Anda di halaman 1dari 6

Neoaqua: Inovasi Bangunan Rumah Betang Muara Mea dengan Sistem

Bioflok dan Pengolahan Sampah Organik Untuk Budidaya Ikan Lele di IKN
Berbasis Augmented Reality Guna Mencapai SDGs 2030.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalimantan merupakan pulau terbesar di Indonesia, terdiri dari lima
provinsi diantaranya provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Utara, suku yang terdapat di Kalimantan
adalah suku Dayak (Sukiada, 2015). Dimana di setiap provinsi memiliki rumah
adatnya tersendiri. Salah satunya adalah rumah adat Betang dari Kalimantan
Tengah. Rumah Betang bentuknya memanjang serta terdapat sebuah tangga dan
pintu masuk ke dalam betang. Tangga sebagai alat penghubung pada betang
dinamakan hejot. Betang yang dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan
untuk menghindari hal-hal yang meresahkan para penghuni betang, seperti
menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang
terkadang datang melanda. Hampir semua betang dapat ditemui di pinggiran
sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan (Radian, 2016). Sekarang Provinsi
Kalimantan menjadi sasaran modernisasi dan inovasi. Melalui proyek IKN yang
diinisiasi oleh pemerintah pusat. Perlu diketahui, dalam berinovasi harus
mempertahankan nilai budaya. Mempertahankan nilai budaya tersebut dilakukan
agar kearifan lokal yang ada tidak pudar dan dapat dinikmati serta memberi
kemanfaatan bagi generasi berikutnya. Tantangan besar juga harus dihadapi,
salah satunya adalah tantangan kehidupan saat ini yang semakin modern,
dimana teknologi semakin canggih, kebudayaan asing juga semakin mudah
untuk diakses oleh generasi muda. Sehingga mempertahankan kebudayaan dan
kearifan lokal membutuhkan usaha keras dan kerjasama dari berbagai lintas
sektor (Asti, 2014). Inovasi kali ini melibatkan kesenian khas nusantara didalamnya
yaitu rumah Betang, dimana rancangan bangunan dalam AR akan berbentuk seperti
rumah Betang. Bioflok adalah kumpulan bakteri, protozoa, dan organisme
mikroskopik lainnya yang hidup dalam air dan membentuk agregat atau gumpalan.
Bioflok ini dapat mengendap di dasar kolam dan membentuk lapisan yang berfungsi
sebagai filter alami untuk menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan dalam air
kolam. Sistem bioflok adalah salah satu teknologi yang dapat diterapkan dalam
budidaya ikan lele. Teknologi bioflok ini merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan dalam rangka mengatasi permasalahan kualitas air dalam kegiatan
budidaya ikan lele (Sumitro et al., 2020; Bakar et al., 2015). Hasil penelitian
Sumitro et al. (2021) menunjukkan bahwa ikan lele masih dapat tumbuh dengan
baik pada kepadatan 750-1000 ekor per m3 menggunakan teknologi bioflok dan
lebih menguntungkan daripada budidaya ikan lele secara konvensional (tanpa
bioflok). Keunggulan dari teknologi bioflok yaitu mampu menjaga kualitas air
media budidaya ikan (Nurhatijah et al., 2016). Selain itu bioflok juga dapat
dimanfaatkan oleh ikan sebagai makanan tambahan sehingga dapat membantu
pembudidaya dalam menekan biaya pakan (Crab et al., 2012).
Pada budidaya ikan, biaya pakan dapat mencapai 60-70% dari total biaya
produksi. Dengan demikian, perlu transfer pengetahuan dan transfer teknologi
kepada pembudidaya ikan lele sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi
lele pada tingkat yang lebih optimal. Namun, dalam penerapan sistem bioflok,
limbah yang dihasilkan juga perlu dikelola dengan baik. Limbah yang dihasilkan
dari sistem bioflok adalah limbah organik dan anorganik. Limbah organik yang
dihasilkan dari sistem bioflok adalah sisa pakan ikan, kotoran ikan, dan kotoran
organik lainnya. Sedangkan limbah anorganik yang dihasilkan adalah limbah dari
bahan kimia yang digunakan dalam sistem bioflok. Untuk mengelola limbah
organik, dapat dilakukan pengolahan sampah organik. Pengolahan sampah organik
dapat dilakukan dengan cara pengomposan. Sampah organik yang dihasilkan dari
sistem bioflok dapat dijadikan pupuk kompos yang dapat digunakan kembali untuk
budidaya ikan lele atau tanaman lainnya. Pengolahan sampah organik untuk
budidaya ikan lele di IKN (Industri Kecil Menengah) berbasis augmented reality
dapat menjadi salah satu solusi untuk mencapai SDGs 2030. Augmented reality
(AR) adalah teknologi yang memungkinkan pengguna untuk melihat dunia nyata
yang ditingkatkan dengan elemen-elemen digital. Dalam pengolahan sampah
organik untuk budidaya ikan lele di IKN berbasis AR, limbah organik yang
dihasilkan dari sistem bioflok dapat dijadikan pupuk kompos yang dapat digunakan
kembali untuk budidaya ikan lele atau tanaman lainnya. Dalam pengolahan sampah
organik ini, teknologi AR dapat digunakan untuk memudahkan proses pengolahan
sampah organik dan mempercepat proses produksi pupuk kompos. Selain itu,
penggunaan teknologi AR juga dapat membantu dalam mencapai SDGs 2030.
SDGs 2030 adalah tujuan pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan oleh PBB.
Tujuan ini mencakup berbagai aspek seperti pengentasan kemiskinan, kesehatan,
pendidikan, kesetaraan gender, dan lingkungan hidup.
Dalam konteks pengolahan sampah organik untuk budidaya ikan lele di IKN
berbasis AR, teknologi ini dapat membantu dalam mencapai beberapa tujuan SDGs
2030, seperti:
Tujuan 2: Pemberian akses terhadap makanan yang aman, bergizi, dan terjangkau.
Tujuan 3: Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan 12: Meningkatkan produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
Tujuan 13: Mengambil tindakan untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya.
Pengolahan sampah anorganik dalam budidaya ikan lele di IKN berbasis
Augmented Reality dapat dilakukan dengan cara daur ulang atau pengolahan khusus
sesuai jenis limbah yang dihasilkan. Limbah anorganik yang dihasilkan dari sistem
bioflok adalah limbah dari bahan kimia yang digunakan dalam sistem bioflok.
Limbah anorganik ini dapat diolah kembali menjadi bahan kimia yang dapat
digunakan kembali dalam sistem bioflok atau dijual ke industri lain yang
membutuhkan bahan kimia tersebut. Dalam pengolahan sampah anorganik untuk
budidaya ikan lele di IKN berbasis Augmented Reality, teknologi ini dapat
membantu dalam mencapai beberapa tujuan SDGs 2030, seperti:
Tujuan 9: Meningkatkan inovasi dan infrastruktur yang berkelanjutan.
Tujuan 12: Meningkatkan produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
Tujuan 13: Mengambil tindakan untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya.
Dengan demikian, pengolahan sampah anorganik dan anorganik untuk budidaya
ikan lele di IKN berbasis Augmented Reality (AR) dapat menjadi solusi yang
inovatif dan berkelanjutan untuk mencapai SDGs 2030.Ikan lele termasuk salah
satu jenis ikan budidaya air tawar yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Hal
ini dikarenakan ikan lele mudah untuk dibudidayakan, tidak banyak memerlukan
air untuk hidup, dan harga relatif murah. Kegiatan budidaya ikan lele merupakan
salah satu kegiatan agribisnis, suatu kegiatan agribisisnis dapat berjalan dengan
baik dengan adanya faktor pendukung dari kegiatan tersebut. Salah satu faktor
pendukungnya adalah penyediaan kawasan berbasis perikanan dalam hal ini disebut
sebagai kawasan agropolitan. (Faisal, 2022) Ikan lele adalah salah satu spesies ikan
air tawar yang menjadi komoditas unggul di Indonesia. Ikan lele memiliki potensi
untuk dikembangkan, dilihat dari peningkatan budidaya ikan air tawar. Produksi
ikan lele pada tahun 2020 di daerah Nusa Tenggara Barat mencapai 3.068,89 ton.
KKP, (2022), mematok target produksi perikanan budidaya sebesar 18,77 juta ton
pada tahun 2022 untuk mencapai target pada program terobosan perikanan
budidaya untuk ekspor. Budidaya ikan lele adalah suatu usaha yang bisa untuk
digeluti untuk sekarang, kebutuhan pada ikan yang tinggi dipasaran, membuat
seorang budidaya berkesempatan untuk berwirausaha di sektor pertenakan ikan.
Pasar ikan khususnya budidaya ikan lele yang stabil membuat peternakan budidaya
ikan lele banyak diminati. Ikan lele termasuk jenis ikan yang mudah dikembangkan
merupakan salah satu faktor untuk kemajuan budidaya ikan lele. (Hanijar, 2021)
Ikan lele dipilih karena memiliki harga yang stabil. Ini membuat ikan lele banyak
dibudidayakan di Indonesia. Selain ikan lele termasuk ikan yang tahan banting. Ikan
ini juga tahan di segala suhu lingkungan. Ikan lele juga cocok dibudidayakan bagi
orang pemula karena perawatannya dianggap relatif sederhana dan biayanya
terjangkau. Selain itu, banyak peternak lele yang menyatakan bahwa proses
budidayanya cenderung cepat, karena ikan ini hanya membutuhkan sekitar 3 bulan
dari tahap bibit hingga siap untuk dipanen (Andrian,et.al 2023). Pengelolaan
budidaya ikan lele melibatkan beberapa fase penting, dimulai dari persiapan kolam
hingga perawatan harian. Budidaya ikan lele juga dapat dilakukan di lokasi yang
mudah diakses (Aldo, 2019). Persiapannya dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana, seperti menggunakan wadah bekas seperti ember atau ban bekas, atau
menggunakan drum bekas. Alternatif lain adalah memanfaatkan saluran air yang
tidak aktif dengan melapisi terpal dan membatasinya dengan kawat ram atau
metode lainnya. Memelihara ikan lele juga tergolong mudah, dengan memberikan
pakan berupa pelet dua kali sehari, pada pagi dan sore hari. Hasil panen ikan lele
dapat dikonsumsi sendiri atau dijual. Penting untuk secara teratur memantau
kondisi kolam dan kesehatan ikan untuk memastikan keberhasilan budidaya
(Andrian et.al, 2023). Dianjurkan juga untuk berkonsultasi dengan para ahli atau
petani ikan lele berpengalaman untuk mendapatkan saran yang lebih spesifik sesuai
dengan kondisi lokal, guna memastikan pasokan nutrisi dan vitamin yang memadai.
Ikan lele merupakan sumber nutrisi yang kaya dan menyediakan berbagai zat
penting untuk kesehatan tubuh. Secara umum, ikan lele adalah sumber nutrisi yang
baik dan sehat. Namun, perlu diingat bahwa nilai gizi ikan lele dapat bervariasi
tergantung pada faktor-faktor seperti jenis pakan yang diberikan, kondisi budidaya,
dan lokasi geografis. Kandungan gizinya juga cukup tinggi, termasuk energi,
protein, lemak, vitamin A, fosfor, vitamin B1, kalsium, vitamin B6, karoten,
vitamin B12, zat besi, kaya akan asam amino dan tiamin (Asriani, 2019),
(Ciptawati, 2021), (Anwar, et.al 2022). Ikan lele banyak mengandung nutrisi seperti
memiliki kandungan protein tinggi yaitu 17,7% hingga 26,7%, lemak berkisar
antara 0,95% hingga 11,5%. Mengonsumsi ikan lele memberikan sejumlah manfaat
kesehatan karena ikan ini kaya akan nutrisi penting. Akan tetapi, penting untuk
memastikan ikan lele yang dikonsumsi telah diolah dengan benar dan bersih untuk
menghindari risiko kontaminan atau bakteri. Selain itu, disarankan untuk
berkonsultasi dengan profesional kesehatan atau ahli gizi untuk memastikan bahwa
konsumsi ikan lele sesuai dengan kebutuhan individu masing-masing.
Teknologi bioflok merupakan jalan alternatif untuk budidaya ikan lele
dalam mengatasi permasalahan kualitas air. perlunya transfer pengetahuan dan
transfer teknologi kepada pembudidaya ikan lele dapat meningkatkan produksi lele
pada tingkat yang lebih optimal. Limbah organik yang dihasilkan dari sistem
bioflok dapat dijadikan pupuk kompos yang dapat digunakan kembali untuk
budidaya ikan lele atau tanaman lainnya. Pengolahan sampah organik untuk
budidaya ikan lele di IKN (Industri Kecil Menengah) berbasis augmented reality
menjadi salah satu solusi untuk mencapai SDGs 2030. Dalam pengolahan sampah
organik untuk budidaya ikan lele di IKN berbasis AR, limbah organik yang
dihasilkan dari sistem bioflok dapat dijadikan pupuk kompos yang dapat digunakan
kembali untuk budidaya ikan lele atau tanaman lainnya. Dengan cara daur ulang
atau pengolahan khusus sesuai jenis limbah yang dihasilkan. Teknologi ini dapat
membantu dalam mencapai beberapa tujuan SDGs 2030, seperti: Meningkatkan
inovasi dan infrastruktur yang berkelanjutan dengan tidak meninggalkan adat
istiadat daerah setempat.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa manfaat penggunaan inovasi Rumah Betang dengan sistem bioflok
pada ikan lele di IKN berbasis AR?
2.2.1 Bagaimana keefektifan inovasi bangunan Rumah Betang berbasis AR ini
bekerja?
3.2.1 Bagaimana pengolahan sampah organik pada sistem bangunan tersebut
diolah?
4.2.1 Bagaiman pengaruh inovasi neoaqua terhadap perkembangan dan
pertumbuhan ikan lele?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Mengetahui seberapa jauh manfaat inovasi Rumah Betang dengan sistem
bioflok pada ikan lele di IKN berbasis AR.
2.3.1 Mengetahui keefektifan penggunaan sistem bioflok dengan inovasi
bangunan Rumah Betang dengan sistem bioflok pada ikan lele di IKN
berbasis AR.
3.3.1 Mengetahui pengolahan limbah organik yang dihasilkan sebagai pemicu
perkembangan fitoplankton pada kolam bioflok lele.
4.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan inovasi neoaqua berbasis AR terhadap
pertumbuhan dan perkembangan ikan lele.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Membantu memajukan bidang budidaya di IKN.
2.4.1 Menjadi gambaran bagi para pembudidaya untuk mengembangkan
teknologi perikanan.
3.4.1 Memudahkan sekaligus menghemat biaya pengeluaran.
4.4.1 Menjadi jembatan membantu dalam mencapai beberapa tujuan SDGs 2030.
1.5 Luaran yang diharapkan
1.5.1 Neoaqua dengan inovasi baru yang berbentuk Rumah Betang diharapkan
memiliki performa yang lebih baik sekaligus menjadi ajang pelestarian
budaya di Indonesia.
2.5.1 Dapat menjadi acuan bahwa berinovasi dapat dilakukan tanpa
meninggalkan budaya khas Indonesia.
3.5.1 Neoaqua diharapkan dapat berkontribusi dalam perkembangan budidaya
perikanan di IKN.

Anda mungkin juga menyukai