperti yang kita ketahui bahwa mina padi merupakan cara yang digunakan
oleh petani dengan menggabungkan teknik budidaya padi dan pemeliharaan ikan,
yang dilakukan secara bersamaan di lahan sawah. Selain menyediakan pangan
sumber karbohidrat, sistem ini juga menyediakan protein sehingga cukup baik
untuk meningkatkan mutu makanan penduduk. Cara pemeliharaan ikan di sela-
sela tanaman padi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu sebagai penyelang diantara
dua musim tanam padi atau pemeliharaan ikan sebagai pengganti palawija di
persawahan. Jenis ikan yang dapat dipelihara pada sistem mina padi adalah ikan
mas, nila, mujair, karper, tawes, udang galah dan lain-lain. Ikan mas dan karper
merupakan jenis ikan yang paling baik dipelihara di sawah, karena ikan tersebut
dapat tumbuh dengan baik meskipun di air yang dangkal, serta lebih tahan
terhadap matahari. Agar pertumbuhan tanaman padi tidak terganggu,
pemeliharaan ikan di sawah harus disesuaikan dengan sistem pengairan yang ada,
sehingga produksi padi tidak terganggu. Dan sawah yang sesuai untuk mina padi
adalah sawah yang berpengairan teknis maupun setengah teknis.
Dengan sistem mina padi yang tepat dapat memberikan pendapatan yang
tinggi. Selain memperoleh keberhasilan dari pemanenan padi, petani sekaligus
mendapatkan keuntungan dari pemanenan ikan. Kalau pun terjadi kegagalan
dalam pemanenan padi, petani tidak perlu berkecil hati karena masih ada hasil
pemanenan ikan yang bisa menutupi kerugian bercocok tanam padi di sawah.
Keuntungan lain dari penerapan mina padi yaitu dapat menekan pertumbuhan
gulma, mengurangi serangan hama dan penyakit dan meningkatkan jumlah musuh
alami bagi hama tanaman. Benih ikan memakan plankton dan organisme kecil lain
yang jatuh atau terdapat di air termasuk telur dan larva hama padi. Hal ini
menguntungkan karena ikan yang dipelihara memperoleh makanan tambahan.
Kotoran dari ikan juga dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman padi.
Selain itu, berkurangnya aplikasi pestisida dalam budidaya mina padi memberi
keuntungan lain karena mendorong berkembangnya musuh alami bagi hama padi.
Dengan berkurangnya aplikasi pestisida selain memberi keuntungan bagi petani
dengan berkurangnya biaya produksi, juga memberi keuntungan bagi kesehatan
manusia dan pelestarian lingkungan.
Disamping itu, kawasan mina padi juga dapat digunakan untuk mendukung
wisata lingkungan (ekowisata). Hal ini didukung karena salah satu bentuk wisata
yang marak berkembang belakangan ini adalah wisata pertanian, dimana
wisatawan terlibat langsung dalam kegiatan pertanian seperti membajak sawah,
bercocok tanam, berternak, memancing dan berbagai kegiatan pertanian lainnya.
Berbagai daerah diketahui telah mengembangkan wisata pertanian seperti Desa
Cinangneng di Bogor, Desa Kebon agung di Jogjakarta dan lain-lain.
Pengembangan mina padi pada kawasan pertanian sawah akan lebih
meningkatkan daya tarik wisata pertanian karena lebih banyak variasi wisata yang
dapat diperoleh serta sifatnya yang ramah lingkungan. Pada lokasi mina padi,
wisatawan tidak hanya menemukan padi di lahan persawahan tetapi juga dapat
menemukan ikan. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan perikanan juga dapat
dikembangkan sebagai alternatif wisata seperti memancing dan menjala ikan,
memberi makan ikan dan lain lain.
Disisi lain sistem budidaya mina padi yang dapat mengurangi penggunaan
bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida memberikan pengaruh baik dalam
meningkatkan musuh alami dari hama dan penyakit tanaman padi. Hal ini
memungkinkan dihasilkannya produk pertanian organik yang lebih sehat dari
budidaya mina padi. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya makanan sehat seperti produk organik, maka proses produksi bahan
organik juga dapat menjadi daya tarik khusus bagi wisatawan sekaligus media
pendidikan yang baik untuk kampanye pentingnya perlindungan alam dan
penghargaan terhadap kebudayaan lokal. Oleh karena itu, sistem budidaya mina
padi merupakan cara tepat dalam pengelolaan lahan basah dimana tidak hanya
dapat menghasilkan produksi padi dan ikan yang sehat (organik) tetapi juga dapat
dikembangkan menjadi kawasan wisata pertanian.

BAB 4. PENUTUP
Pengelolaan lahan basah dapat dilakukan dengan penerapan sistem
pertanian terpadu yaitu dengan budidaya minapadi. Sistem budidaya mina padi
juga dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi ikan
khususnya ikan air tawar. Selain itu, minapadi yang dapat mengurangi
penggunaan bahan kimia (pupuk dan pestisida) dan meningkatkan keragaman
produk merupakan pilihan baik bagi pengembangan kawasan wisata pertanian.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2012. Produksivitas Ikan Tawar. Bandung : Badan Pusat
Statistik Tasikmalaya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011. Teknik Budidaya Mina padi. Jakarta :
Badan Pengembangan SDM KP Pusat Penyuluhan Kelautan dan
Perikanan.

Nirarita CE., Wibowo P., Susanti S., Padmawinat D., Kusmarini,. Syarif M.,
Kusniangsih dan Sinulingga LBR. 1996. Ekosistem Lahan Basah
Indonesia. Bogor: Wetlands International-Indonesia Programme.

Nurjaman, E. 2013. Mina Padi Jadi Andalan. Jawa Barat : Dinas Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya.

Tiku, G.V. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Menurut Sistem
Mina Padi Dan Sistem Non Mina Padi. Managemen Agribisnis, 3(2) : 1-7.

Anda mungkin juga menyukai